Anda di halaman 1dari 10

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.1 (2021.2)

Nama Mahasiswa : Yuda Apritiantoko

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 043032075

Tanggal Lahir : 12 April 1987

Kode/Nama Mata Kuliah : EKMA4157/Organisasi

Kode/Nama Program Studi : 54/Manajemen

Kode/Nama UPBJJ : 51/Tarakan

Hari/Tanggal UAS THE : Selasa / 21 Desember 2021

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk :

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Yuda Apritiantoko


NIM : 043032075
Kode/Nama Mata Kuliah : EKMA4157/Organisasi
Fakultas : Fakultas Ekonomi
Program Studi : 54/S1 Manajemen
UPBJJ – UT : Tarakan

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi
THE pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam
pengerjaan soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya
sebagai pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman
sesuai dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik
dengan tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS
THE melalui media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan
dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari
terdapat pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan
menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.

Tideng Pale, 21 Desember 2021


Yang Membuat Pernyataan

Yuda Apritiantoko
NIM. 043032075
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1. Efektitivitas kegiatan dalam organisasi perlu diukur karena memberikan gambaran menyeluruh
mengenai keseluruhan bagian organisasi yang menunjukkan pada tingkat sejauh mana organisasi
melaksanakan kegiatan atau fungsi – fungsi dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan
dapat tercapai dengan menggunakan secara optimal alat – alat dan sumber – sumber yang ada.
Dalam pengukuran Efektivitas Organisasi terdapat 3 jenis pendekatan, yaitu :
a. Pendekatan Sasaran
Pendekatan sasaran (goal approach) dalam pengukuran efektivitas organisasi memusatkan
perhatian terhadap aspek output, yaitu dengan mengukur keberhasilan organisasi dalam usaha
mencapai tingkatan output yang direncanakan. Sasaran yang penting diperhatikan dalam
pengukuran efektivitas melalui pendekatan ini adalah sasaran yang sebenarnya (operative goal).
Penggunaan sasaran sebenarnya sebagai acuan akan memberikan hasil pengukuran efektivitas
yang lebih realistik (karena merupakan gambaran dari keinginan organisasi yang sebenarnya)
dibandingkan pengukuran efektivitas dengan menggunakan sasaran resmi (official goal).
Pengukuran efektivitas organisasi dengan menggunakan pendekatan sasaran perlu dilakukan
secara cermat, dengan memberikan perhatian terhadap beberapa permasalahan yang ditimbulkan
oleh beberapa hal berikut :
- Adanya berbagai Jenis Output Organisasi (Multiple Outcomes)
- Adanya Subjektivitas dalam Penilaian
- Pengaruh Kontekstual
b. Pendekatan Sumber
Pendekatan sumber (system resources approach) mencoba mengukur efektivitas dari sisi input,
yaitu dengan mengukur keberhasilan organisasi dalam usaha memperoleh berbagai sumber yang
dibutuhkan, untuk mencapai performansi yang baik. Pendekatan ini bertumpu pada pemikiran
bahwa organisasi harus dapat memperoleh berbagai macam sumber yang dibutuhkannya, dan
juga memelihara keandalan sistem organisasi agar bisa tetap atau menjadi lebih efektif.
Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan suatu organisasi terhadap
lingkungannya. Organisasi memang seharusnya mempunyai hubungan yang erat dengan
lingkungannya karena dari lingkungan diperoleh sumber – sumber yang merupakan input bagi
organisasi, dan output yang dihasilkan juga dilemparkan oleh organisasi kepada lingkungannya.
Keberhasilan mendapatkan berbagai jenis sumber untuk memelihara sistem organisasi
merupakan kriteria yang digunakan untuk mengukur efektivitas organisasi. Secara lebih umum,
pendekatan sumber mempergunakan beberapa dimensi untuk mengukur efektivitas organisasi,
yaitu :
- Kemampuan organisasi dalam memanfaatkan lingkungan untuk mendapatkan berbagai jenis
sumber yang sifatnya langka dan mahal.
- Kemampuan para pengambil keputusan dalam organisasi untuk menginterpretasikan sifat –
sifat lingkungan secara tepat.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

