Anda di halaman 1dari 48

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH PINJAMAN YANG DIBERIKAN DAN MODAL


KERJA TERHADAP SURPLUS HASIL USAHA PADA KUD
SUKA MEKAR CIBINGBIN KABUPATEN KUNINGAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Oleh :
Fathiya Salsabila
NIM 20180610057

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KUNINGAN
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Salah satu usaha untuk membangun perekonomian negara adalah dengan

membentuk badan usaha. Salah satu badan usaha yang mendukung perekonomian

negara dengan asas kekeluargaan dan dengan mengutamakan kepentingan

bersama khususnya bagi seluruh anggotanya adalah koperasi. Koperasi berperan

penting terhadap pembangunan perekonomian negara karena koperasi merupakan

badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi,

dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan

usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial,

dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi.

Wabah pandemi Covid-19 yang kini tengah terjadi di Indonesia telah

membawa kesedihan bagi sebagian orang dan kesulitan bagi banyak orang. Kita

semua mengalami perubahan besar dalam kehidupan sehari-hari. Wabah pandemi

Covid-19 telah melemahkan sendi-sendi kehidupan sosial dan ekonomi

masyarakat.  

Tidak hanya perusahaan besar yang mengalami kebangkrutan tapi juga

usaha kecil menengah yang mengakibatkan ribuan tenaga kerja harus di PHK.

Masyarakat yang bekerja di sektor informal, seperti pelaku usaha mikro, kecil,

dan menengah (UMKM), pedagang, pekerja serabutan, transportasi online dan

offline, penggarap lahan pertanian termasuk koperasi dan profesi informal lainnya
menjadi pihak yang merasakan dampak yang cukup signifikan atas kondisi ini.

Tak sedikit dari mereka harus dirumahkan karena tempat kerja mereka tidak

beroperasi.

Koperasi menjadi salah satu yang terdampak pandemi Covid-19,

Kebanyakan koperasi yang terkena dampak bergerak pada bidang untuk

kebutuhan sehari-hari, sedangkan sektor UMKM yang paling terdampak yakni

ada pada ketersediaan makanan dan minuman. Saat ini banyak koperasi yang

melaporkan kesulitan operasional. Sebab, para anggotanya tidak sanggup

membayar cicilan dan banyak juga yang menarik simpanannya di koperasi simpan

pinjam. Dilihat dari segi kuantitasnya koperasi selalu mengalami kenaikan dari

tahun ketahun akan tetapi apabila ditinjau dari segi kualitas maka sangat bertolak

belakang.

Sebelum adanya pandemi Covid-19, koperasi sudah mempunyai masalah,

baik dari segi kualitasnya, keberadaan koperasi masih perlu upaya yang sungguh-

sungguh untuk mampu beradaptasi dengan tuntutan lingkungan dunia usaha dan

lingkungan kehidupan serta kesejahteraan para anggotanya. Kekuatan koperasi

dalam berbagai kegiatan ekonomi masih relatif kecil dan ketergantungan koperasi

terhadap bantuan dari pihak luar, terutama Pemerintah, masih sangat besar.

Padahal seharusnya lembaga yang namanya koperasi diharapkan menjadi

pilar atau soko guru perekonomian nasional dan juga lembaga gerakan ekonomi

rakyat, ternyata tidak berkembang baik seperti di negara-negara maju. Oleh

karena itu, tidak heran kenapa peran koperasi di dalam perekonomian Indonesia
masih sering dipertanyakan dan selalu menjadi bahan perdebatan  karena tidak

jarang koperasi sering dimanfaatkan keberadaanya.

Saat ini banyak koperasi yang pada praktiknya beroperasi dengan

pendekatan perusahaan. Mereka sibuk memupuk pendapatan, keuntungan dan

Sisa Hasil Usaha (SHU).  Nyatanya berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

selama bertahun-tahun, koperasi yang berhasil memupuk SHU besar, memiliki

banyak asset, modal kuat, menjadi perusahaan besar, juga mendapat predikat

terbaik, belum tentu mampu meningkatkan kesejahteraan anggotanya.

Dalam perkembangannya, koperasi menghadapi beberapa masalah, terutama

masalah yang dihadapi oleh koperasi simpan pinjam, baik masalah yang bersifat

internal maupun eksternal, seperti pengelolaan keuangan yang tidak baik serta

persaingan usaha dari badan-badan usaha sejenis lainnya, selain daripada kondisi

wabah pandemi Covid-19 yang sekarang terjadi.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pihak manajemen KUD Suka

Mekar Cibingbin Kabupaten Kuningan, masalah yang bersifat internal dan

eksternal pun dialami oleh koperasi tersebut. Pada masa normal, permasalahan

internal yang terjadi diantaranya adalah adanya rangkap jabatan pengurus koperasi

dan ini berakibat kurang fokus perhatiannya pada pengelolaan koperasinya,

pengelolaan modal yang kurang baik, penyaluran pinjaman yang kurang efektif

serta administrasi koperasi yang belum memenuhi standar sehingga penyediaan

data untuk pengambilan keputusan tidak lengkap. Sedangkan permasalahan

eksternal yang dihadapi diantaranya adalah bertambahnya persaingan dari badan

usaha sejenis maupun badan usaha lain serta tanggapan masyarakat terhadap
koperasi karena kegagalan koperasi pada waktu yang lalu tanpa adanya

pertanggungjawaban kepada masyarakat yang menimbulkan ketidakpercayaan

masyarakat terhadap pengelolaan koperasi.

Sesuai dengan jenis koperasinya, maka usaha yang dijalankan oleh KUD

Suka Mekar Cibingbin Kabupaten Kuningan adalah koperasi simpan pinjam.

Usaha tersebut diharapkan selalu menghasilkan laba yang terus meningkat dalam

setiap periodenya. Laba dalam koperasi dikenal dengan istilah Surplus Hasil

Usaha. Surplus Hasil Usaha merupakan salah satu hal penting yang harus

diperhatikan koperasi agar dapat bertahan dan terjamin kelangsungan usahanya.

Dalam kegiatan operasional Surplus Hasil Usaha koperasi digunakan untuk

keperluan pendidikan pelatihan koperasi, pengembangan usaha koperasi, dan

kepentingan lain dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan bersama.

Dalam menjalankan kegiatan jasa simpan pinjam dengan tujuan

memperoleh Surplus Hasil Usaha, dua hal yang sangat diperhatikan oleh KUD

Suka Mekar Cibingbin Kabupaten Kuningan, yaitu penyaluran pinjaman dan

permodalan. Penyaluran pinjaman dan permodalan merupakan dua dari beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi perolehan Surplus Hasil Usaha dan eksistensi

koperasi.

Perolehan Surplus Hasil Usaha, penyaluran pinjaman dan modal kerja

koperasi dapat dilihat dalam laporan keuangan yang dibuat dan disajikan setiap

periode nya. Laporan keuangan koperasi sesuai dengan PSAK 27 terdiri dari

neraca, perhitungan hasil usaha, laporan arus kas, laporan promosi ekonomi

anggota dan catatan atas laporan keuangan (Adenk Sudarwanto, 2012:10). Dengan
mencermati laporan perhitungan hasil usaha maka dapat diketahui seberapa besar

Surplus Hasil Usaha yang dihasilkan.

