Hasil eksplorasi Akar penyebab Analisis akar penyebab
No. penyebab masalah masalah masalah 1 Minat belajar bahasa Cara mengajar guru Cara mengajar guru Jawa peserta didik tidak menarik dan tidak menarik dan tidak rendah guru tidak menggunakan metode 1. Guru belum menggunakan metode dan media menguasai dan media pembelajaran yang pengelolaan pembelajaran yang variatif menjadi faktor pembelajaran variatif penyebab rendahnya 2. Guru belum mampu minat belajar peserta merancang didik. Cara mengajar pembelajaran yang guru yang cenderung menarik bagi tidak variatif dan peserta didik inovatif, lebih banyak 3. Guru belum berceramah dan kurang menggunakan menggunakan berbagai metode dan media media pembelajaran yang variatif menyebabkan siswa 4. Guru kurang kurang termotivasi di memberikan dalam belajar. Jika motivasi kepada pembelajaran dilakukan peserta didik dengan metode yang 5. Cara guru mengajar bervariasi, kurang menggunakan media menyenangkan dan yang inovatif dan kurang memberikan interaktif di dalam tantangan kepada pembelajarannya maka peserta didik akan membuat peserta 6. Guru belum mampu didik mengikuti memanfaatkan pembelajaran dengan sarana dan senang yang pada prasarana yang akhirnya peserta didik tersedia akan termotivasi untuk belajar lebih giat lagi. 2 Kurangnya minat siswa Guru dan orang tua Peran guru dan orang membaca buku bacaan kurang mendorong tua kurang dalam berbahasa Jawa peserta didik untuk memberikan dorongan 1. Siswa tidak rajin membaca terhadap peserta didik terbiasa/tidak suka (membaca bacaan untuk membaca membaca berbahasa Jawa, menjadi akar penyebab 2. Guru dan orang tua misalnya: membaca mengapa peserta didik kurang mendorong artikel berbahasa belum memiliki literasi peserta didik untuk Jawa) membaca yang baik. rajin membaca Peserta didik yang tidak 3. Ketersediaan buku dibiasakan senang bacaan berbahasa membaca sejak dini Jawa di sekolah akan sangat yang minim berpengaruh terhadap 4. Pengaruh pendidikannya saat ini. banyaknya hiburan, Sering sekali dijumpai misalnya: tv, saat pelajaran bahasa youtube, dan game Jawa yang terdapat 5. Perlu adanya materi memahami pembiasaan setiap bacaan suatu teks, mengawali siswa tidak mampu pembelajaran 15 menyelesaikan menit awal tugasnya dengan baik. digunakan untuk Untuk membaca teks kegiatan membaca tersebut saja malas buku berbahasa apalagi harus Jawa. memahami/menganalisi 6. Koleksi buku tidak isinya. Jika orang tua di sesuai dengan rumah memberikan kebutuhan siswa dorongan dan memfasilitasi peserta didik untuk rajin membaca (khusunya membaca buku berbahasa Jawa) serta guru juga demikian maka meskipun keterbatasan sarana yang ada dan banyaknya pengaruh media sosial atau hiburan yang lain, tetap akan memberikan peluang besar peserta didik untuk mampu memiliki literasi yang baik. 3 Beberapa peserta didik Mata pelajaran Saat ini aksara Jawa kesulitan meraih nilai bahasa Jawa merupakan salah satu yang baik dalam mata dianggap sebagai momok yang pelajaran bahasa Jawa mata pelajaran yang menakutkan dalam khususnya di materi sulit oleh peserta pembelajaran bahasa unggah-ungguh basa didik (terutama pada Jawa di sekolah. 1. Mata pelajaran materi Peserta didik merasa bahasa Jawa membaca/menulis kesulitan menghafal dianggap sebagai aksara Jawa dan bentuk-bentuk huruf mata pelajaran yang materi unggah- yang rumit juga sulit oleh peserta ungguh bahasa Jawa) banyaknya huruf yang didik harus dihafal. Materi 2. Peserta didik pembelajaran inilah kurang persiapan yang membuat siswa untuk memulai enggan untuk pembelajaran mempelajari apalagi 3. Peserta didik tidak memperdalam aktif saat mengikuti pemahaman pembelajaran membaca/menulis 4. Peserta didik aksara Jawa. kurang berminat belajar 5. Lingkungan yang Penggunaan Bahasa tidak mendukung Jawa kian hari kian tidak efektif, sumber ketidakmampuan tersebut adalah keluarga, sekolah, dan masyarakat. Contohnya ketika di rumah orang tua berbicara dengan anaknya kerap tidak pernah menggunakan Krama Lugu, Krama Inggil, dan Basa Semu. Menjadi wajar ketika anak-anak tidak mampu berkomunkasi dengan bahasa tersebut dengan baik. Di sisi lain anak-anak juga tidak menunjukkan unggah ungguh yang baik ketika berbicara dengan orang tua.