- Kemampuan organisasi untuk menghasilkan output tertentu dengan menggunakan sumber –


sumber yang berhasil diperoleh.
- Kemampuan organisasi dalam memelihara kegiatan operasionalnya sehari – hari.
- Kemampuan organisasi untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan.
c. Pendekatan Proses Internal
Pendekatan proses internal (internal process approach) melihat kegiatan internal organisasi, dan
mengukur efektivitas melalui berbagai indikator internal, seperti efisiensi ataupun iklim
organisasi. Pendekatan proses memandang efektivitas sebagai tingkat efisiensi dan kondisi
(kesehatan) organisasi internal. Pendekatan ini berpandangan bahwa pada organisasi yang
efektif, proses internal berjalan dengan lancar, karyawan bekerja dengan gembira dan merasa
puas, kegiatan setiap bagian terkoordinasi secara baik dengan produktivitas yang tinggi.
Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan organisasi, dan memusatkan perhatian pada
kegiatan internal yang dilakukan terhadap sumber – sumber yang dimiliki oleh organisasi, yang
dianggap dapat menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan organisasi. Berbagai komponen
yang dapat menunjukkan efektivitas organisasi ditunjukkan pada pendekatan proses internal
antara lain :
- Perhatian atasan terhadap karyawan.
- Semangat, kerja sama, dan loyalitas kelompok kerja.
- Saling percaya dan komunikasi antara karyawan dengan pimpinan.
- Desentralisasi dalam pengambilan keputusan.
- Adanya komunikasi vertikal dan horizontal yang lancar dalam organisasi.
- Adanya usaha dari setiap individu maupun keseluruhan anggota organisasi untuk mencapai
tujuan yang telah direncanakan.
- Adanya sistem imbalan yang mampu merangsang pimpinan untuk mengusahakan terciptanya
kelompok – kelompok kerja yang efektif serta peningkatan performansi maupun
pengembangan karyawan.
- Organisasi dan bagian – bagiannya bekerja sama dengan baik, dan konflik yang terjadi selalu
diselesaikan dengan acuan kepentingan organisasi
Cara lain dalam pengukuran efektivitas dengan pendekatan proses ini adalah dengan
menggunakan pengukuran terhadap efisiensi ekonomis suatu organisasi. Pendekatan ini
memenuhi syarat untuk dikategorikan sebagai pendekatan proses karena mengembangkan ukuran
berupa rasio – rasio yang mengukur efisiensi internal, yang sesungguhnya merupakan gambaran
mengenai efektivitas proses dalam suatu organisasi.
d. Pendekatan Gabungan
Ketiga pendekatan yang telah dijelaskan ternyata mempunyai kelemahannya sendiri – sendiri.
Oleh karena itu, salah satu cara yang paling sering digunakan untuk mengukur efektivitas
organisasi adalah dengan menggunakan ketiga jenis pendekatan tersebut secara bersamaan,
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