Pada KUD Suka Mekar Cibingbin Kabupaten Kuningan berkeinginan

memperoleh surplus hasil usaha yang selalu naik setiap periodenya tetapi sering

tidak sesuai dengan harapan. Hal tersebut dapat terlihat pada Tabel 1.1. halaman

berikut :

Tabel 1.1
Perolehan Surplus Hasil Usaha Bulanan KUD Suka Mekar Cibingbin
Periode 2018-2020
Indikator Surplus Hasil
No. Periode
Pendapatan Beban Usaha
1 Januari 2018 201.650.000 164.685.000 36.965.000
2 Februari 2018 225.275.000 191.329.235 33.945.765
3 Maret 2018 211.882.500 179.113.105 32.769.395
4 April 2018 220.554.500 206.098.915 14.455.585
5 Mei 2018 218.932.000 198.547.000 20.385.000
6 Juni 2018 327.750.000 270.500.300 57.249.700
7 Juli 2018 291.456.000 246.087.000 45.369.000
8 Agustus 2018 259.800.000 239.776.010 20.023.990
9 September 2018 257.780.000 213.281.000 44.499.000
10 Oktober 2018 201.456.500 189.630.500 11.826.000
11 November 2018 216.500.000 191.200.000 25.300.000
12 Desember 2018 264.450.000 229.960.020 34.489.980
13 Januari 2019 221.558.100 194.883.005 26.675.095
14 Februari 2019 234.900.000 200.971.000 33.929.000
15 Maret 2019 225.685.200 198.360.020 27.325.180
16 April 2019 230.913.350 203.856.000 27.057.350
17 Mei 2019 296.907.150 245.000.400 51.906.750
18 Juni 2019 336.700.000 284.403.000 52.297.000
19 Juli 2019 270.951.000 246.050.000 24.901.000
20 Agustus 2019 255.329.000 233.951.000 21.378.000
21 September 2019 244.830.000 208.042.110 36.787.890
22 Oktober 2019 247.804.000 213.951.000 33.853.000
23 November 2019 252.093.000 224.747.010 27.345.990
24 Desember 2019 237.906.000 196.879.000 41.027.000
25 Januari 2020 231.882.500 180.117.000 51.765.500
26 Februari 2020 240.554.500 206.028.000 34.526.500
27 Maret 2020 198.932.000 188.047.000 10.885.000
28 April 2020 207.750.000 190.407.150 17.342.850
29 Mei 2020 251.456.000 236.087.000 15.369.000
30 Juni 2020 249.800.000 229.756.000 20.044.000
31 Juli 2020 237.780.000 224.281.000 13.499.000
32 Agustus 2020 201.456.500 189.630.100 11.826.400
33 September 2020 216.500.000 201.200.000 15.300.000
34 Oktober 2020 234.450.500 219.960.000 14.490.500
35 November 2020 221.558.500 204.883.000 16.675.500
36 Desember 2020 214.900.000 200.971.000 13.929.000
Sumber : Laporan Perhitungan Hasil Usaha Simpan Pinjam KUD Suka Mekar
Cibingbin Kabupaten Kuningan (diolah 2021)

Dari tabel 1.1. tersebut dapat terlihat Surplus Hasil Usaha yang diperoleh

tidak sesuai dengan harapan koperasi yaitu selalu meningkat setiap periodenya.

Perolehan Surplus Hasil Usaha selama tiga puluh enam periode terlihat naik dan

turun/fluktuasi. Seperti pada pada tahun 2018 dan tahun 2019, fluktuasi perolehan

Surplus Hasil Usaha terlihat di sepanjang tahun.

Perolehan Surplus Hasil Usaha yang terjadi pada tahun 2020 pun terlihat

fluktuasi atau cenderung menurun. Seperti pada periode Maret, Surplus Hasil
Usaha yang diperoleh adalah sebesar Rp. 10.885.000,-, atau turun sebesar

Rp.23.641.500,- dari periode Februari yang memperoleh Surplus Hasil Usaha

sebesar Rp.34.526.500,-. Kondisi penurunan perolehan Surplus Hasil Usaha

tersebut terus terjadi sampai periode Desember 2020.

Ketidakstabilan perolehan Surplus Hasil Usaha ini diduga karena faktor

pinjaman yang diberikan dan modal kerja pada masa awal munculnya pandemi

covid-19 di Indonesia yang mulai menyebar. Hal ini merupakan masalah yang

dihadapi oleh KUD Suka Mekar Cibingbin Kabupaten Kuningan dalam

mewujudkan tujuan mencapai kesejahteraan bersama.

Akibat pandemi, kasus gagal bayar koperasi diproyeksi meningkat. Kasus

gagal bayar koperasi simpan pinjam terus bergulir. Akibatnya, pendaftaran

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) di pengadilan juga ikut

bertambah. Kasus gagal bayar terjadi pada koperasi yang menjanjikan return

tinggi di atas bank. Sebab, koperasi kesulitan mendapatkan nilai pengembalian

dana ketika pandemi hingga akhirnya terjadi maturity mismatch.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Surplus Hasil Usaha menurut Lukman

Syamsudin (2007:59) adalah “ Besarnya perolehan laba dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor, diantaranya modal kerja, biaya bahan baku, pengalaman, harga

jual dan inovasi produk”.

Beberapa literatur menyebutkan bahwa modal kerja akan berpengaruh

terhadap profitabilitas suatu perusahaan. Seperti yang dikemukakan oleh Agus

Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2008:76) :


Terdapat hubungan antara modal kerja dengan kemampuan perusahaan

dalam memperoleh laba (profitabilitas). Dan konsep yang mendasari manajemen

modal kerja adalah sebagai berikut : Mengatakan bahwa modal kerja yang lebih

dari cukup akan mengurangi risiko dan menaikkan laba/hasil. Pendapat ini

didasarkan atas pandangan bahwa dengan cukup tersedianya modal kerja kegiatan

dapat diarahkan pada pencarian hasil yang lebih tinggi dengan ekspansi atau

perluasan usaha.

Selain faktor modal kerja, faktor lain yang juga dapat mempengaruhi

perolehan Surplus Hasil Usaha adalah penyaluran pinjaman. Pada KUD Suka

Mekar Cibingbin Kabupaten Kuningan, penyaluran pinjaman dan pengelolaan

modal kerja menjadi masalah yang menghambat kegiatan operasional koperasi,

sehingga mempengaruhi kinerja koperasi yang mengakibatkan penurunan

pendapatan serta pemanfaatan modal kerja dengan sebaik-baiknya.

Masalah-masalah tersebut merupakan faktor yang menyebabkan peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dan untuk membuktikan adanya pengaruh

atau tidak terdapatnya pengaruh pinjaman yang diberikan dan modal kerja

terhadap surplus hasil usaha pada KUD Suka Mekar Cibingbin Kabupaten

Kuningan yang akan dibahas dan dijelaskan dalam judul penelitian :

“Pengaruh Pinjaman Yang Diberikan Dan Modal Kerja Terhadap

Surplus Hasil Usaha Pada KUD Suka Mekar Cibingbin Kabupaten

Kuningan”.
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh pinjaman yang diberikan terhadap surplus hasil usaha

pada KUD Suka Mekar Cibingbin Kabupaten Kuningan?

2. Bagaimana pengaruh modal kerja terhadap surplus hasil usaha pada KUD

Suka Mekar Cibingbin Kabupaten Kuningan ?

3. Bagaimana pengaruh pinjaman yang diberikan dan modal kerja terhadap

surplus hasil usaha pada KUD Suka Mekar Cibingbin Kabupaten Kuningan?

1.3. Batasan Masalah

Untuk memfokuskan penelitian ini, maka dalam pembahasan harus dibatasi

pada :

1. Pengambilan data hanya dilakukan di KUD Suka Mekar Cibingbin

Kabupaten kuningan

2. Analisis perhitungan laporan hanya terpusat pada pinjaman yang diberikan

dan modal kerja terhadap surplus hasil usaha.

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan

yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui tentang pengaruh pinjaman yang diberikan terhadap

surplus hasil usaha pada KUD Suka Mekar Cibingbin Kabupaten Kuningan.
2. Untuk mengetahui tentang pengaruh modal kerja terhadap surplus hasil usaha

pada KUD Suka Mekar Cibingbin Kabupaten Kuningan.

3. Untuk mengetahui tentang pengaruh pinjaman yang diberikan dan modal kerja

terhadap surplus hasil usaha pada KUD Suka Mekar Cibingbin Kabupaten

Kuningan.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai salah satu referensi untuk lebih

memahami dan memperkuat teori tentang surplus hasil usaha khususnya pada

badan usaha KUD Suka Mekar Cibingbin Kabupaten Kuningan yang dipengaruhi

oleh pinjaman yang diberikan dan modal kerja.

1.5.2. Manfaat Praktis

1.5.2.1. Bagi KUD Suka Mekar Cibingbin

Penelitian ini dapat bermanfaat memberikan informasi mengenai pinjaman

yang diberikan, modal kerja dan surplus hasil usaha yang dapat dijadikan sebagai

salah satu bahan pertimbangan manajemen KUD Suka Mekar Cibingbin

Kabupaten Kuningan dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan

penyaluran pinjaman dan modal kerja yang baik untuk dapat menghasilakan

Surplus Hasil Usaha yang maksimal dan terus meningkat.

1.5.2.2. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat dalam menambah wawasan ilmu pengetahuan

peneliti tentang teori akuntansi koperasi, serta dapat dijadikan perbandingan

antara teori yang telah diperoleh dari bangku kuliah dengan kenyataan yang
dihadapi di lapangan mengenai pengaruh pinjaman yang diberikan dan modal

kerja terhadap surplus hasil usaha yang dihasilkan.

