Anda di halaman 1dari 74

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA 1


MODUL 1
PENGUKURAN DENSITAS MENGGUNAKAN HIDROMETER

PERIODE 1 (2020/2021)

KELOMPOK 1
NAMA MAHASISWA/NIM : MARIO MANGAMPU TUA PURBA/104119035

PROGRAM STUDY TEKNIK SIPIL


FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTUKTUR
UNIVERSITAS PERTAMINA
2020
PENGUKURAN DENSITAS MENGGUNAKAN HIDROMETER
Mario Mangampu Tua Purba1, Devi Tasya Marissa1, Nur Cahyo Dwi Saputro1, Kayla
Qolby Chayara1,Wilham Pratama1
1
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Perencanaan Infrastruktur, Universitas Pertamina
*Corresponding author : mariopertamina19@gmail.com

Abstrak : Setiap benda memiliki densitas yang berbeda beda tergantung dengan material penyusunnya.
Fluida disusun oleh material atau zat yang dapat mengisi ruangan dan memiliki volume tetap atau yang biasa
disebut benda cair. Pada praktikum ini fluida yang akan diukur adalah air, minyak goreng dan oli. Masing
masing fluida dimasukkan pada tabung bervolume 1000ml. Pengukuran nilai massa jenis pada masing masing
fluida menggunakan hidrometer. Hidrometer berisi cairan merkuri di dalamnya. Pengukuran dilakukan dengan
cara mengamati titik puncak air raksa pada hidrometer. Penggunaan air air raksa dalam pengukuran berfungsi
agar hidrometer dapat mengapung.dan juga memberi nilai massa jenis terhadap fluida yang diukur. Hidrometer
akan mengapung jika massa jenis pada fluida tinggi sedangkan jika massa jenis pada fluid rendah maka
hidrometer akan tenggelam. Selain pengukuran nilai massa jenis, dilakukan juga pengukuran suhu pada fluida
menggunakan termometer. Pengukuran suhu dilakukan dengan cara memasukkan termometer kedalam fluida
dan diamati suhu yang ditampilkan oleh termometer.
Kata kunci : ( Hidrometer, Fluida, Massa jenis, Air raksa, Termometer, Suhu )

Abstract : Each object has a different density depending on the constituent material. The
fluid is composed of materials or substances that can fill a room and have a fixed volume or
what is commonly called a liquid. In this practicum the fluids to be measured are water,
cooking oil and oil. Each fluid is inserted into a 1000 ml volume tube. Measurement of the
density value of each fluid using a hydrometer. The hydrometer contains liquid mercury in
it. Measurements are made by observing the peak point of mercury on the hydrometer. The
use of mercury in the measurement functions so that the hydrometer can float and also gives
the density value of the fluid being measured. The hydrometer will float if the density in the
fluid is high, whereas if the density in the fluid is low, the hydrometer will sink. In addition
to measuring the density value, temperature measurements of the fluid using a thermometer
are also carried out. Temperature measurement is done by inserting a thermometer into the
fluid and observing the temperature displayed by the thermometer.
Keywords: (Hydrometer, Fluid, Density, Mercury, Thermometer, Temperature)
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Semua cairan yang ada dunia pasti memiliki rapat massa atau densitas, dan densitas
yang dimiliki oleh setiap zat berbeda beda. Hal ini dikarenakan material penyusun dalam
cairan berbeda. Densitas dapat didefinisikan sebagai massa per unit volume suatu zat
pada suhu tertentu. Densitas dapat diukur dengan menggunakan hidrometer.

RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana prinsip kerja hidrometer?
2. Bagaimana cara menentukan nilai densitas menggunakan Hidrometer pada air,
minyak dan oli?
3. Bagaimana cara menentukan nilai kerapatan relative dari air, minyak dan oli?

TUJUAN PENILITIAN
1. Menentukan prinsip kerja dari hidrometer
2. Menentukan nilai densitas dari air, minyak, dan oli
3. Menentukan nilai kerapatan relative dari air, minyak dan oli

TEORI DASAR
Fluida adalah suatu zat yang dapat mengalir. Bentuk dari fluida dapat berupa zat cair
maupun zat gas. Fluida dapat berubah bentuk sesuai dengan wadahnya. Fluida selalu
mengerjakan gaya tegak lurus pada permukaan fluida, gaya tersebut sering dikaitkan dengan
terkanan fluida terhadap dinding wadah penampang.
Dalam fluida, ada istilah tekanan gauge, yang berarti selisih antara tekanan fluida
yang sebenernya dengan tekanan udara. Tekanan udara pada satu titik dalam fluida memiliki
nilai yang sama ke setiap arah.
Densitas atau yang sering disebut massa jenis, dapat didefinisikan sebagai jumlah
suatu zat yang terkandung pada suatu unit volume. Densitas dapat dihitung dengan
persamaan :

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑘𝑔)
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑚3 )
Hidrometer adalah alat yang dapat mengukur berat jenis dari cairan, yaitu
perbandingan densitas suatu cairan dengan densitas air. Hidrometer biasanya terbuat dari
kaca dan terdiri dari batang silinder dan bola pembobotan dengan merkuri atau tembakan
timah agar dapat mengapung tegak. Cara kerja hidrometer menggunakan prinsip hukum
Archimedes, yang menyatakan bahwa benda yang tercelup ke dalam suatu fluida baik zat
cair maupun zat gas akan mengalami gaya dorong ke atas sama dengan berat fluida yang
dipindahkan.
METODE PENELITIAN

Alat dan Bahan


Pada praktikum kali ini alat alat yang digunakan adalah hidrometer universal, termometer,
dan gelas ukur hidrometer (dua unit).

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah air, minyak goreng dan oli.

Cara Kerja
Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan. Diletakkan hidrometer universal pada
permukaan yang tegak lurus dengan tabung hidrometer. Tabung hidrometer diiisi dengan cairan yang
telah disiapkan, air, minyak goreng dan oli. Pastikan cairan yang dimasukkan memungkinkan
hidrometer mengapung dan pastikan juga dinding tabung yang digunakan bersih. Dicatat pembacaan
hidrometer yang muncul pada setiap masing masing fluida. Diukur suhu masing masing fluida
menggunakan thermometer dan dicatat hasil pengukuran suhunya. Alat dan bahan yang telah selesai
digunakan dibersihkan secara hati hati, dipisahkan pembuangan fluida berdasarkan kategorinya agar
tidak bercampur dengan cairan atau zat lain.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Gambar 1.1 Minyak Goreng Gambar 1.2. Oli

Sumber : Google Sumber : Google


Gambar 1.3. Air Gambar 1.4. Hidrometer

Sumber : Google Sumber : Google

Gambar 1.5. Termometer Gambar 1.6. Gelas Ukur


Sumber : Google Sumber : Google

Tabel 1.1 Pengesahan Formulir Perhitungan


No. Nama NIM Tanggal Pratikum
1. MARIO MANGAMPU TUA PURBA 104119035 23 SEPTEMBER 2020
Asisten

TANGGAL PENGUMPULAN LAPORAN: 30


SEPTEMBER 2020

(Revirna Artamevia S.)


Tabel 1.2. Hasil Pembacaan Skala
mmHg
Jenis cairan Pembacaan Skala Kerapatan Relatif Suhu Cairan 0C
Hidrometer (g/ml)
Air 1 1 25
Minyak Goreng 0.9 0.9 27
Oli 0.9 0.9 28
Perhitungan :

𝜌 𝑎𝑖𝑟 1𝑔/𝑚𝑙
SGair : = =1
𝜌 𝐻2𝑂 1 𝑔/𝑚𝑙
➢ 𝜌 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 0.9 𝑔/𝑚𝑙
SGminyak : = = 0.9
𝜌 𝐻2𝑂 1 𝑔/𝑚𝑙
➢ 𝜌 𝑜𝑙𝑖 0.9/𝑚𝑙
SGoli : = = 0.9
𝜌 𝐻2𝑂 1 𝑔/𝑚𝑙
Tabel 1.3. Hasil Perhitungan Kecepatan Aktual
Densitas (⍴)
Jenis Cairan
(gram/ml) (kg/m3)
Air 1 1000
Minyak Goreng 0.9 900
Oli 0.9 900
Perhitungan :
➢ 𝑔 1 𝑘𝑔 1000.000𝑚𝑙 𝑘𝑔
𝜌 air = 1 𝑚𝑙 × 1000𝑔 × 1𝑚3 = 1000𝑚3
➢ 𝑔 1 𝑘𝑔 1000.000𝑚𝑙 𝑘𝑔
𝜌 minyak = 0.9𝑚𝑙 × 1000𝑔 × = 900𝑚3
1𝑚3
➢ 𝑔 1 𝑘𝑔 1000.000𝑚𝑙 𝑘𝑔
𝜌oli = 0.9 × × = 900
𝑚𝑙 1000𝑔 1𝑚3 𝑚3

Tabel 1.4. Massa Fluida


Jenis Cairan Massa (kg)
Air 10-3
Minyak Goreng 2,25x10-4
Oli 2,25x10-4
Volume : 250ml
Perhitungan:

Mair = 𝜌air x V = 1 g/ml x 2,5 x 10−4 ml = 2,5 x 10-4 kg

Mminyak = 𝜌minyak x V = 0.9 g/ml x 2,5 x 10−4 ml = 2,25 x 10-4 kg

Moli = 𝜌oli x V = 0.9 g/ml x 2,5 x 10−4 ml = 2,25 x 10-4 kg

Pembahasan
Melalui praktikum ini densitas dari beberapa jenis fluida yaitu air, minyak goreng dan oli
dapat ditentukan dengan cara mengukur kerapatan relatif menggunakan hidrometer universal
dengan metode dan prosedur yang telah ditentukan. Prinsip kerja hidrometer menggunakan
prinsip hukum Archimedes, sehingga semakin rendah massa jenis fluida tersebut hidrometer akan
tenggelam sebaliknya jika semakin tinggi massa jenis fluida tersebut hidrometer akan
mengapung.
Cara menentukan nilai densitas pada air, minyak goreng dan oli menggunakan
hidrometer, karena didalam hidrometer terdapat cairan merkuri atau tembakan timah supaya
hidrometer dapat mengapung dengan tegak saat dimasukkan kedalam fluida.
Cara menentukan nilai kerapatan relatif pada air, minyak goreng dan oli bergantung pada
suhu, massa jenis fluida, dan volume dari cairan itu sendiri dimana gaya yang ditimbulkan adalah
dorongan ke atas ketika hidrometer dicelupkan. Nilai skala akan muncul pada hidrometer ketika
hidrometer sudah stabil.
KESIMPULAN
Prinsip kerja hidrometer berdasarkan video praktikum menggunakan prinsip hukum
Archimedes, yang menyatakan bahwa benda yang tercelup ke dalam fluida mengalami gaya ke
atas seberat fluida yang dipindahkan. Ketika hidrometer dicelupkan ke dalam fluida, maka fluida
akan memberikan gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat hidrometer. Nilai densitas dari
air, minyak goreng dan oli yang diperoleh berdasarkan praktikum kali ini adalah densitas air
1000 𝑘𝑔/𝑚3, densitas minyak 900 𝑘𝑔/𝑚3, dan densitas oli 900 𝑘𝑔/𝑚3. Kerapatan relatif dari
fluida yang diuji pada praktikum ini adalah kerapatan relatif air sebesar 1 dan memiliki suhu
25°C, kerapatan relatif minyak goreng sebesar 0,9 dan suhu 27°C dan kerapatan relatif oli sebesar
0,9 dan suhu 28°C.

DAFTAR PUSTAKA
1. Winarta Bambang, dkk. (2018). Modul Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika Periode I
(2017/2018). Jakarta
2. The physics hypertextbook. Diakses pada 26 September 2020
melalui : https://physics.info/
3. Mayangsari, Erlina Putri dkk. (2014). Archimedes dan Massa Jenis. Diakses pada 26
September 2020
melalui:
http://www.academia.edu/7067681/LAPORAN_PRAKTIKUM_ARCHIMEDES_DAN_M
ASSA_JENIS
4. Halliday, J dan Resnick, R (1997). Fisika Jilid 1 (third ed.). Jakarta : Erlangga.
LAMPIRAN

Tabel 1.1 Pengesahan Formulir Perhitungan


No. Nama NIM Tanggal Pratikum
1. MARIO MANGAMPU TUA PURBA 104119035 23 SEPTEMBER 2020
Asisten

TANGGAL PENGUMPULAN LAPORAN: 30


SEPTEMBER 2020

(Revirna Artamevia S.)


