SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Menempuh Ujian Pada Program Studi S1 Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Karsa Husada Garut
Menyetujui,
i
LEMBAR PERSETUJUAAN
SIDANG SKRIPSI
ii
LEMBAR PERNYATAAN
1) Skripsi ini asli dan belum diajukan untuk mendapatkan gelar akademik
S.Kep baik dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karsa Husada Garut
2) Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya, tanpa
3) Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
pustaka.
4) Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
saya bersedia menerima sanksi akademik dan lainya sesuai dengan norma
Pembuat pernyataan
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
Mata Pada Mahasiswa STIKes Karsa Husada Garut” diajukan dalam seminar
usulan penelitian yang akan digunakan dalam penyusunan Skripsi pada program
bimbingan, nasehat, dukungan dan bantuan yang bersifat moril maupun materil
yang sangat berharga, untuk itu pada kesempatan ini perkenankan penyusun
1. Bapak DR. H. Hadiat, MA, selaku Ketua Pembina Yayasan Dharma Husada
Insani Garut.
3. Bapak Drs. H.M. Adjidin, M Si, selaku pengawas Yayasan Dharma Husada
Insani Garut.
4. Bapak H. Engkus Kusnadi S.Kep., M.Kes selaku Ketua STIKes Karsa Husada
Garut.
5. Ibu Iin Patimah, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan
iv
6. Ibu Devi Ratnasari, M.Kep selaku pembimbing utama yang telah
8. Seluruh Staf Dosen dan staf pengajar STIKes Karsa Husada Garut yang telah
9. Yang paling berharga kedua orang tua penulis tersayang yaitu Bapak Nana
Juhana dan Ibu Ai Ida serta Nenek Ade Mimin terimakasih untuk do'a,
pengorbanan dan kasih sayangnya yang tidak akan bisa terbalaskan oleh
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
Penulis
v
HUBUNGAN PENGGUNAAN GADGET DENGAN PENAMBAHAN NILAI
MINUS MATA PADA MAHASISWA STIKES KARSA HUSADA GARUT
ABSTRAK
Penggunaan gadget sudah sangat erat pada kehidupan manusia. Gadget sudah
menjadi salah satu benda yang penting bagi sebagian besar orang, apalagi
setelah pendemi Covid-19 masyarakat diminta untuk menjaga jarak dan
meminimalisir aktivitas di luar rumah. Sebagai bentuk pengalihan dari
pembatasan tersebut, masyarakat lebih banyak menghabiskan waktu dengan
penggunaan gadget baik untuk bekerja, belajar, berkomunikasi atau untuk
mencari hiburan. Penggunaan gadget yang buruk akan berdampak pada
ketajaman penglihatan dan menyebabkan penambahan pada nilai minus mata.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan penggunaan gadget
dengan penambahan nilai minus mata pada mahasiswa STIKes Karsa Husada
Garut. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
menggunakan desain penelitian Cross Sectional dengan teknik pengambilan
sampel secara Random Sampling dengan metode Startified Random Sampling
sebanyak 95 responden. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner
pernyataan penggunaan gadget dan pernyataan penambahan nilai minus mata
kemudian data dianalisis menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan
gadget dengan penambahan nilai minus mata pada mahasiswa STIKes Karsa
Husada Garut dengan nilai p-value = 0,000 dimana p<0,05. Dan dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan
gadget dengan penambahan nilai minus mata pada mahasiswa STIKes Karsa
Husada Garut. Saran dari hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
sosialisai kesehatan tentang dampak dari penggunaan gadget yang berlebihan.
vi
THE RELATION USE OF GADGET WITH ADDED MYOPIA VALUE IN
STUDENTS AT KARSA HUSADA HEALTH SCIENCE INSTITUTE GARUT
Lia Intan Lestari
ABSTRACT
The use of gadgets is very closely related to human life. Gadgets have become one
of the most important things for most people, especially after the Covid-19
pandemic, people are asked to keep their distance and minimize activities outside
the home. As a form of diversion from these restrictions, people spend more time
using gadgets for work, study, communication or for entertainment. Poor use of
gadgets will have an impact on visual acuity and cause an increase in the added
myopia value. The purpose of this research was to determine the relationship
between use of gadget and the added myopia value in students at Karsa Husada
Health Science Institute Garut. The research method used using a cross sectional
research design with random sampling techniques using the Startified Random
Sampling method as many as 95 respondents. The data was collected using a
questionnaire statement on the use of gadgets and a statement of the added
myopia value then the data was analyzed using the Chi Square test. The results of
this research indicate that there is a significant relationship between the use of
gadgets and added myopia value in students at Karsa Husada Health Science
Institute Garut with p-value = 0.000. And it can be concluded that there is a
significant relationship between the use of gadgets and the added myopia value in
students at Karsa Husada Health Science Institute Garut. Suggestions from the
results of this study are expected to increase health socialization about the impact
of excessive use of gadgets.
