id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
13
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
Pasal 182 ayat (5) KUHAP yaitu musyawarah diawali dengan Hakim
ketua majelis mengajukan pertanyaan dimulai dari Hakim yang
termuda sampai Hakim yang tertua, sedangkan yang terakhir
mengemukakan pendapanya adalah Hakim ketua majelis dan semua
pendapat harus disertai pertimbangan beserta alasannya.
Pasal 186 ayat (6) KUHAP mengatur bahwa pada asasnya
keputusan dalam musyawarah majelis merupakan hasil
permufakatan bulat kecuali jika hal itu setelah diusahakan dengan
sungguh-sungguh tidak dapat dicapai, maka berlaku ketentuan
sebagai berikut: (Andi Hamzah, 2010: 283)
1) Putusan diambil dengan suara yang terbanyak;
2) Jika ketentuan tersebut huruf a tidak juga dapat diperoleh,
putusan yang dipilih adalah pendapat Hakim yang paling
menguntungkan bagi terdakwa.
b. Bentuk-Bentuk Putusan
Ada bermacam-macam bentuk putusan yang dapat dijatuhkan
oleh Hakim terhadap perkara pidana yang diperiksanya. Perbedaan
bentuk-bentuk putusan bisa saja dipengaruhi oleh penilaian Hakim
terhadap apa yang didakwakan dalam surat dakwaan apakah
memang terbukti, atau mungkin juga Hakim menilai apa yang
didakwakan terbukti, tetapi perbuatan itu bukan merupakan tindak
pidana, tapi termasuk dalam ruang lingkup hukum perdata atau
termasuk tindak pidana aduan (klacht delik). Atau menurut mereka
tindak pidana yang didakwakan tidak terbukti sama sekali (M.Yahya
Harahap, 2012: 347).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id
3. Tinjauan Umum Tentang Prinsip Satu Saksi Bukan Saksi (Unus Testis
Nullus Testis)
Pembuktian dalam proses persidangan menjadikan
keterangan saksi memegang peranan yang begitu penting untuk
mengungkapkan fakta. Hanya adanya keterangan dari seorang saksi
tunggal ini bertentangan dengan ketentuan dalam Pasal 185 ayat (2)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id
commit
dan dilakukan dengan to user
kesalahan.(Moeljatno, 1983: 56).
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id
b. Pengertian Anak
Pengertian anak baik secara harfiah, etimologis, maupun
secara yuridis formal banyak diformulasikan di berbagai literatur
maupun di berbagai ketentuan, diantaranya adalah:
1) Dalam salah satu kamus hukum (Yan Pramadya Puspa, 1990: 66
dan 694) didefinisikan bahwa: “Anak (Ind), Pupil mindergarije
onder voogdeij (Bld), adalah anak yang berada di bawah
pengawasan orang tua/wali”.
2) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Anton M. Moeliono, dkk,
1988:30-31) dirumuskan dengan singkat bahwa anak adalah
keturunan manusia yang masih kecil, dst.
3) Anak dalam Pasal 45 KUHPidana adalah anak yang umurnya
belum mencapai 16 (enam belas) tahun.
4) Pasal 330 KUHPerdata merumuskan, orang belum dewasa adalah
mereka yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan
tidak lebih dahulu kawin.
5) Menurut UU Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak Pasal I ayat (1) yakni Anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih
dalam kandungan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id
B. Kerangka Pemikiran
Perkara Pemeriksaan
Persetubuhan Anak Persidangan
Pertimbangan
Mahkamah Agung
Pertimbangan
Mahkamah Agung
Ketentuan KUHAP
commit to user