Anda di halaman 1dari 5

TUGAS INDIVIDU

MENGULAS EVALUASI AKADEMIK MENGGUNAKAN 4 AGENDA

NAMA : Herlin Agustina, S.Pd.SD


ANGKATAN : XXI
NDH : 01
KELOMPOK :1
JUDUL ISU : POLEMIK DANA DESA YANG MELAHIRKAN DESA FIKTIF

POLEMIK DANA DESA YANG MELAHIRKAN DESA FIKTIF

KOMPAS.com - Setiap tahun, pemerintah mengalokasikan triliunan rupiah dana desa


di dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Jumlah tersebut terus meningkat
seiring dengan peningkatan jumlah desa yang menerima bantuan. Tahun 2020 misalnya, dana
desa yang akan dialokasikan pemerintah sebesar Rp 72 triliun. Jumlah itu naik Rp 2 triliun bila
dibandingkan alokasi pada tahun 2019. Presiden Joko Widodo mengungkapkan, peningkatan
dana desa dilakukan sebagai upaya untuk pemberdayaan masyarakat desa dan pengembangan
potensi ekonomi desa. Sehingga, diharapkan dapat mempercepat peningkatan kesejahteraan
dan taraf hidup masyarakat desa. "Di samping itu, dana desa diharapkan dapat mendorong
inovasi dan entrepreneur baru, sehingga produk-produk lokal yang dimiliki oleh setiap desa
dapat dipasarkan secara nasional, bahkan global melalui marketplace," ucap Jokowi saat
menyampaikan pidato nota keuangan di Kompleks Parlemen, 16 Agustus lalu. Ironisnya,
harapan peningkatan kesejahteraan itu pupus. Maraknya kabar keberadaan desa fiktif di
sejumlah wilayah Tanah Air menjadi indikasi bahwa dana desa yang selama ini dikucurkan
pemerintah pusat hanya sekedar menjadi bancakan untuk dibagi-bagi oleh oknum tidak
bertanggung jawab di daerah.
Desa fiktif
Temuan desa fiktif tersebut salah satunya berada di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.
Kepolisian daerah setempat memperoleh informasi adanya 56 desa yang terindikasi fiktif. Tim
khusus pun telah diterjunkan untuk melakukan pengecekan fisik di 23 desa yang tidak terdata di
Kementerian Dalam Negeri maupun Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara. Kepala Subdit
Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Polda Sultra, Kompol Dolfi Kumaseh
mengatakan, dari 23 desa yang telah dicek, dua desa di antaranya diketahui tidak memiliki
penduduk sama sekali. Namun, Dolfi masih merahasiakan identitas desa tersebut lantaran
masih dalam proses penyelidikan. "Penyidik sudah periksa saksi dari Kemendagri, kemudian ahli
pidana dan ahli adiministrasi negara. Telah dilakukan pemeriksaan fisik kegiatan dana desa
bersama ahli Lembaga pengembangan jasa konstruksi," ujar Dolfi, di ruang kerjanya, Kamis
(7/11/2019). Di lain pihak, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) siap turun tangan untuk
membantu Polda Sulawesi Tenggara menangani kasus yang terindikasi ada dugaan tindak
pidana korupsi ini. "Salah satu bentuk dukungan KPK adalah memfasilitasi keterangan para ahli
pidana dan kemudian dilanjutkan gelar perkara bersama 16 September 2019," kata Juru Bicara
KPK Febri Diansyah dalam keterangan tertulis, Rabu (6/11/2019). Dalam kasus ini, KPK
mengindikasi adanya 34 desa yang bermasalah. Tiga desa fiktif, sedangkan 31 lainnya ada tapi
surat keputusan pembentukannya dibuat dengan tanggal mundur. Sementara, ketika desa
tersebut dibentuk sedang berlaku kebijakan moratorium dari Kemendagri. Sehingga untuk bisa
mendapatkan dana desa harus dibuat tanggal pembentukan backdate. Perkara ini kemudian
telah naik ke tahap penyidikan dan membutuhkan keterangan ahli pidana. "Akan dilakukan
pengambilan keterangan ahli hukum pidana untuk menyatakan proses pembentukan desa yang
berdasarkan peraturan daerah yang dibuat dengan tanggal mundur (backdate), merupakan
bagian dari tindak pidana dan dapat dipertanggungjawabkan atau tidak," ucap Febri. Sementara
itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai, desa fiktif mulai bermunculan setelah pemerintah
secara rutin mengucurkan dana desa setiap tahun. Momentum inilah yang kemudian
dimanfaatkan oleh oknum tidak bertanggung jawab untuk untuk membentuk desa baru. "Kami
mendengar beberapa masukan karena adanya transfer ajeg dari APBN maka sekarang muncul
desa-desa baru yang bahkan tidak ada penduduknya. Hanya untuk bisa mendapatkan (dana
desa)," ujar Sri Mulyani saat rapat kerja evaluasi kinerja 2019 dan rencana kerja 2020 bersama
dengan Komisi XI DPR RI, Senin (4/11/2019). Hingga September 2019, penyaluran dana desa
baru mencapai Rp 44 triliun atau 62,9 persen dari total alokasi Rp 70 triliun pada tahun ini.
Serapan ini turun bila dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 63,2 perse atau sekitar
Rp 37,9 triliun.

