Anda di halaman 1dari 6

LK 1.

3 Penentuan Penyebab Masalah


Oleh : Evi Fery Astutik

Hasil eksplorasi Akar penyebab Analisis akar penyebab


No.
penyebab masalah masalah masalah
1 Minat belajar bahasa Cara mengajar guru Cara mengajar guru
Jawa peserta didik tidak menarik dan tidak menarik dan tidak
rendah guru tidak menggunakan metode
1. Guru belum menggunakan metode dan media
menguasai dan media pembelajaran yang
pengelolaan pembelajaran yang variatif menjadi faktor
pembelajaran variatif penyebab rendahnya
2. Guru belum mampu minat belajar peserta
merancang didik. Cara mengajar
pembelajaran yang guru yang cenderung
menarik bagi tidak variatif dan
peserta didik inovatif, lebih banyak
3. Guru belum berceramah dan kurang
menggunakan menggunakan berbagai
metode dan media media pembelajaran
yang variatif menyebabkan siswa
4. Guru kurang kurang termotivasi di
memberikan dalam belajar. Jika
motivasi kepada pembelajaran dilakukan
peserta didik dengan metode yang
5. Cara guru mengajar bervariasi,
kurang menggunakan media
menyenangkan dan yang inovatif dan
kurang memberikan interaktif di dalam
tantangan kepada pembelajarannya maka
peserta didik akan membuat peserta
6. Guru belum mampu didik mengikuti
memanfaatkan pembelajaran dengan
sarana dan senang yang pada
prasarana yang akhirnya peserta didik
tersedia akan termotivasi untuk
belajar lebih giat lagi.
2 Kurangnya minat siswa Guru dan orang tua Peran guru dan orang
membaca buku bacaan kurang mendorong tua kurang dalam
berbahasa Jawa peserta didik untuk memberikan dorongan
1. Siswa tidak rajin membaca terhadap peserta didik
terbiasa/tidak suka (membaca bacaan untuk membaca
membaca berbahasa Jawa, menjadi akar penyebab
2. Guru dan orang tua misalnya: membaca mengapa peserta didik
kurang mendorong artikel berbahasa belum memiliki literasi
peserta didik untuk Jawa) membaca yang baik.
rajin membaca Peserta didik yang tidak
3. Ketersediaan buku dibiasakan senang
bacaan berbahasa membaca sejak dini
Jawa di sekolah akan sangat
yang minim berpengaruh terhadap
4. Pengaruh pendidikannya saat ini.
banyaknya hiburan, Sering sekali dijumpai
misalnya: tv, saat pelajaran bahasa
youtube, dan game Jawa yang terdapat
5. Perlu adanya materi memahami
pembiasaan setiap bacaan suatu teks,
mengawali siswa tidak mampu
pembelajaran 15 menyelesaikan
menit awal tugasnya dengan baik.
digunakan untuk Untuk membaca teks
kegiatan membaca tersebut saja malas
buku berbahasa apalagi harus
Jawa. memahami/menganalisi
6. Koleksi buku tidak isinya. Jika orang tua di
sesuai dengan rumah memberikan
kebutuhan siswa dorongan dan
memfasilitasi peserta
didik untuk rajin
membaca (khusunya
membaca buku
berbahasa Jawa) serta
guru juga demikian
maka meskipun
keterbatasan sarana
yang ada dan
banyaknya pengaruh
media sosial atau
hiburan yang lain, tetap
akan memberikan
peluang besar peserta
didik untuk mampu
memiliki literasi yang
baik.
3 Beberapa peserta didik Mata pelajaran Saat ini aksara Jawa
kesulitan meraih nilai bahasa Jawa merupakan salah satu
yang baik dalam mata dianggap sebagai momok yang
pelajaran bahasa Jawa mata pelajaran yang menakutkan dalam
khususnya di materi sulit oleh peserta pembelajaran bahasa
unggah-ungguh basa didik (terutama pada Jawa di sekolah.
1. Mata pelajaran materi Peserta didik merasa
bahasa Jawa membaca/menulis kesulitan menghafal
dianggap sebagai aksara Jawa dan bentuk-bentuk huruf
mata pelajaran yang materi unggah- yang rumit juga
sulit oleh peserta ungguh bahasa Jawa) banyaknya huruf yang
didik harus dihafal. Materi
2. Peserta didik pembelajaran inilah
kurang persiapan yang membuat siswa
untuk memulai enggan untuk
pembelajaran mempelajari apalagi
3. Peserta didik tidak memperdalam
aktif saat mengikuti pemahaman
pembelajaran membaca/menulis
4. Peserta didik aksara Jawa.
kurang berminat
belajar
5. Lingkungan yang Penggunaan Bahasa
tidak mendukung Jawa kian hari kian
tidak efektif, sumber
ketidakmampuan
tersebut adalah
keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Contohnya
ketika di rumah orang
tua berbicara dengan
anaknya kerap tidak
pernah menggunakan
Krama Lugu, Krama
Inggil, dan Basa Semu.
Menjadi wajar ketika
anak-anak tidak
mampu berkomunkasi
dengan bahasa tersebut
dengan baik. Di sisi lain
anak-anak juga tidak
menunjukkan unggah
ungguh yang baik
ketika berbicara dengan
orang tua.

