Anda di halaman 1dari 15

DRAFT TATA TERTIB SIDANG

MAJELIS PERWAKILAN KELAS (MPK)

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TRI MITRA


Jalan By Pass Jomin – Ds. Jomin Barat Kotabaru - Karawang
PEMBUKAAN

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa,


Sekolah sebagai wiyatamandala adalah suatu lembaga pendidikan yang di
dalamnyaterdapat masyarakat belajar dan mengajarsecara berjenjang dan
berkesinambungan, yangterdiri dari kepala sekolah, staf, pendidik dan tenaga
kependidikan, para siswa sebagai peserta didik. Setiap sekolah mempunyai organisasi
Kesiswaan sebagai salah satu dari empat jalur pembinaan kesiswaan sangat berperan
pentingdalam pengembangan serta pembinaan siswa. Dengan adanya suatu wadah
organisasikesiswaan akan diperoleh kader penerus perjuangan bangsa dan
pembangunan nasional yangberbekal dengan nilai-nilai ketaqwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa, keterampilan,kepemimpinan, kesegaran jasmani, kreativitas,
patriotisme, idealisme, kepribadian dan budipekerti luhur. Sekolah memiliki
perangkat organisasi yaitu MPK dan OSIS, di mana perangkat organisasi itulah yang
memiliki peran sebagai pengawas dan pelaksana yang mendapat binaan dari Kepala
Sekolah dan para Pembina yang diberi Kuasa oleh Kepala Sekolah untuk membina
MPK dan OSIS. Sidang merupakan forum formal suatu organisasi guna membahas
masalah tertentu dalam upaya menghasilkan keputusan, yang akan menjadi sebuah
ketetapan. Keputusan dari persidangan ini akan mengikat seluruh elemen organisasi
selama belum diadakan perubahan. Keputusan ini sifatnya final, sehingga berlaku bagi
pihak yang setuju maupun tidak setuju, hadir atau tidak hadir dalam persidangan.
Didalam melaksanakan tugasnya, MPK maupun OSIS melaksanakan suatu
persidangan yang di laksanakan oleh MPK maupun OSIS untuk merumuskan suatu
keputusan dalam menjalankan tugasnya.Ketetapan Tata Tertib Sidang MPK ini
merupakan acuan tata tertib yang telah disahkan sebelumnya dalam sidang intern
MPK yang disaksikan oleh Pembina MPK. Ketetapan Tata Tertib Sidang MPK inilah
yang akan dipakai oleh MPK maupun OSIS dalam melaksanakan suatu persidangan.
KEPUTUSAN MAJELIS PERWAKILAN KELAS (MPK)

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami peserta rapat Majelis Perwakilan Kelas
yang merundingkan Ketetapan Tata Tertib Sidang MPK.......

Menimbang : Bahwa Ketetapan Tata Tertib Sidang MPK merupakan hasil


musyawarah MPK masa bakti 2013 - 2014 dengan Pembina masih
perlu di sempurnakan.

MEMUTUSKAN

Isi Ketetapan Tata Tertib Sidang MPK ...............sebagai berikut :


DRAFT KETETAPAN TATA TERTIB SIDANG
MPK ..........MASA BAKTI 2013/2014

BAB I
NAMA, WAKTU, DAN TEMPAT

PASAL1

Setiap rapat OSIS/MPK disebut sidang MPK.

PASAL2

Sidang MPK dilaksanakan setelah acara yang dilaksanakan selesai bertempat di


gedung........., atau sesuai tempat yang telah ditentukan dan disetujui bersama

BAB II
FUNGSI,TUGAS, DAN WEWENANG

PASAL 3

1. Sidang MPK merupakan kekuasaan tertinggi dalam OSIS


2. Kedaulatan sepenuhnya berada di tangan peserta sidang dan dilaksanakan oleh
semua yang menghadiri.

PASAL 4

Sidang MPK mempunyai tugas wewenang untuk :