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAAN................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN..................................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
ABSTRAK.............................................................................................................vi
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL.................................................................................................xi
DAFTAR BAGAN...............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
viii
2.1.6 Klasifikasi Ketajaman Penglihatan........................................................22
2.3 Hipotesis.....................................................................................................33
3.4.1 Populasi.................................................................................................36
3.4.2 Sampel...................................................................................................37
3.7.1 Univariat................................................................................................46
3.7.2 Bivariat..................................................................................................48
ix
3.9.2 Tempat Penelitian................................................................................51
4.3 Pembahasan................................................................................................59
5.1 Kesimpulan................................................................................................66
5.2 Saran...........................................................................................................66
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................68
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR BAGAN
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
merepresentasikan 67%, atau lebih dari total populasi penduduk bumi yaitu
sekitar 7,83 miliar. Indonesia menempati posisi keempat dengan 170,4 juta
Gadget sudah menjadi salah satu benda yang penting bagi sebagian besar
ekonomi, tetapi berdampak besar pula pada dunia pendidikan (Sobana, 2020).
1
informasi sebagai pendukung terlaksananya pembelajaran online pada masa
pandemi ini
2
2
menatap gadget yang digunakan untuk pembelajaran. Selain itu juga, gadget
cahaya yang dipantulkan dari sebuah benda. Jika lensa yang dilalui cahaya
cahaya tersebut, maka munculah fenomena difraksi. Mata minus atau yang
mengalami kesulitan untuk melihat suatu objek dari jarak jauh. Sinar yang
difokuskan oleh lensa mata ke retina. Pada mata normal, lensa mata dan
tepat di retina. Sedangkan pada mata minus, cahaya yang masuk tidak fokus di
retina, namun jauh di depannya. Hal ini dapat disebabkan oleh karena kornea
terlalu cembung atau panjang bola mata yang terlalu besar. Sehingga pada
mata minus, saat melihat objek dari jarak jauh, objek akan terlihat tidak fokus
(Muallima et al., 2019). Suatu sinar yang disebut High Energy Visible (HEV)
atau yang sering dikenal sebagai blue light adalah salah satu bagian dari
spektrum cahaya yang sangat kuat dan dihasilkan oleh peralatan elektronik
modern bahkan pada bohlam flioresens. Cahaya ini menjadi salah satu
keturunan. Penggunaan gadget yang tidak diperhatikan batas lama, jarak yang
dekat dan posisi yang tidak benar dapat mempengaruhi kesehatan mata yaitu
ketajaman penglihatan. Saat penggunaan gadget dalam waktu yang lama akan
intensitas cahaya yang buruk dan posisi yang tidak menunjang dalam waktu
terus menerus akan merusak mata. Penggunaan gadget dalam jarak yang dekat
terang pada layar gadget akan menyebabkan kesilauan pada mata, selain itu
posisi menggunakan gadget dalam posisi tidur bisa membuat cahaya yang
datang kurang sehingga otot mata bekerja ekstra untuk akomodasi dan akan
4
pada Anak Sekolah Dasar Kelas 2 dan 3 di SDN 027 Kota Samarinda,
square dengan nilai p value untuk mata kanan dan mata kiri masing-masing, p
kanan = 0,647 dan p kiri = 0,462, sehingga p value < 0,05 artinya bahwa
Pada Siswa SMP Unismuh Makassar menunjukkan bahwa hasil uji Chi
Mata Rsi Sunan Kudus. Sebagian besar pemakaian gadget responden pada
Penggunaan gadget tersebut rata – rata lebih dari 4 jam dalam sehari.
STIKes Karsa Husada Garut. Penulis ingin mengetahui lebih jauh dengan
gadget dengan penambahan nilai minus mata pada mahasiswa STIKes Karsa
Husada Garut?
1) Tujuan Umum
2) Tujuan Khusus
Husada Garut.
1) Manfaat Teoritik
2) Manfaat Praktis
a. Bagi Keperawatan
mata. Penelitian ini diharapkan menjadi sebagai salah satu upaya untuk
b. Bagi Institusi
c. Bagi Mahasiswa
mahasiswa STIKes Karsa Husada Garut dan juga dapat menjadi dasar
analog dengan kamera, sinar yang mengenai mata akan diteruskan oleh
lensa dan jatuh tepat pada retina. Mata berbentuk seperti bola, terletak di
dalam rongga mata. Dinding rongga mata dilindungi oleh tulang tengkorak
(Rahmawaty, 2018).
menjadi dasar dari ketajaman penglihatan adalah anatomi bola mata pada
1. Struktur Internal
1) Lapisan Luar
8
a. Sklera, adalah pembungkus yang kuat dan fibrus, membentuk putih
9
10
2014).