1.5.2.3. Bagi Pihak Lain

Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan dijadikan sebagai

referensi bagi para peneliti lain yang akan meneliti pada topik yang sama di masa

yang akan datang.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Tentang Koperasi

2.1.1. Pengertian Koperasi

Kata “koperasi” berasal dari bahasa Inggris “Cooperation” yang terdiri dari

dua kata, yaitu “Co” yang artinya bersama dan “Operation” yang artinya bekerja.

Jadi secara harfiah koperasi berarti bekerja sama. Dalam bahasa Indonesia

dilafalkan menjadi koperasi (Pachta, dkk, 2005:15). Koperasi dapat didefinisikan

sebagai organisasi otonom dari orang-orang yang berhimpun secara sukarela

untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya secara

bersama-sama melalui kegiatan usaha yang dimiliki dan dikendalikan secara

demokratis (Hendra, 2010:2). Sedangkan konsep koperasi barat menyatakan

bahwa koperasi merupakan organisasi swasta, yang dibentuk secara sukarela oleh

orang-orang yang mempunyai persamaan kepentingan, dengan maksud mengurusi

kepentingan para anggotanya serta menciptakan keuntungan timbal balik bagi

anggota koperasi maupun perusahaan koperasi menurut Arifin Sitio (2001:1).

Koperasi berlandaskan pada pancasila dan UUD 1945 berdasarkan atas asas

kekeluargaan. Undang-undang yang mengatur tentang perkoperasian yaitu

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1967. Namun pada tanggal 21 Oktober 1992

telah dibuat sebuah undang-undang lagi, yaitu UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian. Dan dengan dibuat UU tersebut, maka secara otomatis UU Nomor

12 Tahun 1967 tentang pokok-pokok perkoperasian tidak berlaku lagi. Tidak bisa
dipungkiri bahwa koperasi merupakan bagian penting dalam sistem ekonomi

Indonesia, karena koperasi merupakan lembaga yang berpihak kepada golongan

ekonomi lemah yang jumlahnya lebih banyak dibanding dengan ekonomi

menengah dan atas. Koperasi dianggap sebagai salah satu ujung tombak ekonomi

kerakyatan yang diharapkan mampu membantu mengentaskan kemiskinan. Dalam

rangka pembangunan ekonomi bangsa Indonesia, koperasi mempunyai kedudukan

dan fungsi yang penting yang secara bersama-sama dengan Badan Usaha Milik

Negara atau Swasta melakukan berbagai usaha demi tercapainya kesejehteraan

bagi seluruh rakyat Indonesia (Kartasapoetra,dkk, 1991:4). Koperasi bertujuan

memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada

umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka

mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur.

Menurut Mohammad Hatta sebagai “Bapak Koperasi Indonesia”

mendefinisikan koperasi lebih sederhana tetapi jelas, padat, dan ada suatu visi dan

misi yang dikandung koperasi. Beliau mengatakan, Koperasi adalah usaha

bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong-

menolong. Semangat tolong menolong tersebut didorong oleh keinginan memberi

jasa kepada kawan berdasarkan “seorang buat semua dan semua buat seorang”

(Sitio dan Tamba, 2001:17).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa koperasi

adalah organisasi yang dibentuk secara bersama-sama dengan sukarela untuk

kepentingan bersama pula. Pendirian koperasi bukan hanya untuk mencari


keuntungan yang tinggi, namun koperasi lebih menekankan kepada pelayanan dan

kesejahteraan anggotanya.

2.1.2. Tujuan Koperasi

Dalam UU No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 3 disebutkan

bahwa, koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan

masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian

nasional, dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur

berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Keberhasilan koperasi

dalam mencapai tujuannya dapat diukur dari peningkatan kesejahteraan

anggotanya (Sitio dan Tamba, 2001:19). Pernyataan ini mengandung arti bahwa,

tujuan dan program utama koperasi melalui kegiatan atau usahanya dan pelayanan

usahnya adalah untuk kepentingan dan kesejahteraan anggota. Jadi, pelayanan

anggota merupakan prioritas utama dibandingkan dengan masyarakat umum.

Menurut Sitio dan Tamba (2001:19-20), dalam pengertian ekonomi,

tingkat kesejahteraan itu dapat ditandai dengan tinggi rendahnya pendapatan riil.

Apabila pendapatan riil seseorang atau masyarakat meningkat, maka

kesejahteraan ekonomi seseorang atau masyarakat tersebut akan ikut meningkat.

Berdasarkan dengan pernyatan tersebut, maka tujuan koperasi dapat diwujudkan

dalam bentuk meningkatkan pendapatan (riil) para anggotanya. Pendapatan dapat

berbentuk pendapatan nominal dan pendapatan riil. Pendapatan nominal adalah

pendapatan seseorang yang diukur dalam jumlah satuan uang yang diperoleh.

Sedangkan pendapatan riil adalah pendapatan seseorang yang diukur dalam

jumlah barang dan jasa pemenuh kebutuhan yang dapat dibeli, dengan
membelanjakan pendapatan nominalnya (uangnya). Berdasarkan penjelasan di

atas dapat diketahui bahwa koperasi tidak terfokus pada pencarian laba atau Sisa

Hasil Usaha (SHU) semata karena yang menjadi tolak ukur utama adalah

kesejahteraan para anggotanya.

2.1.3. Fungsi dan Peran Koperasi

Berdasarkan UU RI No. 25 Tahun 1992 Bab 2 Pasal 4, koperasi memiliki

peran dan fungsi sebagai berikut :

1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota

pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan

kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan

manusia dan masyarakat.

3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan

perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya.

4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional

yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan

demokrasi ekonomi.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi dan peran utama

koperasi adalah kesejahteraan anggotanya dan untuk memperbaiki kondisi

perekonomian anggota khususnya dan masyarakat secara umum.


2.1.4. Prinsip-Prinsip Koperasi

Berdasarkan prinsip-prinsip koperasi sesuai dengan Undang-undang No.25

Tahun 1992 adalah sebagai berikut :

1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka


2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis
3. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding
dengan besarnya jasa usaha masing – masing anggota
4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal
5. Kemandirian.

Berdasarkan penjelasan tersebut prinsip-prinsip tersebut dilakukan melaui

peningkatan kualitas pelayanan usahanya kepada anggota pada khususnya dan

masyarakat secara umum. Koperasi dijadikan sebagai soko guru perekonomian

nasional, yaitu sebagai peyangga utama atau tulang punggung perekonomian.

2.2. Tinjauan Kopersi Simpan Pinjam (KSP)

2.2.1. Pengertian KSP

Menurut Subandi (2015:35), koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang

bergerak dalam pemupukan simpanan dari para anggotanya untuk dipinjamkan

kembali kepada anggotanya yang membutuhkan bantuan modal untuk usahanya.

Selain itu, koperasi simpan pinjam juga bertujuan mendidik anggotanya

bersifat hemat dan gemar menabung serta menghindarkan anggotanya dari jeratan

para rentenir.

Koperasi Simpan Pinjam (KSP) merupakan salah satu badan koperasi yang

kegiatan usahanya menerima tabungan atau simpanan-simpanan dan deposito dari

para anggotanya serta memberikan pinjaman bagi anggota yang sama (Ropke,

2003:16). Koperasi simpan pinjam didirikan untuk memberikan kesempatan


kepada anggota-anggotanya memperoleh pinjaman dengan mudah dan dengan

bunga yang ringan (Anoraga dan Widiyanti, 2003:22).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa koperasi simpan

pinjam (KSP) merupakan salah satu usaha berbadan hukum yang bergerak dalam

usaha menampung simpanan anggota dan melayani peminjaman.

2.2.2. Tujuan KSP

Tujuan pendirian Koperasi Simpan Pinjam (KSP) pada koperasi adalah

untuk meningkatkan kesejahteraan anggota koperasi, yang pada akhir periode

kerja pencapaian tujuan tersebut harus dapat ditampilkan dalam laporan promosi

ekonomi anggota, oleh karena itu tujuan yang sudah dirumuskan harus dapat

diterjemahkan ke dalam ukuran kuantitaif dan dapat diukur dengan satuan

uang(Subagyo, 2014:8).