Tabel 1.2. Hasil Pembacaan Skala
mmHg
Jenis cairan Pembacaan Skala Kerapatan Relatif Suhu Cairan 0C
Hidrometer (g/ml)
Air 1 1 25
Minyak Goreng 0.9 0.9 27
Oli 0.9 0.9 28

Tabel 1.3. Hasil Perhitungan Kecepatan Aktual


Densitas (⍴)
Jenis Cairan
(gram/ml) (kg/m3)
Air 1 1000
Minyak Goreng 0.9 900
Oli 0.9 900

Tabel 1.4. Massa Fluida


Jenis Cairan Massa (kg)
Air 10-3
Minyak Goreng 2,25x10-4
Oli 2,25x10-4
LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA 1
MODUL 2
PENGUKURAN TEKANAN ATMOSFER MENGGUNAKAN BAROMETER

PERIODE 1 (2020/2021)

KELOMPOK 1
NAMA MAHASISWA/NIM : MARIO MANGAMPU TUA PURBA/104119035

PROGRAM STUDY TEKNIK SIPIL


FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTUKTUR
UNIVERSITAS PERTAMINA
2020
PENGUKURAN TEKANAN ATMOSFER MENGGUNAKAN BAROMETER
Mario Mangampu Tua Purba1, Devi Tasya Marissa1, Nur Cahyo Dwi Saputro1, Kayla
Qolby Chayara1,Wilham Pratama1
1
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Perencanaan Infrastruktur, Universitas Pertamina
*Corresponding author : mariopertamina19@gmail.com

Abstrak : Tekanan adalah gaya yang diberikan persatuan luas. Gaya yang ditimbulkan karena benda memiliki massa. Udara
sejatinya memiliki tekanan udara walaupun tidak sebesar massa zat padat atau cair dan juga bervolume lebih kecil. pada
percobaan kali ini pengukuran tekanan udara dilakukan menggunakan barometer aneroid. Pengukuran pertama dilakukan
dengan di depan gedung Griya etika lt. 9 dan dicatat hasil yang diperoleh barometer dan tempat kedua dilakukan di
laboratorium kearairan lt. 1 dan dicatat hasil yang diperoleh pada barometer. Hasil yang diperoleh pada praktikum ini masing-
masing dari ruangan tersebut memiliki tekanan atmosfer 100400 Pa untuk gedung Griya Legita Lt.9 dan 101000 Pa untuk
Laboratorium Keairan.
Kata Kunci : (Atmosfer, Barometer, Tekanan, Udara, Suhu)

Abstract : The pressure is the force exerted by broad unity. The force that is generated because the
object has mass. Air has air pressure even though it is not as large as the mass of solid or liquid
substances and also has a smaller volume. In this experiment, the measurement of air pressure was
carried out using an aneroid barometer. The first measurement was carried out in front of the Griya
Legita building, lt. 9 and recorded the results obtained by the barometer and the second place was
carried out in the marine laboratory lt. 1 and record the results obtained on the barometer. The results
obtained in this practicum each of these rooms have an atmospheric pressure of 100400 Pa for Griya
Legita building Lt.9 and 101000Pa for the Water
Laboratory.……………………………………………………
Keywords: (Atmosphere, Barometer, Pressure, Air, Temperature)
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Tekanan udara adalah tenaga yang bekerja untuk menggerakkan massa udara dalam
setiap satuan luas tertentu. Diukur dengan menggunakan barometer, satuan pada tekanan
udara adalah milibar (mb). Garis yang menghubungkan tempat tempat yang sama tekanan
udaranya disebut isobar. (Bitar, 2019). Pengukuran nilai tekanan dalam kehidupan sehari
hari berfungsi untuk memprediksi cuaca yang akan datang. Tekanan udara umumnya akan
berbeda beda tergantung dengan daerahnya, sebagai contoh; tekanan udara di daerah di
puncak gunung akan berbeda dengan daerah di pinggir pantai. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan jumlah partikel, di puncak gunung partikel udara kecil sedangkan di pinggir pantai
partikel udara besar. Jika partikel udara semakin kecil maka gaya gravitasi partikelnya juga
kecil dan tekanan udara yang diperoleh kecil.

RUMUSAN MASALAH
4. Bagaimana menentukan nilai tekanan atmosfer dengan suhu ruangan secara teoritis?
5. Bagaimana menentukan nilai tekanan atmosfer dengan suhu ruangan secara
eksperimental ?
6. Apa perbedaan nilai tekanan atmosfer di beda ketinggian?
TUJUAN PENILITIAN
4. Menentukan nilai tekanan atmosfer dengan suhu ruangan secara teoritis
5. Menentukan nilai tekanan atmosfer dengan suhu ruangan secara eksperimental
6. Menentukan nilai tekanan atmosfer di beda ketinggian

TEORI DASAR
Tekanan udara adalah tenaga yang bekerja untuk menggerakkan massa udara dalam
setiap satuan luas tertentu. Diukur dengan menggunakan barometer, satuan pada tekanan
udara adalah milibar (mb). Pada prinsipnya, tekanan udara sama saja dengan tekanan pada
zat cair. Pengukuran nilai tekanan dalam kehidupan sehari hari berfungsi untuk memprediksi
cuaca yang akan datang. Tekanan udara umumnya akan berbeda beda tergantung dengan
daerahnya, sebagai contoh; tekanan udara di daerah di puncak gunung akan berbeda dengan
daerah di pinggir pantai. Hal ini disebabkan oleh perbedaan jumlah partikel, di puncak
gunung partikel udara kecil sedangkan di pinggir pantai partikel udara besar. Jika partikel
udara semakin kecil maka gaya gravitasi partikelnya juga kecil dan tekanan udara yang
diperoleh kecil.
Barometer aneroid merupakan etika lt digital yang mengukur tekanan atmosfer
dengan muatan listrik. Barometer aneroid terdiri atas cakram atau kapsul yang terbuat dari
lembaran tipis logam. Logam tersebut memiliki dua strip logam kecil pada kedua sisi
interiornya. Strip logam tersebut dihubungkan dengan arus listrik. Saat tekanan udara naik,
atau turun maka logam akan mulai memuai atau menciut. Ketika logam memuai atau menciut
jarak antara dua strip logam dan waktu kontak arus listrik juga akan bervariasi. Maka
barometer akan megukur etika muatan listrik dan mengkonversikannya menjadi
pembacaan tekanan udara.
Basic dari satuan ukur tekanan atmosfer adalah Pascal (N/𝑚2 ). Namun dalam bidang
meterologi lebih dikenal dengan satuan bar, yang kira kira sama dengan tekanan udara di
dekat permukaan bumi. Karena perubahan tekanan udara sehari hari umumnya sangat kecil,
maka tekanan udara dinyatakan dalam satuan yang lebih kecil yang sekiranya sesuai dengan
perubahan kecil tersebut, yaitu dalam satuan milibar atau yang disingkat mb, dimana 1 bar
= 1000 mb, dan 1 mb = 1 hPa.

METODE PENELITIAN

Alat dan Bahan


Pada praktikum ini alat yang digunakan adalah barometer aneroid yang digunakan untuk
mengukur tekanan atmosfer pada 2 tempat yang berbeda ketinggian.
Cara Kerja
Barometer aneroid dikalibrasi terlebih dahulu di tempat yang akan digunakan untuk
pengambilan data. Dilakukan pengambilan data dan dibaca tekanan atmosfer yang ditunjukkan pada.
Didapatkan nilai arus untuk tekanan atmosfer dan referensi nilai Barometer dilokasi yang sama jika
tersedia. Sebagai alternatif, tekanan dapat diperoleh dari pusat meteorologi lokal melalui internet.
Pastikan bahwa nilai yang diperoleh adalah nilai saat ini ( etika), bukan data sebelumnya. Hal ini
dikarenakan tekanan atmosfer terus berubah.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Gambar 1.1. Barometer Aneroid


Sumber :
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.tokopedia.com%2Flabaku%2Fbar
ometer-aneroid&psig=AovVaw0enDILNm-
6thGRM1YmV1b3&ust=1601528166730000&source=images&cd=vfe&ved=0CAIQjRxqFwoTC
OjH5sGLkOwCFQAAAAAdAAAAABAD

Tabel 1.1 Hasil Pembacaan pada Barometer


Barometer
Aneroid
Nilai Referensi Nilai Pembacaan pada Saat
Pratikum
(Tekanan atmosfer suatu ruangan)

1008 mBar= 1008x 102 Pa 1010hPa=1010x 102 Pa

Pembacaan Skala di GL Lt. 9 Pembacaan Skala di ruangan


Lab.
Keairan Lt. 1
2
1004 hPa = 1004 x 10 Pa 1010 hPa = 1010 x 102 Pa

Pembahasan
Dalam menentukan nilai tekanan atmosfer dengan suhu ruangan dengan cara teoritis
berbeda karena nilai tekanan atmosfer akan terus dan selalu berubah ubah etika dilakukan
pengukuran, berbeda dengan suhu yang relatif tetap nilai nya.
Menentukan nilai tekanan atmosfer dengan suhu ruangan secara eksperimental
dipengaruhi oleh suhu pada ruangan serta kesalahan dalam pembacaan barometer. Nilai referensi
pada tabel menunjukkan tekanan atmosfer pada suatu ruangan adalah 1008x102 Pa, sementara
nilai pembacaan pada praktikum sebesar 1010x102 Pa. Begitu juga dengan pembacaan skala
tekanan atmosfer di gedung Griya etika lt.9 sebesar 1004x102 Pa, dan tekanan atmosfer yang
dihasilkan di laboratorium keairan lt.1 sebesar 1010𝑥102 Pa, Berdasarkan data yang diperoleh
pada praktikum ini menunjukkan bahwa tekanan atmosfer di laboratorium lebih tinggi
dibandingkan gedung Griya etika lt. 9.
Perbedaan nilai tekanan atmosfer di beda ketinggian adalah berbanding terbalik etika
suatu tempat berada lebih tinggi dari permukaan laut maka tekanan udara akan semakin rendah.
Ini terjadi karena ketika semakin tinggi maka partikel udara nya menjadi kecil.

KESIMPULAN
Tekanan atmosfer suatu ruangan yang diperoleh pada praktikum ini adalah sebesar 1008x
102 Pa, sementara hasil yang didaptkan ketika melakukan praktikum adalah sebesar
1010hPa=1010x 102 Pa. Sementara hasil tekanan atmosfer dengan suhu ruangan secara
ekperimental yang diperoleh praktkum ini sebesar 1004 x 102 Pa di gedung Griya Legita lt.9
dan tekanan atmosfer yang diperoleh di laboratorium keaiaran adalah sebesar 1010 x 102 Pa.
Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui praktikum ini perbedaan nilai tekanan yang
diperoleh oleh kedua tempat pengujian, hal ini disebabkan oleh kecil nya partikel udara ketika
berada di tempat yang lebih tinggi dari permukaan. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada
tabel 1.1. Hasil Pembacaan Barometer.

DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.scribd.com/doc/77107276/Barometer-Merupakan-Alat-Pengukuran-Tekanan-Dalam-
Satuan-Mb
diakses pada 28 September 2020
2. https://raudhatuljanah9597.wordpress.com/2015/06/11/tekanan-udara/
diakses pada 28 September 2020
3. Munson, Bruce. 2005. Fundamental of Fluid Mechanics Fourth Edition. Jakarta: Penerbit Erlangga.
4. Panduan Pratikum Mekanika Fluida. 2014. Bandung: Institut Teknologi Bandung
LAMPIRAN

Tabel 1.1 Hasil Pembacaan pada Barometer


Barometer
Aneroid
Nilai Referensi Nilai Pembacaan pada Saat
Pratikum
(Tekanan atmosfer suatu ruangan)

1008 mBar= 1008x 102 Pa 1010hPa=1010x 102 Pa

Pembacaan Skala di GL Lt. 9 Pembacaan Skala di ruangan


Lab.
Keairan Lt. 1
1004 hPa = 1004 x 102 Pa 1010 hPa = 1010 x 102 Pa
LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA 1


MODUL 3
PENGUKURAN TEKANAN MENGGUNAKAN MONOMETER

PERIODE 1 (2020/2021)

KELOMPOK 1
NAMA MAHASISWA/NIM : MARIO MANGAMPU TUA
PURBA/104119035

PROGRAM STUDY TEKNIK SIPIL


FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTUKTUR
UNIVERSITAS PERTAMINA
2020
PENGUKURAN TEKANAN MENGGUNAKAN MONOMETER

Mario Mangampu Tua Purba1, Devi Tasya Marissa1, Nur Cahyo Dwi
Saputro1, Kayla Qolby Chayara1,Wilham Pratama1
1
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Perencanaan Infrastruktur,
Universitas Pertamina
*Corresponding author : mariopertamina19@gmail.com