2) Lapisan Tengah
Terletak diantara Koroid dan iris ini memiliki otot siliari yang
stroma iris, ini yang akan menjalankan fungsi dari iris yaitu
yang masuk ke dalam bola mata. Dengan cara sinar yang datang
3) Lapisan Dalam
a. Retina adalah lapisan saraf pada mata, yang terdiri atas sejumlah
meninggalkan biji mata. Titik ini disebut bintik buta karena tidak
optici atau diskus optikus (blind spot), macula lutea (yellow spot),
temporal dari titik buta terdapat makula lutea (bitnik kuning) yang
13
2. Struktur Eksternal
melapisi kelopak mata pada bagian posterior dan melipat ke bola mata
dengan kornea.
3) Kelopak Mata, merupakan bagian terluar bola mata yang tersusun dari
kulit yang halus, tipis dan mudah digerakkan pada saat menutup mata.
kelembapan kornea.
4) Bulu Mata adalah rambut tipis yang terdiri dari 2 atau 3 baris rambut
5) Alis Mata adalah bagian lipatan kulit di atas mata yang ditumbuhi
(keringat) dahi.
14
Sistem lakrimal terdiri dari dua bagian yaitu system produksi (glandula
pergerakan pada mata dan terdiri dari 6 otot ekstraokuler yaitu 4 otot
rektus (lurus) antara lain otot rektus lateral, medial, superior, dan
inferior serta 2 otot oblik antara lain otot oblik superior dan inferior.
okulomotorius (N. III), troklearis (N. IV) dan abdusen (N. VI). Saraf
trigeminus (N. V) untuk reflek berkedip dan saraf fasialis (N. VII)
kelopak mata.
sedangkan arteri siliaris menyuplai sklera, kroid, badan siliaris dan iri
(Ilyas, 2014).
15
refraksi atau media yang dapat membiaskan cahaya yang masuk ke mata,
pembiasan.
otak melalui saraf optik. Saraf optik di retina yaitu sel batang dan sel
otot polos tipis berpigmen yang membentuk struktur mirip cincin di dalam
16
cahaya ke interior mata adalah pupil. Ukuran dari lubang ini disesuaikan
oleh kontraksi otot-otot untuk menerima sinar lebih banyak atau sedikit
(Sherwood, 2018).
bayangan yang ditangkap saat mata terfokus pada benda yang dekat
oleh persarafan simpatis, yang menyebabkan otot polos pada badan siliar
Bentuk lensa kemudian akan menjadi lebih cembung. Sumber cahaya jauh
energi cahaya mejadi potensial aksi pada lapisan sensori retina. Pada retina
fotoreseptor (sel batang dan sel kerucut) memiliki tiga bagian, yaitu :
segmen luar, segmen dalam dan terminal sinaps. Segmen luar terdiri dari
(Sherwood, 2018).
depan mata (kornea, pupil, retina) untuk dibiaskan tepat pada retina
1. Miopia
dengan baik. Miopia sering disebut juga sebagai mata minus atau
rabun jauh. Miopia terjadi karena cahaya yang masuk mata jatuh di
depan retina (Prieharti & Mumpuni, 2016). Gejala yang timbul akibat
miopia yaitu:
d. Cepat mengantuk
c. Miopia berat atau tinggi, dimana miopia lebih besar dari 6 dioptri
2. Hipermiopia
objek jarak yang dekat dengan baik dan sering disebut juga dengan
b. Sakit kepala jika melihat objek dalam jarak dekat terlalu lama
d. Ketika melihat objek dalam jarak yang dekat, mata cepat lelah,
3. Astigmatisma
yang masuk mata sedikit menyebar atau tidak focus pada retina
berisi air jernih. Bayangan yang terlihat bengkok, kabur, terlalu lebar
titik dengan tajam pada retina, akan tetapi pada 2 garis api yang saling
Alat bantu koreksi yang digunakan adalah lensa torik (silinder), bedah
a. Sering pusing
kedua mata
4. Presbiopi
terjadi karena proses penuaan. Kondisi ini wajar dialami oleh lansia
b. Mata berair
d. Sakit kepala
5. Ametropia
sejajar pada fokus yang tidak terletak pada retina. Pada keadaan ini
manusia melihat dengan jelas pada jarak dekat atau jauh menggunakan
(Ilyas, 2014).
