Anda di halaman 1dari 8

Anggota

- Hanifah Iftina Wahyu Utami D300200032 (A)


- Risalia Nur Fendera D300200037 (A)
- Aliyah Zulfa Prihantoro D300200047 (A)
- Alyssavania Daniesa Wibowo D300200056 (A)

Laporan Hasil Survei


A. Latar Belakang
Pedagang kaki lima atau disingkat PKL adalah istilah untuk menyebut penjaja dagangan
yang melakukan kegiatan komersial di atas daerah milik jalan (DMJ/trotoar) yang
(seharusnya) diperuntukkan untuk pejalan kaki (pedestrian). Kemudian, menurut Damsar
(2002:51) Pedagang Kaki Lima (Sektor Informal) adalah mereka yang melakukan kegiatan
usaha dagang perorangan atau kelompok yang dalam menjalankan usahanya menggunakan
tempat-tempat fasilitas umum, seperti terotoar, pinggir- pingir jalan umum, dan lain
sebagainya.
Kawasan pedagang kaki lima yang berada di sepanjang jalan kampus 2 UMS (Universitas
Muhammadiyah Surakarta) adalah imbas dari adanya kawasan pendidikan yaitu Universitas
Muhammadiyah Surakarta dan Pondok Pesantren Assalam. Pertumbuhan ekonomi terus
bertumbuh seiring berkembangnya kawasan. Tidak hanya kawasan ekonomi saja, terdapat
kawasan penunjang lainnya seperti kawasan kesehatan (klinik) dan kawasan hotel.
Kawasan kaki lima UMS berada di perempatan jalan lokal primer yang menghubungkan
jalan arteri primer yaitu Jalan Ahmad Yani dengan Jalan Adi Sucipto. Jalan lokal primer
sangat padat bahkan tidak jarang macet. Pedakang kaki lima dan kios kios makanan adalah
salah satu penyebab kemacetan tersebut.
Tata guna lahan, lahan sebagai salah satu sumber daya alam, memegang peranan penting
karena merupakan wadah dari semua sumberdaya yang ada di muka bumi. Satu kesatuan dari
unsur-unsur lahan saling berinteraksi dan membentuk suatu sistem lahan. Sistem lahan yang
terbentuk berkolaborasi antara unsur yang bervariasi menjadikan adanya difrensiasi dan
potensi yang variatif dalam dimensi ruang dan waktu. Di samping sebagai wadah bagi sumber
daya lain, lahan juga berfungsi sebagai wadah untuk kegiatan hidup manusia yang
direpresentasikan dalam penggunaan lahan.
Kawasan yang dipilih memiliki luas 1.051 m2 dari keseluruhan wilayah Surakarta
merupakan kawasan perkotaan Karena dominasi peruntukkan ruang untuk aktivitas khas
perkotaan. Maka dari itu kawasan yang dipilih tersebut didefinisikan sebagai wilayah yang
mempunyai kegiatan dengan susunan fungsi permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi
pelayanan jasa, pelayanan kesehatan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
Latar belakang munculnya isu tata guna lahan tidak lepas dari perkembangan kota dan
pertumbuhan ekonomi di Kota Surakarta. Keterbukaan iklim investasi di Kota Surakarta
mendorong masuknya beragam investor dalam investasi tinggi. Mayoritas diantaranya
membutuhkan ruang sehingga terjadi peningkatan kebutuhan akan lahan untuk pengembangan
ivestasi, permukiman dan pendirian fasilitas umum yang mengakibatkan banyak terjadinya
alih fungsi lahan privat. Hal itu menyebabkan terjadinya banyak lahan yang beralih fungsi
menjadi kawasan pedagang kaki lima.

B. Teori Penataan Ruang


Penataan PKL di Sukoharjo diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor
5 Tahun 2020 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima, yang duraikan
sebagai berikut:
BAB II
PENATAAN PKL
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 5
(1) Pemerintah Daerah melakukan penataan PKL.
(2) Penataan PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap PKL dan lokasi
tempat kegiatan PKL.
(3) Penataan lokasi tempat kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan di
Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
penataan ruang.