terutama jika informasi yang diperlukan seluruhnya tersedia. Dengan demikian, diharapkan
bahwa kelemahan dari suatu pendekatan dapat ditutup oleh kelebihan yang dimiliki oleh
pendekatan lainnya. Pengukuran efektivitas organisasi dengan pendekatan gabungan ini akan
mencakup pengukuran pada sisi input, efisiensi proses transformasi, dan keberhasilan dalam
mencapai sasaran output. Dengan menggunakan cara tersebut diharapkan pengukuran yang
dilakukan dapat memberikan gambaran mengenai seluruh dimensi efektivitas organisasi
walaupun yang akan diperoleh bukanlah satu nilai efektivitas melainkan profil efektivitas
perusahaan secara keseluruhan.
e. Pendekatan integratif
Pendekatan integratif mengukur efektivitas organisasi dengan menggunakan banyak kriteria.
Artinya, pendekatan ini berangkat dari kenyataan bahwa organisasi melakukan bermacam –
macam kegiatan, dan juga mempunyai berbagai jenis output. Oleh karena itu, tidak mungkin
pengukuran efektivitas organisasi dilakukan hanya dengan menggunakan kriteria tunggal atau
pengukuran efektivitas terpaksa dilakukan dengan cara yang disesuaikan dengan sasaran maupun
keadaan dari organisasi yang sedang diteliti.
Menurut saya pendekatan yang lebih efektif untuk mengukur efektivitas organisasi dengan yang
menggunakan kriteria tunggal adalah pendekatan gabungan, karena pendekatan gabungan
merupakan pendekatan yang mengukur efektivitas organisasi dengan menggunakan ketiga jenis
pendekatan (pendekatan sasaran, pendekatan sumber, dan pendekatan proses) secara bersamaan,
terutama jika informasi yang diperlukan seluruhnya tersedia sehingga kelemahan dari suatu
pendekatan dapat ditutup oleh kelebihan yang dimiliki oleh pendekatan lainnya. Dengan
menggunakan cara pendekatan gabungan diharapkan pengukuran yang dilakukan dapat memberikan
gambaran mengenai seluruh dimensi efektivitas organisasi walaupun yang akan diperoleh bukanlah
satu nilai efektivitas melainkan profil efektivitas perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan
pendekatan yang lebih efektif untuk mengukur efektivitas organisasi dengan yang menggunakan
banyak kriteria adalah pendekatan integratif, karena pendekatan integratif mengukur efektivitas
organisasi dengan menggunakan banyak kriteria yang artinya bahwa organisasi melakukan
bermacam – macam kegiatan, dan juga mempunyai berbagai jenis output. Oleh karena itu, tidak
mungkin pengukuran efektivitas organisasi dilakukan hanya dengan menggunakan kriteria tunggal
atau pengukuran efektivitas terpaksa dilakukan dengan cara yang disesuaikan dengan sasaran
maupun keadaan dari organisasi yang sedang diteliti.

2. Terdapat beberapa tahapan dalam pertumbuhan organisasi. Jelaskan hubungan antara umur
organisasi dengan ukuran organisasi dalam tahapan pertumbuhannya!
Jawaban :
Umur (usia) atau tahapan (fase) pertumbuhan organisasi mempengaruhi karakterisik – karakteristik
tertentu dalam pengelolaannya, hal tersebut dapat terihat dari gagasan tahapan (fase) pertumbuhan
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

organisasi. Organisasi – organisasi pada umumnya mengalami suatu proses pertumbuhan sejalan
dengan waktu dan bertambahnya ukuran itu sendiri. Seperti makhluk hidup, organisasi dapat
dibayangkan mengalami proses pertumbuhan dari masa kelahiran, kanak – kanak, remaja, hingga
akhirnya dewasa. Menurut Larry Greiner, masing – masing tahapan pertumbuhan organisasi antara
lain :
a. Pertumbuhan melalui Kreativitas(Growth by Creativity)
Pada tahapan ini organisasi baru saja berdiri, perhatian terutama dipusatkan untuk menciptakan
suatu produk tertentu dan juga kemampuan bertahan dalam menghadapi persaingan. Tahapan ini
dinamakan pertumbuhan melalui kreativitas karena menemukan produk dan mengembangkan
kemampuan bertahan sangat erat hubungannya dengan kreativitas pendiri organisasi. Oleh
karena itu pula, pendiri organisasi umumnya adalah orang yang berjiwa wiraswasta
(entrepreneur) yang mencurahkan perhatiannya pada kegiatan produksi dan pemasaran produk.
Organisasi biasanya bersifat tidak formal dan juga tidak birokratis. Jam kerja dalam organisasi
ini umumnya sangat panjang, dan pengawasan dilakukan secara pribadi oleh pemilik ataupun
pimpinan organisasi. Tahap kritis pada tahapan ini disebut Krisis Kepemimpinan, sebagai akibat
membesarnya ukuran organisasi. Pertambahan jumlah karyawan karena membesarnya
membesarnya organisasi membawa persoalan baru bagi pemimpin organisasi. Pimpinan, yang
semula hanya terbiasa menangani masalah produksi dan pemasaran, diharuskan menghadapi
persoalanan manajemen karena ia terpaksa memimpin dan mengatur karyawan yang jumlahnya
semakin besar. Organisasi memasuki masa kritis karena pemimpinnya umumnya berjiwa
wiraswasta yang biasanya tertarik pada masalah produksi serta pemasaran, dan umumnya kurang
tertarik dan kurang terlatih dalam kegiatan pengaturan karyawan. Agar organisasi mampu
tumbuh lebih besar, diperlukan pimpinan yang manajer disertai dengan keahlian memadai dalam
teknik – teknik pengaturan karyawan.
b. Pertumbuhan melalui Pengarahan(Growth by Direction)
Jika krisis kepemimpinan telah berhasil dilampaui berarti bahwa organisasi telah memiliki
pimpinan yang kuat dan mulai merumuskan arah maupun sasaran yang jelas. Organisasi mulai
dipecah menjadi bagian – bagian dengan hirarki wewenang, penugasan dan pembagian kerja
yang jelas. Sistem manajemen dan organisasi juga mulai lebih teratur. Komunikasi dalam
organisasi mulai menjadi lebih formal dan birokrasi dalam organisasi mulai lebih jelas. Titik
kritis pada tahapan ini disebut Krisis Otonomi. Hal ini terjadi karena bawahan mulai merasa
dibatasi geraknya karena kepemimpinan yang kuat serta makin terasanya birokrasi dalam
organisasi. Sementara itu, pemimpin ditingkat bawah mulai merasa berkuasa dibagian masing –
masing, dan mulai juga menghendaki perhatian maupun kekuasaan yang lebih besar dari atasan.
Krisis otonomi terjadi, jika pimpinan organisasi belum bersedia mendelegasikan sebagian
wewenangnya kepada pimpinan yang lebih rendah. Pimpinan tingkat bawah merasa tidak
mendapat wewenang untuk melakukan pengambilan keputusan, dan tidak merasa puas. Perlu
ditambahkan bahwa pimpinan ditingkat bawah ini, walaupun mempunyai keinginan untuk
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

memperoleh wewenang yang lebih besar, belum tentu mampu mengambil keputusan dengan
baik. Krisis otonomi ini bisa dilampaui jika pimpinan organisasi bersedia mendelegasikan
sebagian wewenangnya kepada bawahandan mempersiapkan bawahannya yang tepat untuk itu,
dan juga bawahan ini mulai terlatih untuk pengambilan keputusan secara baik.
c. Pertumbuhan melalui Pendelegasian (Growth by Delegation)
Pada tahapan ini sebagian wewenang telah didelegasikan secara resmi kepada pimpinan tingkat
bawah, dan mulai terasa adanya desentralisasi dalam organisasi. Wewenang dan tanggung jawab
yang lebih besar mulai diberikan kepada para pimpinan tingkat bawah (middle managers).
Pimpinan tertinggi dalam organisasi mulai mengarahkan perhatiannya pada pemikiran yang
bersifat strategis, sementara operasi sehari – hari dipercayakan kepada pimpinan yang lebih
rendah. Mulai digunakan sistem pengendalian internal serta sistem informasi dalam organisasi.
Komunikasi pimpinan puncak kebawah menjadi lebih jarang, tetapi bersifat lebih formal. Dan
dalam organisasi mulai muncul karyawan spesialis dengan tugas – tugas yang sangat khusus.
Titik kritis pada tahapan ini adalah Krisis Pengawasan. Kondisi kritis ini terjadi karena pimpinan
tingkat menengah maupun bawah telah mendapatkan cukup otonomi, yang berakibat bahwa
organisasi dapat berkembang ke arah tak terkendali. Pimpinan organisasi perlu mengarahkan
organisasi kesuatu arah tertentu, yaitu melalui penggunaan teknik – teknik koordinasi yang baru,
untuk menyatukan arah perkembangan bagian – bagian organisasi. Koordinasi untuk menuju
suatu arah tersebut dilaksanakan dengan teknik – teknik pengawasan yang selalu mengusahakan
agar semua bagian berkembang tanpa menyalahi arah yang dikehendaki.
d. Pertumbuhan melalui Koordinasi (Growth by Coordination)
Jika tahapan sebelumnya telah terlewati, berarti organisasi telah mencapai tingkat koordinasi
yang baik. Pada organisasi telah ada staf profesional atau spesialis yang menguasai program &
proses & prosedur organisasi secara keseluruhan, sehingga dapat menggunakannya dan
mengarahkan semua kegiatan bagian sesuai dengan rencana keseluruhan tersebut. Dibentuk
organisasi menurut produk ataupun bentuk bentuk lainnya yang bisa memudahkan tercapainya
koordinasi antar bagian. Juga biasa digunakan sistem imbalan yang dapat merangsang para
karyawan agar bersedia mengarahkan kegiatannya untuk kepentingan organisasi secara
keseluruhan. Titik kritis pada tahapan ini adalah Krisis Birokrasi. Krisis ini terjadi karena
program & prosedur organisasi secara keseluruhan seringkali membatasi gerak para pimpinan
menengah. Organisasi menjadi terlalu birokratis, dan pengaruh pimpinan puncak dan serta
stafnya terlalu kuat sehingga menghambat kegiatan para pimpinan menengah. Akibatnya,
hambatan ini menyebabkan pimpinan menengah menjadi kurang inovatif. Organisasi menjadi
kaku, tampak terlalu besar untuk bisa dikelola dengan baik hanya melalui aturan maupun
program formal.
e. Pertumbuhan melalui Kerjasama / Kolaborasi (Growth by Collaboration)
Suasana baru akan tumbuh dalam organisasi yang telah melewati krisis birokrasi, yaitu
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