oleh media penglihatan yang terdiri dari kornea, cairan mata, lensa, badan
kaca atau panjang bola mata sehingga bayangan benda dibiaskan tidak
jauh dibiaskan atau difokuskan oleh sistem optik yang tepat pada daerah
panjang atau lebih pendek) sehingga cahaya yang masuk tidak jatuh fokus
masuk tidak difokuskan pada satu titik pada retina tetapi pada dua garis
kategorikan yaitu 6/3 - 6/7.5 normal, 6/9 – 6/21 hampir normal, dan 6/24 –
6/60 tajam penglihatan sedang, dan <6/60 tajam penglihatan buruk (Ilyas,
2014).
24
sarafnya. Pada saat melihat gadget dalam waktu lama dan terus
durasi maksimal penggunaan gadget yaitu 257 menit atau sekitar 4 jam
Media Dan Game Online Terhadap Miopia Pada Siswa SMA Negeri 1
akomodasi. Hal ini bertujuan agar mata dapat melihat objek dengan
jelas. Ketika melihat objek dengan jarak yang jauh maupun dengan
Kejadian ini dapat terjadi sebagai akibat dari akomodasi yang tidak
efektif hasil dari otot mata yang lemah dan tidak stabil (Trisna &
dengan uji chi square (p<0.1). Hasil analisis bivariat menunjukan juga
3. Intensitas pencahayaan
2016).
(Handriani, 2016).
posisi ini akan menyebabkan mata mudah lelah. Saat berbaring, tubuh
tidak bisa rileks karena otot mata akan menarik bola mata ke arah
bawah, mengikuti letak objek yang sedang dilihat. Mata yang sering
5. Genetik
tua yang memiliki sumbu bola mata panjang dari ukuran normal,
bola mata yang lebih panjang pula. Bayangan dari benda yang terletak
jauh akan berfokus di depan retina karena sumbu bola mata lebih
terjadi perubahan selama hidup. Pada anak berubah dengan cepat dan
bila terdapat pada usia 6 bulan akan hilang sama sekali (Ilyas, 2014).
p = 0,000.
hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah
Husada Garut. Mata minus atau miopia merupakan kondisi tidak dapat melihat
objek jarak jauh dengan baik ditandai dengan penambahan nilai nimus mata.
2016). Salah satu faktor risiko yaitu penggunaan gadget yang dapat
4.Penggunaan gadget
1.Lama
5.Kekurangan makanan penggunaan Penambahan nilai
bergizi saat masa gadget minus mata
pertumbuhan 2.Jarak pandang
terhadap
gadget Tidak terjadi
3.Intensitas penambahan nilai
pencahayaan minus mata
4.Posisi saat
membaca dan
menggunakan
gadget
Keterangan:
: Diteliti
: Tidak Diteliti
34
: Alur Penelitian
Sumber: Modifikasi Prieharti & Mumpuni (2016), dan Trisna & Suprayitno
(2017)
2.3 Hipotesis
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta yang
berikut :
METODE PENELITIAN
faktor resiko dengan faktor efek. Faktor efek merupakan suatu akibat dari
mata.
Variabel adalah suatu atribut, sifat atau nilai dari orang, objek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
35
36
37
2019). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penambahan nilai minus
mata.
Variabel independen
(bebas)
Penggunaan gadget
Penggunaan gadget pada mahasiswa Kuesioner Ordinal
STIKes Karsa 1. Baik <
Husada Garut median/mean
meliputi lama 2. Buruk ≥
penggunaan median/mean
gadget, jarak
pandang terhadap
gadget dan
intensitas cahaya
pada saat
menggunakan
gadget
Variabel dependen
(terikat)
Membandingkan
Penambahan nilai nilai minus mata Kuesioner Nominal
minus mata pada mahasiswa 1. Tidak
STIKes Karsa bertambah
Husada Garut 2. Bertambah
sebelum
pembelajaran
daring dengan saat
ini
3.1
3.4.1 Populasi
diukur, yang merupakan unit yang akan diteliti (Sugiyono, 2019). Populasi
39
2022).