Abstrak: Monometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan dari dua titik yang
berbeda. Perbedaan titik ini dapat dikethui melalui tekanan udara yang diberikan kedalam tabung.
Cairan fluida dalam reservoir dialirkan kedalam tiap tabung, tabung manometer U, tabung
manometer ganda dan tabung manometer tunggal. Semakin besar ketinggian yang muncul maka
tekanan semakin besar tekanan yang dihasilkan. Cara kerja dari praktikum ini relative sama antara
manometer tabung tunggal, ganda dan U dimana fluida dialirkan secara perlahan melalui system ke
saluran tabung piezometer kemudian fluida itu akan naik didalam tabung sampai ke titik
keseimbangan setelah seimbang skala yang tertera dibaca dan dicatat. Dari hasil praktikum yang
dilakukan diperoleh ketinggian manometer pada perlakuan 1 adalah 0,117m untuk manometer
tunggal, 0,125m untuk manometer tabung ganda dan 0,119m untuk manometer tabung U. Selain
didapatkan pula nilai tekanan pada masing-masing yaitu pada perlakuan 1 sebesar 1.147,77 Pa
untuk manometer tunggal lalu 1.226,25 Pa untuk manometer tabung ganda dan 1.167,39 Pa untuk
manometer tabung U. Hubungan antara tekanan hidrostatis dengan perbedaannya tingginya yaitu
berbanding lurus, dimana semakin tinggi tekanannya perbedaan ketinggian juga semakin naik.
Kata kunci : Manometer tabung tunggal, Manometer tabung ganda, Manometer tabung U,
Tekanan, Cairan

Abstract : A monometer is a tool used to measure pressure from two different


points. The difference in this point can be seen through the air pressure applied to
the tube. The fluid in the reservoir is flowed into each tube, the U tube manometer,
the double manometer tube and the single manometer tube. The greater the height
that appears, the greater the pressure generated. The workings of this practicum
are relatively the same between single, double and U tube manometers where the
fluid is slowly flowed through the system to the piezometer tube channel then the
fluid will rise in the tube to the equilibrium point after the balanced scale is read
and recorded. From the results of the practicum carried out, the height of the
manometer in treatment 1 was 0.117 m for the single manometer, 0.125 m for the
double tube manometer and 0.119 m for the U tube manometer. In addition, the
pressure value for each, namely in treatment 1, was
1.147.77 Pa. for a single manometer then 1,226.25 Pa for a double tube
manometer and 1,167.39 Pa for a U tube manometer. The relationship between
hydrostatic pressure and the difference in height is directly proportional, where
the higher the pressure the difference in height also increases.
Keywords: Single tube manometer, double tube manometer, U tube manometer,
Pressure, Liquid
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu berpindah pindah
tempat. Setiap tempat yang dikunjungi oleh manusia memiliki
tekanan yang berbeda beda, baik karena dataran tinggi maupun
dataran rendah. Pengukuran tekanan dapat digunakan menggunakan
manometer, pengukuran menggunakan manometer dapat dilakukan
dengan mudah. Hasil pengukuran tekanan dengan menggunakan
manometer dapat dikatan akurat.

RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara menentukan nilai perbedaan ketinggian pada
setiap manometer?
2. Bagaimana menentukan nilai tekanan pada manometer tabung
tunggal,ganda, dan tabung U?
3. Bagaimana hubungan antara perbedaan ketinggian pada setiap
manometer terhadap nilai tekanan yang diperoleh?
TUJUAN PENILITIAN
1. Menentukan nilai perbedaan ketinggian pada manometer
tunggal, ganda dan tabung U
2. Menentukan nilai tekanan pada manometer tabung tunggal,
ganda dan tabung U
3. Menentukan hubungan antara perbedaan ketinggian pada setiap
manometer terhadap nilai tekanan yang diperoleh.
TEORI DASAR
Tekanan adalah pengukuran gaya yang bekerja pada permukaan
bidang. Tekanan di definisikan sebagai gaya per satuan luas dan dapat
diukur dalam unit seperti psi (Pound per inchi persegi). Inci air,
millimeter merkuri, pascal (Pa atau N/𝑚2) atau bar. Sampai pengenalan
unit SI, yang ‘bar’ cukup umum, 1 bar setara dengan 100.000 N/𝑚2
yang merupakan satuan SI dalam pengukuran. Untuk
menyederhanakan unit, N/𝑚2 diadopsi dengan nama Pascal yang
disingkat Pa. 1000 Pa setara dengan 0,145 psi.
Monometer adalah alat ukur tekanan, monometer tertua adalah
monometer kolom cairan. Alat ukur ini sangat sederhana, pengamatan
dapat dilakukan langsung dan cukup teliti pada beberapa daerha
pengukuran. Monometer kolom cairan biasa digunakan untuk
pengukuran tekanan yang tidak terlalu tinggi (mendekati tekanan
atmosfer)
Fungsi dari monometer adalah alat yang digunakan secara luas
pada audit energi untuk mengukur perbedaan tekanan dua titik yang
berlawanan. Versi monometer sederhana adalah monometer tabung U,
dimana pengukuran dilakukan dengan cara memasukkan cairan ( fluida
) pada sisi tabung pertama ( air, minyak, atau raksa ) dan pada sisi
tabung lainnya diberi tekanan. Perbedaan ketinggian cairan
menunjukkan tekanan yang diterapkan.

METODE PENELITIAN

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah fluid static
apparatus, terdiri dari reservoir, manometer tabung U, manometer
tabung ganda, manometer tabung tunggal, tube connection, control
valve, nivo dan alat injeksi.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah pewarna
dan fluida.
Cara Kerja
Disiapkan fluid static apparatus. Dialirkan fluida secara
perlahan dari reservoir ke dalam manometer tabung U melalui sistem.
Dicatat skala yang muncul dalam keadaan setimbang. Dipasang jarum
suntik pada salah satu ujung tabung U, hal ini dilakukan untuk
meningkatkan atau mengurangi tekanan udara pada satu ujung tabung
U. Diamati perubahan level volume pada kedua tabung. Dicatat hasil
pengamatan. Dialirkan fluida secara perlahan dari reservoir ke dalam
manometer tabung ganda melalui sistem. Dicatat skala yang muncul
pada tabung saat keadaan setimbang. Dipasangkan jarum suntik pada
salah satu ujung tabung ganda, hal ini dilakukan untuk meningkatkan
atau mengurangi tekanan udara pada satu ujung tabung ganda. Diamati
perubahan level volume pada kedua tabung. Dicatat hasil pengamatan
dan dihitung selisih yang ditampilkan oleh kedua volume tabung ganda.
Dialirkan fluida secara perlahan melalui sistem ke dalam tabung
tunggal. Dicatat skala yang muncul pada tabung ketika dalam keadaan
setimbang. Dipasang jarum suntik pada salah satu ujung tabung dan
diberikan tekanan tertentu pada tabung. Dicatat skala yang muncul
pada tabung ketika fluida sudah diberikan tekanan. Dihitung selisih dua
kondisi tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Gambar 1.1. fluid static apparatus


Tabel 3.1. Formulir Pengesahan Praktikum
No. Nama NIM Tanggal Pratikum
1. MARIO MANGAMPU TUA PURBA 104119035 30 OKTOBER 2020
Asisten

TANGGAL PENGUMPULAN LAPORAN: 7


OKTOBER 2020

(Revirna Artamevia S.)

Tabel 3.2. Data Pengamatan Pembacaan Skala Monometer


Pembacaan Skala
Pemberian
Perlakuan I Perlakuan II
Tekanan
Sebelum (mm) Sesudah (mm) Sebelum (mm) Sesudah (mm)

Manometer
364 247 364 204
Tunggal

Manometer
363 238 362 193
Ganda

Manometer
363 244 363 189
Tabung U

Tabel 3.2. Hasil Pembacaan Skala Pada Manometer

Pembacaan Skala
Pemberian
Perlakuan I Perlakuan II
Tekanan
Manometer Tunggal 117 160

Manometer Tabung Ganda 125 169

Manometer Tabung U 119 174

Perhitungan:
∆𝐻 = ℎ𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − ℎ𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑀𝑎𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑢𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛 1 =
∆𝐻 = ℎ𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − ℎ𝑎𝑤𝑎𝑙 = [ 247 – 364 ] = 117
∆𝐻 = ℎ𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − ℎ𝑎𝑤𝑎𝑙 = [ 238 – 363 ] = 125
∆𝐻 = ℎ𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − ℎ𝑎𝑤𝑎𝑙 = [ 244 – 363 ] = 119
𝑀𝑎𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑢𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛 2 =
∆𝐻 = ℎ𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − ℎ𝑎𝑤𝑎𝑙 = [ 204 – 364 ] = 160
∆𝐻 = ℎ𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − ℎ𝑎𝑤𝑎𝑙 = [ 193 – 362 ] = 169
∆𝐻 = ℎ𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − ℎ𝑎𝑤𝑎𝑙 = [ 189 – 363 ] = 174

Tabel 3.3. Perhitungan Tekanan

Pembacaan Skala
Pemberian Tekanan
Perlakuan I (Pa) Perlakuan II (Pa)

Manometer Tunggal 1147,77 1569,6

Manometer Tabung Ganda 1226,25 1657,89

Manometer Tabung U 1167,39 1706,94

Perhitungan:
𝜌 = 1000
𝑔 = 9,81
𝑀𝑎𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑢𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛 1
𝑃 = 𝜌 𝑥 𝑔 𝑥 ∆𝐻
𝑃 = 1000 𝑥 9,81 𝑥 0,117
= 1147,77 Pa
𝑀𝑎𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑇abung Ganda 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛 1
𝑃 = 𝜌 𝑥 𝑔 𝑥 ∆𝐻
𝑃 = 1000 𝑥 9,81 𝑥 0,125
= 1226,25 Pa
𝑀𝑎𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 Tabung U 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛 1
𝑃 = 𝜌 𝑥 𝑔 𝑥 ∆𝐻
𝑃 = 𝜌 𝑥 𝑔 𝑥 ∆𝐻
𝑃 = 1000 𝑥 9,81 𝑥 0,119
= 1167,39 Pa

𝑀𝑎𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑢𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛 2


𝑃 = 𝜌 𝑥 𝑔 𝑥 ∆𝐻 𝑃 = 𝜌 𝑥 𝑔 𝑥 ∆𝐻
𝑃 = 1000 𝑥 9,81 𝑥 0,160
= 1569,6 Pa
𝑀𝑎𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑇abung Ganda 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛 2
𝑃 = 𝜌 𝑥 𝑔 𝑥 ∆𝐻 𝑃 = 𝜌 𝑥 𝑔 𝑥 ∆𝐻
𝑃 = 1000 𝑥 9,81 𝑥 0,169
= 1657,89 Pa
𝑀𝑎𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 Tabung U 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛 2
𝑃 = 𝜌 𝑥 𝑔 𝑥 ∆𝐻 𝑃 = 𝜌 𝑥 𝑔 𝑥 ∆𝐻
𝑃 = 1000 𝑥 9,81 𝑥 0,174
= 1706,94 Pa

Pembahasan
Analisis grafik yang dihasilkan, bagaimana hubungan antara perbedaan ketinggian
dengan tekanan adalah berbanding lurus dimana semakin tinggi perbedaan ketinggiannya
semakin tinggi pula tekanannya. Seperti yang terlihat ditabel berikut ini.

2000

1500
Perlakuan 1
1000

Perlakuan 2
500

0.117 0.16

Gambar 3.1 Grafik Pengamatan Manometer Tabung Tunggal


Hubungan Perbedaan Ketinggian dengan Tekanan Hidrostatis pada Manometer
Tunggal (Tabung Piezometer) dengan sumbu x = ∆h dan sumbu y = tekanan (P)

2000

Perlakuan 1

500 Perlakuan 2

0.125 0.169

Gambar 3.2 Grafik Pengamatan Manometer Tabung Ganda


Hubungan Perbedaan Ketinggian dengan Tekanan Hidrostatis pada
Manometer Tabung Ganda dengan sumbu x = ∆h dan sumbu y = tekanan (P)
2000

1500
Perlakuan 1
1000

500 Perlakuan 2

0.119 0.174

Gambar 3.3 Grafik Pengamatan Manometer Tabung U


Hubungan Perbedaan Ketinggan dengan Tekanan Hidrostatis pada Manometer
Tabung U dengan sumbu x = ∆h dan sumbu y = tekanan (P)

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum Modul 3 “Pengukuran Tekanan
Menggunakan Manometer” diperoleh ketinggian manometer pada
perlakuan 1 adalah untuk manometer tunggal sebesar 0,117m, untuk
manometer tabung ganda sebesar 0,125m dan untuk manometer tabung U
sebesar 0,119m berbeda dengan perlakuan 2 diperoleh hasil ketinggian
sebesar 0,160m untuk tabung tunggal, 0,169m untuk manometer tabung
ganda dan 0,174m untuk manometer tabung U. Selain itu didapatkan pula
nilai tekanan pada masing-masing manometer yaitu pada perlakuan 1
sebesar 1.147,77 Pa untuk manometer tunggal lalu 1.226,25 Pa untuk
manometer tabung ganda dan 1.167,39 Pa untuk manometer tabung U
kemudian untuk perlakuan 2 didapatkan nilai tekanan pada manometer
tunggal sebesar 1.569,6 Pa, untuk manometer tabung ganda sebesar
1.657,89 Pa dan untuk manometer tabung U sebesar 1.706,94. Hubungan
yang didapatkan pada praktikum ini antara tekanan hidrostatis dengan
perbedaan tinggi cairan berbanding lurus, dimana semakin tinggi
tekanannya perbedaan ketinggian juga semakin naik.