munculnya semangat kerjasama / kolaborasi. Pada tahapan ini, seluruh karyawan telah
menyadari bahwa birokrasi yang berlebihan akan sangat menghambat kegiatan. Karena itu, para
karyawan telah terlatih dan juga terbiasa menghadapi serta menyelesaikan permasalahan tanpa
terhambat oleh birokrasi, dan mencoba menyelesaikan perbedaan pendapat dengan cara yang
tidak formal. Birokrasi terasa telah mencapai batas, sehingga jika dibuat lebih formal akan terasa
menghambat. Karyawan akan menyadari pentingnya bekerja dalam organisasi tanpa membuat
organsisasi itu lebih birokratis. Pengawasan formal menjadi tidak dibutuhkan karena muncul
kontrol sosial yang membatasi gerak karyawan, menuju kearah yang lebih baik. Untuk mencapai
kerjasama yang baik, dalam organisasi seringkali dibentuk team yang anggotanya diambil dari
berbagai bagian ataupun fungsi – fungsi organisasi. Komunikasi ataupun hubungan formal
lainnya seringkali digantikan dengan rapat koordinasi ataupun pembentukkan kelompok kerja,
yang seluruhnya bertujuan untuk menyederhanakan koordinasi dalam organisasi. Tahapan
perkembangan yang paling akhir ini seringkali memerlukan waktu yang cukup lama untuk
tercapai. Selama pertumbuhan tersebut organisasi menjadi lebih formal dengan desentralisasi
yang lebih tinggi. Titik kritis pada tahapan ini belum diketahui bentuknya. Hal ini mungkin
terjadi karena organisasi pada tahapan ini telah mempunyai mekanisme yang secara otomatis
akan melakukan tindakan perbaikan jika titik kritis tersebut tercapai. Karena belum diketahui
bentuknya, titik kritis pada tahapan ini dinyatakan dengan nama Krisis ?????

3. Rumah sakit Pasar Rebo merupakan salah satu rumah sakit umum yang ada di Jakarta. Untuk
menjalankan roda kegiatannya, rumah sakit ini melibatkan cukup banyak tenaga dokter spesialis.
Menurut teori organisasi mengatakan bahwa semakin tinggi derajat profesionalisasi suatu organisasi
semakin kurang derajat formalisasinya. Jelaskan hubungan antara formalisasi dengan tenaga
profesional dalam organisasi menurut kasus ini!
Jawaban :
Hubungan antara formalisasi dengan tenaga profesional dalam organisasi menurut kasus diatas
adalah untuk mengatur tenaga spesialis atau profesional dalam hal ini tenaga dokter spesialis yang
sangat terlatih tidak akan membutuhkan terlalu banyak peraturan maupun prosedur karena tenaga
dokter spesialis (tenaga profesional) telah dibentuk melalui pendidikan tertentu pada saat masih
berada di luar organisasi sehingga sikap maupun perilakunya pada saat masuk ke dalam organisasi
telah sesuai dengan formalisasi. Artinya dengan mempekerjakan tenaga profesional yang pada saat
masih berada di luar telah terdidik atau terlatih untuk berperilaku tertentu sehingga pada saat
memasuki organisasi sudah memiliki perilaku yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Adalah
berlebihan apabila tenaga profesional dicoba untuk diatur dengan tingkat formalisasi yang terlalu
tinggi. Selain itu, tenaga dokter spesialis (tenaga profesional) biasanya bekerja sesuai etika
profesinya, kegiatan rutin akan menjadi lebih terstandarisasi dan juga akan disertai dengan
meningkatnya jumlah peraturan maupun prosedur yang terutama ditujukan untuk mengatur perilaku
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

