Anda di halaman 1dari 8

AL-QUR’AN WAHYU DAN ILHAM

(Tugas Makalah ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Ulumul Qur’an)
Dosen Pengampu :

Mata Kuliah:Ulumul Qur’an


DI SUSUN OLEH :
QODARIAH

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN & TAFSIR


SEMESTER 1
FAKULTAS USHULUDDIN
IAIN RADEN INTAN
LAMPUNG
2015/2016

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Dengan melimpahkan karunia-nya sehingga makalah
ULUMUL QUR’AN ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Ucapan syukur dan terima kasih kami sampaikan pada semua pihak yang telah membantu
kelancaran,memberikan masukan serta ide-ide untuk menyusun makalah ini.
Dalam menyusun makalah ini, saya sadari masih banyak terdapat kesalahan ,dan kekurangan
maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan demi
penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan juga pelajar selaku generasi penerus bangsa
yang akan membangun negri ini. Amin.
Wassalamu’alaikum wr.wb

Bandar Lampung, Desember 2015

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....I

KATA PENGANTAR...................... .....II


DAFTAR ISI ......III

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................5
C. Tujuan Penulisan....................................................................5
D. Manfaat Penulisan..................................................................5

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Qur’an............................................................6
B. Pengertian Wahyu.................................................................8
C. Pengertian Ilham..................................................................14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ........................ ....17
B. Saran-saran ....17

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN 
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Al-Qur’an merupakan mukjizat islam yang abadi dimana semakin maju ilmu pengetahuan,
semakin tampak validitas kemukjizatanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkanya kepada
Nabi Muhammad SAW, demi membebaskan manusia dari berbagai kegelapan hidup menuju cahya
Ilahi, dan membimbing mereka ke jalan yang lurus.
Diantara kemurahan Allah terhadap manusia, adalah bahwa Dia tidak saja menganugrahkan fitrah
yang suci yang dapat membimbingnya kepada kebaikan, bahkan juga dari masa ke masa mengutus
seorang rasul yang membawa kitab sebagai pedoman hidup dari Allah, mengajak manusia agar
beribadah hanya kepada-Nya semata, Menyampaikan dan memberikan peringatan, agar tidak ada
alasan bagi manusia untuk membantah Allah setelah datangnya para rosul. Rosulullah SAW,
menentang orang-orang Arab dengan Al-Qur’an, padahal ia diturunkan dengan bahasa mereka
sendiri, mereka juga pakar bahasa itu tetapi mereka tidak mampu untuk membuat sepertinya, atau
dengan sepuluh surat yang sama denganya, atau bahkan satu surat saja yang serupa dengan Al-
Qur’an.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Al-Qur’an ?
2. Apa pengertian dari Wahyu dan Ilham ?
3. Apa nama dan sifat dari Al-Qur’an?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari Al-Qur’an
2. Untuk mengetahui apa pengertian dari Wahyu dan Ilham
3. Untuk mengetahui pembagian Nama dan Sifat dari Al-Qur’an
D. MANFAAT
1. Dapat mengetahui apa itu Al-Qur’an, serta tujuan Adanya Al-Qur’an
2. Dapat mengetahui tentang Wahyu dan Ilham yang Allah turunkan
3. Dapat mengetahui tentang pembagian dari Nama dan Sifat Dari Al-Qur’an

BAB II
PEMBAHASAN
ALQUR’AN, WAHYU, DAN ILHAM

A. Pengertian
a. Al – Qur’an
Menurut bahasa (etimologi), kata Al-Qur’an berarti bacaan atau yang dibaca. Menurut ahli bahasa
Al-ihyani lafadz Al-Qur’an adalah isim masdar dengan arti isim maf’ul yang berarti yang dibaca.
Menurut istilah Pengertian al-Qur’an menurut istilah (termenologi) terdapat definisi yang
berfariasi, para ulama’ berfariasi dalam merumuskan definisi Al-Qur’an, antara lain
Menurut Syaikh Muhammad Khudari Beik, Al-Qur’an adalah firman Allah yang berbahasa arab
yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW untuk dipahami isinya dan diingat selalu, yang
disampaikan kepada kita secara mutawatir, yang sudah ditulis dalam mushaf dimulai dari surat al-
Fatihah sampai suratan-Nas.
Menurut Syaikh Muhammad Abduh, Alkitab atau Al-qur’an ialah bacaan yang telah tertulis dalam
mushaf-mushaf yang terjaga dalam hafalan-hafalan umat islam.
1. Nama-nama Al-Qur’an
a. Qur’an
َّ ‫ان ي َ ْه ِد ْي لِل ّ َ ِت ْي ِه َي اَق َْو ُم َويُبَ ِ ّش ُرال ُْمْؤ ِم ِنيْ َن ال َّ ِذيَ ْع َمل ُْو َن‬
‫الصلِ َح‬ َ ‫اِ ّ َن َه َداالْقُ ْر‬
“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus dan memberi
Kabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada
pahala yang besar,”(Al-Isra:9)
b. Kitab
‫لقد أنزلنا إليكم كتابا فيه ذكركم أفال تعقلون‬
“Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-
sebab kemuliaan bagimu. Maka Apakah kamu tiada memahaminya?” (Al-Anbiya:10)
c. Furqan
‫تبارك الذي نزل الفرقان على عبده ليكون للعالمين نذيرا‬
“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar Dia
menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.”(Al-Furqon:1)
d. Dzikr
‫إنا نحن نزلنا الذكر وإنا له لحافظون‬
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya.”(Al-Hijr:9)
e. Tanzil
‫وإنه لتنزيل رب العالمين‬
“dan Sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam.”(Asy-
Syu’ara:192)
f. Shuhuf
‫رسول من الله يتلو صحفا مطهرة‬
“(yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang
disucikan (Al Quran).”(Al-Bayyinah:2)
2. Adapun sifat-sifat alqur’an sebagai berikut:
Al-Qur’an memiliki beberapa sifat, sifat-sifat tersebut antara lain:
a. An-Nuur artinya cahaya yang menerangi kegelapan. Al-Qur’an disifatkan sebagai
nur(cahaya) karena ia memberikan cahaya keimanan kepada orang yang berada di dalam
kegelapan serta kekufuran. Selain itu, al-Qur’an juga menjadi cahaya yang menerangi jiwa orang
nyang selalu membacanya dan menghayati isi kandungannya.
b. Al-Mubiin artinya menerangkan sesuatu. Al-Qur’an disifatkan sebagai penerang karena ia
menguraikan ajaran islam kepada seluruh umat. Surah al-Maidah 5:15
c. Al-Huda artinya petunjuk. Al-Qur’an disifatkan sebagai petunjuk karena ia menunjukkan
jalan yang lurus kepada umat manusia. Surah yunus 10:57
d. Ar-Rahma artinya kerahmatan. Alloh menyifatkan al-Qur’an sebagai rahmat karena ia
membawa rahmat kepada orang Mukmin yang senantiasa membaca, mempelajari dan
mengamalkan isi kandungannya. Surah yunus 10:57
e. Al-Mustaqim artinya jalan lurus yang mengantarkan orang yang senantiasa membaca dan
mengamalkannya kepada surga yang penuh kenikmatan. Alloh berfirman: “Dan sungguh, inilah
jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah!” (QS. Al-An’am:153)
f. Al-Hablul Matin artinya tali yang sangat kokoh, barang siapa yang berpegang teguh
dengannya dan melaziminya, maka ia akan berhasil dan ditunjukkan kepada jalan yang lurus.
Alloh berfirman: “Maka berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Alloh.”(QS. Al-
Imran:103)
g. Al-Mizan artinya timbangan, yang merupakan pemutus dan sebagai tempat mengajukan
hukum. Alloh berfirman: “Kemudian jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah kepada Alloh dan Rasul.”(QS. An-Nisa:159)
B. Pengertian Wahyu
Menurut bahasa (lughah), kata wahyu berasal dari bahasa Arab al-wahy yang memiliki beberapa
arti, di antaranya; suara, tulisan isyarat, bisikan, paham dan juga.
Tetapi ada juga yang mengartikan bisikan yang tersembunyi dan cepat. Dengan demikian,
pengertian wahyu secara etimologis adalah penyampaian sabda tuhan kepada manusia piihan-nya
tanpa diketahui orang lain , agar diteruskan kepada umat manusia untuk dijadikan sebagai
pegangan hidup baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Secara istilah wahyu adalah pemberitahuan Allah SWT kepada hambanya yang terpilih mengenai
segala sesuatu yang ia kehendaki untuk dikemukakannya, baik berupa petunjuk atau ilmu, namun
penyampaiannya secara rahasia dan tersembunyi serta tidak terjadi pada manusia biasa. Sedang
wahyu Allah kepada para nabi-Nya secara syar’i definisikan sebagai kalam Allah yang diturunkan
kepada seorang nabi. Definisi ini menggunakan pengertian maf’ul, yaitu almuha (yang
diwahyukan). Ustad Muhammad Abduh mendefinisikan wahyu di dalam Risalatut Tauhid adalah
pengetahuan yang didapati oleh seseorang dari dalam dirinya dengan disertai keyakinan bahawa
pengetahuan itu datang dari Allah, melalui perantara ataupun tidak. Yang pertama melalui suara
yang menjelma dalam telinganya atau tanpa suara sama sekali. Perbeda antara wahyu dengan
ilham adalah bahwa ilham itu intuisi yang diyakini jiwa sehingga terdorong untuk mengikuti apa
yang diminta, tanpa mengetahui dari mana datangnya. Hal seperti itu serupa dengan perasaan
lapar, haus, sedih, dan senang.
C. Sejarah Turunnya Wahyu
Masyarakat Indonesia sudah menetapkan 17 Ramadhan, yakni peringatan Nuzulul Qur`an sebagai
hari besar Islam. Ini menjadi peringatan ulang tahun turunnya Al-Qur`an, dan peringatan ini sudah
menjadi ketetapan nasional yang selalu diperingati dan menjadi hari libur dalam kalender
nasional.
Ahli sejarah dalam hal ini, yakni tentang persisnya tanggal awal mula turunnya Al-Qur`an terdapat
keberagaman pandangan. Abu Ishak menyatakan bahwa Al-Qur`an pertama sekali turun tepatnya
17 Ramadhan. Ini berdasarkan pada beberapa indikasi yang disinyalir al-Qur`an yang
menggambarkan bahwa hari turunnya al-Qur`an itu sama dengan peristiwa peperangan Badar
yang diabadikan al-Qur`an dengan julukan yaum al-furqan (hari yang membedakan Islam dan
kafir) dan yaum al-taqa al-jam’an (hari bertemu dua pasukan muslim dan kafir). Dalam catatan
sejarah perang Badar terjadi 17 Ramadhan, tepatnya hari Jum’at.[1]
Ilmuan lainnya tidak seperndapat dengan penetapan 17 Ramadhan sebagai tanggal turunnya al-
Qur`an pertama kali, karena berdasarkan QS. al-Qadr/97:1, Al-Qur`an diturunkan pada malam
qadar. Ini didasari bahwa malam qadar jatuh pada sepuluh malam-malam terakhir dari bulan
Ramadhan, yakni malam 21, 23, 25, 27, dan 29.[2]
Keberagaman pandangan tentang awal proses turunnnya Al-Qur`an tidak menafikan bahwa
diturunkannya Al-Qur`an pada malam qadar di bulam Ramadhan.
Al-Qur`an kepada Nabi Muhammad Saw. Dalam Surat an-Nisa`, 4: 105 Allah Swt berfirman:
‫“ إنا أنزلنا إليك الكتاب بالحق لتحكم بين الناس بما أراك الله وال تكن للخآئنين خصيما‬Sesungguhnya Kami telah
menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara
manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi
penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat” (QS. An-
Nisa`, 4: 105)..
a. Pemeliharaan Wahyu
Allah Swt dalam Surat al-Hijr/15: 9 telah menyatakan bahwa ke-otentikan al-Qur`an dijamin oleh
Allah, dimana Allah menyatakan:
‫إنا نحن نزلنا الذكر وإنا له لحافظون‬
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya”. (QS. al-Hijr/15:9).
Pemeliharaan dalam tahapan secara umum adalah sebagai beikut:
Yamamah yang terjadi tahun 12 H menyebabkan gugurnya 70 qari dari sahabat gugur. Umar bin
Khattab merasa khawatir dan mengusulkan ke Abu Bakar agar mengu mpulkan dan membukukan
al-Qur`an, karena dikuatirkan akan musnah. Mulanya sang khalifah sempat bimbang karena hal ini
tak pernah diperintahkan Rasulullah SAW secara langsung, namun akhirnya beliau menyetujuinya.
[3]
Abu Bakar memerintahkan seorang sahabat yang memiliki kedudukan yang mulia dalam hal
qiraat, hafalan, penulisan dan pemahamannya terhadap Qur`an untuk memimpin proyek penting
ini. Langkah ini disetujui oleh semua sahabat Nabi yang hidup pada masa itu. Kemudian tim yang
diketuai oleh sahabat Zaid bin Sabit mulai bekerja, mereka kumpulkan tulisan-tulisan ayat ‐ayat
Qur`an yang terpencar‐pencar dari tulang‐tulang, pelepah kurma, kepingan-kepingan batu dan
mereka juga ambil dari para penghafal‐penghafal Qur`an. Kehati‐hatian Zaid sangat nyata terbukti
dari bahwa ia tidak mau menerima dari seseorang mengenai Qur`an sebelum disaksikan oleh dua
orang saksi. Ada juga ilmuan yang berpendapat bahwa Zaid hanya menerima Qur`an apabila orang
itu memiliki catatan dan juga telah menghapal apa yang ia catat tersebut.
Zaid bin Sabit sebenarnya adalah juga seorang penghapal tapi hal ini tidak mengurangi kehati‐
hatian dan kecermatannya ia melakukan pengumpulan Qur`an dari semua orang yang memiliki
catatan dan menghafalnya. Pada masa ini Qur`an telah dikumpulkan ke dalam bentuk buku dengan
tertib susunan yang diperintahkan Rasul SAW dan mencakup ketujuh huruf yang mana Qur`an
diturunkan. Pada masa Abu Bakar ra inilah lahir istilah mushaf.[4]
Beberapa karakter proses dan hasil yang dilakukan Abu Bakar, yaitu:
1. Faktor yang mendorongnya karena takut sebagiaayat-ayat al-Qur`an akan hilang
kalau tak dihimpun dalam satu mushaf.
2. Dikerjakan dengan mengumpulkan manuskrip berupa tulang,lempengan batu dan media
lainnya[.5]
3. Al-Qur`an dalam bentuk mushaf
4. Al-Qur`an dalam 7 corak dialek.
5. Mushaf tersusun menurut tertib ayat
6. Ayat al-Qur`an disusun menurut urutan turunnya wahyu.
Tidak terdapat catatan-catatan tambahan sebagai tafsir dari beberapa ayat tertentu.[6]
D. ILHAM
Kata ilham berasal dari kata yang berarti menelan. Keika berubah kewazan if’al, yakni al-hama
yulhimu ilhaman, maka kata ilham bermakna menelan dalam artimenghujamkan ke dalam jiwa,
Allah berfirman;
Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.(QS. Asy-Syams :
8)
Muhammad Rasyid Ridha dalam Al-Wahyul Muhammadi memberikan pengertian, bahwa ilham
adalah suatu perasaan emosional yang diyakini oleh jiwa yang karnanya jiwa itu terdorong untuk
melakukan yang dikehendakinya oleh dorongan ilham itu, tanpa disertai kesadaran jiwa sendiri
dari mana datangnya, keadaannya hampir sama dengan perasaan lapar, dahaga, sedih, senang dan
sebagainya.
1. Persamaan dan perbedaan Wahyu dengan Ilham
Persamaan wahyu dengan ilham:
a) Keduanya sama-sama diterima oleh manusia
b) Keduanya sama-sama menimbulkan pemahaman dalam batin
c) Keduanya sama-sama menimbulkan keyakinan
d) Keduanya tidak diberikan pada makhluk binatang
e) Keduanya sama-sama diberikan demi kemaslahatan
f) Keduanya sama-sama merupakan pemberian Allah SWT
2. Perbedaan Wahyu dengan lham
a) Wahyu datangnya melalui kehadiran malaikat sedangkan ilham melalui penghunjaman
langsung oleh Allah kepada yang di kehendakinya
b) Wahyu diterima oleh manusia pilihan Allah yang mengemban tugas kenabian atau kerosulan
,sedang ilham dapat di terima oleh siapapun, baik pada waktu pintu kenabian belum tertutup
maupun setelahnya
c) Wahyu diturunkan dengan tujuan untuk kemaslahatan seluruh umat manusia
atau umat tertentu, sedangkan ilham hanya untuk kemaslahatan menerimanya dan tidak
di bebani kewajiban untuk manyampaikan pada orang lain
d) Wahyu tidak dapat diminta kepada Allah agar di turunkan pada waktu tertentu
sedangkan ilham menurut sebagian ulama dapat diminta kepada Allah melalui
cara membersihkan diri dan memprbanyak taqorub pada Allah
e) Wahyu pintunya telah tertutup, bersamaan tugas kenabian yang di berikan kepada nabi
Muhammad SAW berakhir, sedangkan ilham pintuinya masih terbuka selama masih ada manusia
dan berlaku sepanjang masa.

BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Al-qur’an merupakan kitab suci bagi umat islam jadi Al-qur’an dapat di artikan sebagai
kalamullah yang di turunkan kepada nabi besar Muhammad SAW. Melalui malaikat jibril dengan
cara berangsur-angsur dengan di awali surat al-fatihah dan di akhiri dengan surat annas.sedangkan
wahyu secara harfiah dapat di artikan suara bisikan isyarat dan lain sebagainya,dalam al-qur’an
juga terapat 77X kata wahyu kebanyakan dalam bentuk kata kerja(fi’il).ilham suatu perasaan halus
yang di yakini jiwa dan tergolonglah ia memenuhi kehendak ilham dengan tidak merasai dari
mana datangnya dia lebih mirip kepada perasaan lapar,haus,gundah,dan senang dengan meyakini
bahwa yang demikian itu dari Allah baik dari perantara maupun tidak.
2. SARAN
Kepada para pembaca agar memahami isi-isi Al-qur’an supaya kita tahu apa yang telah di
perintahkan dan mana yang di larang yakni dengan memperbanyak mendalami ilmu al-qur’an
dengan mencari ilmu-ilmu yang berkaitan dengan al-qur’an.

DAFTAR PUSTAKA

1. M. Amin Suma, Studi.., Hal. 37 Dst.

2. Syekh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar…, Hal. 159 Dst.

3. Syekh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar…, Hal. 166.

4. M. Quraish Shihab, Dkk., Sejarah..., Hal. 32.

Anda mungkin juga menyukai