Anda di halaman 1dari 2

2.

11 Peran Perawat
1. Peran sebagai pendidik (educator)
Meningkatkan pengetahuan ibu dan keluarga mengenai kekerasan dalam rumah
tangga khususnya mengenai pengertian, jenis, serta dampak.
2. peran sebagai pemberi konseling (counselor)
Disini perawat maternitas dapat berperandengan fokus meningkatkan harga diri
korban, memfasilitasi ekspresi perasaan korban dan terutama untuk memberikan
informasi dan dukungan agar korban korban dapat mengambil langkah pengamanan.
konseling tidak hanya ditujukan untuk perempuan korban kekerasan dalam rumah
tangga. tetapi juga untuk pelaku. tujuannya adalah untuk mendorong pelaku untuk
mengambil tanggung jawab dalam menghentikan tindak kekerasan dan meningkatkan
kualitas hidupnya sendiri.
3. Peran sebagai pemberi pelayanan keperawatan (caregiver)
peran perawat maternitas sebagai pemberi pelayanan keperawatan adalah memberikan
asuhan keperawatan mulai dari pengkajian hingga pemberian inteervensi dan
evaluasi.perawat harus meningkatkan kepekaan dengan tidak mengabaikan tanda-
tanda bekas perlakuan kekerasan, secara cepat dan dapat mengidentifikasikan
masalah, menentukan apakah wanuta terebut membutuhkan penanganan medis
ataupun terapi khusus.
4. Peran sebagai penemu kasus dan peneliti (case finder researcher) meningkatkan riset
dan pendalaman dalam aspek prevensi, promosi dan deteksi dini.
5. Peran sebagai pembela (advokat)
berperan sebagai advokat, perawat harus senantiasa terbuka untuk suatu kerja sama
yang baik dengan lembaga penyedia layanan pendampingan dan bantuan hukum,
mengadakan pelatihan mengenai perlindungan pada korban tindak kekerasan dalam
rumah tangga, melatih kader- kader (LSM) untuk mampu menjadi pendampingan
korban kekerasan.
6. Memeriksa kesehatan korban sesuai dengan standar profesi (anjurkan segera lakukan
pemeriksaan visum).
7. Memberikan informasi mengenai hak-hak korban untuk mendapatkan perlindungan
dari kepolisian dan penetapan perintah perlindungan dari pengadilan.
8. Mengantarkan korban ke rumah aman atau tempat tinggal alternatif (Ruang Pelayanan
Khusus).
9. Melakukan koordinasi yang terpadu dalam memberikan layanan kepada korban
dengan pihak kepolisian, dinas sosial, serta lembaga sosoal yang dibutuhkan korban
10. Sosialisasi Undang-Undang KDRT kepada keluarga dan masyarakat
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian

3.1.1 Pengumpulan data


1. Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap sekresi
epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah, pupil melebar,
pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya
kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan
refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.
2. Aspek emosional
Salah satu anggota yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi,
dendam, ingin memukul anggota yang lain , mengamuk, bermusuhan dan sakit hati,
menyalahkan dan menuntut.
3. Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual, peran
panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah
dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah,
mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan
diintegrasikan.
4. Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah
sering merangsang kemarahan anggota keluarga yang lain lain. Individu seringkali
menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga anggota
keluarga yang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan
disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri
dari orang
lain, menolak mengikuti aturan
5. Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal
yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang
dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa. Dari uraian tersebut di atas jelaslah
bahwa perawat perlu mengkaji individu secara komprehensif meliputi aspek fisik, emosi,
intelektual, sosial dan spiritual yang secara singkat dapat dilukiskan sebagai berikut : Aspek
fisik terdiri dari :muka merah, pandangan tajam, napas pendek dan cepat, berkeringat, sakit
fisik, penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat.
Aspek emosi : tidak adekuat, tidak aman, dendam, jengkel. aspek intelektual : mendominasi,
bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan. aspek sosial : menarik diri, penolakan, kekerasan,
ejekan, humor.

3.1.2 Klasifikasi data


Data yang didapat pada pengumpulan data dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu data
subyektif dan data obyektif. Data subyektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh
klien dan keluarga. Data ini didapatkan melalui wawancara perawat dengan klien dan
keluarga. Sedangkan data obyektif yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan melalui
obsevasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.

Anda mungkin juga menyukai