3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
pengambilan data, di mana hanya sebagian populasi saja yang diambil dan
a. Teknik Slovin
Rumus:
N
n= 2
1+ Ne
Keterangan:
n = sampel
N = populasi
e = error estimasi
N 1.672
n= 2
n= 2
1+ Ne 1+1.672 ×(0,10)
1.672
n=
1+1.672 ×0,01
40
1.672
n=
1+16,72
1.672
n=
17,72
n=94,35
n=95 (dibulatkan)
Ni
ni = ×n
N
Keterangan:
subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari kriteria
inklusi dan kriteria eksklusi. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri
yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil
bulan terakhir
Pengumpulan data diperoleh dari data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang langsung didapatkan dari sumber data atau responden,
sedangkan data sekunder merupakan data yang tidak langsung didapatkan dari
sumber data melainkan lewat perantara, misalnya lewat orang lain atau lewat
yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu
apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok
43
digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang
minus mata yaitu terdiri dari sikap responden dalam penggunaan gadget.
kuesioner ini adalah Skala Likert yang terdiri dari 4 gradasi jawaban yakni
Selalu (SL), Sering (S), Kadang-Kadang (KK) dan Tidak Pernah (TP).
Rentang angka setiap gradasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
menggunakan Skala Guttman dengan dua gradasi jawaban yakni ”Iya” dan
44
1. Editing
yang telah masuk tidak memenuhi syarat atau tidak dibutuhkan. Tujuan
(interpolasi).
2. Coding
yang termasuk kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat
45
3. Processing
Pada penelitian ini peneliti memasukan data yaitu jawaban dari masing-
4. Cleaning
Pada penelitian ini data yang telah ada diperiksa kembali oleh
mengukur fenomena alam atau sosial yang diamati, secara spesifik semua
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
46
3.7
kuesioner yang penulis susun tersebut mampu mengukur apa yang hendak
diukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi antara skor tiap-tiap item
pertanyaan yang ada dalam kuesioner itu mengukur konsep yang diukur
(Notoatmodjo, 2018).
untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai yang menunjukkan
tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur
corrected item total correlation > r tabel (pada taraf signifikasi 5%) maka
Kuesioner yang disusun secara terstruktur dan dibuat sendiri oleh peneliti
47
Rumus :
n ∑ x i y i (∑ x i )(∑ y i)
n=
√[n∑ x i ²(∑ x i) ² ]n ∑ y i ²(∑ y i) ²
Keterangan :
yang dikorelasikan.
Keputusan Uji :
t hitung lebih kecil dari t tabel dengan derajat signifikan 5% artinya item
dengan jumlah 20 responden dan didapatkan hasil uji validitas dari 25 item
alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti
menunujukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap
48
bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama,
k
[ ][
∑ σ n2
r11 = k 1 1 2
σt ]
Keterangan :
Keputusan Uji:
seluruh item pertanyaan. Jika nilai Alpha Cronbach > 0,6 maka dinyatakan
reliabel, sedangkan jika nilai Alpha Cronbach < 0,6 maka dinyatakan tidak
reliabel (Rasyidah, 2017). Uji reliabilitas telah dilakukan dengan hasil nilai
hasil bahwa variabel penggunaan gadget dengan nilai p-value 0,200 > 0,05
49
3.7.1 Univariat
Skor dari data penggunaan gadget yang diperoleh diurut dari skor
responden di mana nilai yang terendah adalah 1 dan yang tertinggi adalah
penambahan nilai minus mata yaitu diperoleh jawaban berupa “Iya” atau
mata) dan nilai 1 untuk jawaban “Tidak” (tidak terjadi penambahan nilai
minus mata).
sebagai berikut:
50
F
P= × 100 %
n
Keterangan :
P = Presentase kategori
F = Frekuensi kategori
N = Jumlah responden
(Arikunto, 2013)
2. Buruk ≥ median/mean
hasil ukur:
1. Tidak bertambah
2. Bertambah
3.7.2 Bivariat
dependen. Dalam penelitian ini digunakan teknik uji Chi-square, yaitu uji
(fo−fh)
X ²=Σ
fh
Keterangan:
2
X =Chi square
fo = frekuensi observasi
fh = frekuensi harapan
kemaknaan sebesar 0,05. Jika p-value < 0,05 berarti menunjukan ada
hubungan bermakna antara dua variabel yang diuji. Sedangkan jika p value
> 0,05 berarti menunjukan tidak ada hubungan bermakna antara dua
Tahapan penelitian data tergantung dari teknik yang digunakan dan desain
3.9
1. Memilih lahan penelitian, dalam hal ini peneliti memilih STIKes Karsa
Husada Garut.
1. Melakukan uji coba instrumen yaitu uji validitas dan uji reabilitas
3.8
Bimbingan proposal
penelitian
Sidang proposal penelitian
Pelaksanaan penelitian
Penyusunan laporan hasil
penelitian
Sidang akhir skripsi
BAB IV
Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai hasil penelitian hubungan
STIKes Karsa Husada Garut yang telah dilakukan. Pembahasan pada bagian awal
penambahan nilai minus mata pada mahasiswa STIKes Karsa Husada Garut.