Menurut Anoraga dan Widiyanti (2003:23), tujuan koperasi simpan pinjam

adalah antara lain :

1. Membantu keperluan kredit para anggota, yang sangat membutuhkan dengan

syarat-syarat yang ringan,

2. Mendidik kepada para anggota, supaya giat menyimpan secara teratur

sehingga membentuk modal sendiri,

3. Mendidik anggota hidup berhemat, dengan menyisihkan sebagian dari

pendapatan mereka,

4. Menambah pengetahuan tentang perkoperasian.

Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa KSP didirikan oleh

sekelompok orang atas kebutuhan bersama dengan usahanya yaitu penghimpunan


dan penyaluran dana atau simpan pinjam. Peminjaman dana dilakukan oleh

anggotanya yang membutuhan dana sebagai modal usaha maupun keperluan yang

lain.

2.3. Modal Pinjaman

2.3.1. Pengertian Modal Pinjaman

Sebagai badan usaha, koperasi memerlukan modal yang cukup untuk

digunakan dalam menjalankan kegiatan usahanya dalam rangka pelayanan kepada

anggota, khususnya kepada masyarakat . Menurut Djohan (2014:5.12), modal

dalam bentuk uang tunai atau barang yang dalam waktu singkat dapat diubah

menjadi alat pembayaran disebut harta atau aktiva lancar, sedangkan apabila

berupa barang yang dipergunakan untuk modal jangka panjang, seperti tanah,

bangunan, kendaraan, dan lainnya disebut harta atau aktiva tetap.

Seperti halnya dengan badan usaha lain, berdasarkan Pasal 41 ayat (1) UU

No. 25 Tahun 1992, modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal

pinjaman. Modal sendiri (equity capital), yang terdiri dari simpanan pokok

anggota, simpanan wajib, dana cadangan, dan donasi/hibah. Sedangkan, modal

pinjaman (debt capital) yang bersumber dari anggota, koperasi lainnya, bank atau

lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya, serta

sumber lain yang sah. Selain modal sendiri dan modal pinjaman, sesuai dengan

Pasal 42 ayat (1) modal koperasi juga dapat berasal dari modal penyertaan.

Kontribusi modal dari seluruh anggota koperasi sangat diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan modal usaha koperasi sehingga koperasi dapat menjalankan

peran dan fungsinya, khususnya memajukan perekonomian anggota.


Kepemilikan modal dalam koperasi menjadi sangat penting karena dengan

adanya modal yang cukup, maka koperasi mampu bersaing dengan usaha-usaha

lain di luar koperasi.

2.3.2. Indikator - Indikator Modal Pinjaman


Sesuai dengan Pasal 41 ayat (3) UU No. 25/92, modal pinjaman dapat
berasal dari :
1. Pinjaman dari anggota

2. Pinjaman modal dari koperasi lain

3. Pinjaman dari bank dan lembaga keuangan lainnya

4. Penerbitan obligasi dan surat pengakuan utang

5. Sumber lain yang sah.

Pinjaman dari anggota, koperasi dapat menerima pinjaman dari anggota

termasuk calon anggota melalui simpanan yang bersifat sukarela. Pinjaman modal

dari koperasi lain, pada dasarnya diadakan atas perjanjian kerja sama

antarkoperasi, sesuai dengan ketentuan dan kesepakatan kedua belah pihak.

Besarnya pinjaman, imbalan jasa, cara pengembalian, dan ketentuan lain-lain

yang berhubungan dengan pinjaman modal itu diatur dalam perjanjian tersendiri.

Pinjaman dari bank dan lembaga keuangan lainnya, koperasi bersangkutan

mengajukan surat permintaan kepada bank dilampiri surat-surat yang diperlukan.

Lampiran tersebut, antara lain terdiri dari besarnya pinjaman yang diperlukan,

rencana pengembalian, dan penyediaan jaminan.


2.4. Tinjauan Tentang Surplus Hasil Usaha

2.4.1. Pengertian Surplus Hasil Usaha

Surplus hasil usaha atau defisit hasil usaha yang diperoleh dari hasil usaha

atau pendapatan koperasi dalam satu tahun buku setelah dikurangi dengan

pengeluaran atas berbagai beban usaha. Kemudian berdasarkan UU No. 12 Tahun

1967 Pasal 34 Ayat (3) menyatakan, bahwa SHU yang berasal dari usaha yang

diselenggarakan untuk anggota dibagi untuk dana sosial. Dengan lain perataan

bahwa dana sosial bisa terjadi jika sisa hasil usaha itu cukup tinggi. Dapat juga

diartikan bahwa dana sosial itu berdasarkan laba yang diperoleh pada tahun buku

tersebut, sebab yang dinamakan laba pada hakikatnya adalah pendapatan koperasi

setelah dikurangi biaya-biaya (Sudarsono dan Edilius, 2005:112). Surplus hasil

usaha disisihkan terlebih dahulu untuk dana cadangan dan sisanya digunakan

seluruhnya atau sebagian untuk hal-hal berikut :

1. Anggota sebanding dengan transaksi usaha yang dilakukan oleh


masing-masing anggota dengan koperasi. Besar kecilnya bagian
surplus hasil usaha anggota dihitung berdasarkan transaksi tiap-
tiap anggota di koperasinya.
2. Anggota sebanding dengan sertifikat modal koperasi yang
dimiliki. Pembagian surplus hasil usaha didasarkan pada jumlah
keseluruhan sertifikat modal yang dimiliki oleh seorang anggota.
Jumlah keseluruhan sertifikat modal koperasi yang dimiliki
anggota dapat berupa sertifikat modal koperasi awal yang wajib
dimiliki secara minimum, sertifikat modal koperasi tambahan,
sertifikat modal koperasi warisan, dan/atau sertifikat modal
koperasi yang berasal dari pembelian sertifikat modal koperasi
milik anggota lain.
3. Pembayaran bonus kepada pengawas, pengurus, dan karyawan
koperasi. Adapun yang dimaksud “bonus” adalah tambahan
imbalan atau gaji yang diberikan sebagai bagian dari surplus hasil
usaha untuk meningkatkan gairah kerja pengawas, pengurus, dan
karyawan koperasi. Besarnya bonus ditetapkan berdasarkan
keputusan rapat anggota.
4. Pembayaran kewajiban kepada dana pembangunan koperasi dan
kewajiban lainnya, dan/atau penggunaan lain yang ditetapkan
dalam Anggaran Dasar. Dana Pembangunan Koperasi adalah
dana yang dihimpun dari koperasi oleh dewan koperasi Indonesia
untuk memajukan organisasi.
5. Surplus hasil usaha yang berasal dari transaksi dengan non
anggota tidak boleh dibagikan oleh koperasi kepada anggota.
Surplus hasil usaha yang berasal dari non anggota ini dapat
digunakan untuk mengembangkan usaha koperasi dan
meningkatkan pelayanan kepada anggota.
6. Jika hasil usaha defisit, koperasi dapat menggunakan dana
cadangan berdasarkan rapat anggota. Jika dana cadangan tidak
cukup, defisit tersebut diakumulasi dan dibebankan pada
anggaran pendapatan dan belanja koperasi pada tahun berikutnya.
Jika defisit hasil usaha terjadi pada Koperasi Simpan Pinjam,
anggota wajib menyetor tambahan sertifikat modal koperasi.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa SHU koperasi adalah keuntungan atau laba

yang didapat dari hasil operasional koperasi setelah dikurangi dengan total biaya

dalam kurun waktu satu tahun tutup buku. Perolehan SHU koperasi menjadi

indikator kinerja dan kemampuan koperasi di dalam memenuhi kewajiban

anggotanya. Perolehan SHU menjadi penilaian dalam menjelaskan prospek

koperasi di masa yang akan datang.

2.4.2. Indikator-Indikator Surplus Hasil Usaha

Acuan dasar untuk membagi SHU adalah prinsip-prinsip dasar koperasi

yang menyebutkan bahwa, pembagian SHU dilakukan secara adil sebanding

dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota. Untuk koperasi Indonesia,

dasar hukumnya adalah pasal 5 ayat (1) UU No. 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian yang dalam penjelasannya mengatakan bahwa “Pembagian SHU

kepada anggota dilakukan tidak semata-mata berdasarkan modal yang dimiliki

seseorang dalam koperasi, tetapi juga berdasarkan perimbangan jasa usaha


anggota terhadap koperasi. Ketentuan ini merupakan perwujudan kekeluargaan

dan keadilan”. Menurut Sitio dan Tamba (2001:89), bahwa SHU yang diterima

anggota bersumber dari dua kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh anggota

sendiri yaitu:

1. SHU atas jasa modal


Pembagian ini juga sekaligus mencerminkan anggota sebagai pemilik ataupun

investor, karena jasa atas modalnya (simpanan) tetap diterima dari koperasi

sepanjang koperasi tersebut menghasilkan SHU pada tahun buku yang

bersangkutan.

