Anda di halaman 1dari 54

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI

1. Metode Akupresur

a. Konsep Akupresur

Akupresur merupakan salah satu bentuk pengobatan Cina yang

dalam praktiknya menggunakan jari-jari mengembalikan aliran energi

normal pada meridian, karena suatu penyakit timbul berasal dari adanya

suatu hambatan.Jari-jari digunakan untuk menekan titik akupresur pada

permukaan kulit, serta merangsang kemampuan tubuh secara alami

dalam usaha penyembuhan diri sendiri.Terapi akupresur bertujuan untuk

memulihkan kesehatan. Teori yang digunakan dalam akupresur adalah

setiap organ dan bagian dari tubuh akan memiliki titik akupresur.

Terjadinya perubahan struktur dari suatu organ tertentu dalam tubuh,

akan menimbulkan rasa sakit pada titik akupresur yang bersangkutan.

Terapi akupresur telah terbukti dapat mengobati penyakit, baik

yang dalam tingkat ringan sampai berat.Akan tetapi tidak semua penyakit

dapat disembuhkan. Penyembuhan dengan teknik akupresur melalui

proses artinya tidak segera bisa sembuh, memerlukan beberapa kali terapi

dan teratur baru bisa sembuh. Namun tidak menutup kemungkinan

penyakit tertentu bisa sembuh dengan sekali terapi. Semua juga

tergantung dari berat ringannya suatu penyakit. Akupresur juga

10
11

metode pengobatan yang sangat mudah penerapannya. Oleh karena itu,

akupresur dapat dilakukan oleh siapa saja dalam pelaksanaannya tidak

membutuhkan keahlian khusus, cukup dengan memberikan tekanan pada

titik tekan tertentu yang sesuai dengan panduan (Hartati, 2010:h.1-7).

a. Manfaat Akupresur

Menurut Hartati (2010:h.36-37), akupresur dapat membantu

menyeimbangkan sistem kerja dari organ-organ tubuh serta bagian

bagian tubuh lainnya sebagaimana fungsinya, Akupresur memiliki

beberapa manfaat sebagai berikut:

1) Melancarakan peredaran darah ke bagian yang sakit

2) Meningkatkan suplai oksigen dalam darah

3) Meningkatkan fungsi dan kerja sistem peredaran darah dalam tubuh

4) Memulihkan kondisi organ maupaun bagian tubuh yang mengalami

gangguan

5) Membersihkan aliran energi yang tersumbat di sepanjang meridian

6) Memulihkan ketegangan pada otot

7) Memulihkan impuls syaraf yang terganggu

8) Mengembalikan keseimbangan kimia atau hormon dalam tubuh

9) Meningkatkan aliran energi sehingga dapat menghilangkan

ketegangan mental mapun fisik


12

Pijat akupresur selain aman karena tidak memiliki efek samping

dan juga mudah dilakukan. Disamping itu juga tidak memerlukan biaya

besar dan memiliki banyak manfaat. Adapun manfaat dari pijatan

akupresur menurut Hartati (2010:h.38) antara lain adalah

1) Manfaat preventif

Seseorang bisa terjaga kesehatannya dengan pijatan akupresur,

dilakukan sebelum seseorang menderita suatu penyakit.

2) Manfaat promotif

Meningkatkan daya tahan tubuh dengan melakukan pijatan pada titik

tertentu daya tahan tubuh seseorang dapat ditingkatkan.

3) Manfaat kuratif

Pijatan akupresur memperbaiki kelainan maupun keluhan pada bagian

bagian tubuh, sehingga apa yang menjadi keluhannnya tidak terasa

lagi.

4) Manfaat rehabilitatif

Pemulihan dari kondisi sakit menjadi sehat atau meningkatkan kondisi

kesehatan sesudah sakit.

b. Kelebihan Akupresur

Menurut Hartati (2010:h.38-39), dari berbagai segi manfaat

tersebut akuprresur diakui memiliki beberapa kelebihan dibandingkan

penyembuhan lainnya
13

1) Terapi akupresur tidak menggunakan alat yang dimasukkan ke dalam

tubuh seseorang sehingga tidak memiliki resiko bersifat racun ataupun

ketagihan.

2) Akupresur tidak memperparah terhadap penyakit maupun gejala yang

timbul.

3) Akupresur dapat digunakan untuk mendiganosa suatu penyakit di

tahap awal tanpa melalui tes laboratorium.

4) Terapi akupresur memberi peluang penyembuhan pada sakit yang

kadang sulit disembuhkan secara medis kedokteran modern.

5) Terapi akupresur tidak mengandung efek samping serta aman bagi

semua umur bahkan bagi anak anak dan bayi.

6) Terapi akupresur relatif lebih praktis penggunaannya dan tidak

membutuhkan biaya besar.

7) Akupresur dapat digunakan bersamaan dengan terapi pengobatan yang

lain.

8) Terapi akupresur memperbaiki masalah kesehatan secara keseluruhan

dan juga memperbaiki semua kelainan pada kerja sistem organ pada

seluruh tubuh, tidak terbatas pada bagian yang sakit saja.

c. Urutan dan Teknik Penekanan

Dalam menerapkan teknik akupresur perbagian tubuh sebaiknya

mengikuti urutan-urutannya semua ini dimaksutkan guna memudahkan

pelaksanaan dalam penekanan itu sendiri, adapun urutannya adalah klien

tidak dianjurkan posisi berdiri. Tahap awal penekanan dimulai dari


14

kepala hingga bagian belakang, kemudian punggung, kaki (termasuk

betis, telapak kaki, punggung kaki), kemudian tangan kiri (termasuk

lengan kiri, punggung tangan kiri, telapak tangan kiri). Setelah itu,

tangan kanan (termasuk lengan tangan kanan, punggung tangan kanan,

telapak tangan kanan) lalu kepala bagian depan atau wajah dilanjutkan

dada, perut, paha, dan punggung kaki

Terapi akupresur terdapat beberapa titik tekan yang merupakan

pusat dari tujuan terapi disebut zona. Zona ini akan memiliki hubungan

terbalik dengan fungsi penekanan. Misalnya telapak kaki kiri akan

berhubungan langsung dengan fungsi penekanan pada bagian tubuh

sebelah kanan, begitu pula sebaliknya. Zona akupresur terdiri dari Zona

kaki dan tangan terdapat lebih dari 50 titik, Zona punggung atau tulang

belakang dapat ditemukan di sepanjang ruas tulang belakang yaitu

dimulai dari tulang leher bagian belakang sampai tulang ekor. Sedangkan

Zona kepala kurang lebih 10 titik tekan (Hartati,2010 :h.25-26).

Penjelasan cara penekanan sesuai dengan zona akupresur menurut

Hartati (2010:h.35-67) sebagai berikut:

1) Zona Kepala

Penekanan kepala sebaiknya penderita diposisi tengkurap

dengan bantal pada bagian dada dan kepala posisi tegak. Kedua

tangan ditelungkupkan di depan dada. Pemberian tekanan pada daerah

kepala bagian belakang sebaiknya berikan tekanan sedang. Pada

bagian belakang kepala dipijat dengan jari tangan, bagian wajah


15

menggunakan satu atau dua jari tangan. Tekanan pada kepala bagian

depan atau wajah tidak keras tetapi ringan serta perlahan memberi

tekanan lembut.

2) Zona Punggung

Teknik penekanannya pada punggung bagian atas adalah

dengan jari-jari tangan, dan punggung bagian bawah dilakukan

menggunakan kedua jempol tangan. Penekanan daerah ini

memberikan tekanan keras, dan berhati-hati karena tingkat

kemampuan seseorang menahan rasa sakit berbeda-beda.Pada bagian

punggung memberi tekanan titik disepanjang punggung, tepatnya

disebelah kanan dan kiri diantara punggung, serta dimulai dari bahu

atas turun kebawah.

3) Zona Kaki

Penekanan bagian kaki dengan posisi masih tengkurap, kaki

dilipat dengan posisi berdiri tegak lurus.Urutan penekanannya yaitu

telapak kaki, jari-jari kaki lalu punggung kaki.Penekanan daerah

telapak kaki menggunakan jari telunjuk, jari tengah atau jempol

tangan.Pemberian tekanan daerah ini dengan tekanan keras.Sedangkan

penekanan pada jari-jari kaki menggunakan jari telunjuk. Lalu

penekanan pada punggung kaki dengan tekanan kuat menggunakan

jari tengah dan jempol.


16

4) Zona Telapak Tangan

Ketika memijat tangan sebaiknya posisi berbaring. Penekanan

jari-jari tangan kemudian telapak tangan yang diteruskan sepanjang

tangan sampai bagian dada atas dan bahu. Teknik penekanan daerah

telapak tangan dengan cara memegang pergelangan tangan dengan

tangan kiri dan memijat dengan tangan kanan.

5) Zona Dada

Zona dada memiliki batas daerah tekan mulai dari dada di

bawah tulang belikat ke arah luar, kanan dan kiri hingga ketiak.