4 Hubungan komunikasi Kurangnya kolaborasi Kurangnya kolaborasi
antara guru dan orang antara guru dan antara guru dan orang tua siswa terkait orang tua terkait tua terkait pembelajaran masih pembelajaran peserta pembelajaran adalah kurang didik di sekolah akar penyebab utama 1. Terbatasnya masalah ”komunikasi partisipasi orang antar guru dan orang tua di sekolah yang tua peserta didik diakibatkan terkait pembelajaran kesibukan masih kurang”. pekerjaan orang tua Selanjutnya, guru dan di rumah pihak sekolah 2. Kurangnya memberikan ruang kolaborasi antara untuk guru dan orang guru dan orang tua tua dalam membahas terkait pembelajaran terkait peserta didik. Selain itu pembelajaran. terobosan yang dapat 3. Kurangnya dilakukan oleh guru kemauan orang tua agar komunikasi untuk mengupgrade dengan orang tua siswa kemampuan di dapat terlaksana, maka bidang ilmu guru dapat melibatkan teknologi dan orang tua siswa pada informasi seperti tugas rumah yang halnya belajar harus dikerjakan mengoperasikan siswa, terkait dengan telepon genggam pembelajaran bahasa Jawa tentunya. Misalnya saja guru menugaskan siswa untuk membuat teks dialog bersama orang tua yang di dalamnya memuat tentang bagaimana keseharian siswa tersebut di rumah dengan menerapkan kaidah berbahasa Jawa yang baik dan benar. Jika konteksnya seorang siswa berbicara kepada orang tuanya maka isi dialog tersebut harus menggunakan kara inggil untuk si anak ke orang tua. Secara tidak langsung tugas tersebut dapat digunakan acuan oleh guru dalam menilai keseharian anak dirumah lewat pernyataan orang tuanya. Dan jika guru sudah memberi penilaian dan umpan balik, orang tua di rumah juga dapat mengoreksi hasil penilaian dari guru untuk anaknya.
5 Guru belum Guru belum Salah satu cara untuk
mengoptimalkan mengoptimalkan meningkatkan hasil pemanfaatan model pemanfaatan belajar siswa yaitu pembelajaran inovatif teknologi/inovasi dengan mengadakan berdasarkan pembelajaran (misal variasi guru dalam karakteristik materi pada materi kegiatan pembelajaran 1. Guru belum geguritan) yang dilakukan. Hal mengoptimalkan tersebut bisa dilakukan pemanfaatan dengan berbagai cara teknologi/inovasi yaitu dengan pembelajaran memanfaatkan 2. Guru masih teknologi/inovasi menggunakan pembelajaran yang metode dapat menarik minat konvensional dan perhatian siswa. 3. Guru tidak percaya Akan tetapi tidak diri menggunakan semua guru menyadari model pembelajaran akan pentingnya inovatif inovasi dalam mengajar 4. Guru kurang bagi siswa. Ketika mengikuti kegiatan menyampaikan materi pelatihan dalam pembelajaran, masih pengembangan banyak para guru yang model pembelajaran hanya menggunakan satu metode yaitu dengan menggunakan metode ceramah saja. Ketika siswa sulit memahami materi yang disajikan dengan kurang menarik, maka dapat dipastikan mereka tidak akan bersemangat untuk mempelajari aksara Jawa, tembang macapat atau geguritan. Tentunya hal ini akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Misal saat mengajar materi geguritan (membaca/menulis) guru bisa memanfaatkan media sosial youtube dan tiktok untuk menarik minat belajar siswa. 6 Peserta didik kesulitan Peserta didik yang Dalam meningkatkan mengerjakan soal HOTS belum terbiasa dalam kualitas berpikir siswa 1. Peserta didik yang menyelesaikan soal harus menggunakan belum terbiasa berbasis HOTS soal-soal yang dalam (misalnya pada mendukung hal menyelesaikan soal materi menyalin teks tersebut yaitu dengan berbasis HOTS beraksara Jawa, mengembangkan soal 2. Peserta didik masih menelaah isi dari HOTS pada siswa. memerlukan tembang macapat, HOTS merupakan bantuan orang lain mencari arti dari instrumen pengukuran dalam bahasa rinengga yang yang digunakan untuk menyelesaikan soal, terdapat dalam teks) mengukur kemampuan kesulitan dalam berpikir tingkat tinggi. memahami kalimat Namun sayangnya atau maksud dari selama ini siswa masih soal, kurang teliti belum terbiasa untuk dalam membaca mengerjakan soal-soal dan memahami bahasa Jawa berbasis soal, serta HOTS misalnya saja : pemahaman materi menyalin aksara jawa yang kurang. ke aksara latin atau 3. Dalam sebaliknya, menyelesaikan soal menganalisis isi atau HOTS terkadang maksa dari tembang guru perlu memberi macapat, mencari stimulus pada teges/arti dari basa peserta didik agar rinengga yang terdapat dapat dalam suatu karya menyelesaikan soal sastra dsb. Rendahnya HOTS tersebut. pemahaman guru tentang pembelajaran HOTS, mungkin ada anggapan bahwa HOTS itu harus susah padahal tidak harus susah. Jadi soal – soal berpikir tingkat tinggi tidak harus sulit. Untuk bisa menyelesaikan soal HOTS terkadang guru perlu memberi stimulus pada peserta didik, dan Guru harus membiasakan peserta didik memahami materi dan menyelesaikan soal berbasis HOTS.