1. Meminta pertanggungjawaban pengurus OSIS dan MPK
2. Menyusun dan mengesahkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga OSIS
3. Menyusun program kerja OSIS .......
4. Menetapkan dan memutuskan hal hal keorganisasian dan permusyawaratan yang
bersifat resmi dan formal lainya

BAB III
PESERTA SIDANG MPK

PASAL5

Peserta sidang MPK .........................terdiri dari:


1. Penasihat atau MBO (Majelis Bimbingan Organisasi)
 Kepala .........................
 Wakil.Kepala Kesiwaan
 Pembina OSIS
 Pembina MPK
2. Pelaksanaan
 Pengurus MPK
 Pengurus OSIS
3. Peserta dan pelaksana juga dapat berubah sesuai dengan ketentuan yang telah
disetujui bersama sebelumnya

BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN PESERTA

PASAL 6

1. Kepala Sekolah, Wakil Urusan Kesiswaan, Pembina OSIS dan Pembina MPK
memiliki hak berbicara sebagai penasehat dan memberi pandangan kepada sidang
MPK.
2. Pemilihan pengurus ketua harian OSIS dipilih secara langsung oleh siswa/siswi
..........................

PASAL 7

Peserta sidang MPK berkewajiban untuk:


1. Mengikuti semua sidang MPK.
2. Memelihara kelancaran dan ketertiban sidang MPK.
3. Mematuhi seluruh ketentuan peraturan tata tertib yang telah ditetapkan.

BAB V
ALAT-ALAT KELENGKAPAN SIDANG

PASAL 8

Sidang MPK .........................terdiri dari :


1. Ketua Sidang (Presidium I)
2. Notulen (Presidium II)
3. Anggota pimpinan sidang (Presidium III)
4. Dewan Penasehat (MBO)
5. Panitia Pelaksana
6. Peserta Sidang
7. Palu Sidang
8. Materi Sidang
9. Sarana dan Prasarana sidang

PASAL 9

1. Sidang pendahuluan dipimpin oleh Kepala Sekolah dan diteruskan oleh ketua MPK
atau yang telah di tentukan sebelumnya oleh Kepala Sekolah dan Ketua MPK untuk
menggantikannya.
2. Sidang pleno dipimpin oleh ketua sidang dibantu dengan wakil ketua serta
sekretaris yang telah ditetapkan
3. Sidang komisi dipimpin oleh ketua komisi dan sekretaris sidang komisi yang telah
ditunjuk oleh ketua komisi

BAB VI
KETENTUAN PERSIDANGAN

PASAL 10
1. Sidang Pleno
a. Sidang pleno diikuti oleh seluruh peserta dan peninjau permusyawaratan;
b. Sidang Pleno dipimpin oleh Presidium Sidang;
c. Sidang Pleno membahas dan memutuskan segala sesuatu yang berhubungan
dengan permusyawaratan.
2. Sidang Komisi
a. Sidang Komisi diikuti oleh anggota masing-masing komisi;
b. Anggota masing-masing komisi adalah peserta penuh dan peserta peninjau
yang ditentukan oleh Sidang Pleno;
c. Sidang Komisi dipimpin oleh seorang pimpinan dibantu oleh Sekretaris Sidang
Komisi;
d. Pimpinan Sidang Komisi dipilih dari dan oleh anggota komisi dalam komisi
tersebut;
e. Sidang Komisi membahas materi-materi yang menjadi tugas dari komisi yang
bersangkutan.
3. Sidang Paripurna
Sidang Paripurna adalah sebuah forum persidangan yang dihadiri oleh seluruh
peserta sidang (Pengurus MPK), untuk memutuskan kesepakatan bersama dari
sidang sidang sebelumnya (misalnya hasil sidang pleno). Peserta sidang dalam hal
ini tidak memiliki hak-hak yang dimilikinya. Sidang paripurna dilaksanakan sekali
dalam satu masa bakti, yaitu pada penghujung masa jabatan.

PASAL 11

Semua sidang MPK dinyatakan tertutup bagi yang bukan peserta kecuali yang
ditunjuk oleh anggota sidang MPK.