Penekanan pada daerah ini dengan tekanan menyentak, menggunakan

keempat jari tangan dengan arah dari dalam ke luar menuju ketiak.

6) Zona Perut

Penekanan diberikan pada titik daerah perut bagan atas persis

di bawah tulang iga ke arah samping kanan dan kiri dengan gerakan

mengumpukan sesuatu ke perut bagian tengah. Pada perut bagian

bawah titik tekan terletak pada samping kaman dan kiri bagian

perut.Penekanannya perlahan dengan lembut dan tidak ditekan kuat.

d. Cara Kerja Akupresur

Stimulasi yang dilakukan pada titik-titik tertentu pada akupresur

dimaksutkan untuk mengembalikan aliran energi normal pada meridian.

Sesuatu yang menghambat aliran energi dalam tubuh pada meridian

dapat mengakibatkan terganggunya sistem kerja organ-organ tubuh dan

menyebabkan seseorang akan terganggu kesehatannya. Terhambatnya


17

impuls energi ini menyebabkan rasa sakit di titik akupresur tertentu, dan

apabila ditekan pada bagian tersebut akan merangsang sesuatu yang

menghambat aliran energi untuk segera dilepaskan. Sebuah titik

akupresur yang terasa sedikit nyeri jika ditekan atau dipijat

mengindikasikan adanya gangguan fungsi organ atau struktur organ yang

bersangkutan, atau sistem kerja organ tersebut dalam keadaan tidak

normal. Ketidaknormalan tersebut merupakan gejala awal dari satu

penyakit dan terapi akupresur membantu memulihkan sesuai fungsinya.

(Hartati, 2010;h.36)

e. Titik, Fungsi, dan Efek Titik Akupresur

1) Tiik Akupresur

Titik akupresur adalah tempat terakumulasinya energi

vital.Titik inilah dapat dilakukan terapi. Didalam tubuh terdapat

banyak sekali titik, ±360 titik-tiik pijat akupresur yang terletak di

permukaan tubuh dibawah kulit. Terdapat tiga macam titik akupresur

yaitu

a) Titik akupresur umum adalah titik yang terdapat di sepanjang

saluran meridian.Titik ini langsung berhubungan dengan organ dan

daerah lintasan meridiannya.

b) Titik akupresur istimewa adalah titik yang berada di luar meridian

dan mempunyai fungsi khusus.


18

c) Titik nyeri adalah titik yang terdapat didaerah keluhan kalau

ditekan nyeri hanya simptomatis penghilang rasa nyeri.Semua titik

tersebut dapat digunakan sebagai titik diagnosis ataupun titik

terapi.

2) Fungsi titik akupresur yaitu membuat diagnosa.Titik yang relatif lebih

peka jika ditekan memberikan gambaran bahwa didaerah lokasi titik

mempunyai masalah atau organ titik tersebut sedang tidak berfungsi

dengan baik. Sedangkan fungsi lainnya adalah tempat memberi

rangsangan menggunakan jari-jari tangan.(Sukanta, 2010:h.26)

3) Efek

Pengaruh penekanan titik akupresur menurut Ody (2008:h.28-

29) sebagai berikut

a) Efek lokal

Proses penyembuhan terjadi di daerah atau lokasi titik.

b) Efek meridian

Proses penyembuhan terjadi di sepanjang atau di daerah jauh yang

dicapai atau dilintasi oleh meridian.

c) Efek organ

Proses penyembuhan terjadi pada organ yang memiliki titik

tersebut.
19

f. Syarat Praktik Akupresur

Menurut Sukanta (2010:h.35-36) dan Ramaiah (2009:h.72-74),

ada beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan agar pemanfaatan

akupresur tepat yaitu

1) Ruangan tempat melakukan penekanan mempunyai sirkulasi udara

yang baik.

2) Penekanan dilakukan di tempat yang bersih.

3) Posisi orang yang akan dipijat sebaiknya terlentang, duduk, dan tidak

berdiri

4) Tangan sebelum memijat dicuci bersih, kuku jari tidak panjang dan

tajam.

5) Pemijat dalam keadaan bebas bergerak dengan posisi yang nyaman.

6) Orang yang akan dipijat tidak dalam keadaan emosional dan tidak

dalam keadaan sangat lapar, sangat kenyang, sangat lelah dan

dilakukan satu jam sesudah atau sebelum hubungan seks (jika

melakukan).

7) Alat bantu pijat yang digunakan tidak tajam, tidak menyakitkan dan

bersih.

8) Penekanan dapat dilakukan dengan ujung-ujung jari, kepalan tangan,

telapak tangan, pangkal telapak tangan dan siku.Tidak menggunakan

lutut atau telapak kaki.


20

9) Pada umumnya setiap titik refleks di tangan dan kaki dirangsang

hingga tiga kali.

10) Pengguna akupresur dapat melakukan penekanan titik akupresur dua

kali sehari pada setiap titik.

11) Proses merangsang ini harus dilakukan selama sekitar lima sampai

sepuluh menit sehari.

12) Untuk pengobatan dari berbagai penyakit setiap titik akupresur dari

organ yang terpengaruh perlu dirangsang selama satu sampai dua

menit.

g. Metode Menekan pada Teknik Akupresur

Menurut Ramaiah (2009:h.23-24), Besarnya tekanan yang

diberikan akan bervariasi dari orang yang satu ke orang lain dan

diberbagai bagian badan. Sehingga perlu diperhatikan berbagai metode

penekanan dalam akupresur meliputi:

1) Memutar

a) Ibu jari harus diputar searah dengan jarum jam atau berlawanan

dengan jarum jam disetiap titik akupresur.

b) Sewaktu diputar, ibu jari tetap harus bersentuhan dengan titik

akupresur sehingga tekanan yang diberikan tidak berkurang.

c) Titik-titik tekanan di meridian dirangsang dengan gerakan

berlawanan arah jarum jam dan ditenangkan dengan searah jarum

jam.
21

2) Memompa

Menekankan bantalan ibu jari di titik akupresur.Tekanan harus

diberikan dan dihilangkan berganti-ganti.

3) Gerakan terus menerus

Dilakukan dengan gerakan terus menerus dari ibu jari maupun jari-jari

dengan tujuan memberi tekanan konstan. Dalam teknik ini ibu jari

berjalan sepanjang jalur spesifik.Pertama-tama jari-jari ditekan dari

ujung jari dan kemudian bergerak ke titik berikutnya dengan menekan

bagian datar dari persediaan pertama ibu jari atau jari-jari berjalan

dapat dilakukan baik dengan satu, dua atau empat buah jari tergantung

titik yang ditekan. Apabila menekan titik akupresur ditangan dan

punggung umumnya ditekan dengan dua jari berjalan

h. Teknik Perangsangan Akupresur

Menurut Ody (2008:h.42-43), memijat atau merangsang bagian

tertentu tubuh menyebabkan aliran energi vital di dalam tubuh berjalan

lebih lancar sehingga keluhan penyakit berkurang. memijat titik artinya

memberi rangsangan pada titik tersebut sehingga terjadi keseimbangan

dinamis antara unsur yang ada di dalam tubuh. Setiap pijatan dapat

mengakibatkan 3 efek yaitu:

1) Melemahkan

Mendapat efek melemahkan pijatan dilakukan lebih 30-50 kali

(pijatan standar 30 kali atau selama 2 menit) dengan mengurut


22

melawan arah meridian atau pijatan berlawanan dengan arah jarum

jam.

2) Menguatkan

Efek menguatkan diperoleh dengan cara memijat 10-30 kali, atau

dengan mengurut mengikuti arah jarum jam atau searah jalannya

meridian.

3) Netral

Memperoleh efek netral cukup dengan melakukan penekanan pada

titik yg dimaksut sebanyak 30 kali. Penekanan dapat dilakukan dengan

berbagai cara alternatif sebagai berikut

a) Menggunakan jari jempol

Menggunakan beberapa jari tangan yang disatukan hanya jari

telunjuk saja atau dengan telapak tangan

b) Membuat gerakan cubitan halus tetapi tapi tidak sampai memar,

menepuk-nepuk atau memukul-mukul ringan

c) Menggosok dengan jari jempol, telunjuk atau telapak tangan kuku

jari tangan tidak boleh panjang dan kotor.

d) Kalau gejala penyakit timbul cukup kuat, maka pijatan harus keras

kuat dan lama 30-50 kali pijatan agar menimbulkan efek

melemahkan atau gejala lemah. Penekanan menggunakan dua jari

bertujuan untuk memperoleh efek menguatkan paling aman jika

menggunakan pemijatan teknik netral lebih kurang 30 kali pijatan.


23

Karena menimbulkan efek yang sesuai dengan kebutuhan dan

menghindari kesalahan diagnosis. Teknik pijat manapun yang

digunakan tidak boleh membuat pasien tersiksa.

i. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Penekanan Akupresur

Menurut Hartono (2012:h.66), beberapa aspek yang perlu

diperhatikan sebelum penekanan akupresur dilakukan meliputi:

1) Kebersihan terapis

Mencuci tangan dengan air mengalir dengan sabun anitseptik untuk

mencegah terjadi infeksi.

