Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATA

Obat amesis

Dosen pembimbing : alwin w,S.Kep.,Ns.M.Kes

Di susun oleh :

1. Dini Wahyuni
2. Habiba
3. Luluk munawaroh
4. Meigy dwi rizka
5. Nuriah rakhman
6. Siti romla

SARJANA KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG

PADJARAKAN-PROBOLINGGO

2019-2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karuniaNya sehingga Makala ini dapat diselesaikan tepat waktu. Semoga shalawat
serta salam di limpahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW, atas segenap
keluarga, para sahabat dan mereka yang senantiasa kepadanya.
Harapan penulis dengan diselesaikanya makalah ini, semoga memberi
manfaat baik untuk diri sendiri agar dapat mengetahui lebih dalam mengenai
“ OBAT EMESIS “ataupun untuk pembaca yang bisa menjadikan makalah ini
sebagai referensi.
Penulisan makalah ini dapat terlaksana dengan baik dan lancar antara lain
tidak lepas dari dukungan dan masukan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. KH. Muhammad Hasan Mutawakkil Alallah, SH, MM. selaku Pembina
Yayasan Hafshawaty Zainul Hasan Genggong.
2. Dr. Nur Hamim, S.Kep., M.Kes. selaku Direktur Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Hafshawaty Zainul Hasan Genggong.
3. Ns. Shinta Wahyusari. S.Kep,. M. Kep. Sp. Kep Mat selaku kepala prodi 1
keperawatan .
4. Alwin Widiyanto,S.Kep.,Ns.M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah
ilmu dasar keperawatn II
Seiring doa semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada saya
mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amiin.
Dalam penulisan makalah ini, saya telah berusaha semaksimal mungkin
untuk menyajikan yang terbaik, namun saya menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan ruang dan waktu. Oleh sebab
itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini

Genggong, 24 april 2020


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Muntah atau emesis (Yunani) adalah suatu cara perlindungan alamiah dari


rubuh terhadap zat-zat merangsang dan beracun yang ada di dalam makanan atau
merupakan gejala penyakit kanker lambung, mabuk darat, dan lazim terjadi saat
masa hamil. Adapun antimuntah atau antiemetika adalah zat-zat yang berkhasiat
menekan rasa mual dan muntah (Tjay & Rahardja, 2006).

Hingga saat ini, mual dan masih dianggap efek samping pengobatan yang
tidak bisa dihindari, terutama pasa pasien kemoterapi. Padahal dengan pengobatan
tepat, hal ini bisa dihindari dan memudahkan pasien menjalani pengobatan.

Mual dan muntah merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pasien
terkait pengobatan dan penyakit yang diderita. Pada pasien kanker, mual dan
muntah menjadi momok sendiri pada pasien yang menjalani kemoterapi dan
radiasi. Kondisi serupa juga sering ditemui pada pasien yang usai menjalani
pembedahan atau operasi.
Obat-obat antiemesis digunakan untuk mencegah atau menghentikan rasa
mual dan muntah setidaknya 24 jam setelah pengobatan atau operasi. Antiemesis
bekerja dengan cara menghambat zat kimia tertentu yang mengaktivasi pusat mual
dan muntah di otak. Untuk hasil terbaik, antiemesis diberikan sesaat sebelum
tindakan kemoterapi atau radiasi.
B. Rumusan masalah

Dari latar belakang di atas rumusan masalah yang muncul sebagai


berikut:
1. Apa pengertian obat emesis ?
2. Apa manfaat obat emesis ?
3. Apa indikasi dan kontraindikasi dari obat emesis ?
4. Apa farmakodinamik dan farmakokinetik dari obat emesis ?
5. Apa efek samping dari obat emesis ?
6. Apa penggolongan obat emesi ?

C. Tujuan
Tujuan disusun makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui definisi obat emesis


2. Untuk mengetahui manfaat dari obat emesis
3. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi dari obat emesis
4. Untuk mengetahui farmakodinamik dan farmakikinetik dari obat emesis
5. Untuk mengetahui efek sampan dari obat emesis
6. Untuk mengetahui penggolongan dari obat emesis

D. Manfaat

1. Bagi penulis
Menambah wawasan tentang obat emesis
2. Bagi institut pendidikan
Mafaat makalah ini bagi institut adalah mengetajui tingkat
kemampuan mahasiswa sebagai peserta didik pemahaman tentang obat
emesis.
3. Bagi masyarakat
- Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentangobat emesis.
- Sebagai bahan bacaan untuk mengatahui lebih dalam dan lebih
menyeluruh tentangobat emesis.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Obat Emesis