tenaga dokter spesialis agar sesuai dengan standar dalam melaksanakan kegiatannya sebagai tenaga
kesehatan pada Rumah sakit Pasar Rebo.
4. Beberapa perusahaan besar telah menggunakan teknologi yang canggih dalam mendukung kegiatan
organisasinya. Contoh Google, Microsoft dan Amazon mempelajari teknologi IT yang super
canggih. Selain itu, perusahaan – perusahaan besar pun memproduksi produk dalam jumlah banyak
(produksi massal).
a. Apa sebabnya rentang kendali pada perusahaan – perusahaan tersebut cenderung tinggi? Jelaskan
jawaban Anda!
b. Jelaskan pengelompokkan teknologi organisasi menurut Thompson!
Jawaban :
a. Sebab rentang kendali pada perusahaan – perusahaan seperti Google, Microsoft dan Amazon
mempelajari teknologi IT yang super canggih cenderung tinggi dikarenakan dalam kegiatan
memproduksi produk dalam jumlah banyak (produksi massal), kegiatan produksi dipecah
menjadi bagian – bagian sangat sederhana, sering kali hanya terdiri dari satu langkah kegiatan
sehingga bisa dilaksanakan oleh pekerja dengan keterampilan yang sangat rendah. Oleh karena
tugas setiap pekerja sangat sederhana maka kebutuhan konsultasi dengan atasan juga menjadi
sangat terbatas sehingga seorang pimpinan mampu memimpin lebih banyak bawahan.
b. Thompson mengelompokkan teknologi organisasi menjadi 3 jenis, yang masing – masing
menggambarkan jenis hubungan yang terjadi dengan konsumen maupun jenis kegiatan internal
yang terjadi dalam organisasi, yaitu :
- Teknologi perantara (mediating technology)
Digunakan untuk menghubungkan beberapa klien yang satu sama lain tidak dapat
berhubungan secara langsung. Jika hubungan langsung tersebut memerlukan ongkos yang
besar ataupun karena terlalu rumit dilaksanakan. Contoh dari jenis teknologi ini adalah bursa
saham, yang menghubungkan penjual saham dengan pihak yang ingin membeli saham.
- Teknologi rangkaian panjang (long – linked technology)
Pada jenis teknologi ini kegiatan organisasi terdiri dari tahapan – tahapan kegiatan yang
berurutan. Hasil dari suatu kegiatan menjadi output bagi kegiatan berikutnya, berurutan
hingga akhirnya produk siap untuk digunakan oleh konsumen. Contoh dari jenis teknologi ini
adalah pabrik mobil yang menghasilkan mobil melalui serangkaian kegiatan yang saling
berurutan.
- Teknologi intensif (intensive technology)
Teknologi intensif merupakan kumpulan dari beberapa jenis pelayanan khusus, yang
keseluruhannya digabungkan untuk melayani klien. Teknologi intensif ini umumnya
digunakan pada kegiatan yang mempunyai akibat yang cukup berarti pada klien sehingga
klien bisa mengalami perubahan. Contoh dari penggunaan teknologi intensif adalah pelayanan
pasien di Rumah Sakit. Beberapa jenis pelayanan khusus, seperti unit anestesi, kamar bedah,
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

unit X – ray, digunakan bersama – sama untuk melayani seorang pasien. Contoh lain adalah
sebuah Perguruan Tinggi dimana unit – unit khusus, seperti bagian pendidikan,
bagianadministrasi, laboratorium, dan perpustakaan bersama – sama melayani kepentingan
mahasiswa.

Anda mungkin juga menyukai