2) Bagian-bagian yang tidak dapat dipijat

Jangan berikan akupresur pada daerah kulit yang pecah atau terinfeksi,

ruam-ruam, ataupun luka bakar.Selain itu, penekanan tidak dilakukan

pada kondisi bengkak atau patah tulang.

3) Hindari akupresur jika pasien menderita demam tinggi, penyakit akut,

atau varises.

4) Gunakan hanya akupresur terbatas pada ibu hamil sebab rangsangan

berlebih pada titik akupresur tertentu dapat menyebabkan keguguran .

5) Jangan memberikan akupresur pada lanjut usia, menderita sakit

kronis, atau menderita penyakit jantung atau hati.

6) Selalu mencoba akupresur pada diri sendiri sebelum dicobakan ke

orang lain agar anda lebih paham mengenai rasanya.


24

j. Pelaksanaan Akupresur

Setiap pengguna akupresur harus melakukan pemeriksaan awal

terlebih dahulu. Pemeriksaan dini dengan panca indra meliputi mata

untuk pengamatan, hidung dan telinga untuk penciuman dan

pendengaran, mulut untuk wawancara, tangan untuk perabaan daerah

keluahan dan nadi. Setelah data diagnostik terkumpul, membuat diagnosa

dan pilih titik pijat.

1) Pemeriksaan awal menurut Ody (2008:h.40-41) sebagai berikut:

a) Pengamatan

Mengamati perubahan tubuhnya yang tampak oleh kasat mata

seperti warna kulit, rambut, ada tidaknya pembengkakan, luka

daerah nyeri tekan, mata, selaput dan otot lidah.

b) Penciuman dan pendengaran

Pengamatan bau yang keluar atau dikeluarkan oleh tubuh misal bau

mulut, bau kerigat dll.

c) Wawancara

Hal-hal yang perlu ditanyakan adalah sebab dan riwayat penyakit

serta keluhannya.Pengobatan yang sudah diperoleh, kebiasaan

makan, jenis makanan, buang air besar dan buang air kecil,

kebiasaan tidur, kegiatan seks, kesehatan reporduksi (menstruasi,

keputihan, dan riwayat proses kelahiran).


25

d) Perabaan

Perabaan dengan tangan di daerah keluhan dan titik tertentu, sifat

nadi di pembuluh radial (pergelangan tangan)

e) Memposisikan diri

Mempersiapkan pengguna yang akan menjalani akupresur harus

posisi santai, tidak berdiri, supaya pijat akupresur maksimal.

k. Titik Akupresur ASI

Menurut Wong (2010:h.110-112), ASI adalah makanan alamiah

untuk bayi yang mengandung nutrsi dengan jumlah dan manfaat yang

sesuai, pengeluaran ASI tidak lancar dan mengganggu kegiatan menyusui

eksklusif. Titik-titik yang sering digunakan memperlancar produksi ASI

adalah St 16 (Ying cuang). St 17 (Ru cung), St 18 (Ru ken), Sp 18 (tien

si).Ki 23(seng fung), Li 1 (cung fu), Lr 14 (Ci men), Cv 17 (can cung), Bl

17(ke su ), Bl 18 (Kan su), Si 1 (Sao ce), Pc 6 (Nei kuan).

Selain itu, penelitian yang telah dilakukan Mitra (2015) , titik

akupresur meningkatkan produksi ASI yaitu titik GB20 (bagian atas otot

sternokleidomastoideusdan trapezius pada tingkat yang sama dengan

GV16), acupoint LI4 (pada dorsum tangan, antara 1 dan tulang

metakarpal 2), dan acupoint SI1 (1 cun posterior ke sudut kuku pada

bagian atas sisi jari kelingking). Menurut Mukhamad (2015:195-249),

titik GB20 berfungsi untuk mengurangi sakit kepala, dan nyeri.

Selanjutnya, acupoint LI4 berfungsi untuk mengatasi ketegangan,

gelisah, gangguan tidur dan memberikan kenyamanan. Sedangkan


26

acupoint SI1 bertujuan untuk mengobati defisiensi laktasi atau

melancarkan ASI, menormalkan sirkulasi darah, dan mengatasi sakit

kepala

Selain itu, menurut Ody (2008:h.44) penyebab tidak lancar ASI

adalah darah dan energi vital tersumbat dan terlalu banyak mengeluarkan

darah saat melahirkan. Gejala ASI sedikit keluar setelah melahirkan atau

sama sekali tidak keluar. Gejala yang dapat ditemukan yaitu pinggang

pegal, pucat nafas pendek, sakit kepala, jantung berdebar, nadi lemah dan

lidah pucat. Sehingga untuk mengatasi ketidaklancaran ASI

menggunakan titik akupresur meliputi titik usus kecil yang letaknya di

akar kuku dalam jari kelingking, titik Ren 17 (terletak dipersilangan

antara garis tengah badan dengan garis antara dua putting susu) dan titik

lambung 18 (letaknya di sela tulang iga ke-5 dibawah putting susu).

l. Pengaruh Akupresur terhadap Volume ASI

Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Mitra dkk (2015)

dengan judul pengaruh akupresur pada volume ASI ibu di Tehran, Iran.

Penelitian dilakukan pada 60 ibu menyusui yang memenuhi kriteria

inklusi untuk meningkatkan produksi ASI, akupresur dilakukan selama

12 hari berurutan dan melakukan teknik akupresur setiap sesi dilakukan

2-5 kali. Titik akupresur yang digunakan adalah GB20 (bagian atas otot

sternokleido mastoideus dan trapezius pada tingkat yang sama dengan

GV16), acupoint LI4 (pada dorsum tangan, antara 1 dan tulang

metakarpal 2), dan acupoint SI1 (1 cun posterior ke sudut kuku pada
27

bagian atas sisi jari kelingking), kemudian 2 dan 4 minggu setelah

intervensi dilakukan evaluasi. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa

akupresur menyebabkan peningkatan volume susu ibu. Meskipun volume

ASI ibu juga meningkat pada kelompok kontrol, namun peningkatan ini

lebih banyak pada kelompok akupresur.Hal ini terjadi karena prolaktin

merupakan salah satu hormon dasar dalam sekresi.

ASI dan peningkatan yang mempromosikan menyusui.

Didasarkan pada pengobatan tradisional Cina, stimulasi beberapa poin

dalam tubuh dapat menyebabkan keseimbangan dalam sirkulasi darah,

sekresi hormon, dan faktor-faktor lain, yang dapat meningkatkan

predikasi dan sekresi ASI.Di samping itu, stimulasi beberapa poin

lainnya dapat meningkatkan prolaktin dan oksitosin dan, akibatnya,

menyebabkan ASI lebih baik. Penerapan akupresur untuk meningkatkan

pemberian ASI lebih efektif pada ibu yang tidak setuju untuk menjalani

akupunktur. Pemberian metode pendidikan tentang ASI pada ibu

menyusui dan akupresur dalam penerapannya, metode akupresur lebih

efektif dibandingkan dengan metode lainnya.Sehingga penerapan

akupresur sebagai metode alternatif obat untuk meningkatkan menyusui

disarankan.

Titik yang berperan produksi ASI juga di daerah BL 17, BL 18 dan

ST 18. Titik Li 4 (hegu) merupakan salah satu titik yang mempunyai

sistem meridian melalui daerah payudara melancarkan sirkulasi darah,

mengurangi sakit perut akibat kontraksi, memberi kemudahan tidur lebih


28

nyaman dan membuat tubuh tidak pegal-pegal. Sehingga gelisah teratasi

dan mempengaruhi let downreflek ibu.

Selain itu, titik BL 17 adalah titik dominan darah, sedangkan titik

Bl 18 titik organ hati yang berperan mengatur volume darah tubuh

sehingga sirkulasi darah lancar. ASI yang keluar berasal dari aliran darah,

jika aliran darah terhambat karena kondisi tubuh yang tidak rileks, darah

yang tidak terpenuhi juga berperan penting terhadap produksi ASI. Titik

ST 18 juga berperan dalam produksi ASI karena berhubungan dengan

kelenjar susu yang mengatasi masalah insufisiensi laktasi. Titik ini

merupakan titik utama dalam akupresur untuk membantu melancarkan

ASI (Rajin Mukhamad dkk, 2014:h. 199-304).

Gambar 2.1 Titik usus besar 4 (LI4)


Sumber : Sukanta (2008)
29

Gambar 2.2 Titik akupresur BL 17


Sumber :Rajin dkk (2015)

Gambar 2.3 Titik A kupresur BL18


Sumber :Rajin dkk (2015)
30

Gambar 2.4 Titik Akupresur ST18


Sumber :Rajin dkk (2015)

2. Masa Nifas

a. Definisi Masa Nifas

Masa Nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil yang berlangsung selama 6 minggu. Secara garis besar terdapat

tiga proses penting di masa nifas yaitu pengecilan rahim atau involusi,

kekentalan darah (hemokonsentrasi) kembali normal, proses laktasi atau

menyusi. Tujuan pemberian asuhan kebidanan pada masa nifas adalah

menjaga kesehatan ibu dan bayi, mendeteksi masalah, memberikan

pendidikan kesehatan dan pelayanan KB (Saleha, 2009;h.5).


31

b. Tahap Masa Nifas

Menurut Saleha (2009:5-6), tahapan masa nifas berdasarkan waktu

adalah sebagai berikut:

1) Periode immediate postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.Pada masa

ini sering terdapat masalah seperti perdarahan. Oleh karena itu, bidan

dengan teratur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran

lokia, tekanan darah dan suhu.

2) Periode early postpartum (24jam-1 minggu)

Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,

tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu

cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui

dengan baik.

3) Periode late postpartum (1minggu-5 minggu)

Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan

sehari-hari.

c. Proses Adaptasi Psikologis Ibu pada Masa Nifas

Perubahan fisiologis yang luar biasa terjadi selama kehamilan

sehingga tidak mengherankan bila periode penyesuaian fisiologis dan

pemulihan setelah akhir kehamilan merupakan hal yang kompleks dan

berkaitan erat dengan status kesehatan individu secara keseluruhan.

Hubungan yang rumit antara faktor fisiologis, psikologis dan sosiologis

tercakup dalam pelaksanaan perawatan pascanatal (Myles, 2009;h.610).


32

Periode masa nifas terbagi menjadi 3 tahap menurut Saleha

(2009:h.64) yaitu

1) Taking in Periode

Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat

bergantung pada orang lain. Fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu

lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang

dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat. Menurut

Handayani (2016;h.26), dalam fase ini ibu menyatakan

ketidaknyamanan yang dialami seperti rasa mulas,nyeri luka jahitan,

kurang tidur, rasa bersalah belum bisa menyusui bahkan kelelahan.

Hal yang perlu diperhatikan pada taking in periode adalah istirahat

cukup, komunikasi yang baik dan asupan nutrisi yang adekuat.

2) Taking Hold Period

Berlangsung 3-4 hari postpartum, ibu lebih berkonsentrasi pada

kemampuannya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya

terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif,

sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan petugas kesehatan

untuk mengatasi masalah ibu.Selain itu, hal yang perlu diperhatikan

pada tahap ini menurut Handayani (2016;h.26) adalah memberikan

dukungan moril, mengajarkan cara perawatan bayi, mengatasi

permasalahan saat menyusui contohnya mengajarkan teknik

menyusui yang tepat.


33

3) Letting Go Period

Merupakan fase ibu mulai menerima tanggung jawab peran barunya

secara penuh, berlangsung setelah 10 hari melahirkan, pada masa ini

ibu mulai dapat beradaptasi dengan ketergantungan bayinya, terjadi

peningkatan perawatan bayi dan dirinya, dan lebih percaya diri

(Handayani, 2016;h.27).

d. Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas

1) Perubahan Sistem Reproduksi

a) Uterus

Uterus segera setelah pelahiran bayi, plasenta, dan selaput

janin beratnya sekitar 1000 gr dan menurun sekitar 500 gr pada

akhir minggu pertama pascapartum dan kembali pada berat yang

biasa pada saat tidak hamil yaitu 70 gr pada minggu ke delapan.

Penurunan ukuran yang cepat ini direfleksikan dengan perubahan

lokasi uterus, yaitu uterus turun dari abdomen dan kembali

menjadi organ panggul (Varney, 2007;h.959).

b) Lokia

Lokia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri

dan vagina selama masa nifas. Lokia terbagi menjadi 4 jenis

yaitu lokia rubra, lokia sanguilenta, lokia serosa, dan lokia alba

(Saleha, 2009;h.55-56)
34

c) Vagina

Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerperium

merupakan suatu saluran luas berdinding tipis.Secara berangsur-

angsur luasnya berkurang. Rugae timbul pada minggu ketiga.

Himen tampak sebagai tonjolan jaringan yang kecil yang dalam

proses pembentukan berubah menjadi karunkulae mitformis bagi

wanita multipara (Saleha, 2009;h.57).

d) Serviks

Serviks akan terlihat padat yang mencerminkan

vaskularitasnya yang tinggi, lubang serviks lambat laun mengecil

dan rongga leher serviks bagian luar akan membentuk seperti

keadaan sebelum hamil pada saat empat minggu postpartum

(Saleha, 2009;h.57).

e) Payudara

Wanita yang menyusui berrespon terhadap menstimulus

bayi yang disusui akan terus melepaskan hormon dan stimulasi

alveoli yang memproduksi susu, sebaliknya pada wanita yang

memilih memberikan susu formula pada bayi maka tidak terjadi

stimulasi tersebut (Varney, 2009;h.960). Menurut Saleha (2009;h.58)

pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi

secara alami. Selama sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara

tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan

bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika hormon yang


35

dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk menghambatnya, kelenjar

pituitari akan mengeluarkan prolaktin.

Sampai hari ketiga setelah melahirkan, efek prolaktin pada

payudara mulai bisa dirasakan.Pembuluh darah payudara menjadi

bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak, dan rasa

sakit.Sel-sel acini yang menghasilkan ASI mulai berfungsi. Ketika

bayi menghisap putting, refleks saraf merangsang lobus posterior

pituitari untuk menyekresi hormon oksitosin, lalu keluar reflek let

down dan dapat berlanjut sampai waktu yang cukup lama.

2) Sistem Pencernaan

Wanita dapat merasa lapar setelah 1-2 jam persalinan.Makanan

yang mengandung kalsium penting untuk ibu nifas karena pada masa

ini terjadi penurunan konsentrasi ion kalsium akibat meningkatnya

kebutuhan kalsium pada ibu menyusui. Nutrisi yang baik dapat

mempercepat penyembuhan ibu nifas dan sangat mempengaruhi

susunan air susu. Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan

makanan tambahan 500 kalori tiap hari, bergizi tinggi cukup protein,

mineral, maupun vitamin, kemudian minum air putih sedikitnya 3

liter per hari, dan vitamin A 200.000 unit agar memberikan vitamin A

kepada bayi melalui ASI.

Sedangkan menurut Handayani (2016;H.11), setelah melahirkan

akan terjadi penurunan hormon progesteron, faal usus memerlukan

waktu 3-4 hari untuk kembali normal. Meskipun kadar progesteron


36

menurun setelah melahirkan,asupan makanan juga mengalami

penurunan selama satu atau dua hari.Ibu nifas dapat mengalami

konstipasi akibat efek progesteron yang menyebabkan relaksasi

dinding abdomen. Oleh karena itu, makanan yang mengandung serat

dan cairan cukup diperlukan ibu nifas untuk mencegah hal tersebut

terjadi.

3) Sistem Endokrin

Setelah persalinan akan terjadi penurunan kadar hormon

estrogen,progesteron dan human placental lactogen dalam 1-2

minggu. Perubahan pada sistem endokrin menurun Saleha

(2009;h.60) sebagai berikut:

a) Oksitosin

Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian

belakang.Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin

berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan

kontraksi, sehingga mencegah perdarahan.Isapan bayi dapat

merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin.Hal tersebut

membantu uterus kembali ke bentuk normal.

b) Prolaktin

Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya

kelenjar pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin,

hormon ini berperan dalam pembesaran payudara untuk

merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui bayinya,


37

kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada rangsangan

folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita yang tidak

menyusui bayinya tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14-

21 hari setelah persalinan, sehingga merangsang kelenjar bawah

depan otak yang mengontrol ovarium ke arah permulaan pola

produksi estrogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan

folikel, ovulasi dan menstruasi.

c) Estrogen dan progesteron

selama hamil volume darah normal meningkat walupun

mekanismenya secara penuh belum dimengerti. Diperkirakan

bahwa tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormon

antidiuretik meningkatkan volume darah.Di samping itu,

progesteron memengaruhi otot halus mengurangi perangsangan

dan peningkatan volume darah yang berdampak pada saluran

kemih, usus, ginjal, perineum, vulva dan vagina.

4) Sistem Muskuloskeletal

Ibu nifas mengalami keluhan kelelahan otot terutama pada daerah

bahu, leher dan lengan oleh karena posisi selama persalinan, hal ini

dapat berlangsung dalam 1 sampai 2 hari pertama dan dapat

dikurangi dengan massase lembut untuk meningkatkan sirkulasi

sehingga ibu merasa rileks. Akan terjadi penurunan kadar hormon

relaksin sehingga ligament dan tulang rawan kembali ke posisi tidak

hamil. Perubahan ini menimbulkan rasa nyeri pada pinggul dan


38

persendian, stabilisasi sendi terjadi lengkap pada 6-8 minggu

postpartum.

5) Sistem Neurologi

Ibu nifas mengalami ketidaknyamanan setelah melahirkan seperti

afterpain, nyeri otot, kelelahan maupun pembengkakan payudara.