Obat Emesis adalah obat-obatan yang digunakan dalam
penatalaksanaan mual dan muntah. Obat emesis biasanya biasanya
diberikan untuk mengobati penyakit mabuk kendaraan dan efek samping
dari analgesic opioid, anestetik umum dan kemotrapi terhadap kanker.
Obat-obatan tersebut bekerja dengan cara mengurangi
hiperaktifitas refleks muntah menggunakan satu dari dua cara: secara
lokal, untuk mengurangi respons lokal terhadap stimulus yang dikirim ke
medula guna memicu terjadinya muntah, atau secara sentral, untuk
menghambat CTZ secara langsung atau menekan pusat muntah.
Antiemetik yang bekerja secara lokal dapat berupa anastid, anestesi lokal,
adsorben, obat pelindung yang melapisi mukosa GI, atau obat yang
mencegah distensi dan menstimulasi peregangan saluran GI. Agen ini
sering kali digunakan untuk mengatasi mual yang ringan.
B. Manfaat Obat Emesis

Manfaat obat emesis adalah adalah untuk mencegah atau


menghilangkan mual dan muntah, seharusnya tanpa menimbulkan efek
samping. Obat Emesis diindikasikan untuk orang yang mabuk darat,
mabuk kehamilan, dan Mual atau Muntah yang disebabkan penyakit
tertentu seperti pada pengobatan dengan radiasi atau obat-obat sitostatik.

C. Indikasi dan Kontra Indikasi Obat Emesis


a. Indikasi Obat Emesis
Adapun Indikasi dari Obat Emesis adalah sebagai Berikut :
1) Mabuk Jalan/Mabuk Darat (Motion Sickness)
Penyebab utama mabuk darat adalah pertentangan antara informasi
yang disalurkan oleh organ keseimbangan otak di satu pihak dan
informasi dari indera-indera lain di lain pihak. Khususnya
menyangkut pertentangan antara mata dan indra perasa, yang
sebetulnya harus bekerja sama dengan organ keseimbangan.
(labirin, 2007)
2) Mabuk Kehamilan
Jenis muntah ini biasanya terjadi antara minggu ke 6 dan minggu
ke 14 dari masa kehamilan akibat kenaikan pesat dari HCG
(Human Choiron Gonadotropin). Gejala-gejala pada umunya tidak
hebat dan hilang secara sendirinya, maka sedapat mungkin jangan
diobati agar tidak mengganggu organ-organ janin.
3) Mual atau Muntah yang disebabkan penyakit tertentu seperti pada
pengobatan dengan radiasi atau obat-obat sitostatik.
b. Kontra Indikasi Obat Emesis
1) memiliki riwayat hipersensitivitas atau alergi terhadap
dimendhidrinat
2) memiliki riwayat hipersensitivitas atau alergi
terhadap antihistamin lain
3) memiliki gangguan fungsi hati
4) memiliki penyakit glaukoma sudut sempit, porfiria akut, asma
akut, hipertrofi prostat, dan retensi urin

D. Farmakodinamik dan Farmakokinetik Obat Emesis


a. Farmakodinamik
Perfenazin menghambat dopamin pada CTZ, sehingga
mengurangi perangsangan CTZ pada pusat muntah. Obat ini juga
dipakai sebagai antipsikotik. Mula kerja dari perfenazin oral bervariasi
dari 2 sampai 6 jam, dan lama kerjanya dari 6 sampai 12 jam. Mula
kerja dari perferazin intravena dan intramuskular cepat, dan lama
kerjanya sama dengan preparat oral.
b. Farmakokinetik
Absorpsi bentuk padat oral dari perfenazin tidak menentu, tetapi
bentuk cairnya lebih stabil dan laju absorpsinya lebih cepat. Presentase
peningkatan pada protein dan waktu paruhnya tidak diketahui.
Perfenazin dimetabolisme oleh hati dan mukosa gastrointestinal dan
kebanyakan dari obat diekskresikan ke dalam urine.

E. Efek Samping Obat Emesis


Efek samping umum yang terjadi diantaranya :
1. Mengantuk
2. Pusing
3. Sakit kepal
4. Mulut kering
5. Rasa haus
6. Diare
7. Peningkatan prolactin serum sehingga menyebabkan galaktorrhoea
dan ginekomastia.
8. Peningkatan denyut jnatung
9. Perasaan cemas
10. Peningkatan prolactin serum yang dapat mengakibatkan
galaktorrhoea dan ginekomastia.

F. Penggolongan Obat Emesis

Berikut adalah penggolongan obat anti emesis :


1. Antagonis Reseptor 5 – HT3
Obat ini menghambat rangsangan pada reseptor serotonim yang berada
pada sistem saraf pusat dan saluran pencernaan. Contoh masing –
masing obat anti muntah yang termasuk ke dalam golongan ini antara
lain adalah:
 Dolasetron

Dosis yang dianjurkan untuk menggunakan obat dolasetron antara


lain adalah sebagai berikut :
1. 200 mg untuk satu jam secara oral, dan 100 mg untuk 30 menit
jika dilakukan secara injeksi sebagai pencegahan mual dan
muntah pasca kemoterapi.
2. 200 mg untuk satu kali sehari sebagai pencegahan mual yang
tertunda pada saat siklus kemoterapi tengah berlangsung.
Biasanya dilakukan secara maksimal 4 hari brturut – turut.
3. 50 mg sebelum induksi anestesi dilakukan setelah atau pasca
bedah.
4. 12,5 mg setelah anestesi berhenti biberikan.

Hal – hal yang perlu diwaspadai bagi wanita hamil atau sedang
menyusui karena penggunaan obat anti muntah jenis ini dapat
menimbulkan gejala gagal jantung dan gangguan konduksi jantung.

 Granisetron

Ganisetron berfungsi sebagai obat yang mampu mengobati mual


dan muntah akut yang terjadi pasca bedah atau kemoterapi atau
radioterapi. Beberapa efek samping yang akan dialami pasien
apabila mengkonsumsi obat ini antara lain adalah konstipasi atau
sembelit, sakit kepala, ruam kulit, kenaikan sementara enzim hati,
dan reaksi hipersensitifitas.

Dosis yang dianjurkan untuk menggunakan obat anti muntah tipe


ini antara lain adalah sebagai berikut :

1. 1-2 mg dalam waktu 1 jam sebelum kemoterapi.


2. 2 mg per hari dalam dosis terbagi 1-2 selama kemoterapi, jika
diberikan invus intravena, maka kombinasi maksimal total 9
mg dalam 24 jam.
3. 20 mcg/kg bb (maksimal 1 mg) untuk anak dua kali sehari
sampai dengan 5 hari selama kemoterapi.
4. 3 mg sebelum dimulai terapi sitotosik (sampai 2 dosis
tambahan tidak boleh diberikan kurang dari 10 menit jaraknya).
5. 40 mcg/kg bb (maksimal 3 mg) untuk anak sebelum terapi
siotoksi.
6. 40 mcg/kg bb (maksimal 3 mg) dberikan dalam 24 jam (tidak
kurang dari 10 menit setelah dosis awal).
7. 1 mg sebelum induksi anastesi sebagai pencegahan.

Peringatan untuk ibu menyusui dan ibu hamil karna dapat


meningkatkan resiko obstruksi intestinal subakut. Untuk pasien
hipersensitif dengan obat jenis granisetron juga diharapkan
mengkonsultasikan dosis terlebih dahulu sebelum
mengkonsumsinya.

 Ondansetron

Ondansetron atau yang dikenal dengan nama zofran, termasuk


golongan antagonist reseptor yang mampu mengobati mual dan
muntah sebagai akibat dari kemoterapi kangker, terapi radiasi dan
pembedahan. Selain mengobati mual dan muntah akibat dari proses
kemoterapi dan bedah, ondansetron juga mampu menangani
masalah gastroenteritis atau peradangan pada saluran pencernaan
khususnya lambung dan usus kecil. Gejala yang biasa dialami
pasien antara lain adalah diare, muntah, sakit perut dan kejang pada
perut. Ondansetron dapat diinjeksikan melalui suntikan atau
diminum secara oral.

Efek samping yang mungkin akan dialami oleh pasien antara lain
adalah sakit kepala, konstipasi atau kesusahan saat buang air besar,
kejang, aritmia atau detak jantung yang tidak teratur, nyeri pada
dada dan cegukan. Hiperventilasi juga dapat terjadi termasuk
pusing dan gangguan penglihatan. Efek samping yang sangat
jarang terjadi akan tetapi berpotensi adalah kebutaan.

Dosis yang dianjurkan untuk menggunakan obat anti muntah tipe


ini antara lain adalah sebagai berikut :
1. 8 mg untuk 1 hingga 2 jam sebelum terapi
2. 8 mg sesaat sebelu terapi
3. 8 mg setiap 12 jam untuk diminum secara oral selama
maksimal 5 hari.

Peringatan untuk ibu hamil dan menyusui karna dapat


meningkatkan kemungkinan gangguan hati yang cukup akut.

 Tropisentron

Tropisentron dapat digunakan untuk menghilangkan mual dan


muntah akibat dari kemoterapi sitotoksik. Ia memiliki efek
samping berupa konstipasi atau biasa disebut dengan sembelit,
diare, nyeri abdomen, nyeri kepala, pusing, lesu, dan reaksi
hipersensitifitas.

