Anda di halaman 1dari 18

Koperasi Mitra Dhuafa (KOMIDA)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Sejarah kebangkitan industri modern dimulai pada tahun 1820-1830 atau sering disebut dengan revolusi industri. Kebangkitan dibidang ini mengakibatkan seperti berkembangnya penemuan-penemuan baru teknologi,

pembangunan proses produksi sampai penggunaan komputer. Dampak lebih lanjut dari perkembangan teknologi ini adalah perkembangan organisasi dan kegiatan bisnis di tahun 1990-an. Dengan demikian konsep persaingan juga ikut berubah. Sementara pada periode sebelum 1990-an persaingan merupakan kegiatan pembuatan produk sebanyak-banyaknya atau lebih dikenal dengan periode produksi masal, strategi kegiatan produksi lebih ditunjukan kearah internal perusahaan yang bertujuan untuk memperoleh efisiensi produksi. Baik preferensi manajerial, perilaku maupun persepsi, semuanya berorentasi ke mental produksi. Dari aspek politik, strategi bisnis seperti ini memerlukan proteksi secara ketat terhadap serangan dari luar. Di Kabupaten Cianjur sendiri jenis usaha kecil dibidang industri garmen tumbuh subur, dan itu membuat daya saing menjadi leih kompleks. Kebutuhan konsumtif masyarakat akan meninggi karena daya beli masyarakat dapat terpenuhi dengan berbagai macam mode yang trendi dan juga haraga lebih ekonomis, masyarakat lebih tertarik membeli atau memesan produk dalam negeri yang kualitas produknya mampu bersaing dengan produk-produk ternama. Oleh sebab itu, peluang bisnis dibidang jasa industri garmen sangat bagus prospek kedepannya. Studi kasus yang kami tampilkan sekarang adalah mengenai koperasi. Koperasi merupakan usaha bersama dari sekolompok orang yang mempunyai kepentingan yang sama dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Koperasi di Indonesia saat ini telah berkembang dengan pesat karena para anggota-anggotanya yang terdiri dari masyarakat umum telah mengetahui manfaat dari pendirian koperasi tersebut, yang dapat membantu perekonomian dan

Koperasi Mitra Dhuafa (KOMIDA)

mengembangkan kreatifitas masing-masing anggota. Upaya dari pendirian koperasi ini sangat menguntungkan bagi masyarakat untuk lebih memahami koperasi. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan permasalahan dalam makalah ini, yaitu : a. Ada berapa bentuk pemilikan bisnis di Indonesia ? b. Bagaimana sejarah Koperasi Mitra Dhuafa (KOMIDA) ? c. Apa Visi dan Misi dari Koperasi Mitra Dhuafa (KOMIDA) ? d. Apa yang dimaksud System Grameen Bank ? 1.3 Tujuan Penulisan Ada beberapa tujuan yang ingin disampaikan dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut : a. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Bisnis b. Untuk mengetahui bentuk pemilikan bisnis di Indonesia c. Untuk mengetahui bagaimana sejarah Koperasi Mitra Dhuafa d. Untuk mengetahui visi dan misi dari Koperasi Mitra Dhuafa e. Untuk mengetahui pengertian System Grameen Bank

Koperasi Mitra Dhuafa (KOMIDA)

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Bentuk Pemilikan Bisnis di Indonesia Bentuk usaha atau pemilikan bisnis ada yang dikatakan berbentuk badan hukum dan tidak berbadan hukum. Bentuk badan hukum yaitu badan usaha yang mempunyai kekayaan tersendiri, terpisah dari harta kekayaan para pendirinya atau pengurusnya. Usaha yang tidak berbentuk badan hukum ialah : a. Badan usaha perseorangan b. Persekutuan firma c. Persekutuan komanditer Usaha yang berbentuk badan hukum : a. Perseroan Terbatas (PT) b. Koperasi c. Yayasan Bentuk pemilikan bisnis antara lain : 1.1 Perusahaan Perseorangan Bila perusahaan hanya berusaha dengan modal kecil, maka bentuk perusahaan perseorangan merupakan suatu bentuk yang ideal. Pimpinan di sini berada pada pemilik dan mempunyai tanggung jawab yang tidak terbatas. Untuk mendirikan perusahaan perseorangan sangat mudah, karena tidak ada suatu aturan khusus, bagaimana cara mendirikannya. Hanya saja perlu izin khusus untuk usaha-usaha tertentu pada daerah-daerah tertentu. Contoh : mendirikan usaha bengkel, pertokoan, usaha bioskop, dan sebagainya. 1.2 Firma Di dalam kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Firma didefinisikan sebagai usaha untuk memasukan sesuatu dalam persekutuan, dengan tujuan untuk membagi-bagi hasil yang didapatkan dari persekutuan itu. Firma didirikan dengan akte notaries, yang didaftarkan pada panitera pengadilan setempat dan diumumkan dalam Berita Negara. Kepemimpinan Firma dilaksanakan oleh para

Koperasi Mitra Dhuafa (KOMIDA)

pemilik dan mereka bertanggung jawab penuh dengan seluruh harta bendanya terhadap hutang-hutang perusahaan. Dalam persekutuan terdapat dua orang atau lebih bekerja sama di bawah satu nama untuk menjalankan perusahaan. Firma artinya nama bersama, misalnya dipakai nama salah seorang anggota, atau singkatan dari nama bersama. 1.3 CV (Commanditer Vennootschap) Persekutuan Komanditer adalah bentuk persekutuan yang didirikan oleh seseorang atau lebih sekutu pengurus yang bertanggung jawab penuh, dengan seseorang atau lebih sekutu yang merupakan pemberi modal dan bertanggung jawab terbatas sebesar modal penyertaannya. Bentuk usaha ini mempunyai 2 jenis anggota, yaitu : 1. 2. Anggota Pengurus, yang bertanggung jawab penuh dengan seluruh harta bendanya. Anggota Komanditer, yang bertanggung jawab terbatas sebesar modal yang disetornya. 1.4 PT (Perseroan Terbatas) Sebuah PT didirikan dengan akte notaris. Akte harus mendapatkan pengesahan dari Menteri Kehakiman, kemudian didaftarkan pada Pengadilan Negeri dan diumumkan dalam Berita Negara. Permodalan PT terdiri dari sahamsaham. Para pemegang saham ini adalah milik PT. Dan pemegang kekuasaan tertinggi ada pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Untuk mengatur perusahaan yang berbentuk PT agar sesuai dengan perkembangan zaman sekarang ini, telah dikeluarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS. Di bawah ini terdapat beberapa Pasal mengenai PT, diantaranya : 1. 2. 3. 4. Ketentuan Umum PT terdapat dalam Pasal 1 ayat 1 - 6 dan Pasal 3 ayat 1 & 2. Pendirian PT terdapat dalam Pasal 7 ayat 1 - 6. Modal dan Saham terdapat dalam Pasal 24 ayat 1 & 2, Pasal 25 ayat 1, Pasal 26 ayat 1, Pasal 42 ayat 1 & 2, dan Pasal 46 ayat 4. Laporan Tahunan terdapat dalam Pasal 56.

Koperasi Mitra Dhuafa (KOMIDA)

5. 6.

Rapat Umum Pemegang Saham terdapat dalam Pasal 65 ayat 1 - 4 dan Pasal 70 ayat 1 & 2. Direksi terdapat dalam Pasal 79 ayat 1 - 3, Pasal 82, Pasal 84 ayat 1 - 3, Pasal 85 ayat 1 - 3, Pasal 86 ayat 1 - 3, Pasal 91 ayat 1 - 3, dan Pasal 92 ayat 1 - 7.

7.

Komisaris terdapat dalam Pasal 94 ayat 1 - 3, Pasal 95 ayat 1 - 4, Pasal 96, Pasal 97, Pasal 98 ayat 1 & 2, Pasal 99, Pasal 100 ayat 1 - 3, dan Pasal 101 ayat 1 & 2. Macam-macam bentuk PT : a. PT. Tertutup, didirikan oleh beberapa orang. b. PT. Terbuka, sahamnya terbuka untuk semua orang. c. PT. Kosong, suatu PT yang sudah tidak jalan lagi.

1.5 Koperasi Usaha Koperasi disusun oleh anggota dan untuk anggota. Pimpinan dalam koperasi disebut pengurus yang dipilih oleh anggota dalam masa jabatan tertentu. Undang-Undang Koperasi yang pertama ialah UU No. 12/1967 bahwa koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial dan beranggotakan orang-orang / badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Kemudian UU No. 12/1967 diganti dengan UU Koperasi No. 25/1992 bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orangorang / badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Jenis-jenis simpanan koperasi, yaitu : a. Simpanan pokok b. Simpanan wajib c. Simpanan sukarela / manasuka d. Simpanan Hari Koperasi 12 Juli dan simpanan-simpanan khusus lainnya Tingkatan-tingkatan koperasi di Indonesia yaitu sebagai berikut : 1. 2. Induk Koperasi di tingkat nasional Gabungan Koperasi di tingkat Propinsi
5

Koperasi Mitra Dhuafa (KOMIDA)

3. 4.

Pusat Koperasi di tingkat Kabupaten/Kotamadya Primer-primer Koperasi di tingkat Desa/Kantor Dalam organisasi secara keseluruhan, dikenal adanya tingkatan-tingkatan

Koperasi sebagai berikut : a. Koperasi Primer Koperasi yang beranggotakan orang-orang (individu). Contoh dijumpai pada kantor-kantor Pemerintah, di RT, RW, dan sebagainya. b. Koperasi Sekunder Koperasi yang beranggotakan koperasi-koperasi yang sudah berbadan hukum. Contoh Koperasi Pegawai RI. Organisasi Intern Koperasi, bentuknya sebagai berikut :
RAPAT BADAN PEMERIKSA PENGURUS

PARA

1.6 Yayasan Yayasan dikatakan merupakan suatu badan hukum, karena harta yayasan merupakan harta terpisah dari harta-harta pengurus-pengurusnya. Menurut peradilan dan hukum, yayasan adalah suatu badan hukum, yang bias bertindak atas nama sendiri. Pada umumnya yayasan bergerak dengan tujuan sosial, seperti Yayasan Rumah Sakit Islam, Yayasan Yatim Piatu, dan sebagainya. 2.2 Riwayat Singkat Koperasi Dalam hal ini dikemukakan beberapa riwayat penting saja, dari gerakan koperasi di Negara Inggris, Perancis, Jerman, Denmark, dan Indonesia. Negaranegara tersebut mempunyai sejarah perkembangan koperasi yang khusus. Inggris memelopori berdirinya koperasi konsumsi Perancis memelopori berdirinya koperasi produksi

Koperasi Mitra Dhuafa (KOMIDA)

Jerman memelopori berdirinya koperasi kredit Denmark memelopori berdirinya koperasi pertanian/peternakan 2.3 Beberapa Perusahaan yang Dikendalikan oleh Pemerintah Pengertian BUMN Pengertian BUMN menurut UU No. 19 tahun 2003 adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan. Tujuan BUMN Tujuannya adalah untuk menciptakan lapangan kerja, pengembangan daerah, merintis sektor yang belum dimasuki swasta, dan menyediakan fasilitas publik. Berbagai Bentuk Perusahaan Negara Berbagai bentuk perusahaan yang dikuasai oleh pemerintah : PD Perjan Perum Persero = Perusahaan Daerah = Perusahaan Jawatan = Perusahaan Umum = Perusahaan Negara Persero (PT)

Bentuk-Bentuk Pemilikan Bisnis Di Amerika Sole Proprietorship Ini adalah bentuk bisnis yang diusahakan oleh perseorangan. Keuntungannya : 1. Mudah memulai 2. Pemilik menerima keuntungan sendiri 3. Ada kebebasan dalam manajemen 4. Tidak banyak peraturan Kelemahannya : 1. Tanggung jawab terhadap utangnya bersifat tidak terbatas 2. Sulit mencari tambahan modal
7

Koperasi Mitra Dhuafa (KOMIDA)

3. Jika bisnisnya makin besar, maka pengusaha akan mengalami kesulitan dalam manajemennya 4. Karyawan bekerja kurang tenang Partnership Adalah suatu asosiasi atau persekutuan, dua orang atau lebih untuk menjalankan suatu usaha mencari keuntungan. Keuntungannya : 1. Mudah mendirikan 2. Saling melengkapi keterampilan dari anggota 3. Ada pembagian keuntungan Kelemahannya : 1. Capital accumulation tidak seefektif corporate 2. Kontinuitas mudah terancam, bila seorang partner behenti 3. Berpotensi konflik Corporations Perseroan ialah suatu asosiasi/gabungan individu menjadi satu kesatuan dengan suatu tujuan dan diizinkan oleh peraturan untuk menggunakan nama umum dan anggotanya dapat berubah tanpa mempengaruhi asosiasi. Keuntungannya : 1. Usia perseroan tidak terbatas 2. Mudah memindahkan saham 3. Mudah memperluas usaha 4. Lebih bersifat permanen Kelemahannya : 1. Ada beban pajak tertentu 2. Bentuk usaha ini lebih sulit dan mahal biayanya 3. Banyak peraturan 4. Banyak pengawasan dari pemerintah Joint-Stock Companies Asosiasi ini bersifat sukareladengan membagi kapital atas sahamsaham. Pemilik saham tidak ikut partisipasi dalam manajemen

Koperasi Mitra Dhuafa (KOMIDA)

perseroan, tetapi mereka memilih direktur yang bertugas dan bertanggung jawab menjalankan perseroan sehari-hari. Business Trust Business trust ini sering bergerakdalambidang investasi. Business trust juga diperkenankan membeli saham/obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Joint Ventures dan Underwriting Syndicates Bentuk ini adalah bentuk tertua dari tipe partnership yang berasal dari Eropa. Eropa berdagang dengan orang-orang Cina, India, dan negara asing lainnya. Setelah usaha selesai, laba dibagikan di antara partner lalu organisasi bubar. Bentuk ini lebih praktis untuk mengurus usaha real estate dan konstruksi besar. Apabila kerjasama ini dilakukan dalam usaha penjualan saham dan obligasi secara besar-besaran, disebut underwriting syndicates, yang berlaku untuk sementara. Coorporatives Bentuk usaha ini agak berbeda dengan bentuk usaha yang ada di atas. Para anggota koperasi membeli saham seperti perseroan. Satu anggota memiliki satu suara tidak memandang berapa sahamnya dalam koperasi. Dan pembagian laba didasarkan atas jumlah saham yang dimiliki. Grup-Grup Perusahaan Grup perusahaan berada di bawah seorang atau sekelompok orang yang berpengaruh besar terhadap manajemen perusahaan. Komoditi yang menjadi andalan bisnisnya bermacam-macam, ada yang saling berhubungan, terintegrasi dari industri hulu sampai ke hilir seperti perusahaan pabrik tepung terigu dengan industri yang memproduksi mie. Ada juga perusahaan yang tidak berhubungan jenis produksinya, seperti usaha penerbitan dengan usaha jalan tol dan perkebunan. Contohnya, Salim Grup, Ciputra Grup, Bakri Brothers, Lamtoro Gung Grup, dan lain-lain.

Koperasi Mitra Dhuafa (KOMIDA)

BAB III STUDI KASUS

3.1 Sejarah Koperasi Mitra Dhuafa KOMIDA (Koperasi Mitra Dhu'afa) sejak bulan Agustus 2005, memulai program Sistem Grameen Bank di Aceh khususnya untuk korban tsunami. Para pendiri KOMIDA sendiri sudah berpengalaman dalam program Grameen Bank sejak 1997. Pada awalnya, KOMIDA memulai program replikasi Grameen Bank dengan badan hukum Yayasan melalui YAYASAN MITRA DHUAFA (YAMIDA). YAMIDA sendiri berdiri sejak pertengahan 2004 dengan tujuan membangun LKM di Indonesia yang besar, profesional dan berkelanjutan. Kegiatan pertama adalah dengan melakukan pelatihan kepada LKM di beberapa wilayah. Selanjutnya, karena Yayasan tidak boleh mempunyai program simpan pinjam, maka KOMIDA memilih badan hukum KOPERASI yang bersifat nasional sejak tahun 2008. Sekitar pertengahan Agustus 2005, KOMIDA mulai beroperasi di NAD dengan kapasitas yang begitu terbatas, dan untuk pertama kalinya pula sistem Grameen Bank ini diperkenalkan di wilayah NAD. Kondisi Aceh pasca Tsunami sangat bergelimpangan, bantuan dari berbagai pihak sehingga membuat KOMIDA sangat perlu berhati-hati dalam memberikan pemahaman tentang seperti apa sistem yang akan diterapkan dalam mendampingi mereka nantinya, karena yang akan diberikan itu Pinjaman bukan bantuan cuma-cuma. Pada tahap awal kegiatan KOMIDA dimulai di Kecamatan Baitusalam, tepatnya di Desa Miruk Lamreudeup, diawali dengan mengadakan pertemuan umum di sebuah meunasah sederhana. Dengan mengundang beberapa para pemuka masyarakat, kepala kampung, serta seluruh masyarakat, baik itu kaum perempuan maupun laki-laki. Pada saat itu pula dijelaskan secara umum tentang seperti apa kegiatan KOMIDA. Dengan anggota yang didapat untuk pertama kalinya berjumlah 15 orang dan semuanya harus kaum perempuan.
10

Koperasi Mitra Dhuafa (KOMIDA)

Kenapa dipilih kaum perempuan, karena melihat begitu banyak kaum perempuan yang memiliki potensi secara langsung dapat membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi keluarganya, dan juga melihat sangat terbatasnya akses untuk perempuan dalam mendapatkan pelayanan dibidang mikro kredit terutama pada bank-bank konvensional dan lembaga keuangan lainnya. 3.2 Visi dan Misi KOMIDA VISI KOMIDA sebagai leader Lembaga Keuangan Mikro yang melayani perempuan miskin di Indonesia. MISI 1. Melakukan pelayanan melalui kredit kepada perempuan miskin dengan menggunakan best practice model dan prinsip transparan, profesional, dan berkelanjutan. 2. Memberikan motivasi kepada kelompok masyarakat perempuan miskin dalam berbagai kepentingan dalam rangka untuk meningkatkan keberdayaannya. 3.3 Struktur Pengurus

11

Koperasi Mitra Dhuafa (KOMIDA)

Dewan Pengawas 1. Sugeng Priyono 2. Lucyanna Pandjaitan 3. Cacih M Dewan Penasihat : 1. Laksmi Djuwita 2. Nining I Soesilo 3. Dedeh Dewan Pengurus : 1. Slamet Riyadi (Ketua) 2. Elin Halimah (Bendahara) 3. Sri Hardono (Sekretaris) 3.4 System Grameen Bank Pengertian System Grameen Bank System Grameen Bank adalah salah satu sistem mikro kredit yang diciptakan oleh Mohammad Yunus tahun 1976 dengan pendekatan yang ramah dengan orang miskin. Sistem ini berdasarkan ide bahwa orang miskin memiliki kemampuan yang kurang digunakan. Yang berbeda dari kredit ini adalah pinjaman diberikan kepada kelompok perempuan produktif yang masih berada dalam status sosial miskin. Pola Grameen bank ini telah diadopsi oleh hampir 130 negara di dunia (kebanyakan di negara Asia dan Afrika). Jika diterapkan dengan konsisten, pola Grameen Bank ini dapat mencapai tujuan untuk membantu perekonomian masyarakat miskin melalui perempuan. Pada tahun 2006, Prof. Muhammad Yunus menerima penghargaan Nobel perdamaian. Sejarah Berdirinya Bank Grameen Tahun 1974 merupakan tahun yang harus dihadapi dengan berat oleh Bangladesh, sebab pada tahun ini Bangladesh masuk kedalam cengkraman kelaparan. Hal ini tentunya sangat memprihatinkan, sebab sebuah negara kecil yang baru meraih kemerdekaannya disertai perekonomian dan perpolitikan yang
12

Koperasi Mitra Dhuafa (KOMIDA)

belum stabil harus mengadapi kelaparan yang mengakibatkan banyak sekali warganya yang meninggal. Muhammad Yunus, Seorang Dosen Universitas Chittagong serta Dekan Fakultas Ekonomi ini sangat risau melihat keadaan tersebut. Saat bencana kelaparan di tahun 1974 sedang melanda Bangladesh, Yunus berpandangan bahwa selama ini segala macam teori ekonomi klasik maupun modern yang secara elegan diajarkan di kampus tidak bisa menjawab permasalahan sosial di negaranya, tidak hanya kelaparan namun juga kemiskinan dan permasalahan sosial ekonomi lainnya. Melihat keadaan yang semakin parah, Yunus memutuskan untuk terjun langsung ke lapangan untuk melihat kondisi riil masyarakat yang mengalami kelaparan dan kemiskinan. Desa Jobra adalah obyek yang menjadi pusat observasi, sebab daerah tersebut dekat dengan kampus. Proyek awal yang dilakukan Yunus adalah mencari tahu berapa banyak keluarga di Desa Jobra yang memiliki lahan garapan dan tanaman yang bisa digarap, keterampilan yang dimiliki penduduk desa, hambatan yang dihadapi dalam peningkatkan kesejahteraan mereka, dan berapa banyak warga yang miskin. Setelah melakukan analisis sebab-akibat, Yunus kemudian melakukan studi tentang ekonomi pertanian yang kemudian dilanjutkan dengan pengembangan desa melalui sektor pertanian. Pengembangan desa yang dilakukan oleh Profesor Muhammad Yunus tidak berhenti pada sektor pertanian saja. Setelah menuai hasil yang positif, pada tahun 1976 Yunus mulai mengunjungi rumah tangga yang paling miskin di Jobra. Kunjungan tersebut melahirkan suatu insiprasi baru ketika Yunus menemui salah satu perajin bangku di Desa Jobra. Hasil perbincangan Yunus kepada perajin tersebut membuahkan kesimpulan bahwa rata-rata warga miskin yang memiliki profesi sebagai pengusaha kecil sangat sulit memperoleh kredit dan bahkan terpaksa meminjam uang kepada rentenir yang tentunya akan memberikan bunga pinjaman yang tinggi sehingga sangat memberatkan si debitur, apalagi debitur merupakan warga miskin. Dari tahun ke tahun, pengembangan desa terus menerus dilakukan. Yunus kemudian membuat suatu proyek percontohan awal yang disebut sebagai Bank Grameen. Proyek ini dibentuk dengan alasan bahwa bank konvensional dan koperasi kredit biasanya meminta pembayaran sekaligus. Hal
13

Koperasi Mitra Dhuafa (KOMIDA)

ini tentunya secara psikologis dirasa sulit oleh peminjam, apalagi yang predikatnya tergolong kaum miskin. Sistem yang dikembangkan oleh Bank Grameen justru berlawanan dengan bank konvensional. Para nasabah yang menjadi anggota dapat mencicil pembayaran dengan nilai nominal uang yang sedemikian kecil sehingga tidak memberatkan si peminjam. Selain itu, nasabah didorong untuk membiasakan diri dalam menabung. Sebab, tabungan terkumpul bisa mereka jadikan pegangan di waktu susah atau digunakan untuk menambah peluang-peluang peningkatan pendapatan. Pada saat itu, Bank Grameen menetapkan 5 persen dari setiap pinjaman menjadi tabungan. Pinjaman dilakukan tidak melalui perseorangan melainkan kelompok. Setelah mengalami kemajuan yang sangat pesat, Bank Grameen mulai membuka cabang di setiap pedesaan di Bangladesh. Kinerja bank juga semakin ditingkatkan. Bank Grameen tidak hanya sekedar memberikan pinjaman yang mudah dijangkau warga miskin, namun juga memberikan pelatihan kepada para peminjam dalam memajukan usahanya. Periode 90-an, Bank Grameen sudah memperlihatkan bagaimana sistem itu efektif bekerja. Para peminjam yang dulunya tergolong miskin, sekarang tidak lagi sekedar melewati garis kemiskinan, namun juga sudah meninggalkannya jauh dibelakang. Salah seorang peminjam yang pernah bertemu langsung dengan Profesor Yunus mengungkapkan bahwa cicilan per minggunya lebih dari 500 taka (US$ 12). 500 taka yang dipinjamnya itu adalah nilai pinjaman pertamanya saat sepuluh tahun yang lalu. Ini berarti bahwa kapasitas mereka untuk meminjam, berinvestasi dan membayar kembali melipat hingga 50 kali dalam 10 tahun. Bank Grameen juga mendirikan sebuah museum yang disebut sebagai Museum Kemiskinan sebagai simbol bahwa kinerja bank selama ini sangat efektif memberantas kemiskinan. Bank Grameen saat ini telah diadopsi oleh lebih dari 100 negara di dunia. Sebagai bentuk penghargaan karena telah berhasil menuntaskan kemiskinan, founding father-nya yakni Profesor Muhammad Yunus memperoleh penghargaan Nobel Perdamaian tahun 2006. Peranan Bank Grameen Dalam Memberantas Kemiskinan di Bangladesh Bank Grameen memiliki peranan besar bagi rakyat kecil. Sistem perbankan yang digunakannya nyaris bertolak belakang dengan yang
14

Koperasi Mitra Dhuafa (KOMIDA)

digunakan oleh bank konvensional. Kenyataannya sampai hari ini bahwa bank konvensional semakin tidak pro pada rakyat. Banyak sekali bank konvensional yang hanya mau mendanai proyek-proyek yang menghasilkan profit besar. Bahkan, mereka juga mempersulit kaum miskin dengan suku bunga pinjaman yang tidak terjangkau dan agunan. Padahal kaum miskin tidak memiliki uang cukup untuk mengembalikan bunga dan mereka juga tidak memiliki agunan. Begitu juga dengan kaum rentenir. Secara prosedural, kaum miskin relatif lebih mudah meminjam uang kepada mereka, tapi bunga pinjamannya sangat tinggi bahkan lebih tinggi dibanding bunga bank konvensional. Baik bank konvensional maupun rentenir saat ini merupakan representasi dari kapitalisme modern dan juga feodalisme, dimana yang miskin semakin miskin, sedangkan yang kaya semakin kaya. Kemiskinan di Bangladesh merupakan persoalan utama. Namun, hadirnya Bank Grameen yang didirikan oleh Muhammad Yunus memberikan suatu peranan besar dalam menjawab solusi kemiskinan yang telah mengakar di Bangladesh selama bertahun-tahun. Bank Grameen tidak hanya memberikan solusi dalam segi finansial kaum miskin, namun juga merubah kebudayaan kolot warga setempat, dimana wanita hanya boleh di dalam rumah dan tidak diperkenankan untuk melakukan aktivitas ekonomi di luar rumah. Dengan hadirnya Bank Grameen, meski wanita tidak diperkenankan melakukan aktivitas ekonomi di luar rumah, namun dengan berbagai solusi, wanita dapat bekerja meski di dalam rumah. Bank Grameen juga merupakan suatu wujud implementasi dari konsistensinya. Sebagai bank kaum miskin, Bank Grameen tidak muncul dalam wujud lembaga keuangan eksklusif sebagaimana bank konvensional lainnya, melainkan menjelma sebagai lembaga yang berada di lingkungan miskin secara riil. Salah satu contoh konkret yang terjadi di Bangladesh adalah code of conduct dalam sistem di Bank Grameen tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh manajer ketika membuka cabang di suatu daerah. Sebagai contoh, seorang manajer datang ke suatu tempat yang telah disepakati untuk didirikan cabang tanpa perkenalan formal. Mereka tidak punya kantor, tidak punya tempat tinggal, dan tak ada seorang pun yang mereka kenal. Tugas pertamanya adalah mendokumentasikan segala sesuatu mengenai wilayah itu. Mereka memang tidak boleh datang ke desa dengan gaya pejabat
15

Koperasi Mitra Dhuafa (KOMIDA)

dengan kemegahan dan mengharapkan hidangan lezat dan kenyamanan. Manajer dan asistennya tersebut harus membayar sendiri penginapannya dan tidak diizinkan untuk menginap di lingkungan mewah. Mereka hanya boleh menginap di rumah terlantar, asrama sekolah, atau kantor dewan setempat. Mereka harus menolak tawaran makan dari warga desa yang berada dengan menjelaskan bahwa itu bertentangan dengan aturan Grameen. Hal ini mengindikasikan bahwa suatu lembaga yang punya orientasi pada kaum miskin memang harus hidup dengan cara yang serba miskin. Oleh sebab itu, Bank Grameen dinyatakan berhasil menuntaskan kemiskinan, sebab Bank Grameen dalam menjalankan misinya tidak hanya berfokus dalam melakukan kredit seperti yang dilakukan oleh bank konvensional pada umumnya, tetapi lebih daripada itu, Bank Grameen menjelma menjadi kaum miskin itu sendiri, karena dengan cara itulah Bank Grameen dapat mengetahui secara utuh tentang segala aspek penyebab kemiskinan dan solusi yang tepat dalam melakukan cut terhadap penyebab kemiskinan di Bangladesh.

16

Koperasi Mitra Dhuafa (KOMIDA)

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan Bentuk-bentuk kepemilikan bisnis di Indonesia itu bermacam-macam. Ada perusahaan perseorangan, firma, CV, PT, Koperasi, Yayasan. Koperasi Mitra Duafa memakai sistem berbeda dengan lembaga keuangan lainnya. Yaitu dengan sistem grameen bank, dimana anggota yang dipilih yaitu anggota masyarakat dari kalangan menengah ke bawah.

4.2 Saran dan Kritik Saran Untuk melakukan perubahan dalam masyarakat dibutuhkan praktek atau tindakan, tidak hanya teori. Kita sebagai penerus bangsa harus bisa membuat perubahan positif di lingkungan masyarakat dengan menciptakan peluang usaha ataupun lapangan pekerjaan. Koperasi Mitra Dhuafa (KOMIDA) membantu rakyat menengah ke bawah untuk keluar dari garis kemiskinan dengan menerapkan kedisiplinan dalam koperasi.

Kritik Biasanya bank atau lembaga keuangan lebih cenderung meminjamkan uang kepada yang mampu memberi jaminan ataupun kalangan masyarakat menengah ke atas. Padahal di Indonesia rakyat menengah ke bawah banyak yang masih produktif, hanya saja di pedalaman tempat kediaman masyarakat menengah ke bawah masih jarang sarana peminjaman modal.

17

Koperasi Mitra Dhuafa (KOMIDA)

DAFTAR PUSTAKA Buchari A, 1992. Pengantar Bisnis. Gegerkalong Hilir: Penerbit Alfabeta. http://mitradhuafa.com/KOMIDA-KoperasiMitraDhuafa/

18

Anda mungkin juga menyukai