Keluhan nyeri kepala bagian depan dan pada kedua sisi kepala bisa

terjadi akibat pemulihan keseimbangan cairan dan elektrolit. Namun

jika ibu mengalami sakit kepala disertai pandangan mata kabur,

proteinuria dan nyeri abdominal dapat mengindikasikan ibu

mengalami preeklamsia.

3. Konsep ASI

a. Proses Laktasi dan Menyusui

Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi terbaik bagi bayi karena

mengandung kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan selama enam

bulan pertama kehidupan bayi. Proses produksi, sekresi, dan pengeluaran

ASI dinamakan laktasi. Proses ini terjadi setelah plasenta lepas,

umumnya ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan. Namun secara

fisiologis sebelum ibu melahirkan, payudara telah membentuk kolostrum

yang baik sekali untuk bayi setelah lahir, karena mengandung zat kaya

gizi dan antibodi pembunuh kuman. (Saleha, 2009;h.11-12)

Selama masa hamil menurut Handayani (2016:h.45), hormon

prolaktin dari plasenta meningkat tetapi pengeluaran ASI masih

terhambat oleh kadar estrogen dan progesteron yang turun drastis,


39

sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai

terjadi sekresi ASI. Proses pembentukan laktogen atau siklus laktasi

menurut Saleha (2009:h.13-15), sebagai berikut:

1) Laktogenesis I

Pada fase terakhir kehamilan, payudara memproduksi kolostrum, yaitu

cairan kental yang kekuningan.Tingkat progesteron yang tinggi

mencegah produksi ASI yang sebenarnya.Apabila ibu hamil

mengeluarkan kolostrum sebelum bayi lahir, bukan merupakan

indikasi sedikit atau banyaknya produksi ASI sebenarnya.

2) Laktogenesis II

Proses keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat hormon

progesteron, estrogen, dan HPL secara tiba-tiba. Namun hormon

prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI besar-

besaran. Apabila payudara dirangsang, jumlah prolaktin dalam darah

meningkat dan mencapai puncaknya dalam periode 45 menit,

kemudian kembali ke level sebelum rangsangan tiga jam kemudian.

Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk

memproduksi ASI. Penelitian mengindikasikan bahwa jumlah

prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI lebih banyak,

yaitu sekitar pukul 02.00 dini hari hingga 06.00 pagi, sedangkan

jumlah prolaktin rendah saat payudara terasa penuh.


40

3) Laktogenesis III

Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama hamil

dan beberapa hari pertama setelah melahirkan.Ketika produksi ASI

mulai stabil, sistem kontrol otokrin dimulai. Apabila ASI banyak

dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI banyak pula. Oleh

karena itu, produksi ASI sangat dipengaruhi oleh seberapa sering bayi

menghisap, dan payudara dikosongkan.

b. Reflek Menyusui Ibu

Hambatan pengeluaran ASI oleh plasenta akan hilang dan kadar

progesteron dalam darah ibu akan menurun. Payudara kemudian akan

penuh terisi kolostrum sampai 30 jam setelah bayi lahir, antara 30 dan 40

jam terjadi perubahan komposisi ASI dengan cepat antara lain adanya

peningkatan sintesis laktosa sehingga menyebabkan volume ASI terus

meningkat karena laktosa adalah komponen osmotik ASI yang paling

aktif. Peningkatan volume ASI itu biasanya terjadi sebelum ibu

merasakan adanya rasa penuh atau bengkak dan menjadikan ibu merasa

payudara terisi ASI (Anhari, 2010;h.71).

Waktu yang dibutuhkan untuk ASI berproduksi sangat bervairasi

antara wanita, umumnya produksi ASI muncul setelah 1-6 minggu, rata-

rata dalam 4 minggu.Dalam penelitian Seema dkk melaporkan keluarnya

ASI antara 2-6 hari, dimana relaktasi sebagian tercapai dalam 4-28 hari

dan relaktasi penuh tercapai antara 7-60 hari. Dengan demikian, hal

utama untuk proses laktasi adalah stimulasi payudara, karena setelah


41

melahirkan seorang wanita tidak dapat memproduksi ASI secara mudah

dan ASI diproduksi berhubungan dengan bagian otak yang bernama

hipofise (IDAI, 2010;134-135).

Pada seorang ibu yang menyusui dikenal dua refleks berperan

dalam pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu refleks prolaktin dan

refleks let Down.

1) Refleks Prolaktin

Menurut Handayani (2016:h.45), putting susu terdapat banyak

ujung syaraf sensoris, apabila ini dirangsang maka timbul impuls yang

menuju hipotalamus selanjutnya ke kelenjar hipofisis anterior

sehingga diproduksi hormon prolaktin. Hormon inilah berperan dalam

produksi ASI ditingkat alveoli. Rangsangan putting susu yang

mantap,otomatis ASI menetes keluar, ibu terlihat memerah areola

dengan ibu jari, telunjuk & jari tengah ritme sesuai hisapan bayi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi hormon prolaktin

menurut Saleha (2009:h.16) meliputi stress, anestesi, operasi,

rangsangan pada payudara maupun putting susu, dan obat-obatan

trangulizerhipotalamus (klorpromazim, dan fenotiazid).

2) Refleks Let down

Rangsangan putting susu tidak hanya sampai pada hipofisis

anterior, tetapi sampai pada hipofisis posterior yang mengeluarkan

hormon oksitosin. Ibu yang sering menyusui anaknya dan

memberikan rangsangan pada payudara menimbulkan pengeluaran


42

ASI semakin banyak dan pengosongan alveolus sehingga saluran air

susu tidak tersumbat. Saluran ASI yang mengalami bendungan atau

tersumbat tidak hanya mengganggu proses menyusui tetapi berakibat

infeksi. Oksitosin juga memacu kontraksi otot rahim sehingga involusi

uteri semakin cepat (Handayani, 2016;h.46).

Oksitosin yang sampai pada alveoli mempengaruhi sel

mioepitelim. Kontraksi dari sel tersebut akan memeras air susu yang

telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus untuk

selanjutnya mengalir melalui duktus latiferus masuk ke mulut bayi.

Menyusui pada kedua payudara bergantian. Bayi kenyang bila

diberikan fore-milk&hand-milk untuk sekali minum, hal ini hanya

dapat dicapai dengan pengosongan kedua payudara. Perlekatan bayi

mempengaruhi pengeluaran ASI, bayi yang melekat baik akan

membuka mulut lebar, dagu menempel payudara ibu, sebagian besar

areola terutama bagian bawah masuk ke dalam mulut bayi. Perlekatan

bayi baik &menghisap kuat irama perlahan akan membuat ibu merasa

nyaman karena tidak merasa perih pada puting payudara

Faktor-faktor yang meningkatkan reflek let down adalah

melihat bayi, mendengar suara bayi, mencium bayi, dan memikirkan

untuk menyusu bayi (Saleha, 2009;h.16).

c. Pengelompokan ASI menurut stadium laktasi

Jenis-jenis ASI ibu memiliki tiga stadium yang memiliki kandungan

berbeda. Tiga stadium latasi menurut Saleha (2009:h.16-21) yaitu


43

1) ASI stadium 1

Stadium pertama laktasi adalah kolostrum. Kolostrum mengandung

sel darah putih dan antibodi yang paling tinggi daripada ASI

sebenarnya khususnya kandungan imunoglobulin A (IgA), membantu

melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman memasuki

bayi. IgA ini juga membantu mencegah bayi mengalami alergi

makanan. Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi

oleh kelenjar payudara. Kolostrum mengandung jaringan debris dan

material residual yang terdapat dalam alveoli serta duktus dari

kelenjar payudara sebelum dan setelah masa perineum.

2) ASI stadium II

ASI stadium II merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai

menjadi ASI matur. Disekresi dari hari 4-10 dari masa laktasi. Kadar

protein makin rendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak

semakin tinggi, serta volume ASI juga meningkat.

3) ASI stadium III

ASI stadium III merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan

seterusnya, komposisi relatif konstan. Pada ibu nifas, produksi ASI

untuk bayi akan tercukupi karena ASI merupakan makanan satu-

satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai usia 6 bulan.