DAFTAR PUSTAKA
Sistanto, Bambang Aris, 2003. Mekanika Fluida. Universitas Padjajaran.
Gurumuda. 2008.

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/instrumentasi-
dan_pengukuran/manometer/ diakses pada tanggal 7 Oktober 2020.
Yanasari. 2007. Modul Praktikum Mekanika Fluida. Akamigas Balongan Indramayu
Soetrisno. 1984. Seri Fisika Dasar, Bandung : ITB
LAMPIRAN

Tabel 3.2 Hasil Pembacaan Skala Pada Manometer

Pembacaan Skala
Pemberian
Perlakuan I Perlakuan II
Tekanan
Manometer Tunggal 117 160

Manometer Tabung Ganda 125 169

Manometer Tabung U 119 174

Perhitungan :
𝑀𝑎𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑢𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛 1 =
∆𝐻 = ℎ𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − ℎ𝑎𝑤𝑎𝑙 = [ 247 – 364 ] = 117
𝑀𝑎𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑢𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛 2 =
∆𝐻 = ℎ𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − ℎ𝑎𝑤𝑎𝑙 = [ 204 – 364 ] = 160

Tabel 3.3. Perhitungan Tekanan

Pembacaan Skala
Pemberian Tekanan
Perlakuan I (Pa) Perlakuan II (Pa)

Manometer Tunggal 1147,77 1569,6

Manometer Tabung Ganda 1226,25 1657,89

Manometer Tabung U 1167,39 1706,94

Perhitungan :

𝑀𝑎𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑢𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛 1


𝑃 = 𝜌 𝑥 𝑔 𝑥 ∆𝐻
𝑃 = 1000 𝑥 9,81 𝑥 0,117
= 1147,77 Pa
𝑀𝑎𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑢𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛 2
𝑃 = 𝜌 𝑥 𝑔 𝑥 ∆𝐻 𝑃 = 𝜌 𝑥 𝑔 𝑥 ∆𝐻
𝑃 = 1000 𝑥 9,81 𝑥 0,160
= 1569,6 Pa
LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA 1


MODUL 4
TEKANAN HIDROSTATIS

PERIODE 1 (2020/2021)

KELOMPOK 1
NAMA MAHASISWA/NIM : MARIO MANGAMPU TUA PURBA/104119035

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS


PERENCANAAN INFRASTUKTUR
UNIVERSITAS PERTAMINA
2020
TEKANAN HIDROSTATIS

Mario Mangampu Tua Purba1, Devi Tasya Marissa1, Nur Cahyo Dwi Saputro1, Kayla
Qolby Chayara1,Wilham Pratama1
1
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Perencanaan Infrastruktur, Universitas Pertamina
*Corresponding author : mariopertamina19@gmail.com

Abstrak : Tekanan hidrostatis adalah tekanan yang dialami oleh benda di dalam fluida yang diam. Dalam praktikum
kali ini, akan dilakukan percobaan tekanan hidrostatis. Tujuan dari percobaan kali ini adalah menentukan nilai tekanan
hidrostatis pada benda tenggelam, menentukan nilai tekanan hidrostatis pada benda yang sebagian tenggelam, dan
menentukan nilai galat pada percobaan pertama dan percobaan kedua. Alat yang digunakan pada praktikum kali ini satu
set alat hydrostatic preasure, caliper dan tabung ukur.

Kata kunci : tekanan, tekanan hidrostatis, fluida, kedalaman, tenggelam penuh, sebagian tenggelam

Abstract : Hydrostatic pressure is the pressure experienced by objects in a fluid at rest. In this practicum,
hydrostatic pressure experiments will be carried out. The purpose of this experiment is to determine the
value of hydrostatic pressure on submerged objects, determine the value of hydrostatic pressure on
partially submerged objects, and determine the error value in the first and second experiments. The tools
used in this practicum are a set of hydrostatic pressure tools, calipers and measuring tubes.

Key words: pressure, hydrostatic pressure, fluid, depth, fully immersed, partially submerged
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Tekanan hidrostatis merupakan tekanan pada suatu zat cair yang dipengaruhi oleh
massa jenis zat cair, kedalaman benda zat cair dan percepatan gravitasi. Dapat didefinisikan
juga sebagai tekanan yang terjadi dibawah permukaan air (Fluida Statis). Gaya-gaya yang
bekerja pada permukaan zat cair dapat diartikan sebagai konsep tekanan. Konsep tekanan yang
disebabkan oleh keadaan kesetimbangan zat cair atau statis disebut dengan tekanan hidrostatis.
Tekanan suatu fluida akan semakin besar apabila kedalaman air atau fluida tersebut semakin
tinggi. Pada percobaan kali ini akan diketahui tekanan air yang bekerja pada dinding tegak
secara visual sebagai pembuktian dari reaksi yang diperoleh. Prinsip dari tekanan hidrostatis
dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak ditemukan, sebagai contoh tekanan hidrostatis
yang dialami oleh seorang penyelam di dasar laut.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana nilai tekanan hidrostatis pada benda tenggelam?
2. Bagaimana nilai tekanan hidrostatis pada benda yang sebagian tenggelam?
3. Bagaimana nilai galat pada percobaan pertama dan percobaan kedua ?
TUJUAN PENELITIAN
1. Menentukan nilai tekanan hidrostatis pada benda tenggelam
2. Menentukan nilai tekanan hidrostatis pada benda yang sebagian tenggelam
3. Menentukan nilai galat pada percobaan pertama dan percobaan kedua
TEORI DASAR
Tekanan hidrostatis adalah tekanan yang diberikan oleh air ke semua pada titik ukur
manapun akibat adanya gaya gravitasi. Tekanan hidrostatis akan meningkat seiring dengan
bertambahnya kedalaman diukur dari permukaan air.
Akibat gaya gravitasi yang dialami, berat partikel air akan menekan partikel air
dibawahnya dan juga partikel-partikel yang ada dibawahnya akan saling menekan hingga ke
dasar air sehingga tekanan dibawah akan lebih besar dari tekanan diatas. Jadi, semakin dalam
menyelam dari permukaan air, maka akan semakin banyak volume air yang ada diatas kita
dengan permukaan air sehingga tekanan yang diberikan air pada tubuh kita ( tekanan
hidrostatis ) akan semakin besar. ( R. Helm )
Fluida berbeda dengan zat padat, yaitu tak dapat menopang tegangan geser. Jadi,fluida
berubah bentuk untuk mengisi tabung dengan bentuk bagaimanapun. Bilasebuah benda
tercelup dengan fluida seperti air, fluida mengadakan sebuah gaya yang tegak lurus permukaan
benda di setiap titik pada permukaan. Jika bendacukup kecil sehingga kita dapat mengabaikan
tiap perbedaan kedalaman fluida,gaya per satuan luas yang diadakan oleh fluida sama di setiap
titik pada permukaan benda. Gaya per satuan ini dinamakan tekanan fluida P;
P =𝐹 𝐴 (1.1)
Tekanan di danau atau lautan bertambah dengan bertambahnya kedalaman.Demikian
pula, tekanan atmosfer berkurang bila ketinggian betambah. Untukcairan seperti air yang
kerapatannya konstan di mana-mana, tekanan bertambahsecara linier dengan kedalaman.
Massa kolom cairan ini adalah :
m = ρ v = ρ.a.h (1.2)
Dan beratnya adalah :
w = mg = ρ.a.h.g (1.3)
Jika 𝑃0 adalah tekanan di bagian atas dan P adalah tekanan di dasar maka gaya neto ke
atas yang disebabkan oleh beda tekanan ini adalah PA- 𝑃0 A, maka :
P = 𝑃0 + ρ.g.h (ρ konstan) (1.4)
METODE PENELITIAN

Alat dan Bahan


Pada praktikum ini alat yang digunakan adalah satu set alat hydrostatic preasure,
caliper dan tabung ukur.
Cara Kerja
Praktikum kali ini akan dilakukan dengan cara diukur panjang, panjang yang diukur
adalah panjang penyeimbang, jarak kuadran ketumpuan, tinggi kuadran, lebar kuadran, jarak
dari penggantung berat ke tumpuan, dasar permukaan kuadran ke tinggi tumpuan, tinggi
permukaan kuadran vertikal dan lebar permukaan kuadran vertikal. Lalu peralatan hydrostatic
preasure ditempatkan diatas hydraulic bench dan disesuaikan kakinya sehingga nivo
menunjukkan kondisi datar. Lalu lengan penyeimbang ditempatkan pada knife edge, lalu
penggantung berat ditempatkan pada celah akhir bagian lengan penyeimbang, lalu drain
dipastikan tertutup. Alat pengukur keseimbangan berat sampai lengan horizontal digunakan
dengan cara diputar sesuai ulirnya. Ditambahkan massa pada setiap penggantung berat dan
hydrostatic preasure diisi dengan air hingga posisi lengan keseimbangan kembali seimbang
kemudian dicatat ketinggian air. Dilakukan kembali dengan penambahan massa ( beban )

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2.1 hydrostatic pressure

Sumber: https://drive.google.com/file/d/1zO6hOcJd9zXL0DIpuQVppI
RByQkMeJhm/view

Gambar 2.3 Tabung Ukur


Sumber:https://drive.google.com/file/d/1zO6hOcJd9zXL0DIpuQVppI
RByQkMeJhm/view
Hasil

Tabel 4.1. Perlakuan Sebagian Tenggelam


No. Nama NIM Tanggal Pratikum
1. Mario Mangampu Tua Purba 104119035
Asisten
TANGGAL PENGUMPULAN LAPORAN
Jumat, 30 Oktober 2020

(Revirna Artamevia S.)

Tabel 4.2. Perlakuan Sebagian Tenggelam


Y Gaya
Luas
(ketinggian Massa Tekanan Hidrostatis Yp Yp
No. Penampang Galat
air) (kg) P (Pa) F (N) Teori Eksperimen
A (m2)
(m)

1. 0,048 0,05 235,44 3,6 x 10-3 0,848 0,184 0,159 0,864

2. 0,062 0,1 304,11 4,65 x 10-3 1,414 0,179 0,191 1,067

Dik: B = 0,075 m
D = 0,1 m
L = 0,275 m
H = 0,2 m
Pembahasan :
Tekanan (P)

• P (1) = 𝜌×𝑔×ℎ
1
= ρ ×gx 𝑦
2

= 1000 kg/m3 × 9,81 m/s2 × 1 (0,075 𝑚 )


2
= 367,875 Pa
• Luas Penampang A (m2)
Lebar permukaan bidang (B) = 75 mm = 0,075 m
A (1) =B×y
= 0,075 m × 0,075 m
= 5,625 × 10-3 m2
Gaya Hidrostatis F (N)
F (1) =PxA
= 367,875 Pa × 5,625 × 10-3 m2
= 2,068 N
• Yp Teori
Tinggi keseluruhan (H) = 200 mm = 0,2 m
Yp (1) = H – 1/3 y
= 0,2 m – 1/3 ( 0,075 m )
= 0,2 m – 0,025 m
= 0,175 m

• Yp Eksperimen
Panjang lengan ruas, R3 (L) = 275 mm = 0,275 m

𝑊𝑥𝐿
Yp eksperimen =
𝐹

𝑚𝑥𝑔𝑥𝐿
=
𝐹
m
0,12 𝑥 9,81 𝑥 0,275 𝑚
s2
= 2,068 𝑁

= 0,156

• Galat
𝑌𝑒𝑘𝑠
Galat =
𝑌𝑡𝑒𝑜
0,156
= 0,175
= 0,9
Tabel 4.3. Perlakuan Tenggelam

Y (ketinggian Tinggi Air Tekanan Luas Gaya


Massa Hc
No. air) diatas P (Pa) Penampang Hidrostatis
(kg) (m)
(m) balok (m) A (m2) F (N)

1. 0,114 0,27 0,014 0,064 627,84 8,55 x 10-3 5,368

2. 0,119 0,29 0,019 0,069 676,89 8,925 x 10-3 6,041

Inersia Ŷp Yp Galat
No. Yp Teori
(m) Teori Eksperimen

1. 6,25×10-6 0,075 0,189 0,135 0.714

2. 6,25×10-6 0.079 0,198 0,129 0.651

Dik: B = 0,075 m
D = 0,1 m
L = 0,275 m
H = 0,2 m

Tinggi air diatas balok = Y – D


𝐷
Hc = Y - 2
𝐵𝐷3
I= 12
𝐼
Ýp Teori = Hc +
𝐴𝐻𝑐
Yp Teori = Ýp Teori + D + (Y - D)
Pembahasan :

No 1

• Tinggi air diatas balok


Tinggi permukaan bidang (D) = 100 mm = 0,1

Tinggi = 0,110 m – 0,1 m


= 0,01 m

• Hc
Hc1 = y -𝐷
2
0,1 𝑚
= 0,110 m -
2
= 0,06 m
• Tekanan P (Pa)
P1 = 𝜌 × 𝑔 × ℎ𝑐
= 1000 kg/m3 ×9,81 m/s2 × 0,06 m
= 588,6 Pa
• Gaya Hidrostatis
F1 = P ×A
= P × (B × y)
= 588,6 Pa × (0,075 m × 0,110 m)
= 4,855 N
• Inersia (I)
Tinggi permukaan bidang, D = 100 mm = 0,1 m
3
I = 𝐵𝐷
12
0,075 𝑚 × (0,1)3
=
12
= 6,25 ×10-6 m3
• 𝑌̂ p Teori
Luas permukaan bidang, A = 7500 mm2 = 75 × 10-4 m2
I
Y Teori1 = Hc +
A × Hc
6,25 ×10−6 𝑚3
= 0,06 m +
75 ×10−6 𝑚2× 0,06 m
= 0,073
• Yp teori
Yp teori1 = Y Teori 1 + (0,1 − 𝑡. 𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑖𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎)
= 0,073 + (0,1 – 0,01)
= 0,073 + 0,09
= 0,163

• Yp eksperimen
𝑊 𝑥𝐿
Yeksperimen =
𝐹
𝑚𝑥𝑔𝑥𝐿
=
𝐹 m
0,25 𝑥 9,81 𝑥 0,275 𝑚
s2
= 4,885 𝑁
= 0,138
• Galat

𝑌𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛
Galat =
𝑌𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
0,138
=
0,168
= 0,846

PEMBAHASAN

Pada benda tenggelam sepenuhnya yang memiliki massa


0.25 kg, ketinggian air 0.110 m, tinggi air diatas balok 0.01 m, Hc
0.06 m, tekanan 588,6 Pa, maka nilai tekanan hidrostatis pada benda
tenggelam yang didapat adalah 4.855 N, namun pada benda yang memiliki
massa 0.3 kg, ketinggian air 0.121 m, tinggi air diatas balok 0.021 m, Hc
0.071 m, tekanan 696.5 Pa, maka nilai tekanan hidrostatis yang didapat
adalah 6.320 N
Untuk benda perlakuan sebagian tenggelam yang memiliki massa
0.12 kg, ketinggian air 0.075 m, Teakann 367.75 Pa, luas penampang
5.625x10−3, maka gaya hidrostatis yang didapat adalah 2.068 N, namun pada
benda yang memiliki massa 0.15 kg, ketinggian air 0.079 m, tekanan
387.479 Pa, luas penampang 5.925 x10−3, maka gaya hidrostatis yang
didapat adalah 2.295 N.
Hubungan Nilai galat yang diperoleh pada percobaan ke 1 dan kedua
berbeda, dikarenakan data dan ketentuan dari percobaannya juga berbeda,
seperti massa benda, ketinggian air, dan lain sebagainya dan juga diakibatkan
dari posisi benda (tenggelam & tengggelam Sebagian).
KESIMPULAN
Nilai tekanan hidrostatis yang didapatkan oleh percobaan benda tenggelam ada dua yaitu
ketika ketinggian air 0,114 m dan 0,119 m. Nilai tekanan hidrostatis yang didapatkan oleh benda
tenggelam ketika ketinggian air 0,114 m adalah sebesar 627,84 Pa. Sedangkan, nilai tekanan
hidrostatis yang didapatkan oleh benda tenggelam ketika ketinggian air 0,119 m adalah sebesar
676,89 Pa.
Nilai tekanan hidrostatis yang didapatkan oleh benda sebagian tenggelam juga ada dua
yaitu ketika ketinggian air 0,048 m dan 0,062 m. Nilai tekanan hidrostatis yang didapatkan oleh
benda sebagian tenggelam ketika ketinggian air 0,048 m adalah sebesar 235,44 Pa. Sedangkan,
nilai tekanan hidrostatis yang didapatkan oleh benda sebagian tenggelam ketika ketinggian air
0,062 m adalah sebesar 304,11 Pa.
Nilai galat yang diperoleh pada percobaan pertama pada benda sebagian tenggelam terdapat
dua nilai, ketika ketinggian air 0,048 m dan 0,062 m. Nilai galat pada ketinggian air 0,048 m adalah
sebesar 0,864. Sedangkan, nilai galat pada ketinggian air 0,062 m adalah sebesar 1,067. Nilai galat
yang diperoleh pada percobaan kedua yaitu pada benda tenggelam penuh terdapat dua nilai, ketika
ketinggian air 0,114 m dan 0,119 m. Nilai galat pada ketinggian air 0,114 m adalah sebesar 0.714.
Sedangkan, nilai galat pada ketinggian air 0,119 m adalah sebesar 0.651.

DAFTAR PUSTAKA
1. A. cengel, Y., & M.cimbala, J (2014). FLUID MECHANICS ;Fundamental and application
3ed. New York: MC Graw Hill
2. M. White, F. Fluid Mechanics 5ed. Boston; WCB Mc Graw Hill.
3. R. Helm. (n.d.). Hydrostatic Preasure on a Partially and Fully Submerged Vertical
Rectangular Surface, 14-19
4. M. Gerhant, P..,. L. Gerhant, A., & I. Hosctein, J. (2016). Fundamental of Fluid Mechanics
8ed. United State of America : Wiley.
LAMPIRAN

Y Gaya
Luas
(ketinggian Massa Tekanan Hidrostatis Yp Yp
No. Penampang Galat
air) (kg) P (Pa) F (N) Teori Eksperimen
A (m2)
(m)

1. 0,048 0,05 235,44 3,6 x 10-3 0,848 0,184 0,159 0,864

2. 0,062 0,1 304,11 4,65 x 10-3 1,414 0,179 0,191 1,067

Tekanan Luas Gaya


Y (ketinggian air) Massa Tinggi Air diatas Hc
No. P (Pa) Penampang Hidrostatis
(m) (kg) balok (m) (m)
A (m2) F (N)

1. 0,114 0,27 0,014 0,064 627,84 8,55 x 10-3 5,368

2. 0,119 0,29 0,019 0,069 676,89 8,925 x 10-3 6,041

Galat
No. Inersia (m) Ŷp Teori Yp Teori Yp Eksperimen

1. 6,25×10-6 0,075 0,189 0,135 0.714

2. 6,25×10-6 0.079 0,198 0,129 0.651


LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA 1
MODUL 5
PENENTUAN TIPE ALIRAN DALAM PIPA

PERIODE 1 (2020/2021)

KELOMPOK 1
NAMA MAHASISWA/NIM : MARIO MANGAMPU TUA PURBA/104119035

PROGRAM STUDY TEKNIK SIPIL


FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTUKTUR
UNIVERSITAS PERTAMINA
2020
PENENTUAN TIPE ALIRAN DALAM PIPA

Mario Mangampu Tua Purba1, Devi Tasya Marissa1, Nur Cahyo Dwi Saputro1, Kayla
Qolby Chayara1,Wilham Pratama1
1
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Perencanaan Infrastruktur, Universitas Pertamina
*Corresponding author : mariopertamina19@gmail.com

Abstrak : Pada praktikum modul 5 ini, kita akan melakukan uji penentuan tipe aliran dalam pipa. Praktikum ini bertujuan
agar dapat mengetahui perbedaan aliran di dalam pipa yaitu aliran laminar, transisi dan turbulen. Di modul ini akan melakukan
uji tipe aliran dalam pipa dengan metode sesuai dengan arahan modul. Setelah percobaan maka akan didapat data volume,
waktu, suhu, viskositas kinematic fluida dan diameter pipa. Selanjutnya dilakukan pengolahan data, maka akan didapatkan nilai
debit aliran, kecepatan rata-rata fluida mengalir, bilangan Reynold dan tipe aliran.
Kata Kunci: Debit aliran, viskositas, bilangan Reynold, tipe aliran, volume

Abstract : In this module 5 practicum, we will conduct a test to determine the type of flow in the pipe. This
practicum aims to know the difference in flow in the pipe, namely laminar, transition and turbulent flow.
This module will perform a flow type test in the pipe according to the module directions. After the
experiment, the data will be obtained volume, time, temperature, fluid kinematic viscosity and pipe
diameter. Furthermore, data processing is carried out, it will obtain the flow rate value, the average
velocity of the fluid flowing, the Reynold number and the type of flow.
Keywords: Flow rate, viscosity, Reynold number, flow type, volume.
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Fluida adalah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk (distorsi), jika kita
mencoba merubah bentuk dari fluida maka akan terjadi suatu lapisan diatas lapisan lain. Fluida
dapat digunakan untuk mengetahui parameter yang ada pada aliran fluida, yaitu tekanan,
massa jenis, dan berat jenis. Fluida memiliki sifat lain yang dapat mempengaruhi aliran fluida
itu sendiri yaitu, viskositas, modulus bulk, dan bilangan Reynolds
Pada praktikum modul 5 ini, akan dilakukan penentuan tipe aliran dengan cara
memasukkan pewarna ke dalam aliran pipa. Pewarna di dalam aliran pipa akan membentuk
suatu garis yang jelas mengikuti karakteristik dari aliran tersebut. Sebagai acuan untuk
menentukan suatu aliran laminer, transisi, dan turbulen digunakan suatu bilangan Reynolds
(Modul Praktikum, 2020).

RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana menentukan nilai debit aliran pada pipa ?
2. Bagaimana menentukan nilai bilangan Reynold dari aliran pipa ?
3. Bagaimana menentukan jenis aliran dari hasil perhitungan bilangan Reynold ?

TUJUAN PENILITIAN
1. Menentukan nilai debit aliran pada pipa
2. Menentukan nilai bilangan Reynold pada pipa
3. Menentukan jenis aliran pipa berdasarkan nilai bilangan Reynold pada pipa

TEORI DASAR
Kekentalan zat cair menyebabkan terbentuknya gaya-gaya geser antara dua elemen zat
cair. Keberadaan kekentalan ini menyebabkan terjadinya kehilangan tenaga selama pengaliran
atau diperlukannya energi untuk menjamin adanya pengaliran. Hukum newton mengenai
kekentalan menyatakan bahwa tegangan geser antar dua partikel zat cair yang berdampingan
adalah sebanding dengan perbedaan kecepatan dari kedua partikel (gradient kecepatan).
Pada praktikum ini akan ditentukan tipe aliran pada fluida, yang diklasifikasikan dalam
tiga jenis aliran yaitu aliran laminar, aliran transisi, dan aliran turbulen. Aliran laminar terjadi
ketika aliran fluida dalam pipa sejajar dengan dinding pipa tanpa adanya komponen radial.
Aliran transisi terjadi ketika aliran fluida dalam pipa tidak sejajar dengan dinding pipa. Aliran
turbulen terjadi ketika aliran fluida dalam pipa tidak beraturan dengan pipa (Yudisaputro,
2014).
Penentuan tipe aliran dilakukan dengan cara memasukkan pewarna ke dalam fluida
dalam pipa, setelah itu akan muncul perubahan pada fluida dan menunjukkan garis yang
menunjukkan tipe aliran. Pada aliran laminar, pewarna dimasukkan ke dalam aliran pipa pada
satu titik, maka cairan pewarna tersebut akan membentuk suatu garis yang jelas dan pasti.
Berbanding terbalik dengan aliran turbulen, jika pewarna dimasukkan ke dalam aliran pipa
pada satu titik maka cairan pewarna tersebut akan tersebar dan terlihat tidak teratur.
Bilangan Reynolds merupakan fungsi dari variabel kecepatan, viskositas dan massa jenis
fluida serta diameter dalam pipa. Bilangan Reynolds dapat di hitung melalui persamaan sebagai
berikut: (Panduan praktikum mekanika fluida, 2020).
vxDxρ
Re =
μ
Keterangan :

v = Kecepatan (rata-rata) fluida yang mengalir (m/s) D


= Diameter dalam pipa (m)
ρ = Massa jenis fluida (kg/m3)
μ = Viskositas dinamik fluida (kg/ m.s) Re
= Bilangan Reynold

METODE PENELITIAN

Alat dan Bahan


Pada praktikum ini alat yang digunakan adalah Osborne Reynold Appartus, Hydraulic
Bench, Stopwatch, termometer, gelas ukur 1000 ml dan fluida

Cara Kerja
Praktikum kali ini akan dilakukan dengan disiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan, pompa pada hydraulic bench dipancing hingga aliran konstan, setelah aliran
konstan hydraulic bench dimatikan dan diganti selang pancing dengan selang apparus,
dinyalakan hydraulic bench dan disesuaikan bukaan katup untuk menghasilkan aliran lambat
melalui pipa, dialirkan air hingga memenuhi wadah apparatus lalu hydraulic bench dimatikan,
dibuka keran pewarna hingga pewarna keluar, diamati profil kesepatan dengan membukan
kran output sesuai perlakuan, diukur laju air volume, waktu dan suhu aliran keluaran, ditutup
kran output, diulangi langkah 3-8 untuk perlakuan selanjutnya dan dicatat hasil masing-masing
pengamatan perlakuan yang berbeda
HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2.1 hydrostatic pressure

Sumber: https://drive.google.com/file/d/1zO6hOcJd9zXL0DIpuQVppI
RByQkMeJhm/view

Gambar 2.3 Tabung Ukur


Sumber:https://drive.google.com/file/d/1zO6hOcJd9zXL0DIpuQVppI
RByQkMeJhm/view
Hasil
Tabel 1. Pengesahan Formulir Perhitungan
No. Nama NIM Tanggal Pratikum
Mario Mangampu Tua Purba 104119035 Asisten
TANGGAL PENGUMPULAN LAPORAN : 11 November 2020

(Revirna Artamevia S.)


Tabel 2. Data Hasil Perhitungan
Viskositas
Diameter Bilangan
Volume Waktu Suhu Debit Kinematik Tipe
Perlakuan Pipa Reynold
(m3) (s) (°C) (m3/s) Fluida Aliran
(m) (-)
(10-6x m2/s)
4 250 × 10−6 29,67 25 0,01 8,426 x 10 – 6 0,893 1198,208 Laminer

8 250 × 10−6 11,80 25 0,01 21,186 x 10 – 6 0,893 3012,318 Transisi

12 250 × 10−6 7,26 25 0,01 34,435 x 10 – 6 0,893 4912,233 Turbulen

Cara Perhitungan :
Debit : Kecepatan rata-rata :
Volume / Waktu V = Q/A 2
D1 = 250 x 10-6 / 29,67 = 8,426 x 10-6 m3/s
𝜋𝑥𝐷 3,14 𝑥 0,01 𝑥 0,01
D2 = 250 x 10-6 / 11,80 = 21,186 x 10-6 m3/s 4 A= = 4 = 7,85 𝑥 10−5𝑚2

D3 = 250 x 10-6 / 7,26 = 34,435 x 10-6 m3/s 8,426 𝑥 10−6


Bilangan Reynold : 𝑣1 = = 0,107 𝑚/𝑠
𝑣𝑥𝐷 7,85 𝑥 10−5
𝑅𝑒 = 21,186 𝑥 10−6
𝑉 𝑣2 = = 0,269𝑚/𝑠
7,85 𝑥 10−5
0,107𝑥 0,01
𝑅𝑒1 = = 1198,208 𝑘𝑔/𝑚. 𝑠 34,435 𝑥 10−6
0,893 𝑥 10−6 𝑣3 = = 0,439𝑚/𝑠
0,269𝑥 0,01 7,85 𝑥 10−5

𝑅𝑒2 = = 3012,318 𝑘𝑔/𝑚. 𝑠


0,893 𝑥 10−6
0,439𝑥 0,01
𝑅𝑒3 = = 4912,233 𝑘𝑔/𝑚. 𝑠
0,893 𝑥 10−6

PEMBAHASAN
Hitung debit aliran dengan menggunakan perbandingan antara volume air yang di
tampung dengan waktu yang tercatat pada stopwatch.
Nilai bilangan Reynold didapatkan dengan kecepatan yang diketahui, dikali dengan
diameter pipa lalu dibagi dengan bilangan viskositas kinematic fluida yang diketahui,
dengan data tersebut maka nilai bilangan Reynold dapat diketahui.
Jenis aliran di tentukan dari hasil bilangan Reynold, jika hasil itu < 2000 maka
laminar, 2000-4000 tipe aliran turbulen, >4000 tipe aliran transisi.

KESIMPULAN
Untuk menentukan debit aliran menggunakan rumus Q =v/t Pada perlakuan 4
memiliki debit sebesar 8,426 x 10-6 m3, perlakuan 8 memiliki debit sebesar 21,186 x 10-6 m3/s, dan
perlakuan 12 memiliki debit sebesar 34,435 x 10-6 m3/s.
Untuk mencari nilai bilangan Reynold adalah dengan menggunakan rumus
𝑅𝑒
𝑣𝑥
=
𝐷
. Nilai bilangan Reynold pada pada perlakuan 4 sebesar 1198,208 kg/m.s, perlakuan
8
𝑉
sebesar 3012,318 kg/m.s, dan perlakuan 12 sebesar 4912,233 kg/m.s.

U ertama kita harus menentukan bilangan Reynold, jika bilangan Reynold sudah

n didapatkan maka, jika hasil itu < 2000 laminar, 2000-4000 tipe aliran turbulen,

t >4000 tipe aliran transisi. Tipe aliran pada perlakuan 4 adalah laminer,

u perlakuan 8 adalah transisi, dan perlakuan 12 adalah turbulen.

k
m
e
n
e
n
t
u
k
a
n
t
i
p
e
a
l
i
r
a
n
,
y
a
n
p
DAFTAR PUSTAKA
1. Panduan Praktikum Mekanika Fluida, 2020. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
2. Yudisaputro, H. 2014. Jenis-jenis Aliran Fluida.
https://berbagienergi.com/2014/09/28/jenis-jenis-aliran-fluida/
3. Dixion.S.L.1986. Mekanika Fluida Termodinamika. Jakarta: Universitas Indonesia
4. Nasution, H. 2008. Mekanika Fluida Dasar. Penerbit : Bung Hatta University Press. Padang.
LAMPIRAN
Viskositas
Diameter Bilangan
Volume Waktu Suhu Debit Kinematik Tipe
Perlakuan Pipa Reynold
(m3) (s) (°C) (m3/s) Fluida Aliran
(m) (-)
(10-6x m2/s)
4 250 × 10−6 29,67 25 0,01 8,426 x 10 – 6 0,893 1198,208 Laminer

8 250 × 10−6 11,80 25 0,01 21,186 x 10 – 6 0,893 3012,318 Transisi

12 250 × 10−6 7,26 25 0,01 34,435 x 10 – 6 0,893 4912,233 Turbulen


LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA 1
MODUL 6
PENGUKURAN KEHILANGAN ENERGI PADA PIPA
PERIODE 1 (2020/2021)

KELOMPOK 1
NAMA MAHASISWA/NIM : MARIO MANGAMPU TUA
PURBA/104119035

PROGRAM STUDY TEKNIK SIPIL


FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTUKTUR
UNIVERSITAS PERTAMINA
2020
PENGUKURAN KEHILANGAN ENERGI PADA PIPA
Mario Mangampu Tua Purba1, Devi Tasya Marissa1, Nur Cahyo Dwi
Saputro1, Kayla Qolby Chayara1,Wilham Pratama1
1
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Perencanaan Infrastruktur,
Universitas Pertamina
*Corresponding author : mariopertamina19@gmail.com

Abstrak : Prakitikum modul 6 kali ini berjudul Pengukuran Kehilangan Energi Pada Pipa.
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan nilai tekanan headloss pipa pada ketiga percobaan dan
menentkan nilai faktor friksi pada ketiga percobaan. Percobaan pada praktikum kali ini dilakukan
dengan cara Pompa pada hydraulic bench dipompa hingga aliran konstan. Setelah aliran konstan
hydraulic bench dimatikan dan selang pancing diganti dengan selang apparatus. Kran output
dipastikan sudah sesuai dengan perlakuan. Hydraulic bench dinyalakan dan bukaan katup
disesuaikan untuk menghasilkan aliran lambat melalui pipa. Kran output dibuka sesuai dengan
perlakuan. Nilai skala pada piezometer dicatat dan volume, waktu, dan suhu aliran yang keluar
diukur. Prosedur 3-6 diulangi untuk perlakuan selanjutnya.

Kata kunci : pipa, tipe, headloss, fluida, reynold

Abstract : The Practicum module 6 this time is entitled Measurement of Energy


Loss in Pipes. This practicum aims to determine the value of pipe headloss pressure
in the three experiments and to determine the value of the friction factor in the three
experiments. The experiment at this practicum was carried out by pumping the
pump on the hydraulic bench to a constant flow. After the constant flow of the
hydraulic bench is turned off and the fishing line is replaced with the apparatus
hose. It is confirmed that the output valve is in accordance with the treatment. The
hydraulic bench is switched on and valve opening is adjusted for slow flow through
the pipe. The output tap is opened according to the treatment. The scale value on
the piezometer is recorded and the volume, time and temperature of the outflow are
measured. Procedures 3-6 are repeated for further treatment.
Keywords: pipe, type, headloss, fluid, reynold
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Head loss adalah penurunan tekanan pada fluida yang mengalir
di dalam pipa. Head loss pada instalasi pipa disebabkan oleh beberapa
hal, secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu major head loss
dan minor head loss. Major head loss disebabkan oleh gesekan antara
fludia yang mengalir dengan dinding pipa dan minor head loss
disebabkan oleh beberapa hal antara lain, aliran masuk fluida ke dalam
pipa (inlet), aliran keluar fluida dari pipa (outlet), sambungan pipa/
fitting atau sambungan pipa tanpa fitting/ butt fusion, dan yang terakhir
katup/ valve.
Kehilangan energi pada sepanjang aliran dapat disebabkan oleh
geseran atau perubahan penampang aliran yang disebabkan karena adanya
gangguan lokal. Kehilangan energi akibat perubahan penampang aliran
yang kecil disebut kehilangan energi minor (minor losses). Kehilangan
energi minor yang banyak di sepanjang aliran dapat mengakibatkan
kehilangan yang berarti bagi sistem pada suatu aliran (Darmali, 2018).

RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana menentukan nilai headloss pipa pada ketiga
percobaan?
2. Bagaimana menentukan nilai factor friksi pada Ketika
percobaan?
TUJUAN PENILITIAN
1. Menentukan nilai tekanan headloss pipa pada ketiga percobaa
2. Menentukan nilai factor friksi pada ketiga percobaan

TEORI DASAR
Head loss adalah penurunan tekanan pada fluida yang mengalir
di dalam pipa. Head loss pada instalasi pipa disebabkan oleh beberapa
hal, secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu major head loss
dan minor head loss. Major head loss disebabkan oleh gesekan antara
fludia yang mengalir dengan dinding pipa dan minor head loss
disebabkan oleh beberapa hal antara lain, aliran masuk fluida ke dalam
pipa (inlet), aliran keluar fluida dari pipa (outlet), sambungan pipa/
fitting atau sambungan pipa tanpa fitting/ butt fusion, dan yang terakhir
katup/ valve.
Suatu zat dengan kekentalan tertentu akan mengalami
kehilangan tenaga pada saat zat cair tersebut mengalir di dalam pipa.
Kehilangan tenaga tersebut disebabkan oleh gesekan antara zat cair
dengan dinding pipa serta gesekan antar partikel-partikel fluida itu
sendiri. Kehilangan tenaga tersebut merupakan fungsi dari tinggi
kecepatan yang dapat ditulis dengan persamaan
𝑣2
𝐻𝐿 = 𝐾𝐿. (1.1)
2𝑔
dimana:
HL = tinggi tenaga yang hilang (m) KL
= koefisien kecepatan
𝑉2
= tinggi kecepatan (m)
2𝑔

Beberapa penyebab kehilangan tenaga, antara lain:


1. Kehilangan tenaga pada pipa lurus dengan diameter konstan. Besarnya
kehilangan tenaga yang terjadi akibat gesekan antara zat cair dengan
dinding pipa berbanding lurus dengan faktor gesekan f dan panjang pipa L,
serta berbanding terbalik dengan diameter pipa D, sehingga dapat dituliskan
:
𝐿 𝑣2
𝐻𝐿 = 𝑓. . (1.2)
𝐷 2𝑔

Faktor gesekan tersebut tergantung pada besarnya bilangan Reynold dan kekasaran
relatif pada permukaan pipa, seperti persamaan berikut:
f = fungsi (Re, ε/D) (1.3)
2. Kehilangan tenaga pada pipa yang mengalami perubahan penampang.
Beberapa perubahan penampang pipa dapat terjadi pada sambungan pipa
dengan variasi :
a. Sambungan membesar siku-siku (menyudut dan tanpa menyudut).
b. Sambungan mengecil siku-siku (menyudut dan tanpa menyudut).
Sambungan membesar / mengecil siku-siku jika dirumuskan pada komponen
sistem perpipaan adalah sebagai berikut :

(𝑣1 − 𝑣2)2
𝐻𝐿(1−2) = (1.4)
2𝑔

METODE PENELITIAN

Alat dan Bahan


Pada praktikum ini menggunakan alat hydraulic bench sebagai
alat pengompa air, stopwatch, gelas ukur dan alat yang terakhir dalam
praktikum ini adalah Pipe Friction Apparatus.
Cara Kerja
Pompa pada hydraulic bench dipompa hingga aliran konstan.
Setelah aliran konstan hydraulic bench dimatikan dan selang pancing
diganti dengan selang apparatus. Kran output dipastikan sudah sesuai
dengan perlakuan. Hydraulic bench dinyalakan dan bukaan katup
disesuaikan untuk menghasilkan aliran lambat melalui pipa. Kran output
dibuka sesuai dengan perlakuan. Nilai skala pada piezometer dicatat dan
volume, waktu, dan suhu aliran yang keluar diukur. Prosedur 3-6 diulangi
untuk perlakuan selanjutnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2.1. hydrostatic pressure


Sumber:https://drive.google.com/file/d/1mzI6jGAw8yksYNk8HOBC9OkVUH1UlB91/view

Gambar 2.2. Tabung Ukur


Sumber:https://drive.google.com/file/d/1mzI6jGAw8yksYNk8HOBC9OkVUH1UlB91/vi
ew
Tabel 1. Pengesahan Formulir Perhitungan
No. Nama NIM Tanggal Pratikum
Mario Mangampu Tua Purba 104119035 Asisten
TANGGAL PENGUMPULAN LAPORAN : 18 November 2020

(Revirna Artamevia S.)