Dosis yang dianjurkan untuk menggunakan obat anti muntah tipe


ini antara lain adalah sebagai berikut :

1. 5 mg injeksi intravena lambat atau infus intravena saat


menjelang kemoterapi.
2. 5 mg oral setiap pagi minimal 1 jam selama 5 hari sebelum
makan.
3. Tidak dianjurkan utuk anak – anak.

Peringatan tentang hipertensi yang tidak terkendali untuk ibu hamil


dan menyusui yang menggunakan obat anti muntah tropisetron dan
efek samping lain seperti pusing dan mengantuk.

 Palonosetron atau aloxi

Efek samping dari penggunaan jenis obat anti muntah palonosetron


antara lain adalah diare, konstipasi atau sembelit, sakit kepala,
flatulen atau perut kembung, perubahan tekanan darah, takikardi
(laju detak jantung diatas normal), brakikardi (laju detak jantuk
dibawah normal), aritmia atau detak jantung yang tidak normal
( bisa lebih cepat atau lebih lambat), iritasi pada mata, ruam pada
kulit dan gangguan keseimbangan dan elektrolit.

Dosis yang disarankan adalah untuk injeksi selama 30 detik dengan


dosis 250 mikrogram dan diberikan 30 menit sebelum kemoterapi.
Tidak direkomendasikan untuk anak dan remaja dibawah 18 tahun.

2. Antagonis dopamine
Bekerja pada otak untuk mengatasi mual dan muntah akibat dari
radiasi dan anestetik umum. Beberapa jenis obat yang termasuk ke
dalam golongan antagonis dopamin antara lain adalah domperidon,
droperidol, haloperidol, klorprozamin, prometazin, proklorperazin,
metoklopramid dan alizapride.
3. Antihistamin
Berfungsi sebagai obat anti mabuk kendaraan dan morning sickness
pada ibu hamil yang biasanya terjadi pada pagi hari. Yang termasuk ke
dalam golongan obat ini antara lain adalah siklizin, difenhidramin,
dimenhidrinat, meklizin, prometazin, hidroksizin.
4. Kanadinoid
Atau yang biasa disebut dengan obat yang memiliki fungsi untuk
menghilangkan mual dan muntotoksik. Contoh obat yang termasuk ke
dalam jenis ini adalah dronabinol, nabilon dan sativex.
Setelah mengetahui macam – macam obat yang termasuk ke dalam
antiemetik, anda bisa melihat kekurangan dan kelebihan setiap obat –
obatan tersebut untuk memilih obat terbaik yang bisa anda gunakan
untuk mengatasi gangguan kesehatan yang anda alami. Perbedaan
setiap penyebab muntah dan mual ini bisa jadi mengharuskan seorang
pasien untuk memilih obat antiemetik yang berbeda – beda pula.
Karena pemilihan jenis antiemetik yang salah bisa menyebabkan
pasien mengalami efek samping yang justru akan sangat merugikan
nantinya.
BAB III

A. Kesimpulan
Muntah atau emesis (Yunani) adalah suatu cara
perlindungan alamiah dari rubuh terhadap zat-zat merangsang dan
beracun yang ada di dalam makanan atau merupakan gejala
penyakit kanker lambung, mabuk darat, dan lazim terjadi saat masa
hamil. Adapun antimuntah atau antiemetika adalah zat-zat yang
berkhasiat menekan rasa mual dan muntah (Tjay & Rahardja,
2006).
Obat Emesis adalah obat-obatan yang digunakan dalam
penatalaksanaan mual dan muntah. Obat emesis biasanya biasanya
diberikan untuk mengobati penyakit mabuk kendaraan dan efek
samping dari analgesic opioid, anestetik umum dan kemotrapi
terhadap kanker.
B. Saran
Hasil pembuatan makalah ini diharapkan dapat memberikan
informasi dan tambahan pengetahuan dalam ilmu keperawatan
khususnya dalam pemahaman tentang obat emesis sehingga para
penulis menyarankan kepada pembaca agar mampu menggunakan
obat tersebut sesuai dengan prosedur dan dosis tertentu agar tidak
terjadi adanya penyalahgunaan obat emesis, sehingga makalah ini
mampu meningkatkan keperawatan sebagai suatu disiplin illmu
yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Tjay, T. H. dan Rahardja, K. 2006. Obat-Obat Penting: Khasiat,

Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya. PT Elex Media Komputindo.

Jakarta.

Gilmam, 2011, dasar farmakologi terapi edisi 10, EGC, Jakarta

Ikawaty, 2008, pengantar farmkologi moskuler, UGM press : Yogyakarta

Sutistia G.Ganiswara .2007. Farmakologi Dan Terapi edisi V. Jakarta,

Anda mungkin juga menyukai