ASI matur adalah suatu cairan berwarna putih kekuning-kuningan

yang diakibatkan warna dari garam kalsium caseinat,riboflavin, dan

caroten yang terdapat didalamnya.Jika dipanaskan tidak menggumpal


44

dan terdapat antimikrobial seperti antibodi terhadap bakteri maupun

virus, enzim (lizisim, laktoperoksidase, lipase, katalase, fosfatase,

amilase), protein (laktoferin,binding protein), hormon dan sel (fagosit,

granulosit, makrofag, dan limfosit tipe T).

d. Manfaat Pemberian ASI

Memberikan ASI pada bayi sangat penting dilakukan oleh

seorang ibu minimal sampai bayi berusia 2 tahun, adapun manfaat

pemberian ASI menurut Kristiyanasari (2011:h.15-22) sebagai berikut:

1) Bagi bayi

a) Menaikkan berat badan bayi

Bayi yang mendapat ASI mempunyai kenaikan berat badan yang

baik setelah lahir, pertumbuhan periode perinatal baik dan

mengurangi kemungkinan obesitas.Frekuensi yang sering (tidak

dibatasi) juga dibuktikan bermanfaat karena volume ASI yang

dihasilkan lebih banyak sehingga penurunan berat badan bayi

hanya sedikit.

b) Mengandung antibodi

Dalam tinja bayi yang mendapat ASI terdapat antibodi bakteri E

coli dalam konsentrasi tinggi sehingga jumlah bakteri E.coli dalam

tinja rendah.Kandungan ASI telah dibuktikan terdiri dari antibodi

terhadap salmonella typhi, shigela, dan rota virus, polio maupun

campak.
45

c) ASI mengandung komposisi yang tepat

Berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi yaitu terdiri dari

proporsi seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang

diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama.

d) Meningkatkan kecerdasan bayi

Lemak pada ASI adalah lemak tidak jenuh yang mengandung

omega 3 untuk pematangan sel-sel otak sehingga jaringan otak bayi

yang mendapat ASI eksklusif akan tumbuh optimal dan terbebas

dari rangsangan kejang sehingga menjadikan anak lebih cerdas dan

terhindar dari kerusakan sel-sel saraf otak.

e) Terhindar dari alergi

Pada bayi baru lahir sistem Ig E belum sempurna. Pemberian susu

formula akan merangsang aktivasi Ig E dan menimbulkan alergi.

Sedangkan pada bayi yang mendapatkan ASI tidak mengalami efek

alergi. Oleh karena itu, pemberian protein asing (susu formula)

yang ditunda sampai umur 6 bulan akan mengurangi kemungkinan

alergi.

2) Bagi Ibu

a) Aspek kontrasepsi

Hisapan mulut bayi pada putting susu merangsang ujung syaraf

sensorik sehingga post anterior hipofise mengeluarkan prolaktin.

Prolaktin masuk ke indung telur menekan produksi estrogen

akibatnya tidak ada ovulasi. Menjarangkan kehamilan, pemberian


46

ASI memberikan 98% metode kontrasepsi efisien selama 6 bulan

pertama sesudah melahirkan bila diberikan ASI saja dan belum

menstruasi kembali.

b) Aspek kesehatan ibu

Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya

oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi

uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan

mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi.Kejadian karsinoma

mammae pada ibu yang menyusui lebih rendah dibanding yang

tidak menyusui.Mencegah kanker hanya dapat diperoleh pada ibu

yang menyusui anaknya secara eksklusif.Penelitian membuktikan

bahwa memberikan ASI secara eksklusif memiliki risiko terkena

kanker payudara dan kanker ovarium 25% lebih kecil dibandingkan

tidak menyusui secara eksklusif.

c) Aspek psikologis

Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi tetapi

untuk ibu karena ibu merasa bangga dan diperlukan, serta dapat

mencurahkan rasa sayang kepada bayinya.

3) Bagi Keluarga

a) Aspek ekonomi

Bayi yang mendapatkan ASI lebih jarang sakit, sehingga

mengurangi biaya berobat ke rumah sakit. Selain itu, bayi tidak


47

memerlukan susu formula, dan dapat menghemat biaya membeli

susu formula yang harganya tidak terjangkau.

b) Aspek psikologi

Semenjak kelahiran bayi membawa suasana bahagia dalam

keluarga.Peristiwa interaksi terus-menerus antara ibu dengan bayi

maupun keluarga dengan bayi dapat meningkatkan kasih sayang

sesamanya dan menimbulkan keterikatan batin, sehingga kejiwaan

ibu lebih baik dan terhindar dari depresi masa nifas.

c) Aspek kemudahan

Menyusui bayi sangat praktis dan dapat dilakukan dimana dan

kapan saja.Keluarga tidak memerlukan memasak air, botol maupun

dot.Selain itu, bayi dapat terhindar dari infeksi akibat botol yang

tidak bersih.

e. Komposisi ASI

ASI merupakan larutan kompleks yang komposisinya tidak sama

dari waktu ke waktu karena berdasarkan stadium laktasi. Komposisi ASI

terdiri dari:

1) Laktosa

Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa. Di dalam usus

halus laktosa akan dipecah menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim

laktase. Produksi enzim laktase pada usus halus bayi kadang-kadang

belum mencukupi, untungnya laktase sudah terdapat dapat

ASI.Sebagian laktosa masuk ke usus besar dan difermentasi


48

laktobasili, yang menekan pertumbuhan kuman patogen (IDAI,

2010;h.220).

2) Protein

Beberapa studi membuktikan bahwa kandungan protein pada

ASI yang diukur berdasarkan jumlah asam amino adalah sekitar 0,8-

0,9 g/100 mL, nitrogen nonprotein sebesar 25-30 % dari nitrogen

total, dari segi gizi, protein yang tersedia mungkin kurang 0,8 g/100

mL jika koreksi telah dilakukan terhadap protein whey yaitu protein

yang tahan terhadap preteolisis sehingga tidak diserap. Walaupun

kadar protein rendah tapi itu lebih dari cukup untuk optimal bayi baru

lahir dan menghasilkan larutan bermuatan rendah yang sesuai dengan

ginjal bayi yang belum matang (Anhari, 2010;h.89-92).

3) Lemak

Kurang lebih 50% energi yang terkandung didalam ASI

berasal dari lemak, atau kurang lebih terdapat 40 gram lemak dalam 1

liter ASI (40g/l). Asam lemak yang terkandung dalam ASI kaya akan

asam palmitat, asam oleat, asam linoleat dan asam linoleat.

Trigliserida adalah lemak utama ASI dengan kandungan 97-98% yang

kaya akan asam lemak essensial. Oleh karena itu, lemak ini

memberikan cukup energi, memperlancar pencernaan dan mencegah

hipergalaktia (IDAI, 2010;h.221).


49

4) Vitamin

Kandungan vitamin pada ASI umumnya mencukupi kebutuhan

bayi, meskipun kadarnya dapat bervariasi sesuai makanan

ibu.Konsentrasi vitamin A pada ASI lebih tinggi. Kandungan vitamin

E dalam ASI telah memenuhi kebutuhan bayi kecuali jika ibu

mengonsumsi lemak tidak jenuh berlebihan. Variasi kandungan

vitamin dalam ASI tergantung dari diet maternal.Kadar vitamin pada

ASI dari ibu dengan gizi baik umumnya lebih dari cukup. Perbaikan

diet ibu adalah upaya ekonomis mencegah terjadinya defisiensi

vitamin pada bayi yang mendapat ASI (Anhari, 2010;h.99-102).

5) Mineral

Konsentrasi mineral pada ASI lebih rendah sehingga dapat

diterima oleh kebutuhan gizi dan kapasitas metabolik bayi.Kalsium

lebih efektif diabsorbsi karena ASI mempunyai rasio kalsium

berbanding fosfor yang lebih tinggi 2:1.Selain itu defisiensi besi

selama 6-8 bulan kehidupan jarang terjadi pada bayi yang mendapat

ASI, karena di dalam ASI terdapat faktor laktoferin mencegah

tersedianya zat besi dalam bentuk yang bisa digunakan bakteri. Hal

inilah yang merupakan faktor penting yang berperan meningkatkan

absopsi besi (Anhari, 2010;h.102-107).

6) Elemen renik

Bayi yang mendapat ASI mempunyai resiko rendah terjadinya

suatu defisiensi atau kelebihan elemen renik, larena kadar tembaga,


50

kobalt, dan selenium dalam ASI lebih tinggi dibandingkan susu sapi

(Anhari, 2010;h.107-109).

7) Hormon

ASI tidak saja merupakan sumber nutrien tetapi mengandung

hormon seperti oksitosin, prolaktin, dan steroid adrenal. Pelepasan

hormon dapat dipengaruhi komponen dalam ASI seperti beta-

kasomorfin (Anhari, 2010;h.109-110).

Tabel 2.1 Komposisi Kandungan ASI

Kandungan Kolostrum Transisi ASI Matur


Energi (Kg kla) 57,0 63,0 65,0
Laktosa (gr/100ml) 6,5 6,7 7,0
Protein (gr/100 ml) 1,195 0,965 1,324
Mineral (gr/100 0,3 0,3 0,2
ml)
Imunoglobulin :
Ig A (mg/100 ml) 335,9 - 119,6
Ig G (mg/100 ml) 5,9 - 2,9
Ig M (mg/100 ml) 17,1 - 2,9
Lisosim (mg/100 14,2-16,4 - 24,3-27,5
ml)
Laktoferin 420-520 - 250-270
Sumber : Kristiyanasari (2011:h.10)

f. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif

Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Putri Pertiwi

(2012:h.13-18) dengan judul gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi

pemberian ASI. Faktor faktor yang mempengaruhi pemberian ASI terdiri

dari faktor internal dan eksternal sebagai berikut:


51

1) Faktor internal

a) Usia

Penelitian yang telah dilakukan oleh Erlinda (2015:h.7) dengan

judul hubungan asupan gizi dengan produksi ASI pada ibu

menyusui bayi umur 0-6 bulan di puskesmas Sewon 1 Bantul

Yogjakarta. Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

produksi ASI, pada ibu yang usianya kurang dari 35 tahun lebih

banyak memproduksi ASI dibandingkan usia lebih tua. Tetapi ibu

yang sangat muda (kurang dari 20 tahun) produksi ASI juga kurang

karena dilihat dari tingkat kematuran, sehingga hasil penelitian

menunjukkan bahwa usia ibu dapat memproduksi ASI cukup pada

rentan usia 20-35 tahun.

b) Pengetahuan

Informasi maupun pengalaman terkait pemberian ASI

mempengaruhi perilaku memberi ASI, ibu yang memiliki

pengetahuan baik berpeluang 6,47 kali lebih besar untuk menyusui

secara eksklusif.

c) Persepsi

Persepsi sindorma ASI kurang terjadi karena bayi sering menangis

saat minta disusui, hal tersebut terjadi akibat semakin

bertambahnya usia bayi kebutuhan cairan meningkat sehingga bayi

lebih sering minta disusui. Selain itu, ASI cepat dicerna dan ibu

beranggapan bahwa penambahan makanan padat perlu dilakukan.