2. SHU atas jasa usaha


Jasa ini menegaskan bahwa anggota koperasi selain pemilik juga sebagai

pemakai atau pelanggan. Secara umum SHU koperasi dibagi sesuai dengan

aturan yang telah ditetapkan pada Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga

Koperasi sebagai berikut :

a. Cadangan koperasi: 40%,


b. Jasa anggota: 40%,
c. Dana pengurus: 5%,
d. Dana karyawan: 5%,
e. Dana pendidikan: 5%,
f. Dana sosial : 5%,
g. Dana untuk pembangunan lingkaran.
SHU per anggota dapat dihitung sebagai berikut :
𝑆𝐻𝑈ᴀ = JUA + JMA
Keterangan :
𝑆𝐻𝑈ᴀ : Sisa Hasil Usaha Anggota
JUA : Jasa Usaha Anggota
JMA : Jasa Modal Anggota
Dengan menggunakan model matematika, SHU per anggota dapat

dihitung sebagai berikut:

𝑆𝐻𝑈ра = 𝑉a/𝑉𝑈𝐾 × 𝐽𝑈𝐴 + 𝑆a/𝑇𝑀𝑆 × 𝐽𝑀𝐴


Keterangan :
𝑆𝐻𝑈pa : Sisa Hasil Usaha per Anggota
JUA : Jasa Usaha Anggota
JMA : Jasa Modal Anggota
Va : Volume usaha Anggota (total transaksi anggota)
VUK : Volume usaha total koperasi (total transaksi koperasi)
Sa : Jumlah simpanan anggota
TMS : Total modal sendiri (total simpanan anggota)

2.4.3. Prinsip – Prinsip Pembagian Surplus Hasil Usaha

Menurut Sitio dan Tamba (2001:91), sesuai yang telah diuraikan pada

teori koperasi bahwa anggota berfungsi ganda, yaitu sebagai pemilik (owner) dan

sekaligus pelanggan (customer). Sebagai pemilik, seorang anggota berkewajiban

melakukan investasi. Dengan demikian, sebagai investor anggota berhak

menerima hasil investasinya. Di sisi lain, sebagai pelanggan, seorang anggota

berkewajiban berpartisipasi dalam setiap transaksi bisnis di koperasinya. Seiring

dengan prinsip-prinsip koperasi, maka anggota berhak menerima sebagai

keuntungan yang diperoleh koperasinya.

Agar tercermin asas keadilan, demokrasi, transparansi, dan sesuai dengan

prinsip-prinsip koperasi, maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip pembagian SHU

menurut Sitio dan Tamba (2001:91-92) sebagai berikut :

1. SHU yang dibagi adalah yang bersumber dari anggota


Pada hakekatnya SHU yang dibagi kepada anggota adalah yang

bersumber dari anggota sendiri. Sedangkan SHU yang bukan berasal dari hasil

transaksi dengan anggota pada dasarnya tidak dibagi kepada anggota,

melainkan dijadikan sebagai cadangan koperasi.

2. SHU anggota adalah jasa dari modal dan transaksi usaha yang dilakukan

anggota sendiri

SHU yang diterima setiap anggota pada dasarnya merupakan insentif dari

modal yang diinvestasikan dari hasil transaksi yang dilakukannya dengan

koperasi. Oleh sebab itu, perlu ditentukan proporsi SHU untuk jasa modal dan

jasa transaksi usaha yang dibagi kepada anggota koperasi perlu diperhatikan

untuk tetap menjaga karakter koperasi itu sendiri, di mana partisipasi usaha

masih lebih diutamakan.

3. Pembagian SHU anggota dilakukan secara transparan

Proses perhitungan SHU per anggota dan jumlah SHU yang dibagi

kepada anggota harus diumumkan secara transparan, sehingga setiap anggota

dapat dengan mudah menghitung secara kuantitatif berapa partisipasinya

kepada koperasinya.

4. SHU anggota dibayar secara tunai

SHU per anggota harus diberikan secara tunai, karena dengan demikian

koperasi membuktikan bahwa sebagai badan usaha yang sehat kepada anggota

dan masyarakat mitra bisnisnya. Berdasarkan pernjelasan tersebut dapat

diketahui bahwa SHU anggota merupakan hasil keuntungan yang diterima

oleh anggota koperasi dari kegiatan atau usaha yang dilakukannya berdasarkan
partisipasi dari jasa modal dan jasa usaha yang diberikan oleh masing-masing

anggota kepada koperasi. Semakin besar partisipasi anggota terhadap

koperasi, semakin besar pula SHU yang akan diperoleh.

2.4.4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Surplus Hasil Usaha

Menurut Pachta, dkk (2005:56) dalam penelitian (Ariesta dan

Yolamalinda, 2014:122), faktor-faktor yang mempengaruhi SHU koperasi terdiri

dari dua faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dari dalam terdiri dari :

1. Partisipasi anggota,
2. Modal sendiri,
3. Kinerja pengurus,
4. Jumlah unit usaha yang dimiliki,
5. Kinerja manajer,
6. Kinerja karyawan.

Partisipasi anggota, para anggota koperasi harus berpartisipasi dalam

kegiatan koperasi karena tanpa adanya peran anggota maka koperasi tidak akan

berjalan lancar. Modal sendiri, SHU anggota yang diperoleh sebagian dari modal

sendiri yaitu dari simpanan wajib, simpanan pokok, dana cadangan, dan hibah.

Kinerja pengurus, sangat diperlukan dalam semua kegiatan yang dilakukan oleh

koperasi, dengan adanya kinerja yang baik dan sesuai dengan persyaratan dalam

anggaran dasar serta UU Perkoperasian maka hasil yang dicapai pun juga akan

baik. Jumlah unit usaha yang dimiliki, setiap koperasi pasti memiliki unit usaha.

Hal ini juga menentukan seberapa besar volume usaha yang dijalankan dalam

kegiatan usaha tersebut. Kinerja manajer, menentukan jalannya semua kegiatan

yang dilakukan oleh koperasi dan memiliki wewenang atas semua hal-hal yang
bersifat intern. Kinerja karyawan, merupakan kemampuan seorang karyawan

dalam menjadi anggota koperasi.

Faktor dari luar yang mempengaruhi SHU koperasi terdiri dari :

1. Modal pinjaman,

2. Para konsumen dari luar selain anggota koperasi,

3. Pemerintah.

Modal pinjaman dari luar yaitu modal yang berasal dari luar perusahaan

sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan dan bagi perusahaan merupakan

hutang yang pada saatnya harus dibayar kembali agar tidak menderita kerugian.

Para konsumen dari luar selain anggota koperasi, yaitu masyarakat secara umum

yang tidak terdaftar sebagai anggota koperasi. Pemerintah, kekayaan koperasi

yang merupakan pemberian bantuan kepada pihak koperasi secara sukarela baik

berwujud uang maupun barang yang berasal dari pemerintah dan merupakan

hibah.

2.5. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan kumpulan dari hasil penelitian-penelitian

yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu, dimana penelitian tersebut

berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Penelitian

terdahulu menjadi dasar dalam penyusunan penelitian yang akan dilakukan, yang

nantinya akan dijadikan sebagai pembanding dan penguat dalam penelitian

berikutnya.

Berikut ini merupakan beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

penelitian tentang pengaruh pinjaman yang diberikan dan modal kerja terhadap
surplus hasil usaha di koperasi unit desa Suka Mekar Cibingbin Kabupaten

Kuningan adalah sebagai berikut :

Penelitian Ni Made Supianti Rahayu dan A.A Ketut Ayuningsasi (2018),

yang berjudul "Pengaruh Modal Sendiri dan Modal pinjaman terhadap Sisa Hasil

Usaha Melalui Volume Usaha pada Koperasi". Kesimpulan dari penelitian ini

adalah hasil penelitian menunjukkan modal sendiri berpengaruh positif dan

signifikan terhadap volume usaha. Yang dimana modal sendiri dan modal

pinjaman berpengaruh positif dan signifikan terhadap SHU.