1. Jenis Kelamin
berikut:
55
56
mata pada mahasiswa STIKes Karsa Husada Garut dapat dilihat pada
tabel berikut:
92,7%.
57
gadget pada mahasiswa STIKes Karsa Husada Garut dapat dilihat pada
tabel berikut:
oleh mahasiswa STIKes Karsa Husada Garut dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Jenis Gadget Yang Digunakan Mahasiswa STIKes Karsa
Husada Garut
Jenis Gadget Frekuensi Persentase %
Handphone 95 100
Laptop/Komputer 69 72,6
Tablet/iPad 10 10,5
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Jenis Gadget Yang Digunakan Mahasiswa STIKes Karsa
Husada Garut
Waktu Menonton TV Frekuensi Persentase %
<2 jam 73 76,8
2-3 jam 18 18,9
>4 jam 4 4,2
1. Variabel Independen
gadget yang baik dan penggunaan gadget yang buruk dengan mengacu
Valid N 95
(listwise)
memiliki jumlah responden 95 dimana pada data ini memiliki sebaran nilai
akan dikatakan sebagai pengguna gadget yang dengan kategori buruk dan
baik.
yang buruk.
60
2. Variabel Dependen
minus mata pada mahasiswa STIKes Karsa Husada Garut. Data yang
nilai minus mata dan tidak terjadi penambahan nilai minus mata. Adapun
nilai minus mata pada Mahasiswa STIKes Karsa Husada Garut sebagai
berikut.
komparatif non parametrik pada dua variabel dengan skala data berbentuk
Tabel 4.10 Tabulasi Silang dan Uji Statistik Hubungan hubungan penggunaan
gadget dengan penambahan nilai minus mata pada mahasiswa
STIKes Karsa Husada Garut
Penambahan Nilai
Minus Mata
Penggunaan p-
Gadget Tidak Terjadi Terjadi Total
value
Penambahan Penambahan
Minus Minus
N % N % N %
Baik 13 72,23 25 32,47 38 40,00
,000
Buruk 5 27,77 52 67,53 57 60,00
nilai minus mata dengan kategori penggunaan gadget yang baik yaitu
62
sebesar 0.000 dimana nilai signifikasi tersebut < 0.05, maka H0 ditolak dan
5.1 Pembahasan
yang buruk. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
dikarenakan suatu sinar yang disebut high energy visible atau dikenal
sebagai blue light adalah salah satu bagian dari spektrum cahaya yang
berada di antara biru dan violet adalah cahaya yang sangat kuat dan
63
negatif dalam penggunaan gadget bila digunakan dengan cara yang salah
segi berkomunikasi, segi kesehatan, segi budaya, segi sosial, dan segi
satu dampak dari penggunaan gadget yang buruk yaitu terjadi masalah
Oxford, durasi maksimal penggunaan gadget yaitu 257 menit atau sekitar
4 jam 17 menit (Dikdok, 2018). Kemudian jarak pandang dan posisi saat
ini terjadi karena sebagian besar mahasiswa STIKes Karsa Husada Garut
mata. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Wea et al. (2018),
diperhatikan batas lama, jarak yang dekat dan posisi yang tidak benar
cahaya yang buruk dan posisi yang tidak menunjang dalam waktu terus
menerus akan merusak mata. Penggunaan gadget dalam jarak yang dekat
terlalu terang pada layar gadget akan menyebabkan kesilauan pada mata,
selain itu posisi menggunakan gadget dalam posisi tidur bisa membuat
cahaya yang datang kurang sehingga otot mata bekerja ekstra untuk
akomodasi dan akan menarik otot bola mata sehingga dapat berpengaruh
jauh difokuskan di depan retina oleh mata yang tidak berakomodasi. Hal
ini disebabkan mata memiliki kekuatan optik yang terlalu tinggi karena
kornea yang terlalu cembung atau panjang aksial bola mata yang terlalu
besar. Mata minus (miopia) disebut juga mata terang dekat, memiliki titik
dekat kurang dari 25 cm (< 25 cm) dan titik jauh pada jarak tertentu.