52

d) Kondisi kesehatan

Dua kondisi yang penting dipertahankan karena berpengaruh pada

pemberian ASI adalah kondisi fisik dan emosional.Kondisi fisik

ibu dipertahankan agar tidak terkena masalah kesehatan yang

menyebabkan pemberian ASI adalah kotraindikasi bagi ibu

(HIV).Sedangkan, kondisi emosional yang dapat dialami yaitu

stess. Stress mempengaruhi let down reflex saat menyusui

mengakibatkan ASI tidak keluar

2) Faktor eksternal

a) Pendidikan

Ibu yang berpendidikan tinggi umunya memiliki kesibukan di luar

rumah sehingga cenderung meninggalkan bayi dirumah

dibandingkan ibu rumah tangga lebih banyak kesempatan

menyusui bayinya.

b) Pekerjaan

Ibu menyusui yang bekerja menyebabkan turunnya lama menyusui,

dengan rasio kelompok ibu pekerja memiliki peluang 7,9 kali lebih

besar utuk tidak menyusui bayi secara eksklusif.

c) Tempat bersalin

Ibu yang melakukan perrsalinan di fasilitas kesehatan mendapatkan

informasi lebih baik tentang ASI eksklusif daripada yang bersalin

di fasilitas non kesehatan.


53

d) Dukungan petugas kesehatan

Edukasi mengenai pemberian ASI sangat penting dilakukan

sebelum atau selama kehamilan dilanjutkan setelah

melahirkan.Wanita yang memperoleh informasi tentang ASI

ekslusif dari petugas kesehatan memiliki kecenderungan menyusui

dalam jangka waktu yang lama.

e) Dukungan orang terdekat

Keputusan pemberian ASI dipengaruhi oleh keluarga maupun

lingkungan sosial ibu.

f) Promosi susu formula

Pergeseran pemberian ASI ke susu formula terjadi karena susu

formula lebih bergengsi dan akibat pengaruh media yang

didominasi oleh televisi.

g) Budaya

Praktik pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih jarang karena

pengaruh budaya yang dianut.

g. Masalah-Masalah dalam Menyusui

Masalah dari ibu selama menyusui dapat dimulai pada masa ante

natal, pasca persalinan dini, masa pasca persalinan lanjut, masalah ibu

dengan keadaan khusus dan masalah bayi.

1) Masalah Menyusui pada Masa Antenatal

ASI pada hari pertama bayi lahir belum keluar sehingga bayi

dianggap perlu diberikan minuman lain, padahal bayi yang lahir cukup
54

bulan memiliki persediaan kalori dan cairan yang dapat

mempertahankannya tanpa minuman selama beberapa hari. Pemberian

minuman lain pada bayi yang merupakan penyebab lambatnya

pengeluaran ASI karena bayi kenyang dan malas menyusui.

Payudara berukuran kecil dianggap kurang menghasilkan ASI,

padahal payudara besar/kecil tidak menentukan banyaknya produksi

ASI.Besar atau kecil payudara ditentukan oleh lemak pada payudara

dan banyaknya ASI ditentukan oleh kelenjar penghasil ASI.

Walaupun ibu memiliki payudara kecil, tetapi manajemen laktasi

dilaksanakan dengan baik akan menghasilnya produksi ASI banyak

pula. Selain itu, putting susu yang tidak menonjol dipermasalahkan,

sebenarnya tidak selalu menjadi masalah jika putting susu menonjol

karena dapat di perbaiki dengan manipulasi hofman, menarik-narik

putting susu atau penggunaan breast shield, yang paling efisien untuk

memperbaiki adalah isapan langsung bayi yang kuat. Namun apabila

ibu nifas yang terlanjur memiliki putting susu mendatar, saat

menyusui bayinya dapat kemungkinan menjadi kendala karena

seharusnya payudara sudah siap untuk menyusui bayi tetapi terkendala

putting susu medatar dan memerlukan waktu untuk memperbaikinya.

Oleh karena itu, perawatan payudara sebelum melahirkan, diperlukan

untuk mencegah hal-hal tersebut terjadi (Handayani, 2016;h.49-50).


55

2) Masalah Menyusui pada Masa Pasca Persalinan Dini

Putting susu lecet seringkali menghentikan ibu menyusui

bayinya karena terasa sakit pada putting. Cara mencegahnya dengan

memeriksa kembali bagaimana posisi perlekatan ibu dan bayi, dan

apakah terdapat infeksi candida pada mulut bayi dengan tanda kulit

merah, berkilat, kadang gatal dan kulit bersisik. Sedangkan cara

mencegah dapat dilakukan dengan terus menyusui bayi pada keadaan

luka tidak begitu sakit, olesi putting susu dengan ASI (hindmilk) dan

jangan memberi obat lain, lalu putting susu yang sakit diistirahatkan

sementara waktu 1x24 jam karena akan sembuh sendiri 2x24 jam.

Selama putting susu disitirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan

secara manual.

Payudara bengkak dapat mempengaruhi sikap ibu dalam

pemberian ASI. Payudara bengkak ditandai dengan kemerahan, ASI

tidak keluar dan terjadi demam setelah 24 jam. Hal ini terjadi akibat

produksi ASI meningkat, terlambat menyusui, perlekatan tidak benar

dan pengeluaran ASI kurang lama. Cara mencegahnya dengan

menyusui on demand, perlekatan bayi saat menyusu yang benar,

kompres air hangat, dan stimulasi payudara dan putting.

Apabila bengkak payudara tidak teratasi maka dapat menjadi

masitis yang menyebabkan demam 1-3 minggu akibat sumbatan

saluran susu yang berlanjut. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan

menanganinya dengan kompres air hangat disertai penekanan, rangsan


56

oksitosin, pemberian antibiotika dan apabila terjadi abses payudara

segera rujuk ke RS untuk mendapatkan tindakan bedah (Handayani,

2016;h.50-52).

3) Masalah Menyusui pada Masa Pasca Persalinan Lanjut

Banyak ibu yang mengkhawatirkan kecukupan jumlah ASI

yang diproduksi.Padahal kenyataannya ASI tidak benar-benar kurang.

Tanda bayi kurang ASI yaitu bayi tidak puas menyusu, tinja bayi

keras, berat badan bayi kurang dari 500 gram/bulan, bayi BAK kurang

dari 6 kali dalam 24 jam dengan cairan urine pekat berwarna kuning

(Handayani, 2016;h.52-53).

Menurut Maryuani (2015:h.140-141), masa persalinan lanjut

terdapat masalah yaitu sindrom ASI kurang. Seringkali ibu

menganggap ASI yang dimiliki kurang untuk bayi, karena ASI yang

keluar pada hari-hari pertama setelah melahirkan sedikit. Faktor-faktor

yang mempengaruhi pemikiran sindrom ASI kurang seperti bayi tidak

puas setiap menyusu dan menyusu dengan waktu sangat lama, bayi

terkadang lebih cepat menyusu dan disangka produksinya berkurang

padahal karena bayi telah pandai menyusu. Selain itu bayi sering

menangis ataupun menolak menyusu.Faktor-faktor inilah yang

menimbulkan pemikiran bahwa bayi tidak cukup ASI. Oleh karena

itu, bayi perlu diperiksa tanda-tanda ASI kurang antara lain berat

badan bayi kurang dari 500 gram perbulan, berat badan lahir dalam
57

waktu 2 minggu belum kembali dan bayi ngompol rata-rata kurang

dari 6 kali dalam 24 jam, dengan cairan urin pekat, berwarna kuning.

4) Masalah Menyusui pada Keadaan Khusus

Ibu yang menderita hepatitis ataupun HIV/AIDS tidak

diperkenankan menyusui bayinya karena dapat menularkan virus

kepada bayi melalui ASI (Kristiyani, 2011;h.18). Menurut Handayani

(2016:h.41) gangguan adaptasi psikologis ibu nifas juga

mempengaruhi proses laktasi, seperti postpartum blues merupakan

kesedihan setelah melahirkan yang muncul 2 hari sampai 2 minggu

kelahiran bayi.Ibu khawatir akan kemampuannya merawat bayi.