Tabel 2. Data Hasil Perhitungan


Panjang Pipa Diameter Pipa Suhu Air
Volume (m3) Waktu (t) Viskositas Kinematik (m2/s)
(L) (D) (°C)
0,5 m 3 x 10-3 m 100x10-6 33,06 s 25 0,893 x10-6
0,5 m 3 x 10-3 m 100x10-6 27,53 s 25 0,893 x10-6
0,5 m 3 x 10-3 m 100x10-6 24,92 s 25 0,893 x10-6

Pembacaan Head Kecepata


Manometer Loss Debit Faktor Friksi Bilangan
n
(Q) (f) Reynold
(∆H) (V)
H1 H2
3,025 x 10-6
310 220 90 0,428 m/s 0,045 1437,849 kg/m.s
m3/s
3,632 x 10-6
360 160 200 0,514 m/s 0,037 1726,764 kg/m.s
m3/s
4,006 x 10-6
330 200 130 0,567 m/s 0,034 1904,815 kg/m.s
m3/s

Ln f Ln Re Ln h Ln V ∆Hf Ln ∆Hf Ln Q

-2,659 -12,709
-3,101 7,271 4,499 -0,849 0,07
-2,489 -12,526
-3,297 7,454 5,298 -0,666 0,083
-2,375 -12,428
-3,381 7,552 4,868 -0,567 0,093
Cara Perhitungan :
Debit :
Volume / Waktu
D1 = 100 x 10-6 / 33,06 = 3,025 x 10-6 m3/s
D2 = 100 x 10-6 / 27,53 = 3,632 x 10-6 m3/s
D3 = 100 x 10-6 / 24,92 = 4,006 x 10-6 m3/s
Kecepatan rata-rata :
V = Q/A
𝜋 𝑥 𝐷2 3,14 𝑥 0,003 𝑥 0,003
A= 4
= 4
= 7,065 𝑥 10−6𝑚2
3,025 𝑥 10−6
𝑣1 = −6 = 0,428 𝑚/𝑠
7,065 𝑥 10−6
3,632 𝑥 10
𝑣2 = −6 = 0,514 𝑚/𝑠
7,065 𝑥 10−6
4,006 𝑥 10
𝑣3 = = 0,567𝑚/𝑠
7,065 𝑥 10−6

Bilangan Reynold :
𝑣𝑥𝐷
𝑅𝑒 = 𝑉
0,428𝑥 0,0031
𝑅𝑒1 = = 1437,849 𝑘𝑔/𝑚. 𝑠
0,893 𝑥 10−6
0,514𝑥 0,003
𝑅𝑒2 = = 1726,763 𝑘𝑔/𝑚. 𝑠
0,893 𝑥 10−6
0,567𝑥 0,003
𝑅𝑒3 = = 1904,815 𝑘𝑔/𝑚. 𝑠
0,893 𝑥 10−6
(∆𝑯) : ∆𝐻 = |𝐻2 − 𝐻1|
∆H1 = |220 − 310| = 90 𝑚
∆H2 = |160 − 360| = 200 𝑚
∆H3 = |200 − 330| = 130 𝑚
Faktor Friksi :
64
𝑓=
𝑅𝑒
64
𝑓1 = = 0,045
1437,849
64
𝑓2 = = 0,037
1726,764
64
𝑓3 = = 0,034
1904,815
Headloss :
𝑓 𝑥 𝐿 𝑥 𝑉2
𝐻𝐿 =
𝐷 𝑥 2𝑔
0,045 𝑥 0,5 𝑥 0,4282
𝐻𝐿1 = = 0,07
0,003 𝑥 2(9,81)
0,037 𝑥 0,5 𝑥 0,5142
= 0,083
𝐻𝐿2 = 0,003 𝑥 2(9,81)
0,034 𝑥 0,5 𝑥 0,5672
= 0,093
𝐻𝐿3 = 0,003 𝑥 2(9,81)

Grafik 1. Hubungan Ln f Vs Ln Re
Hubungan Ln f Vs Ln Re
7.6

7.5

7.4

7.3

7.2
-3.4 -3.35 -3.3 -3.25 -3.2 -3.15 -3.1 -3.05

Pembahasan :
Jika faktor friksi semakin besar maka bilangan reynold yang diperoleh
akan semakin kecil. Sehingga faktor friksi dan bilangan reynold berbanding
terbalik.
Grafik 2. Hubungan Ln H Vs Ln v
Hubungan Ln H Vs Ln v

4.4 4.6 4.8 5.2 5.4

-0.4

-0.6

-0.8

-1

Pembahasan :
Jika semakin besar ketinggiannya (∆𝐻) maka kecepatannya (v) akan
semakin besar juga. Sehingga ketinggian dan kecepatan berbanding lurus.
Grafik 3. Hubungan Ln Hf Vs Ln Q
Hubungan Ln Hf Vs Ln Q

-2.7 -2.65 -2.6 -2.55 -2.5 -2.45 -2.4 -12.45-2.35

-12.55

-12.75
Pembahasan :
Jika headloss yang diperoleh semakin kecil maka debitnya akan semakin
kecil juga. Sehingga headloss dan debit berbanding lurus

Pembahasan
Nilai headloss didapat setelah menentukan hasil dari faktor friksi.
Semakin besar faktor friksi yang dialami maka headlossnya yang dialami
akan semakin kecil. Sehingga hubungan antara faktor friksi dan headloss
berbanding terbalik.
Nilai friksi didapat setelah menentukan bilangan reynold yang sudah
didapat. Hasil ini menunjukkan tipe aliran yang akan digunakan nantinya,
sehingga kita dapat menggunakan tipe aliran untuk mencari faktor friksi.
Karena setiap tipe aliran memiliki rumus faktor friksi yang berbeda. Jika
bilangan reynoldnya semakin kecil maka faktor friksi yang dialami semakin
besar. Sehingga hubungan antara faktor friksi dan bilangan reynold adalah
berbanding terbalik

KESIMPULAN
Pada saat melakukan perhitungan untuk menentukan headloss
dibutuhkan data yang menyertakan panjang, diameter, kecepatan, gravitasi,
serta faktor friksinya. Persamaan yang digunakan adalah :
𝑓 𝑥 𝐿 𝑥 𝑉2
𝐻𝐿 =
𝐷 𝑥 2𝑔

Hasil yang didapat pada percobaan 1 adalah 0,07, pada percobaan 2


adalah 0,083, dan pada percobaan 3 adalah 0,093. Faktor friksi yang
diperoleh pada masing-masing pada percobaan 1 adalah 0,045, pada
percobaan 2 adalah 0,037, dan pada percobaan 3 adalah 0,034. Hal ini
menyatakan bahwa semakin besar faktor friksi yang diperoleh headlossnya
akan semakin kecil. Sehingga hubungan antara faktor friksi dan headlossnya
adalah berbanding terbalik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Panduan Pratikum Mekanika Fluida. 2014. Bandung: Institut Teknologi
Bandung
2. Video praktikum modul 6
https://drive.google.com/file/d/1mzI6jGAw8yksYNk8HOBC9OkVUH1Ul
B91/view
3. Panduan Praktikum Mekanika Fluida 1. 2020. Universitas Pertamina,
Jakarta.
https://drive.google.com/open?id=17DPvpHZEHQO9_--
EXDbcsyjX73z8dJo9&authuser=1
LAMPIRAN

Panjang Pipa Diameter Pipa Suhu Air


Volume (m3) Waktu (t) Viskositas Kinematik (m2/s)
(L) (D) (°C)
0,5 m 3 x 10-3 m 100x10-6 33,06 s 25 0,893 x10-6
0,5 m 3 x 10-3 m 100x10-6 27,53 s 25 0,893 x10-6
0,5 m 3 x 10-3 m 100x10-6 24,92 s 25 0,893 x10-6

Pembacaan Head Kecepata


Manometer Loss Debit Faktor Friksi Bilangan
n
(Q) (f) Reynold
(∆H) (V)
H1 H2
3,025 x 10-6
310 220 90 0,428 m/s 0,045 1437,849 kg/m.s
m3/s
3,632 x 10-6
360 160 200 0,514 m/s 0,037 1726,764 kg/m.s
m3/s
4,006 x 10-6
330 200 130 0,567 m/s 0,034 1904,815 kg/m.s
m3/s

Ln f Ln Re Ln h Ln V ∆Hf Ln ∆Hf Ln Q

-2,659 -12,709
-3,101 7,271 4,499 -0,849 0,07
-2,489 -12,526
-3,297 7,454 5,298 -0,666 0,083
-2,375 -12,428
-3,381 7,552 4,868 -0,567 0,093
LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA 1
MODUL 7

PENENTUAN KOEFISIEN ALIRAN DENGAN VENTURIMETER

PERIODE 1 (2020/2021)

KELOMPOK 1
NAMA MAHASISWA/NIM : MARIO MANGAMPU TUA PURBA/104119035

PROGRAM STUDY TEKNIK SIPIL


FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTUKTUR
UNIVERSITAS PERTAMINA
2020

PENENTUAN KOEFISIEN ALIRAN DENGAN VENTURIMETER


Mario Mangampu Tua Purba1, Devi Tasya Marissa1, Nur Cahyo Dwi Saputro1, Kayla Qolby
Chayara1,Wilham Pratama1
1
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Perencanaan Infrastruktur, Universitas Pertamina
*Corresponding author : mariopertamina19@gmail.com

Prinsip kerja Bernoulli


Debit dan kecepatan aliran sangat penting untuk diketahui besarnya dalam melakukan penelitian mengenai fluida.
Debit dapat diukur menggunakan prinsip Bernoulli dan kontinuitas pada pipa tertutup yang diaplikasikan melalui alat
bernama venturimeter. Venturimeter bekerja dengan menggunakan perinsip Bernoulli dan kontinuitas yang
mengandalkan perbedaan luas penampang yang akan mengakibatkan adanya perbedaan kecepatan.
Perbedaaan luas penampang dari diameter yang lebih besar menjadi lebih kecil kemudian membesar lagi
dilakukan seideal mungkin untuk untuk menghindari terjadinya kehilangan tinggi tekan akibat ekspansi atau kontraksi
yang terjadi secara tiba-tiba. Jika dipasang piezometer paa bagian-bagian penampang yang berbeda-beda, akan terlihat
perbedaan ketinggian sebagai wujud dari perbedaan tekanan air yang melewati penampang.
Persamaan Bernoulli :
𝑝1 𝑣12 𝑝2 𝑣22 𝑝𝑛 𝑣𝑛2
𝑧1 + + = 𝑧2 + + = 𝑧𝑛 + +
𝑌 2𝑔 𝑌 2𝑔 𝑌 2𝑔
Persamaan kontinuitas :
𝐴1 × 𝑣1 = 𝐴2 × 𝑣2
Alat
1. Venturimeter
2. Bangku Hidrolik
3. Stopwatch
4. Gelas Ukur
5. Label
6. Penggaris
Langkah Kerja
Dipancing pompa pada hydraulic bench hingga aliran konstan. Setelah aliran konstan, hydraulic bench dimatikan
dan selang pancing diganti dengan selang apparatus. Dipastikan kran output dalam keadaan tertutup. Dinyalakan
hydraulic bench dan disesuaikan bukaan katup untuk menghasilkan aliran lambat melalui pipa. Dibuka kran output dan
diamati ketinggian manometer setelah aliran didalam pipa konstan. Diukur volume, waktu dan dicatat ketinggian air pada
piezometer. Diulangu langkah 4-6 dengan debit yang berbeda, dengan syarat besar debit masih dapat memberikan
perbedaan ketinggian yang jelas pada pembacaan piezometer. Dicatat hasil pengamatan pada masing-masing perlakuan
yang berbeda.
LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA 1
MODUL 8
PENGAMATAN ALIRAN DALAM DIAMETER PIPA YANG BERBEDA

PERIODE 1 (2020/2021)

KELOMPOK 1
NAMA MAHASISWA/NIM : MARIO MANGAMPU TUA PURBA/104119035

PROGRAM STUDY TEKNIK SIPIL


FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTUKTUR
UNIVERSITAS PERTAMINA
2020
PENGAMATAN ALIRAN DALAM DIAMETER PIPA YANG BERBEDA
Mario Mangampu Tua Purba1, Devi Tasya Marissa1, Nur Cahyo Dwi Saputro1, Kayla Qolby
Chayara1,Muhammad Waldy Bayu Pamungkas1
1
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Perencanaan Infrastruktur, Universitas Pertamina
*Corresponding author : mariopertamina19@gmail.com

Abstrak : Praktikum kali ini dilakukan bertujuan untuk menentukan nilai koefisien kehilangan tenaga pada diameter pipa yang berbeda,
menentukan nilai debit pada hydraulic bench dan nilai debit gelas ukur dan yang terakhir adalah menentukan hubungan antara nilai debit dengan
nilai koefisien kehilangan tenaga secara teoritis dan eksperiment. Setelah melakukan praktikum, kita akan mendapatkan hasil yang meliputi
volume, waktu, panjang, headloss, dan diameter pipa. Dari hasil tersebut kita akan dapat melakukan perhitungan dengan rumus yang sudah
ditentukan untuk bisa mendapatkan hasil koefisien headloss.
Kata kunci : headloss, pipa, diameter, debit dan fluida

Abstract : This practicum aims to determine the value of the power loss coefficient at different pipe diameters, determine
the discharge value on the hydraulic bench and the discharge value of the measuring cup and finally determine the
relationship between the discharge value and the theoretical and experimental value of the power loss coefficient. After
practicum, results will be obtained which include volume, time, length, head loss, and pipe diameter. From these results
we will be able to perform calculations with a predetermined formula to get the head loss coefficient.
Keywords : head loss, pipe, diameter, flow, and fluid
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Dalam praktikum kali ini melakukan pengamatan kajian ilmu fisika, dalam kehidupan sehari-hari
kita membutuhkan pengukuran yang ditimbulkan oleh suatu alat. Salah satunya adalah kehilangan tenaga
pada system perpipaan dengan diameter berbeda dengan perlakuan bukaan katup yang berbeda-beda.
Kehilangan tenaga ada system perpipaan terjadi karena gesekan aliran air dengan permukaan pipa dan
gesekan antar partikel fluid aitu sendiri. Faktor yang menyebabkan kehilangan energi pada system
perpipaan bergantung pada diameter dan Panjang pipa sesuai dengan perlakuannya.
Pada laporan kali ini membahas pengukuran yang terkesan tidak terlalu penting, namun
sebenarnya diperlukan untuk dikaji, terlebih untuk perhitungan hidrolisis. Selain mengetahui penyebab
terjadinya kehilangan tenaga pada sistem perpipaan, pengaruh dari besarnya diameter pipa dan panjangnya
pipa dibahas dengan perlakuan bukaan katupnya yang berbeda pada laporan ini.
RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana menentukan nilai koefisien kehilangan tenaga pada diameter pipa yang divariasikan?
2. Bagaimana menentukan nilai debit pada hydraulic bench dan nilai debit pada gelas ukur?
3. Bagaimana hubungan antara nilai debit dengan nilai koefisien kehilangan tenaga secara teoritis
dan eksperimen?
TUJUAN PENELITIAN

1. Menentukan nilai koefisien kehilangan tenaga pada diameter pipa yang berbeda
2. Menentukan nilai debit pada hydraulic bench dan nilai debit gelas ukur
3. Menentukan hubungan antara nilai debit dengan nilai koefisien kehilangan tenaga secara teoritis
dan eksperiment
TEORI DASAR
Pipa adalah saluran tertutup yang biasanya memiliki penampang lingkaran yang digunakan untuk
mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh. Fluida yang dialirkan melalui pipa bisa berupa zat cair
atau gas. Tekanan yang dihasilkan bisa lebih besar ataupun lebih kecil dari tekanan atmosfer. Fluida yang
mengalir pada suatu pipa akan memiliki headloss (kehilangan tenaga) tergantung dari besar diameter dan
panjang pipa yang dilaluinya.
Fluida adalah zat cair yang bisa mengalir menempati ruangan, mempunyai partikel yang mudah
bergerak dan berubah bentuk tanpa pemisahan massa (Triatmodjo, 1993:9). Tahanan fluida terhadap
perubahan bentuk sangat kecil, sehingga fluida dapat denga mudah mengikut bentuk dan ruang serta
tempat membatasinya. Kehilangan tenaga ini disebabkan karena adanya gesekan fluida dengan permukaan
pipa di sepanjang pipa itu sendiri, jika di masukkan kedalam persamaan sebagai berikut:
𝐿𝑄 2
𝐻𝑓 = 𝑘 ( 5 )
𝐷
Keterangan :
Hf = Kehilangan tenaga akibat gesekan mH2O
K = Koefisien kehilangan
L = Panjang pipa 0,7 m (konstan)
Q = Debit aliran (m3/s)
D = Diameter dalam pipa (m) (0,006; 0,009; 0,010 atau 0,014)
Kehilangan tenaga yang sebenarnya akibat gesekan H1-2 dapat dihitung dengan menggunakan
rumus, sehingga nilai K dapat diketahui dengan persamaan:
𝐻1−2 𝐷5
𝑘=
𝐿𝑄 2
METODE PENELITIAN
ALAT DAN BAHAN
Pada praktikum ini menggunakan alat hydraulic bench sebagai alat pengompa air, stopwatch, gelas
ukur, pipe network apparatus dengan berbagai ukuran yang berbeda dan hand pressure-meter.
CARA KERJA
Jaringan perpipaan disiapkan kemudian sistem untuk pengujian pipa A dikonfigurasikan dengan
membuka dan menutup katup pengisi. Katup kontrol aliran dimasukan hingga penuh. Kemudian aliran
fluida dibiarkan masuk menuju H1 dan H2, kehilangan tenaga pada pipa A diukur.Sebelum mengambil
data pembacaan, katup tekanan harus diputar dengan memegang katup diatas tangki volumetrik, lalu buka
katup pada sambungan sampai semua udara keluar dari tabung. Aliran divariasikan melalui pipa uji
dengan mengatur katup kontrol arus keluaran pada bagian atas atau katup kontrol masuk pada bagian
bawah. Pada setiap perlakuan, diukur dan dicatat kehilangan tenaga dengan menggunakan hand pressure
meter dan debit. Bila karakteristik beda tekan aliran sudah didapat untuk pipa A, lakukan perlakuan lain
untuk pipa uji B, C, dan D secara bergantian.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Hydraulic Bench

Gambar 2. Gelas Ukur

Gambar 3. Stopwatch
Gambar 4. Pipe Network Apparatus

Gambar 5. Hand Preasure Meter

TABEL 1. Pengesahan Formulir Perhitungan


No. Nama NIM Tanggal Pratikum
Mario Mangampu Tua Purba 104119035 Asisten
TANGGAL PENGUMPULAN LAPORAN : 03 Desember 2020

(Revirna Artamevia S.)


TABEL 2. Data Hasil Perhitungan

Volume K
Diameter Panjang Pipa Headloss H1-2 Waktu (s) Debit (m3/s)
Bukaan (m3) 𝐇 𝐟 . 𝐃𝟓
Pipa (m) (m) (mH2O)
𝐋𝐐𝟐

H G H G H G

1 10-2 0,7 994,3.10-2 10-2 10-3 24,63 1,9 4,06 x 10-4 5,27 x 10-4 5,11 x 10-3

3 6.10-3 0,7 1935.10-2 10-2 10-3 59,90 3,3 1,67 x 10-4 3,03 x 10-4 2,34 x 10-3

➢ Cara Perhitungan :
➢ Debit :
𝑣
D=
𝑡
10−2
D1 = = 4,06 x 10-4 m3/s (H)
24,63
10−3
D1 = = 5,27 x 10-4 m3/s (G)
1,9
10−2
D2 = = 1,67 x 10-4 m3/s (H)
59,60
10−3
D2 = = 3,03 x 10-4 m3/s (G)
3,3

➢ Koefisien Headloss :
𝐻𝑓 𝐷 5
K= (D → (G))
𝐿𝑄 2
994,3 x 10^−2 x (10−2)^5
K1 = = 5,11 x 10-3
0,7 x 5,27 x 10^−4
1935 x 10^−2 x (6 x 10−3)^5
K2 = = 2,34 x 10-3
0,7 x 3,03 x 10^−4
PEMBAHASAN
Untuk menentukan nilai koefisien kehilangan tenaga pada diamter pipa dengan menggunakan persamaan
berikut :
𝐻𝑓 𝐷5
K=
𝐿𝑄2
Langkah awal dalam mencari koefisien headloss yang harus dicari adalah menghitung debit yang digunakan.
Debit yang terdapat pada persamaan diatas menggunakan debit gelas ukur sebesar 5,27 x 10-4 m3/s pada percobaan
pertama. Setelah dimasukkan pada persamaan diatas akan mendapatkan hasil koefisien sebesar 5,11 x 10-3. Untuk
percobaan kedua diulangi seperti percobaan pertama.
Untuk menentukan nilai debit pada hydraulic bench dan nilai debit pada gelas ukur dengan menggunakan
persamaan berikut :
𝑣
D=
𝑡
Hasil yang didapatkan seharusnya sama, namun hasil perhitungan yang kami dapatkan pada saat praktikum
berbeda. Hal ini disebabkan saat melakukan percobaan tidak teliti dalam menggunakan stopwatch atau faktor
yang lain, sehingga dapat merubah suatu nilai pada percobaan ini.
Untuk hubungan antara nilai debit dengan nilai koefisien kehilangan tenaga secara teori dan eksperimen
hasilnya adalah berbanding terbalik. Semakin besar debitnya, maka koefisiennya akan semakin kecil begitu juga
sebaliknya.
KESIMPULAN
Untuk menentukan nilai koefisien kehilangan tenaga pada diamter pipa dengan menggunakan persamaan
berikut :
𝐻𝑓 𝐷5
K=
𝐿𝑄2
Langkah awal dalam mencari koefisien headloss yang harus dicari adalah menghitung debit yang digunakan.
Debit yang terdapat pada persamaan diatas menggunakan debit gelas ukur sebesar 5,27 x 10-4 m3/s pada percobaan
pertama. Setelah dimasukkan pada persamaan diatas akan mendapatkan hasil koefisien sebesar 5,11 x 10-3. Untuk
percobaan kedua diulangi seperti percobaan pertama.
Untuk menentukan nilai debit pada hydraulic bench dan nilai debit pada gelas ukur dengan menggunakan
persamaan berikut :
𝑣
D=
𝑡
Hasil yang didapatkan seharusnya sama, namun hasil perhitungan yang kami dapatkan pada saat praktikum
berbeda. Hal ini disebabkan saat melakukan percobaan tidak teliti dalam menggunakan stopwatch atau faktor
yang lain, sehingga dapat merubah suatu nilai pada percobaan ini.
Untuk hubungan antara nilai debit dengan nilai koefisien kehilangan tenaga secara teori dan eksperimen
hasilnya adalah berbanding terbalik. Semakin besar debitnya, maka koefisiennya akan semakin kecil begitu juga
sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Subirto, Pangeran Apriyono. (2017). GESEKAN ALIRAN MELALUI PIPA.


2. Yudisaputro, H. (2013, Mei 11). Head Losses.
Diakses dari http://berbagienergi.com/2013/05/11/kerugian-tinggi-tekan-head-losses/
3. Panduan Praktikum Mekanika Fluida 1. 2020. Universitas Pertamina, Jakarta.
4. Syukran (2009). Buku Ajar Mekanika Fluida (TM 32302). Aceh: Jurusan Teknik Mesin Politeknik
Negeri Lhokseumawe
5. Panduan Pratikum Mekanika Fluida. 2014. Bandung: Institut Teknologi Bandung
LAMPIRAN
Tabel 2. Data Hasi Perhitungan

Volume K
Diameter Panjang Pipa Headloss H1-2 Waktu (s) Debit (m3/s)
Bukaan (m3) 𝐇 𝐟 . 𝐃𝟓
Pipa (m) (m) (mH2O)
𝐋𝐐𝟐

H G H G H G

1 10-2 0,7 994,3.10-2 10-2 10-3 24,63 1,9 4,06 x 10-4 5,27 x 10-4 5,11 x 10-3

3 6.10-3 0,7 1935.10-2 10-2 10-3 59,90 3,3 1,67 x 10-4 3,03 x 10-4 2,34 x 10-3

Anda mungkin juga menyukai