Penelitian Sri Wulandari Haidir, Djayani Nurdin. dan Husnah (2016), yang

berjudul “Pengaruh Modal Sendiri dan Modal Pinjaman terhadap Sisa Hasil

Usaha ada Koperasi di Kota Palu". Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa ada

pengaruh positif dan signifikan secara simultan dan parsial pada pengaruh modal

sendiri dan modal pinjaman terhadap SHU.

Fransiska Febria Widya K (2005), yang meneliti tentang “Analisis Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan dalam Pengambilan

Pinjaman pada KUD Bhinneka Karya Kartasura”, dengan variabel yang diteliti

adalah tingkat suku bunga, pelayanan, lokasi dan prosedur. Masing-masing

variabel mempunyai pengaruh terhadap pengambilan keputusan pinjaman pada

KUD Bhinneka Karya Kartasura dan variabel prosedur berpengaruh paling

dominan dibandingkan variabel-variabel lainnya.

Ade Dharma Putra, Made Artana, dan Luh Indrayani (2014) yang berjudul

"Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sisa Hasil Usaha pada Koperasi

Pegawai Negeri Niaga Artha Sari Singaraja". Kesimpulan hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi sisa hasil usaha pada Koperasi

Pegawai Negeri ‘Niaga Artha Sari’ Singaraja adalah faktor partisipasi anggota,

modal sendiri, kinerja pengurus, kinerja karyawan, unit usaha, modal pinjaman,

konsumen bukan anggota, dan peran pemerintah.

Dalam penelitian Farokhah Muzayinatun Niswah dan Dina Fitrisia

Septiarini (2017) yang berjudul “Faktor yang Mempengaruhi Kenaikan dan

Penurunan Sisa Hasil Usaha Koperasi Syariah”. Dikatakan pada penelitian

tersebut modal sendiri tidak berpengaruh signifikan terhadap Sisa Hasil Usaha,

aset tidak berpengaruh signifikan terhadap Sisa Hasil Usaha, pendapatan

pembiayaan berpengaruh signifikan terhadap Sisa Hasil Usaha, dan modal sendiri,

aset, pendapatan pembiayaan secara bersama-sama berpengaruh signifikan

terhadap Sisa Hasil Usaha sebesar 93,13%.

Ghazali Syamni (2016), penelitiannya yang berjudul “Determinant

Cooperatives Business Profits in Indonesia: A Partial Least Squares Approach”.

Hasil penelitian koperasi di Indonesia masih sangat tergantung pada karyawan

atau manajer untuk meningkatkan volume usaha dan SHU. Pertama, secara

bersama-sama modal pinjaman, modal sendiri, anggota, karyawan dan manager

berpengaruh terhadap volume usaha. Kedua, secara bersama-sama modal

pinjaman, modal sendiri, karyawan, manager dan volume usaha berpengaruh

terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU).

Dari tinjauan pustaka tersebut dapat diketahui bahwa belum pernah ada

penelitian tentang “pengaruh pinjaman yang diberikan dan modal kerja terhadap

surplus hasil usaha pada koperasi unit desa Suka Mekar Cibingbin Kabupaten
Kuningan” dengan demikian penelitian ini tidak menduplikasi terhadap penelitian

sebelumnya, tapi melengkapi hasil-hasil penelitian yang sudah ada.

2.6. Kerangka Pemikiran Teoritik

Berdasarkan teori laba efisiensi manajerial oleh Keirstead (1954),

perusahaan yang dikelola secara efisien akan memperoleh laba diatas rata-rata

laba normal. Apabila manajemen kelembagaan di dalam koperasi sudah dikelola

dengan baik akan menghasilkan laba atau SHU yang sesuai dan koperasi yang

dijalankan akan mengalami peningkatan. Salah satunya melalui pengelolaan

modal yang efisien, mengingat keberadaan modal tersebut sangat signifikan bagi

koperasi karena digunakan untuk membiayai kegiatan operasional koperasi. Setiap

kegiatan dan usaha yang dijalankan koperasi tidak lepas dari pentingnya modal

dalam mengembangkan usahanya.

Menurut pasal 41 ayat (3) UU No. 25/1992, modal pinjaman bersumber dari

anggota, koperasi lainnya/anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya,

penerbitan obligasi dan surat utang lainnya, serta sumber lain yang sah. Dengan

adanya modal tersebut koperasi mampu menjalankan dan mengembangkan

usahanya dengan baik. Perkembangan usaha merupakan titik dalam mencapai

kesuksesan usaha yang dikelola oleh koperasi. Setiap usaha yang dijalankan

koperasi dengan baik akan mendapatkan pendapatan dari setiap unit usahanya.

Untuk mengetahui masalah yang akan dibahas, perlu adanya skema

kerangka pemikiran yang merupakan landasan dalam meneliti masalah yang

bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu

penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :


Pinjaman yang Diberikan
(X₁)
Surplus Hasil Usaha
(Y)
Modal Kerja
(X₂)

Gambar 2.1.
Kerangka Pemikiran Teoritik

2.7. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,

dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pertanyaan. Berdasarkan pada landasan teori dan kerangka pemikiran tersebut di

atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1 : Pinjaman yang diberikan berpengaruh positif terhadap surplus hasil

usaha di Koperasi Unit Daerah Suka Mekar Cibingbin Kabupaten

Kuningan

H2 : Modal kerja berpengaruh positif terhadap surplus hasil usaha di

Koperasi Unit Daerah Suka Mekar Cibingbin Kabupaten Kuningan

H3 : Pinjaman yang diberikan dan modal kerja secara simultan

berpengaruh positif terhadap surplus hasil usaha di Koperasi Unit

Daerah Suka Mekar Cibingbin Kabupaten Kuningan


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang digunakan peneliti dalam proses

pengumpulan dan analisis data. Penelitian ini menggunakan metode penelitian

eksplanatori kausalitas (penelitian verifikatif) dan metode penelitian deskriptif.

Penelitian eksplanatori kausalitas adalah penelitian yang menjelaskan

tentang pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel

dependen.

Sedangkan metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan

untuk mengetahui variabel mandiri, baik satu variabel maupun lebih tanpa

membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lainnya (Sugiyono,

2005:11)

Melalui metode tersebut, pengaruh pinjaman yang diberikan dan modal

kerja terhadap Surplus Hasil Usaha pada KUD Suka Mekar Cibingbin

Kuningan dapat diuji pengaruh dan signifikansinya.

3.2. Operasional Variabel

Menurut Sambas Ali Muhidin & Maman Abdurahman (2007:13) variabel

adalah “ karakteristik yang akan diobservasi dari satuan pengamatan, sedangkan

karakteristik adalah ciri tertentu pada objek yang kita teliti yang dapat

membedakan objek tersebut dari objek lainnya”. Dengan demikian objek


penelitian atau satuan pengamatan dikatakan variabel apabila memiliki

karakteristik yang berbeda-beda.

Menurut Uma Sekaran (2009:115) variabel adalah “Apapun yang dapat

membedakan atau membawa variasi pada nilai. Nilai bias berbeda pada berbagai

atau orang yang berbeda”.

Jenis variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

3.2.1. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen atau variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas, variabel ini menjadi

perhatian utama peneliti.

Menurut Sambas Ali Muhidin & Maman Abdurahman (2007:14) “variabel

dependen adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel independen”.

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel (Y) adalah Surplus Hasil

Usaha. Indikator yang dapat menunjukan nilai Surplus Hasil Usaha adalah

pendapatan dikurangi beban-beban. Skala pengukuran yang digunakan adalah

skala rasio.

3.2.2. Variabel Independen (X)

Menurut Sambas Ali Muhidin & Maman Abdurahman (2007:14) “variabel

independen atau variabel bebas atau variabel eksogenus adalah variabel yang

menjadi sebab terjadinya atau terpengaruhnya variabel dependen”.


Dalam penelitian ini yang menjadi variabel X adalah :

1. Pinjaman Yang Diberikan ( X 1 )

Pinjaman adalahh penyediaan uang oleh Koperasi Simpan Pinjam kepada

anggota sebagai peminjam berdasarkan perjanjian, yang mewajibkan peminjam

untuk melunasi dalam jangka waktu tertentu dan membayar jasa. (UU

Koperasi No 17 Tahun 2012 Pasal 1 ayat 14). Indikator yang dapat menujukan

pinjaman yang diberikan adalah jumlah pinjaman yang diberikan. Sedangkan

skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.

2. Modal Kerja ( X 2 )

Modal Kerja yang diteliti pengaruhnya terhadap Surplus Hasil Usaha dalam

penelitian ini adalah Modal Kerja Bersih. Modal kerja adalah jumlah kelebihan

aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek/Modal Kerja Bersih dan modal

kerja adalah jumlah aktiva lancar/Modal Kerja Bruto (Djarwanto, 1996:86).

Indikator yang dapat menunjukan Modal Kerja Bersih adalah aktiva lancar

dikurangi hutang jangka pendek. Sedangkan skala pengukuran yang digunakan

adalah skala rasio.


Tabel 3.1
Operasionl Variabel

Skala
No Variabel Definisi Indikator
Pengukuran
1. Surplus Selisih antara Pendapatan – Rasio
Hasil Usaha penghasilan yang Beban
(Y) diterima dengan beban
yang menjadi
tanggung jawab
koperasi selama
periode akuntansi
sebelum dialokasikan
ke dalam berbagai
dana
Sumber : Adenk
Sudarwanto,
(2013:240).
2. Pinjaman Penyediaan uang oleh Jumlah Pinjaman Rasio
yang Koperasi Simpan yang diberikan
diberikan Pinjam kepada
( X 1) anggota sebagai
peminjam berdasarkan
perjanjian, yang
mewajibkan peminjam
untuk melunasi dalam
jangka waktu tertentu
dan membayar jasa.
Sumber : UU
Koperasi No 17 Tahun
2012 Pasal 1 ayat 14.
3. Modal Modal kerja bersih Aktiva Lancar – Rasio
Kerja adalah jumlah Hutang Jangka
(X 2) kelebihan aktiva Pendek
lancar terhadap hutang
jangka pendek
Sumber : Djarwanto,
(1996:86).
3.3. Data

Data adalah segala fakta atau keterangan tentang sesuatu yang dapat

dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi (Sambas Ali Muhidin & Maman

Abduraman, 2007:14)

Menurut Bergeron (2003:56) “data adalah bilangan, terkait dengan angka-

angka atau atribut-atribut yang bersifat kuantitas, yang berasal dari hasil

observasi, eksperimen, atau kalkulasi”.

3.3.1. Jenis Data

Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, sehingga data yang digunakan

adalah data kuantitatif. Data kuantitatif yang diperoleh dalam penelitian ini

kemudian disusun menurut waktu atau time series data.

3.3.2. Sumber data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data

primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari tempat penelitian /

data internal.

Data primer tersebut adalah laporan keuangan berupa :

1. Laporan Perhitungan Hasil Usaha, dan

2. Laporan Neraca

3. Laporan Realisasi Pinjaman

3.3.3. Teknik pengumpulan data

Untuk menghasilkan informasi yang dapat memberikan gambaran,

keterangan, dan fakta yang akurat mengenai suatu kejadian atau kondisi tertentu
dari data yang diolah perlu dipilih suatu teknik pengumpulan data yang tepat,

yang sesuai dengan karakteristik dari satuan pengamatan yang akan diketahui.

Menurut Sambas Ali Muhidin & Maman Abdurahman ( 2007 : 19 )

menjelaskan bahwa “teknik pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan

oleh peneliti untuk mengumpulkan data”.

Teknik yang digunakan pada saat mengumpulkan data dalam penelitian

ini adalah teknik observasi.

Teknik observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dimana

peneliti mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap objek

yang diteliti, baik dalam situasi buatan yang secara khusus diadakan

( laboratorium ) maupun dalam situasi alamiah atau sebenarnya (Sambas Alii

Muhidin & Maman Abdurahman, 2007 : 19).

Cara yang digunakan dalam teknik observasi tersebut adalah dengan studi

dokumenter, yaitu dengan mempelajari laporan – laporan yang sudah disiapkan

oleh objek penelitian.

3.4. Populasi dan sampel

3.4.1. Populasi

Definisi menurut Uma Sekaran (2009:121) “populasi adalah keseluruhan

kelompok orang, kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi”.

Populasi acapkali dinamakan universum (universe). Populasi merupakan

keseluruhan unsur–unsur yang memiliki satu atau beberapa ciri atau karakteristik

yang sama (Anto Dajan, 1984 :110)


Adapun yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah laporan bulanan

Perhitungan Hasil Usaha, Laporan Neraca dan laporan Realisasi Pinjaman KUD

Suka Mekar Cibingbin Kuningan dari sejak berdirinya KUD Suka Mekar

Cibingbin Kuningan pada tahun 1992 sampai dengan tahun 2021.

3.4.2. Sampel

Pada umumnya, penelitian terhadap populasi dilakukan dengan jalan

melakukan observasi atau pengukuran terhadap sebagian dari keseluruhan

populasi, bagian yang diobservasi yang digunakan bagi tujuan penelitian populasi

atau karakterisitiknya itu dinamakan sampel (Anto Dajan, 1984:111).

Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah data laporan bulanan

Perhitungan Hasil Usaha, Laporan Neraca, dan Laporan Realisasi Pinjaman dari

tahun 2018 sampai dengan tahun 2020.

3.5. Rancangan Analisis data

Analisis data diartikan sebagai upaya mengolah data menjadi informasi,

sehingga karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat dengan mudah dipahami

dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan

kegiatan penelitian (Sambas Ali Muhidin & Maman Abdurahman, 2007:52).

3.5.1. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan cara melaksanakan analisis terhadap data

dengan tujuan mengolah data tersebut menjadi informasi sehingga karakteristik

atau sifat-sifat datanya dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk
menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan penelitian (Sambas Ali

Muhidin & Maman Abdurahman, 2007 : 52).

Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

3.5.1.1. Teknik Analisis Data Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana

adanya tanpa bermaksud membuat generalisasi hasil penelitian (Sambas Ali

Muhidin & Maman Abdurahman, 2007:52).

Data-data yang akan dideskripsikan dalam penelitian ini adalah data :

1. Pinjaman Yang Diberikan,

2. Modal Kerja, dan

3. Surplus Hasil Usaha

3.5.1.2.Teknik Analisis Data Inferensial

Teknik analisis data inferensial yang digunakan dalam penelitian ini

diantaranya :

1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik yang dilakukan setelah menganalisis data dengan analisis

regresi berganda menurut Danang Sunyoto (2013:87-99) adalah :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji data variabel bebas dan data

variabel terikat pada persamaan regresi yang dihasilkan, berdistribusi

normal kah atau tidak berdistribusi normal. Persamaan regresi dikatakan


baik jika mempunyai data variabel bebas dan data variabel terikat

berdistribusi mendekati normal atau normal sama sekali.

Cara yang digunakan untuk mengetahui hasil Uji Normalitas dalam

penelitian ini melalui proses SPSS adalah dengan cara Grafik Normal

Probability Plots. Data menunjukan berdistribusi normal jika garis data riil

( titik – titik ) mengikuti garis diagonal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk analisis regresi berganda yang

terdiri atas dua atau lebih variabel bebas atau variabel independen. Dalam

menentukan ada tidaknya multikolinearitas dapat digunakan dengan

membandingkan nilai tolerance hitung dengan nilai tolerance dan

membandingkan nilai VIF ( variance inflation factor ) hitung dengan nilai

VIF.

Nilai tolerance ( alpha ) dan VIF dapat dicari dengan menggambungkan

kedua nilai tersebut, cara nya sebagai berikut :

1) Besar nilai tolerance, α = 1/VIF,

2) Besar nilai VIF, VIF = 1/ α

Dikatakan terjadi multikolinearitas dengan tolerance = 10% atau 0,10 dan

VIF = 10, jika :

1) Variabel bebas mengalami multikolinearitas jika nilai toleransi (α)

hitung < nilai (α) dan nilai VIF ( variance inflation factor ) hitung >

nilai VIF, dan


2) Variabel bebas tidak mengalami multikolinearitas jika nilai toleransi

(α) hitung > nilai (α) dan nilai VIF ( variance inflation factor ) hitung

< nilai VIF.

c. Uji Autokorelasi

Uji asumsi ini dilakukan untuk melihat apakah persamaan regresi

mengalami masalah autokorelasi atau tidak, persamaan regresi yang baik

adalah yang tidak memiliki masalah autokorelasi.

Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi

adalah dengan uji Durbin – Watson (DW), dengan ketentuan sebagai

berikut :

1) Terjadi autokorelasi positif jika nilai DW dibawah - 2 (DW < - 2),

2) Tidak terjadi autokorelasi jika nilai DW berada diantara – 2 dan + 2

atau – 2 < DW < + 2,

3) Terjadi autokorelasi negatif jika nilai DW di atas + 2 atau DW > + 2.

d. Uji Heteroskedastisitas

Dalam persamaan regresi berganda perlu juga diuji mengenai sama atau

tidak varian residual dari observasi yang satu dengan observasi yang lain.

Jika residualnya mempunyai varian yang sama disebut terjadi

homoskedastisitas, dan jika variannya tidak sama atau berbeda disebut

terjadi heteroskedastisitas.

Analisis uji asumsi heteroskedastisitas hasil output SPSS melalui grafik

scatterplot antara Z prediction (ZPRED) yang merupakan variabel bebas


(sumbe X = Y hasil prediksi) dan nilai residualnya (SRESID) merupakan

variabel terikat (sumbu Y = Y prediksi – Y riil), ketentuannya adalah :

1) Terjadi homoskedastisitas jika pada scatterplot titik-titik pengolahan

data antara ZPRED dan SRESID menyebar di bawah maupun di atas

titik origin ( angka 0 ) pada sumbu Y dan tidak mempunyai pola yang

teratur.

2) Sedangkan heteroskedastisitas terjadi jika pada scatterplot titik-

titiknya mempunyai pola yang teratur baik menyempit, melebar

maupun bergelombang.

Persamaan regresi yang baik jika tidak terjadi heteroskedastisitas.

2. Analisis Linier Regresi Berganda

Secara umum ada dua macam hubungan antara dua variabel atau lebih,

yaitu bentuk hubungan dan keeratan hubungan. Untuk mengetahui bentuk

hubungan digunakan analisis regresi. Analisis regresi dipergunakan untuk

menelaah hubungan antara dua variabel atau lebih, terutama untuk menelusuri

pola hubungan yang modelnya belum diketahui dengan sempurna, atau untuk

mengetahui bagaimana variasi dari beberapa variabel independen

mempengaruhi variabel dependen dalam suatu fenomena yang kompleks

(Sambas Ali Muhidin & Maman Abdurahman, 2007:187).

Analisis regresi ganda adalah alat untuk meramalkan nilai pengauruh

dua variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat ( untuk

membuktikan ada tidaknya hubungan fungsional atau hubungan kausal antara


dua atau lebih variabel bebas terhadap suatu variabel terikat (Sambas Ali

Muhidin & Maman Abdurahman, 2007:198).

Untuk mengetahui pengaruh pinjaman yang diberikan ( X 1 ) dan modal

kerja ( X 2 ) terhadap Surplus Hasil Usaha (Y) dalam penelitian ini digunakan

analisis regresi berganda dengan model regresi sebagai berikut :

Y =a+b1 X 1 +b 2 X 2

dimana :

(∑ X 22 ) (∑ X 1 Y ) −( ∑ X 1 X 2 )(∑ X 2 Y )
b 1=
(∑ X 21)( ∑ X 22 )−( ∑ X 1 X 2) ²

(∑ X 21 ) (∑ X 2 Y ) −( ∑ X 1 X 2 )(∑ X 1 Y )
b 2=
(∑ X 21 )( ∑ X 22 )−( ∑ X 1 X 2 ) ²

a=
∑ Y −b ∑ X 1
n 1 [ ] [∑ ]
n
−b 2
n
X2

(∑ X 1 ) ²
∑ X 12 = ∑ X 1 2− n

(∑ Y ) ²
∑ Y 2=∑ Y 2− n

∑ X1∑ Y
∑ X 1 Y =∑ X 1 Y − n

∑ X 1∑ X1
∑ X 1 X 1= ∑ X 1 X 1− n

( Sambas Ali Muhidin & Maman Abdurahman, 2007:199)


3. Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien determinasi berguna untuk menunjukan seberapa besar

variabel-variabel bebas mampu menjelaskan hubungan terhadap variabel

terikat. Koefisien Determinasi dapat dicari dengan model rumus sebagai

berikut :

KD = R² x 100%

dimana :

KD : Koefisien Determinasi

R² : Jumlah kuadrat untuk regresi

4. Uji Keberartian

4.1. Uji F

Uji keberartian regresi ganda dihitung dengan menggunakan rumus :

F JK( Reg)
k
hitung=¿ ¿
JK( Res)
n−k−1

dimana :

JK( Reg)=b1 ∑ X 1 Y +b 2 ∑ X 2 Y

JK( Res)= [ ∑ Y2
(∑ Y ) ²
n ] −JK ( Reg)

Kemudian menentukan rumusan hipotesis sebagai berikut :

H 0=b1=b 2=0, artinya :

Pinjaman yang diberikan ( X 1 ) dan modal kerja ( X 2 ), tidak berpengaruh

terhadap SHU (Y).


H a =b1=b 2 ≠ 0, artinya :

Pinjaman yang diberikan ( X 1 ) dan modal kerja ( X 2 ) berpengaruh terhadap

SHU (Y).

Kriteria :

- Jika nilai uji F hitung ≥ nilai F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

(Sambas Ali Muhidin & Maman Abdurahman, 2007:208)

Menentukan daerah penerimaan dan penolakan Ho

- Jika nilai uji F hitung ≥ nilai F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Daerah penolakan Ho dapat dilihat pada gambar berikut :

Daerah
Penolakan Ho

Daerah
Penerimaan Ho

F tabel F hitung

Uji 1 Pihak

Gambar 3.1
Daerah Penolakan Hipotesis nol
- Jika nilai uji F hitung ≤ nilai F tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

Daerah penerimaan Ho dapat dilihat pada gambar berikut :

Daerah
Penerimaan Ho

Daerah Penolakan
Ho

F hitung F tabel

Uji 1 Pihak

Gambar 3.2
Daerah Penerimaan Hipotesis nol

4.2. Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat signifikansi antara

masing-masing variabel secara satu persatu atau parsial, yaitu pengaruh variabel

bebas Pinjaman Yang Diberikan ( X 1 ) terhadap variabel terikat Surplus Hasil

Usaha (Y), dan pengaruh variabel bebas Modal Kerja ( X 2 ) terhadap variabel

terikat Surplus Hasil Usaha (Y). Model uji t nya (Sugiyono, 2007:184) sebagai

berikut :

r √ N −2
t=
√1−r ²
dimana :

t : Nilai t
r : Nilai koefien korelasi
N-2 : Derajat kebebasan
Hipotesis :
- Ho = b 1 = 0, artinya pinjaman yang diberikan ( X 1 ) tidak berpengaruh positif

dan signifikan terhadap Surplus Hasil Usaha (Y).

- Ha =b 1 ≠ 0, artinya pinjaman yang diberikan ( X 1 ) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Surplus Hasil Usaha (Y).

- Ho = b 2= 0, artinya modal kerja ( X 2 ) tidak berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Surplus Hasil Usaha (Y).

- Ha = b 2≠ 0, artinya modal kerja ( X 2 ) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Surplus Hasil Usaha (Y).

Kriteria :

- Jika t hitung ≤ t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya pinjaman yang

diberikan ( X 1 ) dan modal kerja ( X 2 ) masing-masing tidak berpengaruh positif

dan signifikan terhadap Surplus Hasil Usaha (Y).

- Jika t hitung ≥ t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya pinjaman yang

diberikan ( X 1 ) dan modal kerja ( X 2 ) masing-masing berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Surplus Hasil Usaha (Y).

Menentukan daerah penerimaan dan penolakan Ho

- Jika t hitung ≤ t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya pinjaman yang

diberikan ( X 1 ) dan modal kerja ( X 2 ) masing-masing tidak berpengaruh positif

dan signifikan terhadap Surplus Hasil Usaha (Y). Daerah penerimaan Ho

dapat dilihat pada gambar berikut :

Daerah penerimaan Ho
Daerah
penolakan Ho

t hitung t tabel

Uji 1 Pihak

Gambar 3.3
Daerah Penerimaan Hipotesis Nol

- Jika t hitung ≥ t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya pinjaman yang

diberikan ( X 1 ) dan modal kerja ( X 2 ) masing-masing berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Surplus Hasil Usaha (Y). Daerah penolakan Ho dapat

dilihat pada gambar berikut :

Daerah
Penolakan Ho

Daerah
Penerimaan Ho

t tabel t hitung

Uji 1 Pihak

Gambar 3.4
Daerah penolakan Hipotesis nol

Anda mungkin juga menyukai