Pasal 6
(1) Penataan PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dilakukan oleh Bupati.
(2) Bupati dalam melakukan Penataan PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mendelegasikan kepada Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan Pemerintahan
bidang perdagangan, dan bidang koperasi, usaha kecil dan menengah.
(3) Penataan PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pendataan PKL;
b. pendaftaran PKL;
c. penetapan lokasi PKL;
d. pemindahan PKL dan penghapusan lokasi PKL; dan
e. peremajaan lokasi PKL

BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN PKL
Bagian Kesatu
Hak PKL
Pasal 32
PKL berhak mendapatkan:
a. pelayanan pendaftaran usaha PKL;
b. kesempatan melakukan kegiatan usaha di lokasi yang telah ditetapkan;
c. informasi dan sosialisasi atau pemberitahuan terkait dengan kegiatan usaha di lokasi yang
bersangkutan;
d. pengaturan, penataan, pembinaan, supervise, dan pendampingan dalam pengembangan
usahanya; dan
e. pendampingan dalam mendapatkan pinjaman permodalan dengan mitra bank.

Bagian Kedua
Kewajiban PKL
Pasal 33
PKL berkewajiban:
a. mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. mematuhi waktu kegiatan usaha yang telah ditetapkan oleh Bupati;
c. memelihara keindahan, ketertiban, keamanan, kebersihan dan kesehatan lingkungan tempat
usaha;
d. menempatkan dan menata barang dagangan dan/atau jasa serta peralatan dagangan dengan
tertib dan teratur;
e. menjaga ketertiban lalu lintas dan kepentingan umum;
f. menyerahkan tempat usaha atau lokasi usaha tanpa menuntut ganti rugi dalam bentuk
apapun, apabila lokasi usaha tidak ditempati selama 1 (satu) bulan atau sewaktu-waktu
lokasi tersebut dibutuhkan oleh pemerintah daerah;
g. menempati tempat atau lokasi usaha yang telah ditentukan oleh pemerintah daerah sesuai
TDU yang dimiliki PKL;
h. membuat tempat usaha dengan sistem bongkar pasang atau yang mudah dipindahkan di
lokasi yang terjadwal;
i. membongkar tempat usaha sesuai waktu yang telah ditentukan; dan
j. menyediakan tempat mencuci peralatan makanan dengan air mengalir bagi PKL pedagang
makanan.

BAB V
LARANGAN
Pasal 34
PKL dilarang:
a. melakukan kegiatan usahanya di ruang umum yang tidak ditetapkan untuk lokasi PKL;
b. merombak, menambah dan mengubah fungsi serta fasilitas yang ada di tempat atau lokasi
usaha PKL yang telah ditetapkan dan/ atau ditentukan Bupati;
c. menempati lahan atau lokasi PKL untuk kegiatan tempat tinggal;
d. berpindah tempat atau lokasi dan/atau memindahtangankan TDU PKL tanpa
sepengetahuan dan seizin Bupati;
e. menelantarkan dan/atau membiarkan kosong lokasi tempat usaha tanpa kegiatan secara
terus-menerus selama 1 (satu) bulan;
f. mengganti bidang usaha yang tidak sesuai dengan TDU;
g. melakukan kegiatan usaha dengan cara merusak dan atau mengubah bentuk trotoar,
fasilitas umum, dan/atau bangunan di sekitarnya;
h. menggunakan badan jalan untuk tempat usaha, kecuali yang ditetapkan untuk lokasi PKL
terjadwal dan terkendali;

C. Metode Laporan
1. Observasi
Metode pengambilan laporan berupa Observasi langsung di lapangan dengan melakukan pengamattan
dalam waktu tertentu untuk memperoleh data primer dan data sekunder.
2. Wawancara
Metode pengambilan laporan berupa wawancara langsung pada pihak terkait dan harus di lakukan
dengan cermat dan tidak bisa asal memilih karena hasil dari wawancara menjadi data jangan sampai
diragukan.
3. Kuisioner
Metode pengambilan laporan berupa kuisioner yaitu dengan membagikan lembar yang harus diisi
dengan pihak terkait yang nantinya hasil dari kuisioner yang dibagikan akan menjadi bahan untuk data
laporan.

D. Profil Kawasan
1. Gambaran Umum Kawasan

Lokasi Kawasan: Jl. Garuda Mas Jl Mendungan, Mendungan, Pbelan, Kec. Kartasura,
Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah
a. Fungsi Kawasan makro
Secara makro Kawasan ini memiliki fungsi sebagai Kawasan Pendidikan yang mana
dekat dengan Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Pondok Pesantren Assalam.
b. Fungsi Kawasan mikro
Ditinjau dari lingkup mikro Kawasan yang dipilih dengan fungsi makro sebagai
Kawasan Pendidikan maka menyebabkan pertumbuhan ekonomi di Kawasan tersebut
semakin meningkat maka dalam skala mikro Kawasan berfungsi sebagai tempat
berjualan pedagang kaki lima dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
2. Batasan Pengamatan