PASAL 12
1. Pimpinan sidang mempersiapkan peserta yang akan berbicara sesuai dengan
ketentuan persidangan.
2. Peserta dapat berbicara setelah mendapat izin dan dipersilahkan oleh ketua
sidang.
3. Pimpinan sidang selanjutnya disebut sebagai Presidium sidang. Presidium sidang
dipilih dari dan oleh peserta Permusyawaratan melalui Sidang Pleno yang
dipandu oleh Panitia Pengarah Sidang (Steering Committee).
4. Presidium Sidang bertugas untuk memimpin dan mengatur jalannya sidang
seperti aturan yang disepakati bersama.
5. Presidium Sidang berkuasa untuk memimpin dan menjalankan tata tertib
persidangan.
6. Presidium I (Pemimpin) adalah pimpinan mutlak sidang. Presidium I adalah satu
satunya pimpinan sidang yang berhak mengetuk palu sidang.
7. Presidium II (Sekretaris) adalah yang berperan sebagai notulis siding
8. Presidium III (wakil ketua/anggota/orang yang dipilih) peranya dapat
disesuaikan dengan kebutuhan sidang dengan panduan persetujuan dari Steering
Committee. Misalnya, sebagai pendamping Presidium I, atau saksi istimewa
presidium.
9. Pada sidang yang berkaitan dengan OSIS dan keseluruhan MPK, pembina
mempunyai posisi sebagai dewan pembina, namun pada LPJ MPK pembina juga
sekaligus berperan sebagai Presidium III dalam persidangan
10. Jika pimpinan sidang tidak dapat hadir di hari persidangan, maka diperbolehkan
untuk mencari pengganti sesuai persetujuan panita pengarah dan panitia
pelaksana
11. Salah satu presidium (baik I, II atau III) diperbolehkan untuk keluar di tengah
persidangan dengan kesepakatan ketiga presidium sidang dan peserta sidang

Pasal 13
Tugas Pimpinan Sidang

1. Pimpinan sidang wajib mencatat usul dan pendapat peserta sidang


2. Mengatur jalanya persidangan
3. Pimpinan sidang mengambil keputusan berdasarkan keputusan dan kesepakatan
dalam persidangan.

PASAL 14
1. Setelah sidang dibuka ketua sidang menjelaskan pokok-pokok permasalahan yang
akan dibicarakan.
2. Pimpinan sidang dapat menentukan lamanya peserta berbicara.
3. Pimpinan sidang dapat memperingatkan pembicara yang menyimpang dari pokok
permasalahan.

PASAL 15

Pimpinan sidang dapat memperingatkan dan mencabut izin berbicara kepada


pembicara yang dinilai melanggar peraturan tata tertib sidang.

PASAL 16

Peserta dapat mengajukan intrupsi:


1. Meminta penjelasan tentang pokok permasalah yang dilaksanakan
2. Mengajukan usul, pendapat dan pertanyaan.
3. Intrupsi tidak dapat melebihi waktu lebih dari 3 menit atau yang telah ditentukan
oleh pimpinan sidang dan tidak dIbenarkan untuk mengadakan perdebatan diluar
jalur permasalahan.

PASAL 17
Setiap sidang dibuat risalah yang memuat antara lain:
1. Tempat, jenis, dan acara sidang
2. Hari, tanggal, jam permulaan, dan akhir jalannya sidang
3. Ketua sidang dan sekretaris sidang menandatangani setelah disepakati.