Orang yang menderita mata minus dapat melihat dengan jelas benda pada
jarak 25 cm, tetapi tidak dapat melihat benda jauh dengan jelas. Hal ini
terjadi karena lensa mata tidak dapat menjadi pipih sebagaimana mestinya
Akomodasi berlaku apabila mata melihat objek dalam jarak jauh atau
66
terlalu dekat selain itu akan berakibat kelelahan mata yang mengakibatkan
kelelahan pada otot mata. Kejadian ini adalah akibat akomodasi yang tidak
efektif hasil dari otot mata yang lemah dan tidak stabil. Pada mata minus,
Mata
Hasil uji Chi Square didapatkan p-value = 0,000 dimana p < 0,05,
mata. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wea et al.
Hal ini sejalan dengan teori menurut Trisna & Suprayitno (2017),
batas lama, jarak yang dekat dan posisi yang tidak benar dapat
tekanan pada mata dan susunan sarafnya, disertai intensitas cahaya yang
buruk dan posisi yang tidak menunjang dalam waktu terus menerus akan
merusak mata. Penggunaan gadget dalam jarak yang dekat akan membuat
pada layar gadget akan menyebabkan kesilauan pada mata, selain itu
posisi menggunakan gadget dalam posisi tidur bisa membuat cahaya yang
datang kurang sehingga otot mata bekerja ekstra untuk akomodasi dan
akan menarik otot bola mata sehingga dapat berpengaruh pada ketajaman
penglihatan.
68
Teori tersebut juga sejalan dengan teori menurut Wea et al. (2018),
lama kelamaan mata akan lelah dan kondisi ini akan memicu pengaburan
di retina dan mata menjadi tidak fokus. Penggunaan gadget pada jarak
dekat dan pengaturan intensitas cahaya yang tidak normal misalnya terlalu
menyebabkan mata lelah. Bagian mata yang lelah adalah otot yang
berperan dalam konstriksi pupil. Ketika otot ini lelah maka bayangan tidak
terjadinya kelainan refraksi pada mata dan penambahan nilai minus mata
(miopia).
mata pada STIKes Karsa Husada Garut tahun 2022 yang berdasarkan hasil
pemeriksaan mata dalam kurun waktu 6 bulan terakhir, secara garis besar
beberapa faktor resiko yaitu dalam penggunaan gadget yang buruk. Seperti
69
yang telah dijelaskan bahwa dalam penggunaan gadget yang meliputi lama
5.1 Kesimpulan
minus mata.
Garut.
5.2 Saran
1. Bagi Responden
bekerja dan sebagai media hiburan, responden harus mencari tahu apa
saja
70
71
Abdu, S., Saranga’, J. L., Sulu, V., & Wahyuni, R. (2021). Dampak Penggunaan
Gadget Terhadap Penurunan Ketajaman Penglihatan. Jurnal Keperawatan
Florence Nightingale, 4(1), 24–30. https://doi.org/10.52774/jkfn.v4i1.59
Ariaty, Y., Henni Kumaladewi Hengky, & Afrianty. (2019). Faktor - Faktor Yang
Mempengaruhi Terjadinya Miopia Pada Siswa/I Sd Katolik Kota Parepare.
Jurnal Ilmiah Manusia Dan Kesehatan, 2(3), 377–387.
https://doi.org/10.31850/makes.v2i3.182
Ilyas, S. & S. R. Y. (2014). Ilmu Penyakit Mata (5th ed.). Jakarta. Badan Penerbit
FKUI.
72
Muallima, N., Febriza, A., & Putri, R. K. (2019). Hubungan Penggunaan Gadget
Dengan Penurunan Tajam Penglihatan Pada Siswa Smp Unismuh Makassar.
JIKI Jurnal Ilmiah Kesehatan IQRA, 7(02), 79–85. https://stikesmu-sidrap.e-
journal.id/JIKI/article/view/156
73
Gadgets Acuteness of Sight To Students, 68–70. 143210009 Devy Ristiya
Irawan Rahmawaty Skripsi.pdf
Riduwan. (2018). Metode Dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian (Cetakan 7).
Bandung. Alfabeta.
Sherwood, L. (2018). Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem (N. Yesdelita (ed.);
9th ed.). Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran.
Trisna, fitri ika, & Suprayitno. (2017). the Association Between Duration of Use
and Gadget Distance Toward the Visual Acuity Among Second.
Wandini, R., Novikasari, L., & Kurnia, M. (2020). Hubungan Penggunaan Gadget
Terhadap Kesehatan Mata Anak Di Sekolah Dasar Al Azhar I Bandar
Lampung. Malahayati Nursing Journal, 2(4), 810–819.
https://doi.org/10.33024/manuju.v2i4.3049
Yulianti, I., Prameswari Eka, V., & Prihartini, S. D. (2022). Pengaruh Screen
Time, Ergonomic Position dan Jarak Pandang dengan Media Pembelajaran
Daring Terhadap Ketajaman Penglihatan Anak.
