Anda di halaman 1dari 12

PERUBAHAN KLUSTER KETENAGAKERJAAN

UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA


TERHADAP
UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN
NOMOR 13 TAHUN 2003

Oleh :
OCTAVIANUS PUJI SUDIRARJO
NPM : 211003742018522

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmad dan anugerah
serta kesehatan yang telah diberikan kepada penulis, sehingga saya dapat
mempersembahkan hasil penelitian ini. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada Dosen Pengampu Hukum Ketenagakerjaan Universitas 17 Agustus 1945
Semarang, Beliau : Ibu Widiati Dwi Winarni, S.H., M.H., yang telah memberikan
ilmu dan kesempatan kepada kami untuk mempelajari tentang perubahan-
perubahan yang terjadi dalam regulasi perundang-undangan tentang
Perlindungan Ketenagakerjaan antara Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13
Tahun 2003 dan Undang-undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

Pemerintah Indonesia di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo, dalam


upaya mensejahterakan Rakyat Indonesia melalui salah satu caranya aedalah
menciptakan lapangan kerja, telah menerbitkan suatu peraturan perundang-
undangan dengan konsep bentuk baru, yaitu berupa Omnibuslaw yang merupakan
penggabungan dari beberapa perubahan dan/atau aturan perundang-undangan
yang ada menjadi satu wadah dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020,
tentang Cipta Kerja. Hadir nya ini mengakibatkan polemik baru, khususnya
terkait dengan perlindungan terhadap tenaga kerja yang sama dengan atau bagian
dari Warga Negara Indonesia itu sendiri.

Harapan penulis, melalui makalah penelitian singkat ini, penulis dapat


melengkapi penilaian semester gasal ini dan tulisan ini dapat diterima dan berguna
bagi saya pribadi dan juga orang lain yang berkesempatan membaca tulisan ini.
Sebelum dan sesudahnya, saya menyampaikan permohonan maaf apabila ada
kekurangan dan kesalahan yang terdapat dalam makalah ini, selajutnya dapat
mencadi masukan dan kritikan bagi saya.
Semarang, 1 Oktober 2022
Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................... 1
1. LATAR BELAKANG ............................................................... 1
2. POKOK MASALAH ................................................................ 3
BAB II ................................................................................................... 4
1. PERUBAHAN REGULASI ...................................................... 4
BAB III .................................................................................................. 8
1. PENUTUP ................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 9
BAB I

LATAR BELAKANG

Regulasi dan aturan-aturan yang mengatur tentang investasi, khususnya


untuk Investor Asing yang akan melakukan usaha di Wilayah Negara Indonesia,
birokrasinya dinilai sangat bertele-tele dan terlalu mempersulit para investor
asing, sehingga Negara Indonesai dipandang kurang menarik. Dilansir dari media
elektronik investor.id, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelaskan, Indonesia
membutuhkan Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) berdasarkan sejumlah
pertimbangan mendasar.1 Yaitu yang pertama adalah mendorong penciptaan
lapangan kerja baru khususnya di sector padat karya, bagi kurang lebih 2,9 juta
penduduk usia kerja baru; Kedua adalah pemangkasan prosedur atau regulasi
perizinan yang tumpang tindih, sehingga mempermudah masyarakat khususnya
UMK untuk membuka usaha baru; dan yang Ketiga adalah dengan
penyederhanaan proses perizinan melalui system perizinan secara elektronik,
dapat memangkas dan mengurangi pungutan liar (pungli), sehingga mendukung
upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi di Negara Indonesia.

Akan tetapi, sejak diluncurkan tentang adanya rancangan undang-undang


Cipta Kerja, telah muncul pro dan kontra terutama mengenai cluster
ketenagakerjaan. Dukungan umumnya datang dari para pengusaha, sementara
penolakan dari lembaga yang konsentrasi pada nasib pekerja ke depan.2 Kemudian
disampaikan juga dalam media CNN bahwa : “RUU Ciptaker merupakan aturan
yang sudah dipersiapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejak 2019. Menurut
Jokowi, ini merupakan 'jalan keluar' untuk memecahkan berbagai aturan yang
tumpang tindih dan kerap menghambat kecepatan administrasi birokrasi,

1
“Tiga Alasan Mendasar Indonesia Butuh UU Ciptakerja”, 11 Oktober 2020,
https://investor.id/business/224807/tiga-alasan-mendasar-indonesia-butuh-uu-ciptaker. (1 Oktober
2022)
2
"Polemik RUU Cipta Kerja, Kecemasan Buruh hingga Promosi Artis", 13 Agu 2020,
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200813103839-532-535219/polemik-ruu-cipta-kerja-
kecemasan-buruh-hingga-promosi-artis. (1 Oktober 2022)
khususnya di bidang investasi.” Antara lain disebut juga menyederhanakan
perizinan tanah, persyaratan investasi, ketenagakerjaan, kemudahan dan
perlindungan UMKM, pengenaan sanksi, hingga aturan tentang Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK).