Verifikasi Lemah
Pihak Istana Kepresidenan bukannya tutup mata dan telinga melihat realita ini. Jokowi bahkan
menegaskan, akan mengejar oknum pelaku yang sengaja memanfaatkan kucuran dana desa
untuk kepentingan pribadi. "Kami kejar agar yang namanya desadesa tadi diperkirakan, diduga,
itu fiktif, ketemu, ketangkep," kata Jokowi usai membuka acara Konstruksi Indonesia 2019 di
JIExpo Kemayoran, Jakarta, Rabu (6/11/2019). Menurut Jokowi, ada oknum yang dengan
sengaja menciptakan desa fiktif. Oknum tersebut memanfaatkan celah pengelolaan yang tidak
mudah dilakukan pemerintah, mengingat luasnya wilayah sebaran yang ada yaitu dari Sabang
hingga Merauke. Hingga kini, tercatat ada sekitar 78.400 desa yang tersebar di seluruh wilayah
Tanah Air. "Manajemen pengelolaan desa sebanyak itu tidak mudah. Tetapi, kalau informasi
benar ada desa siluman itu, misalnya dipakai plangnya saja, tapi desanya enggak, bisa saja
terjadi," ucapnya. Di lain pihak, Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi
Daerah (KPPOD) Robert Endi Jaweng menilai, munculnya kasus desa fiktif menjadi indikasi
bahwa proses verifikasi di lapangan masih lemah. Sedianya, setiap desa memiliki kode wilayah
yang terdaftar di Kementerian Dalam Negeri. Desa yang ingin mendapatkan bantuan dari
pemerintah pusat, harus mengajukan usulan melalui pemerintah kabupaten/kota sebelum ke
Kementerian Keuangan. Adapun besaran alokasi bantuan untuk setiap wilayah tidak sama.
Tergantung dari letak geografis, jumlah penduduk, hingga tingkat kemiskinan. "Saat masuk ke
Kemenkeu, ketika memasukkan desa itu dalam variabel perhitungankan tidak asal angkut
begitu saja. Dia harus koordinasi dengan Kemendagri yang punya kode wilayah, bahkan juga
Kementerian Desa," kata Robert saat dihubungi, Rabu (6/11/2019). "(Dengan kasus ini), berarti
dari kabupaten/kota langsung ke Kemenkeu dipakai tanpa ada koordinasi kiri-kanan dengan
dua kementerian lain," imbuh dia. Sementara itu, Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi Budi Arie Setiadi mengatakan, alokasi dana desa yang cukup besar
memerlukan pengawalan maksimal dari seluruh elemen masyarakat. Ia menambahkan, tidak
boleh hanya sekedar menjadi penonton ketika dana desa ini mulai dimanfaatkan. Justru,
masyarakat lah yang harus berperan aktif bila ada dugaan penyelewengan dana tersebut.
"Kalau ada masalah, kita akan langsung cari dan temukan solusi untuk mengatasinya. Rakyat
jangan jadi penonton pembangunan. Pengawasan dana desa terbaik adalah lewat peran aktif
masyarakat," ucapnya.
(Sumber: Kompas.com. Edisi 7 November 2019. Penulis: Dani Prabowo)

1) Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor yang terlibat dan
persan setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus.

JAWAB:

RUMUSAN KASUS:

Isu kontemporer yakni adanya oknum tidak bertanggungjawab yang mebuat


laporan tentang desa fiktif atau desa palsu ( desa yang tidak memiliki penduduk)
dengan tujuan agar mendapatkan bantuan dana desa untuk kepentikan pribadi Hal
ini sangat bertentangan dengan nilai wawasan kebangsaan, yaitu cara pandang
yang dilandasi oelh kesadaran diridalam bertindak di dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. para oknum tersebuttidak memiliki rasa peduli terhadap bangsa dan
negara. oknum tersebut membohongi diri sendiri, keluarga serta neggaranya, hal ini
akan merusak citra bangsa di mata dunia. idu kontemporer semacam ini harus
ditindak secara tegas oleh pihak berwajib. permasalahan ini juga tidak sesuai
dengan manajemen ASN dimana seorang ASN seharusnya melaksanakan tugas
dengan jujur dan penuh tanggung jawab, serta bekerja secara profesional dan
berkualitas. Oknum tersebut juga menentang sikap pelayanan publik dimana
seharusnya dia melayani masyarakat dengan sebaik mungkin tetapi justru
menyalahgunakan anggaran dana desa dengan laporan fiktif belaka.

AKTOR YANG TERLIBAT SERTA PERAN SETIAP AKTOR BERDASARKAN


KONTEKS DESKRIPSI KASUS:

1. Perangkat Desa atau Oknum tidak bertanggung jawab yang berperan sebagai
penggagas atau penyusun laporan fiktif tersebut.