Kondisi ini tidak boleh dianggap reneh, karena jika berlanjut menjadi

depresi postpartum bahkan psychosis.sehinggq terjadi penolakan

merawat bayi bahkan membunuh bayi.

5) Masalah Menyusui pada Bayi

Menurut Kristiyanasari (2011:h.63-70), masalah menyusui

pada bayi sebagai berikut:

a) Bayi Sering Menangis

Menangis adalah cara bayi berkomunikasi dengan orang sekitar

karena itu bila bayi menangis perlu dicari penyebabnya karena

tidak selalu karena ASI kurang.

b) Bayi Bingung Putting

Suatu keadaan karena bayi mendapat susu formula dari botol

berganti-ganti dengan menyusu pada ibu. Peristiwa ini terjadi


58

karena mekanisme menyusu pada putting ibu berbeda dengan

mekanisme menyusu pada botol. Oleh karena itu, tidak

memberikan bayi susu menggunakan dot atau botol.

c) Bayi Prematur

Bayi prematur mempunyai masalah menyusui karena refleks

menghisapnya masih relatif lemah.Oleh karenanya bayi harus cepat

dan lebih sering dilatih menyusu.Ibu dapat menyusui bayi sesering

mungkin walaupun waktu menyusunya pendek.

d) Bayi Sumbing

Bayi sumbing belum tentu tidak dapat menyusu.Apabila sumbing

pallatum molle ataupun pallatum durum dapat disusui dengan ibu

tetap mencoba menyusui dan melatih kekuatan otot rahang dan

lidah.Ibu dapat menggunakan ibu jari ibu sebagai penyumbat celah

pada bibir bayi ataupun langit-langit mulut bayi.Kemudian bayi

disusui dengan payudara ataupun ASI yang telah diperas terlebih

dahulu.

h. Metode Merangsang Produksi ASI

Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Seattle (2016:h.2-

3), Mas’adah (2015:h.3-10), dan Britton (2014:h.51-54) , metode yang

efektif untuk merangsang produksi ASI meliputi

1) Teknik-teknik merangsang Produksi ASI

Teknik marmet, Metode SPEOS (Stimulasi Pijat Oksitosin, Pijat

Endorphin dan Sugestif), Kompres hangat, Breast Care (Perawatan


59

Payudara), tehnik Massase Rolling (Punggung), pijat payudara

sebelum dan selama pemompaan, teknik relaksasi (seperti

mendengarkan musik santai), yoga, akupunktur dan acupressur

2) Makanan meningkatkan produksi ASI

Susu khusus ibu menyusui, plum merah, sup ayam dengan jahe,

jahe bakar, lada hitam, kacang Azuki, bubur nasi, sup dan sayuran,

akar teratai, sup rumput laut, jinten, kerang, daging, telur, sayur katuk,

dan daun pepaya.

3) Herbal China

Bitter fennel (Foeniculum vulgare), blessed thistle (Cnicus

benedictus), goat’s rue (Galega officinalis), fenugreek (Trigonella

foenum-graecum), fennel essential oil.

i. Volume Pengeluaran ASI

Menurut IDAI (2010:h.222-223), seorang ibu setelah melahirkan

memerlukan keterampilan khusus untuk merawat bayinya. Pada

umumnya ibu akan terampil menyusui setelah satu minggu setelah

melahirkan. Produksi ASI akan meningkat segera setelah lahir sampai

usia 4-6 minggu dan setelah itu produksinya akan menetap. Produksi

ASI pada hari pertama dan kedua sangat sedikit tetapi akan meningkat

menjadi ± 500 mL pada hari ke-5, 600-690 mL pada minggu kedua,

dan ±750 mL pada bulan 3-5. Produksi ASI ini akan menyesuaikan

kebutuhan bayi (on demand). Jika saat itu bayi mendapat makanan

dari luar (susu formula), maka kebutuhan bayi akan ASI berkurang
60

dan berakibat produksi ASI akan turun. ASI sebanyak 750-1000

mL/hari menghasilkan energi 500-700 kkal/hari, yaitu setara dengan

energi yang diperlukan bayi dengan berat badan 5-6 kg. Volume ASI

pada hari ke-1 sekitar 60-80 mL/hari, tetapi akan meningkat pesat

menjadi 600 mL/hari pada hari ke-4 setelah melahirkan. Bayi

mempunyai cadangan sampai 3 hari pertama.Sehingga volume yang

sedikit pada hari ke-1 dan ke-2 setelah lahir tidak menjadi masalah

bagi bayi.

Penelitian lain pada 71 bayi usia 1-6 bulan yang mendapatkan ASI

eksklusif dan on demand dengan dilakukan penimbangan berat badan

setiap kali menyusu mendapatkan hasil sebagai berikut:

a) Bayi menyusu 10-12 kali dalam sehari

b) Rata-rata produksi ASI adalah 800 mL/hari

c) Produksi ASI setiap kali menyusui adalah 90-120 mL/kali, yang

dihasilkan 2 payudara

d) Pada umumnya bayi akan menyusu pada payudara pertama

sebanyak 75 mL dan dilanjutkan 50 mL pada payudara kedua

e) Rata-rata frekuensi menyusui malam hari (jam 22.00 sampai 04.00

pagi)

j. Pengaruh Akupresur terhadap Hormon Prolaktin

Penelitian yang telah dilakukan Nawang (2016) berjudul

perbedaan jumlah hormon prolaktin sebelum dan setelah kombinasi

akupresur-aromaterapi pada teknik menyusui pada ibu nifas di Surakarta.


61

Penelitian dilakukan pada hari pertama ibu melahirkan di rumah sakit

diberikan intervensi akupresur dan aromaterapi yang dibagi dalam empat

kelompok,kelompok yang mendapatkan akupresur diberikan penekanan

titik akupresur ST 16, ST 17, ST 18, SP 18, CV 17, SI 1 dan ST 36

selama 30 putaran searah jarum jam pada setiap titik.

Intervensi ini dilakukan selama 3 hari berturut-turut pada waktu

yang sama di pagi hari antara 8-11 ketika payudara kosong atau setelah

menyusui.Rata-rata tingkat hormon prolaktin meningkat secara signifikan

untuk 151,058 ng / ml dengan standar deviasi 32,246 (nilai p = 0,0001).

Rata-rata kadar hormon prolaktin sebelum terapi kombinasi antara

akupresur dan aromaterapi adalah 59,102 ng / ml dengan standar deviasi

16,652. Setelah terapi kombinasi selama 3 hari, tingkat rata-rata hormon

prolaktin yang diangkat ke221,894 ng / ml dengan standar deviasi

20,684. (P-value = 0,0001).Berbeda dengan kelompok intervensi,

prolaktin hormon pada kelompok kontrol setelah 3 hari menunjukkan

perubahan tidak signifikan. hormon prolaktin diukur pada 64,084 ng / ml

dengan standar deviasi dari 21,272 di baseline, dan sedikit meningkat

menjadi 65,160 ng / ml dengan standar deviasi21,543 (p-value =

0,006).Hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa ada yang

signifikan meningkat di prolaktin kadar hormon sebelum dan setelah

pengobatan dalam semua empat kelompok. Peningkatan kadar hormon

prolaktin antara ibu berhubungan dengan meningkatnya produksi ASI.


62

Akupresur dan aromaterapi adalah pengobatan yang paling efektif

dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya.

k. Peniliaian Produksi ASI

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Budiati (2010) berjudul

peningkatan produksi ASI ibu nifas sectio caesaria melalui pemberian

paket sukses ASI, penilaian terhadap produksi ASI dapat menggunakan

beberapa kriteria untuk mengetahui produksi ASI. Beberapa indikator

produksi ASI lancar atau tidak terdiri dari indikator bayi dan ibu

1) Indikator bayi

Frekuensi dan karakteristik BAK, bayi sering BAB berwarna

kekuningan (berbiji), bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar,

bangun dan tidur cukup. Bayi menyusu 10-12 kali dalam 24 jam,

warna dan karakteristik BAB, jumlah jam tidur bayi, bayi bertambah

berat badannya. Indikator pada bayi dikategorikan lancar jika bayi

menunjukkan >4 indikator dari 6 indikator, dan dikategorikan tidak

lancar jika hasil observasi <4 indikator.

2) Indikator ibu

Payudara tegang, ibu rileks, let down reflex baik, frekuensi menyusui

> 8 kali sehari atau on demand, menyusui pada 2 payudara bergantian,

posisi perlekatan benar, putting susu tidak lecet, memerah payudara

karena penuh ASI, payudara kosong setelah bayi menyusu sampai

kenyang dan tidur, bayi menghisap kuat dengan perlahan. Indikator

ibu dikategorikan lancar jika ibu nifas dapat menunjukkan > 5


63

indikator dari 10 indikator, dan dikatakan tidak lancar jika hasil

observasi < 5 indikator.

Anda mungkin juga menyukai