Dan pada akhirnya, setelah disahkannya Undang-undang Cipta Kerja yang


terkesan buru-buru, beberapa pihak akademik melalui Tim Hukum Gerakan
Masyarakat Pejuang Hak Konstitusi, mengajukan uji materi UU Cipta Kerja ke
Mahkamah Konstitusi bertanggal 15 Oktober 2020 yang diterima di Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi (selanjutnya disebut Kepaniteraan Mahkamah) pada 15
Oktober 2020, berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor
203/PAN.MK/20203, menyatakan bahwa : Dengan demikian, untuk menghindari
ketidakpastian hukum dan dampak lebih besar yang ditimbulkan, maka berkenaan
dengan hal ini, menurut Mahkamah terhadap UU 11/2020 harus dinyatakan
inkonstitusional secara bersyarat.4 Yang artinya dalam proses pembuatan tidak
sesuai dengan UU Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan jo Undang-undang Nomor 15 Tahun 2019. Bahwa sebelum
peraturan perundang-undangan disusun, diwajibkan adanya naskah akademis,
yaitu naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya
terhadap suatu masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
mengenai pengaturan masalah tersebut dalam suatu rancangan peraturan
perundang-undangan sebagai solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum
masyarakat. Naskah akademis juga dapat berperan sebagai quality control yang
sangat menentukan kualitas suatu produk hukum.5

3
MKRI, Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 91/PUU-XVIII/2020, (Indonesia 2020), hlm 4.
4
Ibid, hlm. 413.
5
Abdul Basyir, Pentingnya Naskah Akademik dalam Pembentukan Peraturan Perundangundangan
untuk Mewujudkan Hukum Aspiratif dan Responsif, Jurnal IUS, II.5, hlm. 295.
POKOK MASALAH

Dengan adanya Putusan MKRI nomor 91/PUU-XVIII/2020 yang


menyatakan bahwa UU Cipta Kerja dalam pembentukannya disebut cacat hukum
dan dinyatakan : Bahwa apabila dalam tenggang waktu 2 (dua) tahun pembentuk
UU tidak dapat menyelesaikan perbaikan UU 11/2020 maka demi kepastian
hukum terutama untuk menghindari kekosongan hukum atas undang-undang atau
pasal-pasal atau materi muatan UU yang telah dicabut atau diubah tersebut harus
dinyatakan berlaku kembali.6 Maka Permohonan Uji Materiil terkait dengan
klaster ketenagakerjaan, tidak dapat dilaksanakan atau permohonan ditolak,
hingga menunggu tenggang wantu yang telah disampaiakn pada putusan MKRI
tersebut.

6
Ibid. hlm. 414.
BAB II

PERUBAHAN REGULASI

Di bawah ini meruakan table perbandingan atas perubahan-perubahan


regulasi ketenagakerjaan yang terdapat pada Bab IV, UU Cipta Kerja terhadap
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, sebagai berikut:

PERUBAHAN KLUSTER KETENAGAKERJAAN

UU KETENAGAKERJAAN UU CIPTA KERJA


1. Tentang Lembaga Pelatihan Kerja
PASAL 13 PASAL 13
(1) Pelatihan kerja diselenggarakan oleh (1) Pelatihan kerja diselenggarakan oleh:
lembaga pelatihan kerja pemerintah a. lembaga pelatihan kerja pemerintah;
dan/atau lembaga pelatihan kerja swasta. b. lembaga pelatihan kerja swasta; atau
(2) Pelatihan kerja dapat diselenggarakan c. lembaga pelatihan kerja perusahaan.
di tempat pelatihan atau tempat kerja. (2) Pelatihan kerja dapat diselenggarakan
(3) Lembaga pelatihan kerja pemerintah di tempat pelatihan atau tempat kerja.
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) (3) Lembaga pelatihan kerja pemerintah
dalam menyelenggarakan pelatihan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
dapat bekerja sama dengan swasta. a dalam menyelenggarakan pelatihan kerja
dapat bekerjasama dengan swasta.
(4) Lembaga pelatihan kerja pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a dan lembaga pelatihan kerja perusahaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c mendaftarkan kegiatannya kepada
instansi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan di kabupaten/ kota.