74
Zain, S. B. (2013). Anatomi Sistem Regional & Perkembangan. Jakarta. BP FKUI.
75
76
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Perihal : Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Kepada Yth.
Di
Tempat
Dengan Hormat,
NIM : KHGC18085
Demikianlah permohonan ini saya sampaikan dengan harap agar Bapak/ibu dapat
mengabulkannya. Atas perhatian dan kerjasama yang baik saya ucapkan terimakasih.
Hormat saya,
Kepada Yth.
Di
Tempat
Dengan Hormat,
NIM : KHGC18085
Demikianlah permohonan ini saya sampaikan dengan harap agar Bapak/ibu dapat
mengabulkannya. Atas perhatian dan kerjasama yang baik saya ucapkan terimakasih.
Hormat saya,
NIM : KHGC18085
(Informed Consent)
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Dengan ini saya menyatakan bersedia dan setuju menjadi responden dalam
pelaksanaan penelitian mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKes Karsa
Husada Garut, atas nama Lia Intan Lestari NIM: KHGC18085 dengan judul
“Hubungan Penggunaan Gadget Dengan Penambahan Nilai Minus Mata
Pada Mahasiswa STIKes Karsa Husada Garut”.
(……………………….)
Lampiran 8
KISI-KISI KUESIONER PENGGUNAAN GADGET
KUESIONER
A. Demografi
1. Identitas
Nama :
Jenis Kelamin :
Kelas :
Prodi :
2. Riwayat Kesehatan Mata
Menggunakan kacamata : Ya Tidak
Memiliki kelainan refraksi : Ya Tidak
Keluarga ada yang mempunyai kelainan refraksi : Ya Tidak
Suka mengkonsumsi sayur yang mengandung vitamin A : Ya Tidak
11 Saya bisa menghabiskan waktu lebih dari 4 jam untuk bermain games
yang ada di gadget
Petunjuk Pengisian :
Beri tanda (√) pada kolom berdasarkan jawaban yang menurut anda benar.
Menggunak
Jenis
NO Nama Umur Prodi Tingkat an
Kelamin
kacamata
26 S 20 L S1 Keperawatan 2c Ya
27 M D 20 L S1 Keperawatan 1A Tidak
28 M 18 L S1 Keperawatan 1 Ya
52 E 19 P D3 Keperawatan 1A Ya
53 A 19 P D3 Kebidanan 1B Tidak
54 L 20 P D3 Kebidanan 2B Ya
55 S 19 P D3 Kebidanan 2B Tidak
D3 Analis
76 N 21 P 1A Ya Ya
Kesehatan
D3 Analis
77 Y 22 P 1A Ya Ya
Kesehatan
D3 Analis
78 DK 22 P 1A Ya Ya
Kesehatan
Master Tabel Data Penambahan Nilai Minus Mata
Periksa
Mata Dalam
Nilai Minus
Kurun Jika “Ya”, Tuliskan
No Nama Mata
Waktu 6 Hasil Pemeriksaan
Bertambah
Bulan
Terakhir
19 E Ya -1 Ya
20 H Ya 2.5 Ya
21 A Ya Kanan kiri 0,50 Tidak
22 M A Ya minus 0,75 Tidak
Moh
23 Ya Ya Tidak
R
Hasilnya min 1 tpi kadang
52 E Ya pemeriksa n tidak pas dalam 6 Tidak
bulan
53 A Ya Normal Tidak
54 L Ya hasil 2,50 Ya
80 N Ya Minus 0,75 Ya
82 L Ya Kiri -0,5 Ya
83 JH Ya R 0,5 L 1,00 Ya
Lampiran 12
HASIL UJI STATISTIK
Uji Reliabelitas
Variabel 1
Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
,905 22
Variabel 2
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,807 2
2. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
RESID
N 95
Normal Parameters a,b
Mean -,0377
Std. Deviation 1,15357
Most Extreme Absolute ,054
Differences Positive ,053
Negative -,054
Test Statistic ,054
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
Frequencies
Statistics
X1
N Valid 95
Missing 0
Cases
Descriptives
Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Frequencies
Statistics
Y
N Valid 95
Missing 0
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Tidak Terjadi
18 18,9 18,9 100,0
Penambahan Minus
N %
Excluded a
0 ,0
Total 95 100,0
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
X1 * Y Crosstabulation
Count
Tidak
Terjadi Terjadi
Penambaha Penambaha
n Minus n Minus Total
X1 Buruk 5 52 56
Baik 13 25 39
Total 18 77 95
Identitas Diri
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan
Riwayat Penelitian