Pengamatan terhadap pedagang sate dilakukan sore hari. Pertama, pengamatan terhadap
bentuk fisik gerobak. Pada gerobak sate, terlihat mencolok dibandingkan gerobak –
gerobak yang berada di sampingnya. Bentuk fisik gerobak yang terlihat kurang layak dan
masih sangat sederhana. Dari atap gerobak yang terdapat lubang, warna yang sudah
memudar, dan desain yang belum mengikuti zaman. Saat pengamatan, pelanggan sate
ayam madura tidak seramai pedagang – pedagang di sampingnya. Walaupun kurang
diminati oleh pelanggan, rasa dari sate madura lezat. Mungkin, salah satu faktor kurang
diminatinya sate madura tersebut karena desain gerobak yang kurang menarik.
3. Sarana dan Prasarana Lingkungan
Keberadaan lingkungan pada Kawasan yang dipilih sangat dipengaruhi adanya proses
urbanisasi sehingga migran yang masuk ke daerah Kawasan ini secara spontas
membutuhkan permukiman, dimana pertumbuhan lingkungan permukiman sangat cepat
dan hal itu berdampak pada sarana dan prasarana lingkungan.
a. Air bersih
Dengan demikian pengadaan sarana air bersih untuk minum, mencuci, dan memasak
tidak lagi sebanding dengan jumlah pemakai mengakibatkan beberapa orang mungkin
menggunakan air hujan maupun air yang kurang layak untuk penggunaan sehari hari.
b. Drainase
Lingkungan perkotaan harus dilengkapi dengan jaringan drainase sesuai ketentuan dan
persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan / perundangan yang telah berlaku,
terutama mengenai tata cara perencanaan umum jaringan drainase lingkungan
perkotaan. Salah satu kententuan yang berlaku adalah tentang tata cara perencanaan
umum drainase perkotaan. Jaringan drainase adalah prasarana yang berfungsi
mengalirkan air permukaan ke badan penerima air dan atau ke bangunan resapan
buatan, yang harus disediakan pada lingkunga perumahan di perkotaan atau sesuai
dengan Kawasan yang dipilih.
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi serta masyarakat maka kebutuhan akan saluran
drainase dimana peningkatan kualitas saluaran terutama pada saluran drainase
mungkin mengalami beberapa masalah.
c. Penerangan
Lingkungan Kawasan yang dipilih harus dilengkapi denan perencanaan penyediaan
jaringan listrik sesuai dengan kententuan dan persyaratan. Jaringan listrik yang
diperlukan adalah: kebutuhan daya listrik, jaringan listrik.

4. Potensi dan Permasalahan Kawasan


Potensi
a. Letak strategis
Karena dilingkungan pelajar dan mahasiswa serta berada di jalan primer yang selalu
ramai.
b. Berada di kawasan pedagang kaki lima
Dengan pertumbuhan ekonomi di sekitarnya, dapat menunjang daya tarik pembeli.
c. Berada di sisi jalan yang selalu ramai
Jalan primer yang selalu ramai dan padat mengundang pembeli.
Permasalahan
a. Pedagang kaki lima salah satu penyebab kemacetan.
b. Pedagang kaki lima terletak di bahu jalan yang masih beralaskan pasir dan belum di
paving menyebabkan debu sehingga kurang higienisnya jajanan.
c. Kurang beraturnya tatanan pedagang kaki lima
Pedagang kaki lima masih bebas berjualan dimana saja tanpa pengaturan yang jelas.
5. Isu strategis lokasi, Kawasan, dan perkotaan
a. Lokasi
Isu yang harus diperhatikan di lokasi pedagang kaki lima adalah penataan pedagang
kaki lima serta tempat khusus pedagang kaki lima pada bahu jalan agar tidak
menimbulkan kemacetan dan tetap terjaga ke higienisan jajanan.
b. Kawasan
Hampir sama dengan isu lokasi, pada Kawasan tersbeut harus diberikan tempat khusus
untuk pedagang kaki lima dan UMKM. Karena, salah satu ppenyebab kemacetan yang
parah pada jalan primer adalah penataan pedagang kaki lima yang masih belum
beraturan.
c. Perkotaan
Isu yang diambil dari perkotaan adalah pengadaan daerah khusus UMKM, pedagang
kaki lima seperti street food. Dengan pengadaan festival makanan dan pengadaan
daerah khusus UMKM dan pedagang kaki lima akan menunjang pariwisata makanan
di Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai