Anda di halaman 1dari 7

Nama: Lilian Safia

Nim: D 101 21 203

OVERVIEW PERKEMBANGAN HUKUM DAGANG DULU, SAAT INI

DAN KE DEPAN

1. Sejarah Hukum Dagang

Burgerlijk Wetboek /BW ( KUHPerdata ) dan Wetboek van

Koophandel/WvK ( KUHD ) mulai berlaku di Hindia Belanda waktu itu

( Indonesia , sekarang ) sejak 1 Mei 1848. Di Belanda sendiri BW dan WvK mulai

berlaku sejak 1 Oktober 1838.

Sejak kemerdekaan , dasar berlakunya Wvk/KUHD adalah Psl II Aturan

Peralihan UUD1945 sebelum diamandemen.

Di Belanda sendiri sejak merdeka dari penjajahan Perancis pada tahun

1813, BW dan Wvk adalah kodifikasi operan dari Code Civil untuk BW dan Code

de Commerce untuk WvK.

Code Civil untuk BW dan Code de Commerce untuk WvK, turunan dari

Hukum Romawi Kuno.

Hukum Dagang, hukum bagi para Pedagang. Pedagang ( Koopleiden )

adalah orang yang menjalankan perbuatan perniagaan.

Koopleiden ( Pedagang ) kemudian diganti dengan istilah Bedrijft

( Perusahaan ).

Perusahaan mulai diatur dalam norma hukum sejak lahirnya UU No.3/82

( UUWDP – dicabut oleh UU No. 11/2020 : UUCK), kemudian diatur juga dalam

UU No.8/97 ( UUDP ), UU No. 20/2003 ( UUKetenagakerjaan ).


Sumber hukum : BW ( KUHPerdata ) , WvK (KUHD), UUPT. UUPasar

Modal, UU Penanaman Modal, UU Perbankan, UU Asuransi, UU HAKI, UU

Perlindungan Konsumen, UU Anti Monopoli, UU Rahasia Dagang, UU Arbitrase,

UUBUMN, Peraturan Perundang-undangan diluar KUHPdt dan KUHD yang

terkait dengan Lingkup Hukum Dagang.

2. Kondisi Saat Ini

Bermimpi melahirkan Kodifikasi Nasional UU Badan Usaha, berhenti

sampai dengan Naskah Akademik Tahun 2018 yang dibuat Tim FH UGM tugas

dari Departemen Hukum dan HAM, namun kemudian berhenti seiring dengan

terobosan yang dilakukan oleh Pemerintah dengan melahirkan Omnibus Law

yang kemudian JR dan dinyatakan Inkonstitusional Bersyarat oleh MK.

Pemerintah kemudian memperbaiki UU No. 11 Tahun 2012 Tg UUP3 dan

saat ini Pemerintah mulai memperbaiki UUCK disesuaikan dengan amanat

Mahkamah Konstitusi.

Saat ini mimpi untuk membuat Kodifikasi Nasional menggantikan KUHD

dan UU peninggalan Belanda yang lain sudah tidak mungkin lagi.

Omnibus Law adalah UU masa depan yang diharapkan mampu

mengantisipasi perkembangan hukum dagang ( bisnis ) ke depan yang semakin

borderless.

Naskah Akademik RUU Badan Usaha sudah mengatisipasi dan

merekomendasikan apakah akan dibuat model Kodifikasi General atau Model

Omnibus Law untuk mengantisipasi perkembangan bentuk-bentuk badan usaha

yang belum ada aturan hukumnya di Indonesia.


3. Hukum Dagang Ke Depan

Perkembangan-perkembangan bentuk perusahaan perlu dipelajari,

dipahami dan diatisipasi agar kita tidak ketinggalan zaman. Sumber Daya Fakultas

Hukum perlu mengikuti perkembangan global saat ini. Perlu memikirkan

bagaimana membuat peraturan perundang-undangannya.

Model reformasi perijinan yang dikenal dengan OSS, sudah harus

diajarkan kepada para mahasiswa kita agar mereka tidak ketinggalan dengan

perkembnagan globalisasi perijinan yang sudah meninggalkan model-model

konvesional : WDP, SIUP, SITU, Ijin HO, Amdal, dsb. Negara butuh investasi.

Investasi berorientasi profit. Perlu ada deregulasi perijinan, kemudahan2 tertentu,

karena investasi dibutuhkan oleh banyak negara.

Harus diakui bahwa berbelit-belitnya prosedur perijinan di negara kita ,

telah menjadi permasalahan klasik yang tidak menarik minat investasi di

Indonesia. Harus diakui secara obyektif, birokrasi perizinan menjadi salah satu

hambatan untuk meningkatkan investasi melalui kemudahan berusaha. Hal ini

tercermin dari laporan Kemudahan Berusaha (Ease of Doing Business/EoDB)

yang dilakukan oleh Bank Dunia terhadap 190 negara termasuk Indonesia.

Peringkat Kemudahan Berusaha Indonesia pada Tahun 2015 sampai

dengan Tahun 2019 mengalami peningkatan, dimana Tahun 2015 berada di

peringkat 114, Tahun 2016 peringkat 109, Tahun 2017 peringkat 91, Tahun 2018

peringkat 72 dan Tahun 2019 peringkat 73. Meskipun meningkat, namun

peringkat Indonesia masih jauh dibawah negara ASEAN lainnya, seperti pada
Tahun 2019 Singapura peringkat 2, Malaysia peringkat 15, dan Thailand

peringkat 27.

Dari sisi daya saing berdasarkan Global Competitiveness Index (GCI) pada

Tahun 2019 Indonesia berada pada peringkat 50 sementara Singapura peringkat 1,

Malaysia peringkat 27, dan Thailand peringkat 40. Bahkan dari sisi digitalisasi,

Daya Saing Bisnis Digital Indonesia pada Tahun 2019 berada pada peringkat 56

sementara Malaysia di peringkat 26.

Sehingga diperlukan adanya upaya reformasi regulasi yang bisa

memberikan kemudahan berusaha dalam rangka meningkatkan investasi. Meski

Indonesia sudah masuk kedalam upper middle income country, kita menghadapi

tantangan untuk keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah (middle

income trap), dimana perekonomian suatu negara tidak dapat meningkat menjadi

negara high income. Indonesia perlu keluar dari jebakan ini karena negara yang

terjebak dalam middle income trap akan berdaya saing lemah, yang disebabkan

kalah bersaing dengan low-income countries karena upah tenaga kerja mereka

yang lebih murah dan kalah bersaing dalam hal teknologi dan produktivitas

dengan high-income countries.

Dari pengalaman negara yang sukses, kontribusi daya saing tenaga kerja

dan produktivitas menjadi andalan untuk keluar dari middle income trap. Upaya

untuk mengatasi tantangan dan hambatan yang ada tersebut apalagi dalam kondisi

pandemi Covid-19 yang mengubah pola kegiatan ekonomi dan penghidupan

masyarakat, memerlukan basis regulasi yang kuat dalam bentuk Undang-Undang


yang sekaligus memerlukan adanya perubahan dan penyempurnaan berbagai

Undang-Undang yang ada terkait dengan penciptaan lapangan kerja.

Bentuk-bentuk perusahaan sui generis, seperti Star Up, Unicorn,

Heterocorn, Sole Proprietorship (Kepemilikan Tunggal); General Partnership

(“GP”) / Persekutuan Umum; Limited Partnership (“LP”) / Persekutuan Terbatas;

Corporation (Perusahaan); . LLC atau PT ; Limited Liability Partnership (“LLP”)

/ Persekutuan Tanggung Jawab Terbatas; Association / Assosiasi; Sole Trader

Business / Pengusaha Tunggal; Partnership / Persekutuan; Company limited by

share capital ; Company limited by guarantee ; Joint Venture , Joint Interprise,

Trustee , dll perlu dipelajari .

UUCK sudah mulai mengenalkan PT Perorangan untuk mengantisipasi

perkembangan bisnis Star Up yang sudah mulai berkembang di Indonesia.

Apa itu Perusahaan Star Up, Unicorn, Decacorn, Hectocorn, sebuah

perusahaan yang menjalankan kegiatan bisnis yang bisa mencapai nilai valuasi

sampai triliunan rupiah itu dimulai dari perusahaan rumahan ( home industry )

kemudian berkembang pesat karena kemampuan intelegensia pemiliknya ,

pendirinya, foundernya, promotornya.

Bentuk hukum Star Up atau Unicorn pada umumnya adalah Perseroan

Terbatas Perorangan ( Limited Liability Company , Private Libility Company

atau Limited Proprietorship Company atau Sole Propriertorship Company

( Inggris, Amerika ) , Besloten Vennootschap ( BV : Belanda ).

Di Indonesia sudah kita kenal OVO, Gojek, Tokopedia ( GOTO )

Bukalapak, Traveloka, Shopee setiap hari menghiasi kazanah iklan baik radio,
televisi maupun media virtual lainnya yang sudah sangat berkembang. Dulu sama

sekali tidak terbayangkan, segala sesuatu kebutuhan dapat diperoleh dan

diselesaikan hanya melalui satu benda , alat canggih yang dinamakan “smartphone

“, sebuah “phone “yang “smart “yang bisa memenuhi kebutuhan “apapun “,

semua bisa dilakukan hanya dari rumah.

Bukankah hal itu sangat penting untuk kita pelajari, kita kembangkan agar

kita sebagai bangsa besar tidak kalah, tidak ketinggalan dengan bangsa-bangsa

lain di dunia yang sudah lebih dahulu mengenal tehnologi demikian dan mengenal

usaha-usaha bisnis dengan bentuk hukum Star Up, dll tersebut. Mahasiswa perlu

dikenalkan perkembangan global seperti ini.

Perkembangan bentuk-bentuk usaha seperti dikemukkaan di atas, antara

lain akibat dari 4 Deprupsi : Pandemic, Globalisasi IT, Climate Change, Conflict

telah mempengaruhi perubahan dalam semua aspek kehidupan manusia.

Dunia Perguruan Tinggi khususnya Fakultas Hukum Departemen Hukum

Dagang (Bisnis) perlu mengatisipasi, mempelajari dan memahami perkembangan

salah satu bagian Hukum Dagang yang ruang lingkupnya sangat luas. Dampak

dari perkembangan bentuk usaha telah menciptakan sarana mata uang cripto. Kita

harus tahu apa itu crypto, apa itu uang digital, dan sebagainya.

Dalam hukum PT, kita perlu mengenal SPAC, MPS (Multi Purpose

Share), Trustee dengan semua aspek hukumnya.

Kita tidak bisa hanya berhenti mengenal PT Konvensional, PT ( Persero ) ,

BUMN, BUMD,. BUMDes, Koperasi. Kita harus mempelajari Holding Company,

Multi National Corporation dengan semua variannya.


Mereka kemudian mengembangkan SPAC, MPS, Trustee . Kita perlu

mempelajari hal itu. Sejauhmana kita membutuhkan itu untuk Indonesia.

Pemikiran harus dimulai dari Kampus, dari Fakultas Hukum, khsusunya

Pemerhati Hukum Dagang ( Bisnis ).

Anda mungkin juga menyukai