2. Tim Verivikasi dana desa dimana mereka tidak melakukan peran nya dengan
baik. tidak melakukan verivikasi secara akurat.

3. Kemendagri kurang teliti dalam menerapkan moratorium penyaluran dana desa


4. Kemenkeu tidak melakukan verivikasi menyeluruh namun hanya menerima

pengajuan langsung dari pemerintah kabupaten tanpa koortdinasi dengan pihak


terkait.
5. Komite Pemantauan Pelaksana Otonomi Daerah (KPPOD) kurang
mengidentifikasi lemahnya proses verivikasi dana desa.
2) Melakukan analisis terhadap : A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap
nilai-nilai dasar PNS, dan Pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dan
NKRI oleh setiap aktor yang terlibat berdasarkan konteks deskripsi kasus. B.
Dampak tidak diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang
kedudukan dan peran PNS dalam NKRI berdasarkan konteks deskripsi kasus

JAWAB:
Dilihat dari nilai akuntabilitas, tidak ada transparansi laporan serta
pertanggungjawaban terhadap dana desa yang telah dicairkan sehingga para
oknum tersebut dapat dengan leluasa menggunakan dana desa tersebut untuk
kepentingan pribadi. Ditinjau dari segi nilai nasionalisme, tindakan atau perilaku
oknum tersebut tidak mencerminkan nilai-nilai Pancasila seperti keadilan sosial
karena hal tersebut hanya menguntungkan diri sendiri dan tidak mencerminkan
sikap peduli terhadap bangsa dan negara. Hal tersebut melanggar Etika Publik
karena prosedur pelaksanaan tidak jelas, laporan tidak transparan, kurang sopan
karena menyalahi prosedur serta tidak memiliki etika dan etiket yang baik sebagai
seorang warga negara. dari segi Komitmen Mutu, hal tersebut jelas melanggar
karena menjalankan sesuatu tanpa prosedur yang berorientasi pada mutu, mereka
tidak mencerminkan karakter yang baik. mereka perlu menanamkan dan
menumbuhkan sikap komitmen mutu agar tidak terjadi isu semacam itu di masa
yang akan datang. dilihat dari nilai Anti Korupsi sudah jelas hal tersebut
melanggar karena oknum tersebut bersikap tidak jujur dalam perkataan serta
perbuatannya yakni membuat laporan palsu guna kepentingan pribadi saja.

DAMPAK:
1. Merugikan diri sendiri karena sudah pasti akan menerima sanksi hukum
2. merugikan masyarakat luas serta menimbulkan ketidakpercayaan terhadap

sistem pemerintahan.
3. Merugikan pemerintah karena dana tidak digunakan untuk kepentingan umum

melainkan untuk kepentingan pribadi.

3) Mendeskripsikan gagasan-gagasan alternatif pemecahan masalah berdasarkan


konteks deskripsi kasus

JAWAB:

1. Memperketat sistem pengalokasian dana agar tidak mudah terbobol. Harus


benar-benar lebih teliti dan harus melakukan kerjasama dengan lebih baik agar
tidak terjadi lagi kasus desa fiktif (WoG)

2. memperketat serta meningkatkan proses verivikasi di lapangan (pelayanan


publik)
3. Masyarakat harus ikut memantau (salah satu bentuk kewajiban masyarakat yang
mencerminkan rasa Nasionalisme terhadap negara serta mencerminkan sikap
bela negara )

4. Pengawasan KPK yang perlu diterapkan untuk langsung terjun ke lapangan


(sikap KPK yang memiliki komitmen terhadap bangsa dan negaraserta melihat
kondisi lingkungan yang sebenarnya)

4) Mendeskripsikan konsekuensi penerapan dari setiap alternatif gagasan pemecahan


masalah berdasarkan konteks deskripsi kasus.
JAWAB:
1. Kode wilayah: terkait pengkodean wilayah tentunya nanti akan berimbas pada
semakin banyaknya tugas dari di Kementrian dalam negeri untuk melakukan
verifikasi data dan memberikan/membuat kode-kode wilayah (Komitmen mutu)
dimana sesuai dengan tugas dan kewajibannya harus dilaksanakan dengan baik.
2. Perlunya sosialisasi dan kerjasama yang berkesinambungan antara instansi
dengan menerapkan pendekatan WoG dalam pemerintahan agar tidak terjadi
lagi kesalahan atau kasus desa fiktif.
3. Perlunya pengusutan tuntas dan mendalam baik dari segi hukum maupun
ekonomi terkait polemik dana desa fiktif dan peran serta dari masyarakat
mengenai alokasi dana desa yang cukup besar memerlukan pengawalan
maksimal dari seluruh elemen masyarakat (mencerminkan sikap bela negara),
4. Jika memang benar terjadi korupsi, maka perlu ditindak sesuai peraturan dan
hukum yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai