Anda di halaman 1dari 2

Judul: Tarian likurai

- Arti dan sejarah likurai


Secara harafia tarian likurai berasal dari dua kata yaitu haliku dan rai.Haliku berati menajaga
atau memelihara sedangkan Rai yang barati tanah.jadi likurai di artikan sebagai sebuah aksi
atau tindakan untuk memelihara tanah yang artinya melestarikan
Salam sejarahnya duluh itu tarian tersbut di gunakan untuk menyambut para pahlawan yg
pulang dari medan perang yg fungsinya menandakan bahwa meraka telah pulang dengan
selamat

- Peralatan untuk tarian likurai


1. Tais futus( kain tenun)biasanya di ikat pada bagian atas dada
2. Kaebauk(mahakota perak) di taruh di atas kepala para penari
3. Belak(Lempengan logan besar) fungsinya untuk menghias dada
4. Morten(Manik-Manik) kalung yg gantung di leher
5. Riti(Galang tangan) hiasan tangan para wanita
6. Likurai( Gendang) alat tariannya biasanya di pukul
7. Knei (rongenggan) di taruh di kaki fungsinya untuk melengkapi bunyi dari pukulan,
gendang

2.4 Gerakan –gerakan Tarian liku rai

Jumlah peserta tarian likurai tidak dibatasi. Para wanita maupun laki – laki , tua-muda,
besar-kecil, entah berpendidikan tinggi atau pun buta aksara, baik orang berada maupun
kaum sederhana, semua berpadu mengapit tambur di bawah ketiaknya, lalu membentuk
barisan atau lingkaran di antara mereka kadang belasan wanita, kadang puluhan, kadang
malah bisa ratusan wanita, memukul atau membunyikannya secara dinamis, ritmik,
dengan beraneka ragam bunyi atau warna pukulan, namun tetap menjaga kekompakan,
tempo, juga dipadukan dengan gerakan tubuh, badan meliuk secara beraturan kesana-
kemari seiring bunyi-bunyian yang dihasilkan dari pukulan gendang tersebut.
Di samping para wanita--yang menabuh gendang apitan bawah ketiak dengan penuh
ritmik-dinamis gerakan tubuhnya, ditambah lengkingan gong--para lelaki pun, karena
dibakar semangat oleh keramaian bunyi-bunyian Tihar, Tala dan gerak lincah-gemulai
para wanita itu, masuk meronggeng dalam lingkaran. Kadang, para lelaki tampil lebih
heboh daripada para wanita. Sering mereka membawa selendang kecil berukuran
panjang dua meter dan mereka akan berperangai seperti elang mengepakkan sayap
mencari mangsa. Kadang malah mereka membawa kelewang adat, di mana di pangkal
kelewang itu diikat rambut dari kepala musuh yang pernah ditebas dengan kelewang
sakti itu untuk menunjukkan sifat kepahlawanan leluhur Timor.

2.5 Makna –makna baru


Kini Tarian Likurai diberi beberapa makna baru untuk menolong manusia Timor demi
memperjuangkan dan mencapai hidup yang lebih bermartabat:
1. Tarian Likurai ketika dibawakan dalam upacara keagamaan (biasanya dalam
peribadatan Gereja Katolik) mau menunjukkan bahwa sebagai umat beriman, kita harus
tampil sebagai pahlawan yang selalu berusaha mengalahkan kejahatan dengan selalu
memilih untuk berbuat baik sesuai dengan kehendak Tuhan, demi kebahagiaan kita
semua.
2. Tarian Likurai ketika dibawakan dalam menyambut kunjungan tokoh-tokoh
pemerintahan, tokoh masyarakat atau pun tamu terhormat, mau menunjukkan bahwa
sikap saling menghormati adalah sikap dasariah manusia beradab. Para sesepuh itu layak
dihormati dan ini juga menggugah mereka untuk tampil sebagai pahlawan yang siap
membela dan mengupayakan kemajuan dan kemandirian segenap rakyatnya.
3. Tarian Likurai ketika dibawakan dalam pelbagai acara syukuran sebenarnya mau
menunjukkan kepada kita bahwa kita patut bersyukur kepada Tuhan yang senantiasa
memberkati kita, sekaligus kita berterima kasih kepada sesama manusia dan alam
semesta yang senantiasa menolong dan menunjang kerja keras kita untuk mencapai
idealitas hidup, sesuai yang kita dambakan bersama: hidup yang aman, damai,
bersahabat, adil, sejahtera dalam keterpaduan hati sebagai sesama manusia, dengan
alam semesta dan dengan kesadaran mendalam bahwa bagaimana pun kita ini makhluk
terbatas yang bergantung sepenuhnya pada kekuasaan Tuhan.

Kesimpulan

Likurai berasal dari dua kata yaitu Haliku dan Rai. Haliku berarti mengawasi, menjaga,
melindungi, memelihara, mengambil, menguasai. Rai berarti Tanah, Bumi, Negeri atau
Pulau. Haliku Rai atau kelak disingkatpadukan menjadi Likurai, boleh diartikan sebagai
sebuah aksi atau tindakan mengawasi, menjaga, melindungi, memelihara dan
mengambil tanah atau bumi, entah tanah itu pada dasarnya milik kita, maupun milik
orang lain.
Pada masa kini, tarian tersebut hanya dipentaskan saat menerima tamu-tamu agung
atau pada upacara besar atau acara-acara tertentu. Sebelum tarian ini dipentaskan,
maka terlebih dahulu diadakan suatu upacara adat untuk menurunkan Likurai atau
tambur-tambur itu dari tempat penyimpanannya yaitu Rumah Adat ( uma lulik.) Oleh
karana tetua adat kemudian digunakan para penari untuk pentas.

DAFTAR PUSTAKA

Direcção Nacional de Estatística, Ministério das Finanças de Timor Leste,


(citado em 26 de Abril de 2011).
I Gde Pitana & Putu G. Gayatri “ Sosiologi Pariwisata” Ed. I Andi Yogyakarta 2004
Www. Wikipedia “ Sejarah Timor-Timur”

Anda mungkin juga menyukai