BAB VII
ATURAN SIDANG

PASAL 18

Peserta dalam proses persidangan dibagi menjadi dua, yaitu:


1. Peserta penuh, Peserta penuh adalah pengurus atau anggota penuh dalam suatu
organisasi
2. Peserta peninjau adalah orang-orang yang diundang, atau pihak-pihak yang bukan
anggota penuh namun hadir dalam persidangan.
a. Hak Peserta Penuh;
1. Hak Bicara, yaitu hak untuk bertanya, mengeluarkan pendapat, mengajukan
usulan kepada pimpinan sidang, baik secara lisan maupun secara tulisan.
2. Hak Suara, yaitu hak untuk ikut ambil bagian dalam pengambilan keputusan.
3. Hak Memilih, yaitu hak untuk menentukan pilihan dalam proses pemilihan.
4. Hak Dipilih, yaitu hak untuk dipilih dalam proses pemilihan.
b. Hak Peserta Peninjau;
1) Hak yang dimiliki oleh peserta peninjau hanyalah hak bicara
c. Kewajiban peserta penuh dan peninjau;
1) Menaati tata tertib persidangan/permusyawaratan.
2) Menjaga ketenangan persidangan.

PASAL 19
Istilah istilah dalam sidang

1. Pending, yaitu menghentikan sidang sejenak dikarenakan terdapat kendala


tekhnis atau prinsip.
2. Skorsing, yaitu menghentikan sidang sejenak untuk melakukan lobying,
dikarenakan sulitnya mencapai kesepakatan antarpeserta sidang yang berseteru.
3. Lobying, yaitu proses diskusi antarpeserta sidang di luar pengaturan pimpinan
sidang.
4. Pencerahan, yaitu upaya peserta sidang untuk meluruskan kesalahpahaman yang
terjadi antara peserta sidang yang lain.
5. Voting, yaitu proses pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak setelah
jalan musyawarah mengalami kebuntuan.
6. Quorum, yaitu syarat jumlah peserta sidang dimulai, agar keputusan dapat
dianggap sah.
7. Interupsi, yaitu memotong pembicaraan orang lain.
8. Prosidang, yaitu hasil ketetapan sidang/musyawarah yang telah dibukukan
(tertulis).
9. Konsideran, yaitu proses menimbang dalam menetapkan putusan sidang.
10. Sterring Committee, yaitu pengarah acara forum persidangan yang menyiapkan
konsep persidangan dan bertanggung jawab secara penuh pada semua aktifitas
persidangan dari awal sampai akhir. Sterring committee terdiri dari Dewan
Harian MPK
11. Organizing Committee, yaitu panitia pelaksana yang melakukan persiapan dan
kelancaran pelaksanaan sidang

BAB VIII
ATURAN KETUK PALU

PASAL 20

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan palu sidang berkaitan dengan
jumlah ketukannya.
1. Satu Kali Ketukan
a. Menerima dan menyerahkan pimpinan sidang;
b. Mengesahkan keputusan poin perpoin (keputusan sementara);
c. Menskorsing dan mencabut kembali skorsing yang waktunya tidak terlalu
lama, sehingga peserta tidak perlu meninggalkan tempat sidang;
d. Mencabut kembali atau membatalkan ketukan terdahulu yang dianggap keliru.
e. Memberi peringatan kepada peserta sidang.
2. Dua Kali Ketukan
Menskorsing atau mencabut kembali skorsing dalam waktu yang cukup lama,
misalnya untuk lobbying, istrahat dan sebagainya yang waktunya 2 x 15 menit, dan
sebagainya.
3. Tiga Kali Ketukan
a. Membuka atau menutup sidang secara resmi
b. Mengesahkan putusan final atau akhir sidang.
4. Ketukan Berulang-ulang
Menenangkan peserta sidang atau forum.

BABI X
SUSUNAN ACARA SIDANG PLENO
PASAL 21

1. Registrasi peserta
2. Pembukaan
1. Doa
2. Sambutan Pembina MPK atau seseorang yang di tunjuk oleh Pembina MPK
3. Pembacaan Tata Tertib
3. Sidang Pleno I
1. Penjabaran
2. Dengar Pendapat
4. Sidang Pleno II
1. Penjabaran
2. Dengar Pendapat
5. Sidang Pleno III
1. Penjabaran
2. Dengar Pendapat
6. Sidang Pleno IV
1. Penjabaran
2. Dengar Pendapat
7. Penutupan
1. Kesimpulan
2. Doa
Susunan acara sidang ini dapat dirubah sewaktu-waktu menyesuaikan kebutuhan
dengan persetujuan MPK.