PASAL 14 PASAL 14
(1) Lembaga pelatihan kerja swasta dapat (1) Lembaga pelatihan kerja swasta
berbentuk badan hukum Indonesia atau sebagaimana
perorangan. dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf b
(2) Lembaga pelatihan kerja swasta wajib
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memenuhi Pertzinan Berusaha yang
wajib memperoleh izin atau men daftar ke diterbitkan oleh
instansi yang bertanggung Pemerintah Daerah kabupaten/kota.
jawab di bidang ketenagakerjaan di (2) Bagi lembaga pelatihan kerja swasta
kabupaten/kota. yang terdapat
(3) Lembaga pelatihan kerja yang penyertaan modal asing, Perizinan
diselenggarakan oleh instansi pemerintah Berusaha
mendaftarkan kegiatannya kepada instansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yang bertanggung jawab di diterbitkan oleh
bidang ketenagakerjaan di kabupaten/kota. Pemerintah Pusat.
(4) Ketentuan mengenai tata cara perizinan (3) Perizinan Berusaha sebagaimana
dan pendaftaran lembaga pelatihan dimaksud pada ayat
kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) harus memenuhi norma,
(2) dan ayat (3) diatur dengan standar,
Keputusan Menteri. prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat.

Perubahan yang terjadi pada pasal 13 dan 14 adalah :


- Perusahaan dapat memiliki lembaga pelatihan sendiri, dengan mendaftarkan
kegiatannya kepada instansi ketenagakerjaan setingkat kabupaten/kota.
- Perizinan lembaga pelatihan kerja yangterdapat penyertaan modal asing,
diterbitkan oleh Pemerintahan Pusat.

2. Penempatan Kerja
PASAL 37 PASAL 37
(1) Pelaksana penempatan tenaga kerja (1) Pelaksana penempatan tenaga kerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat
(1) terdiri dari : (1) terdiri atas:
a. instansi pemerintah yang bertanggung a. instansi pemerintah yang bertanggung
jawab di bidang ketenagakerjaan; dan jawab di bidang ketenagakerjaan; dan
b. lembaga swasta berbadan hukum. b. lembaga penempatan tenaga kerja
(2) Lembaga penempatan tenaga kerja swasta.
swasta sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) Lembaga penempatan tenaga kerja
(1) huruf b dalam melak sanakan pelayanan swasta
penempatan tenaga kerja wajib memiliki sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
izin tertulis dari Menteri atau pejabat yang b dalam melaksanakan pelayanan
ditunjuk. penempatan tenaga kerja wajib memenuhi
Perizinan Berusaha yang diterbitkan oleh
Pemerintah Pusat.
(3) Perizinan Berusaha sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) harus memenuhi
norma, standar, prosedur, dan kriteria yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
Perubahan pasal 37 adalah :
- Perusahaan dapat memiliki lembaga pelatihan sendiri, dengan mendaftarkan
kegiatannya.

3. Penggunaan Tenaga Kerja Asing


Pasal 42 s/d 49
- Perizinan penggunaan TKA (Tenaga Kerja Asing) melalui Pemerintahan
Pusat,
- Kewajiban penggunaan RPTKA (Rancangan penggunaan TKA), berikut
pengecualiannya,
- Batasan-batasan jabatan tertentu untuk TKA,
- Penghapusan pasal 43 dan 44, yaitu tentang perincian persyaratan
penggunaan TKA dan ketentuan standart kompetensi TKA,
- Menunjuk Peraturan Pemerintah yang berhak mengatur mengenai ketentuan
penggunaan TKA.

4. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT),


pada pasal 56 – 66 merubah :
- Pelaksanaan PKWT berdasarkan perjanjian tertulis,
- Hilangnya sanksi perubahan status PWT menjadi PKWTT
- Masa percobaan merupakan bagian dari perhitungan masa kerja.
- Hilangnya batas waktu pelaksanaan PKWT dan rincian aturan jangka waktu,
tata cara perpanjangan PKWT, dan masa tenggang perpanjangan diganti
dengan kompensasi PKWT berakhir, dan
- Aturan Perusahaan Alih Daya (outsourcing).

5. Waktu Kerja, Waktu Istirahat, dan Cuti,


pada pasal 77-79, yaitu
- Aturan jam kerja lembur menjadi maksimal 4 jam per hari kerja.
- Tidak mengatur tentang Cuti / Istirahat Panjang.

6. Pengupahan tenaga kerja,


pada pasal 88-98
- Struktur Skala upah bukan berdasarkan golongan, jabatan, masa kerja dan
komnpetensi/pendidikan, tetapi berdasarkan kemampuan perusahaan dan
produktifitas.

7. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK),


pada pasal 151-184
- Besaran Pesangon
- Tata cara penyampaiak PHK cukup dengan pekerja langsung, tidak perlu
melalui lembaga PHI (Penyelesaian Hukungan Industrial)

8. Sanksi Pidana Dan Administratif,


pasal 185
PASAL 185 PASAL 185
(1) Barang siapa melanggar ketentuan (1) Barang siapa melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat
ayat (1) dan ayat (2), Pasal 68, Pasal 69 (2), Pasal 68, Pasal 69 ayat (2), Pasal 80,
ayat (2), Pasal 80, Pasal 82, Pasal 90 ayat Pasal 82, Pasal 88A ayat (3), Pasal 88E
(1), Pasal 143, dan Pasal 160 ayat (4) dan ayat (2), Pasal 143, Pasal 156 ayat (1), atau
ayat (7), dikenakan sanksi pidana penjara Pasal 160 ayat (4) dikenai sanksi pidana
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling lama 4 (empat) tahun dan/atau
paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus denda paling sedikit Rp100.000.000,00
juta rupiah) dan paling banyak Rp (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
400.000.000,- (empat ratus juta rupiah). 400. 000.000,00 (empat ratus juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) merupakan tindak pidana pada ayat (1) merupakan tindak pidana
kejahatan. kejahatan.
BAB III

PENUTUP

Terbitnya Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020, tentang Cipta Kerja,


dari kacamata tentang Ketenagakerjaan, hingga saat ini masih mengandung unsur
polemic, pro dan kontra. Tetapi dikarenakaan Putusan Mahkamah Konstitusi yang
bersifat final diartikan bahwa tidak ada lagi upaya hukum lain yang dapat
ditempuh oleh para yustisiabel. Oleh karenanya, putusan tersebut telah memiliki
kekuatan mengikat secara umum dimana semua pihak harus tunduk dan taat
melaksanakan putusan tersebut.7 Dan permohonan Uji Materiil yang ditolak
dikarenakan permohonan dianggap premature, maka UU Cipta Kerja dapat
dikatakan masih akan menjadi polemik setelah dilakukan perubahan atas
perundang-undangan yang mengatur tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan sesuai dengan yang telah dirancangkan oleh Pemerintahan Indonesia
saat ini.
Demikian Tugas Kuliah Hukum Ketenagakerjaan ini kami susun dan kami
persembahkan untuk kelangkapan pemenuhan nilai mahasiswa.

Hormat Kami,

Octavianus Puji Sudirarjo


NPM : 211003742018522

7
Mariyadi Faqih, “Nilai-Nilai Filosofi Putusan Mahkamah Konstitusi yang Final dan Mengikat,”
Jurnal Konstitusi 7, no. 3 (2010):.98.
DAFTAR PUSTAKA

“Tiga Alasan Mendasar Indonesia Butuh UU Ciptakerja”, 11 Oktober 2020,


https://investor.id/business/224807/tiga-alasan-mendasar-indonesia-
butuh-uu-ciptaker. (1 Oktober 2022)
"Polemik RUU Cipta Kerja, Kecemasan Buruh hingga Promosi Artis", 13 Agu
2020, https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200813103839-532-
535219/polemik-ruu-cipta-kerja-kecemasan-buruh-hingga-promosi-
artis. (1 Oktober 2022)
Abdul Basyir, Pentingnya Naskah Akademik dalam Pembentukan Peraturan
Perundangundangan untuk Mewujudkan Hukum Aspiratif dan
Responsif, Jurnal IUS, II.5, hlm. 295.
Undang-undang No. 13 Tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan (Indonesia 2003)
Undang-undang No. 11 Tahun 2020, tentang Cipta Kerja, BAB VI, (Indonesia
2020)
Undang-undang No. 12 Tahun 2011, tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan (Indonesia 2011)
Putusan MKRI nomor 91/PUU-XVIII/2020, Uji Materi Undang-Undang Cipta
Kerja (Indonesia 2020)

Anda mungkin juga menyukai