4 Hubungan komunikasi Kurangnya kolaborasi Kurangnya kolaborasi


antara guru dan orang antara guru dan antara guru dan orang
tua siswa terkait orang tua terkait tua terkait
pembelajaran masih pembelajaran peserta pembelajaran adalah
kurang didik di sekolah akar penyebab utama
1. Terbatasnya masalah ”komunikasi
partisipasi orang antar guru dan orang
tua di sekolah yang tua peserta didik
diakibatkan terkait pembelajaran
kesibukan masih kurang”.
pekerjaan orang tua Selanjutnya, guru dan
di rumah pihak sekolah
2. Kurangnya memberikan ruang
kolaborasi antara untuk guru dan orang
guru dan orang tua tua dalam membahas
terkait pembelajaran
terkait
peserta didik. Selain itu
pembelajaran.
terobosan yang dapat
3. Kurangnya
dilakukan oleh guru
kemauan orang tua
agar komunikasi
untuk mengupgrade dengan orang tua siswa
kemampuan di dapat terlaksana, maka
bidang ilmu guru dapat melibatkan
teknologi dan orang tua siswa pada
informasi seperti tugas rumah yang
halnya belajar harus dikerjakan
mengoperasikan siswa, terkait dengan
telepon genggam pembelajaran bahasa
Jawa tentunya.
Misalnya saja guru
menugaskan siswa
untuk membuat teks
dialog bersama orang
tua yang di dalamnya
memuat tentang
bagaimana keseharian
siswa tersebut di
rumah dengan
menerapkan kaidah
berbahasa Jawa yang
baik dan benar. Jika
konteksnya seorang
siswa berbicara kepada
orang tuanya maka isi
dialog tersebut harus
menggunakan kara
inggil untuk si anak ke
orang tua. Secara tidak
langsung tugas
tersebut dapat
digunakan acuan oleh
guru dalam menilai
keseharian anak
dirumah lewat
pernyataan orang
tuanya. Dan jika guru
sudah memberi
penilaian dan umpan
balik, orang tua di
rumah juga dapat
mengoreksi hasil
penilaian dari guru
untuk anaknya.

5 Guru belum Guru belum Salah satu cara untuk


mengoptimalkan mengoptimalkan meningkatkan hasil
pemanfaatan model pemanfaatan belajar siswa yaitu
pembelajaran inovatif teknologi/inovasi dengan mengadakan
berdasarkan pembelajaran (misal variasi guru dalam
karakteristik materi pada materi kegiatan pembelajaran
1. Guru belum geguritan) yang dilakukan. Hal
mengoptimalkan tersebut bisa dilakukan
pemanfaatan dengan berbagai cara
teknologi/inovasi yaitu dengan
pembelajaran memanfaatkan
2. Guru masih teknologi/inovasi
menggunakan pembelajaran yang
metode dapat menarik minat
konvensional dan perhatian siswa.
3. Guru tidak percaya Akan tetapi tidak
diri menggunakan semua guru menyadari
model pembelajaran akan pentingnya
inovatif inovasi dalam mengajar
4. Guru kurang bagi siswa. Ketika
mengikuti kegiatan menyampaikan materi
pelatihan dalam pembelajaran, masih
pengembangan banyak para guru yang
model pembelajaran hanya menggunakan
satu metode yaitu
dengan menggunakan
metode ceramah saja.
Ketika siswa sulit
memahami materi yang
disajikan dengan
kurang menarik, maka
dapat dipastikan
mereka tidak akan
bersemangat untuk
mempelajari aksara
Jawa, tembang macapat
atau geguritan.
Tentunya hal ini akan
berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa.
Misal saat mengajar
materi geguritan
(membaca/menulis)
guru bisa
memanfaatkan media
sosial youtube dan
tiktok untuk menarik
minat belajar siswa.
6 Peserta didik kesulitan Peserta didik yang Dalam meningkatkan
mengerjakan soal HOTS belum terbiasa dalam kualitas berpikir siswa
1. Peserta didik yang menyelesaikan soal harus menggunakan
belum terbiasa berbasis HOTS soal-soal yang
dalam (misalnya pada mendukung hal
menyelesaikan soal materi menyalin teks tersebut yaitu dengan
berbasis HOTS beraksara Jawa, mengembangkan soal
2. Peserta didik masih menelaah isi dari HOTS pada siswa.
memerlukan tembang macapat, HOTS merupakan
bantuan orang lain mencari arti dari instrumen pengukuran
dalam bahasa rinengga yang yang digunakan untuk
menyelesaikan soal, terdapat dalam teks) mengukur kemampuan
kesulitan dalam berpikir tingkat tinggi.
memahami kalimat Namun sayangnya
atau maksud dari selama ini siswa masih
soal, kurang teliti belum terbiasa untuk
dalam membaca mengerjakan soal-soal
dan memahami bahasa Jawa berbasis
soal, serta HOTS misalnya saja :
pemahaman materi menyalin aksara jawa
yang kurang. ke aksara latin atau
3. Dalam sebaliknya,
menyelesaikan soal menganalisis isi atau
HOTS terkadang maksa dari tembang
guru perlu memberi macapat, mencari
stimulus pada teges/arti dari basa
peserta didik agar rinengga yang terdapat
dapat dalam suatu karya
menyelesaikan soal sastra dsb. Rendahnya
HOTS tersebut. pemahaman guru
tentang pembelajaran
HOTS, mungkin ada
anggapan bahwa HOTS
itu harus susah
padahal tidak harus
susah. Jadi soal – soal
berpikir tingkat tinggi
tidak harus sulit. Untuk
bisa menyelesaikan
soal HOTS terkadang
guru perlu memberi
stimulus pada peserta
didik, dan
Guru harus
membiasakan peserta
didik memahami materi
dan menyelesaikan soal
berbasis HOTS.

Anda mungkin juga menyukai