BAB X
KETENTUAN SIDANG

PASAL 22

Sidang dinyatakan sah jka dihadiri minimal 2/3 dari jumlah peserta.
PASAL 23

Persyaratan sidang :
1. Sidang Pleno forum seperti tercantum pada Pasal 23.
2. Jika hal tersebut tidak tercapai maka sidang dilanjutkan setelah disetujui oleh
peserta yang hadir.

PASAL 24

1. Semua keputusan diambil dengan jalan musyawarah, jika tidak memungkinkan


maka ketentuan yang berlaku yaitu dengan jalan mengambil keputusan dengan
suara terbanyak.
2. Pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak dinyatakan sah apabila:
a. Diambil dari sidang yang memenuhi ketentuan forum
b. Disetujui lebih dari 2/3 suara yang hadir.

PASAL 25

1. Setiap peserta sidang MPK memiliki suara.


2. Hak suara dapat digunakan dalam mengambil keputusan.

BAB XI
TATA CARA BICARA

PASAL 26

1. Demi ketertiban dan kelancaran persidangan, tiap keputusan berbicara melalui


dan seizin pimpinan sidang
2. Ketentuan mengenai waktu dan lamanya pembicaraan diatur oleh pimpinan
sidang
3. Bila pembicara berbicara melampaui batas waktu yang ditetapkan, pimpinan
sidang mengingatkan pembicara agar mengakhiri pembicaraannya, dan
pembicara harus menaati peringatan tersebut.
4. Sebelum berbicara, setiap pembicara berinterupsi pada pimpinan sidang terlebih
dahulu.
5. Untuk efisiensi waktu, maka setiap pembicara hendaknya langsung pada pokok
permasalahannya.

PASAL27
INTERUPSI

1. Macam-Macam Interupsi (Interruption)


a. Interruption Point of Order
Dilakukan untuk meminta penjelasan atau memberikan masukan yang
berkaitan dengan jalannya pesidangan. (jika pembahasan melebar atau tidak
konsisten)
b. Interruption Point of Clarification
Dilakukan jika terdapat penyampaian pendapat atau informasi yang butuh
klarifikasi, agar tidak terjadi pendangkapan bias ketika seseorang memberikan
tanggapan atau sebuah penegasan terhadap suatu pernyataan.
c. Interruption Point of Information
Dilakukan untuk menyampaiakan informasi tambahan yang dianggap
membantu maupun informasi yang sifatnya teknis.
d. Interruption Point of Personal Previllage
Dilakukan jika terdapat pendapat yang terlalu menyudutkan pihak tertentu
diluar substansi permasalahan.
e. Interruption of Explanation
Dilakukan untuk menjelaskan suatu pernyataan agar tidak ditanggapi keliru.
2. Pelaksanaan Interupsi
a. Interupsi dilaksanakan dengan mengangkat tangan terlebih dahulu, dan
berbicara setelah minta izin dari presidium sidang.
b. Interupsi di atas hanya berlaku selama tidak menggangu persidangan. Apabila
dalam persidangan, Presidium Sidang tidak mampu menguasai dan
mengendalikan jalannya persidangan, maka panitia pengarah (SC) diberikan
wewenang untuk mengambil alih jalannya persidangan, atas permintaan
Presidium Sidang dan/atau Peserta Sidang
BAB XII
PENUTUP

PASAL 28

1. Segala yang belum diatur dalam tata tertib ini dapat diputuskan dalam sidang
MPK ..........................
2. Tata tertib sidang mengatur tentang pelaksanaan sidang
3. Tata tertib ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya.
LEMBAR PENGESAHAN

Ketetapan Tata Tertib Sidang ini di susun dan ditetapkan oleh sidang .........................

Ditetapkan di :
Jam :
Hari :
Tanggal :

Presidium I Presidium II Presidium III

Kepala ......................... Pembina MPK

......................... .........................

Anda mungkin juga menyukai