Anda di halaman 1dari 4

PAPER ILMIAH

AKADEMI

OLEH
ARIEL RATULANGI
QUIDO RATAG
SAVIO KUNTAG

SMA KATOLIK SEMINARI KAKASKASEN


1

LATAR BELAKANG
Terminologi silentium berasal dari kata “sileō” atau silence yang artinya diam. Jadi dapat
diartikan secara umum sebagai sebuah ketenangan atau kediaman dan perenungan panjang yang
dialami oleh seorang pribadi. Silentium pun dapat kita artikan bukan hanya sekedar tidak
berbicara. Silentium juga berarti ketenangan dalam hati. Penerapan silentium dalam suatu
komunitas memerlukan kerja sama dari setiap pribadi untuk bisa menyadari makna dari silentium
ini.
Betapa pentingnya kita membedakan arti “keheningan” (silence) dan “kesunyian”
(solitude). Sepintas lalu keduanya nampaknya sama, padahal keduanya amat berbeda, sekaligus
keduanya tak terpisahkan. Hubungan keduanya terletak pada keheningan atau silentium adalah
unsur hakiki dari kesunyian. Tanpa keheningan tiada tercipta kesunyian. Demikian juga,
kesunyian tidak akan tercipta tanpa keheningan. Maka, bila keheningan tercipta, terwujudlah
kesunyian. Dalam kesunyian, Allah bekerja secara leluasa, dan secara total kepada jiwa. Jiwa
pun secara aktif, sadar, dan kreatif dalam sikap yang pasif, terbuka terhadap bimbingan Roh
Kudus dan ia setia melaksanakan apa yang dikehendaki Allah. Bila seorang terbuka terhadap
bimbingan Allah dalam kuasa Roh-Nya, maka ia pun akan mencapai persatuan cinta kasih
dengan Allah dalam Kristus. Simaklah apa yang dikatakan S. Paulus, Anak Allah adalah semua
orang yang dibimbing oleh Roh Allah (Rm 8: 14). Sejak saat itu, ia hanya “hidup tersembunyi
bersama Kristus di dalam Allah” (Kol 3:3)
(dikutip dari https://www.carmelia.net/index.php/artikel/tulisan-lepas/1085-peranan-keheningan-
dalam-hidupku)

Silentium bukan lagi kata yang asing bagi Seminaris. Seminari ini telah lama
menerapkan silentium. Silentium ini dimulai setelah doa malam sampai doa sesudah makan
pagi. Sepanjang silentium ini, para seminaris bisa merasakan ketenangan baik secara fisik
maupun batin. Dengan adanya silentium ini, kita diberi waktu untuk diri kita sendiri. Kita
diharapkan mampu menggunakan waktu silentium ini untuk merenungi aktifitas kita sepanjang
hari, dan apa yang harus saya ubah untuk perkembangan diri saya.
Silentium ini sangat berguna bagi perkembangan diri kita, terlebih sebagai seorang
seminaris. Namun apakah silentium ini telah berjalan dengan baik? Apakah setiap seminaris
sadar akan makna dari silentium ini? Berjalannya silentium ini sangat dipengaruhi oleh
kesadaran seminaris tentang makna silentium. Kami berharap dengan adanya karya ilmiah ini,
setiap seminaris dapat menyadari dengan baik makna dari silentium ini. Tentu setelah menyadari
makna, seminaris diharapkan mampu menjalankan silentium lebih baik lagi.
2

RUMUSAN MASALAH
Pembahasan mengenai silentium ini telah kami susun menjadi beberapa poin, yang tersaji
dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
 Apa yang menyebabkan silentium tidak berjalan dengan baik?
 Bagaimana pandangan kita sebagai seminaris secara umum mengenai silentium?
 Apa makna sebenarnya dari silentium?
 Bagaimana kiat yang bisa kita lakukan agar silentium bisa berjalan lebih baik?

TUJUAN PENELITIAN
Tujuan ditulisnya paper ilmiah ini adalah:
 Mengetahui penyebab utama dari tidak berjalannya silentium dengan baik
 Mengetahui pandangan seminaris secara umum mengenai silentium
 Mengetahui makna silentium yang tepat
 Mampu menemukan kiat demi berjalannya silentium dengan baik dan
melaksanakannya

MANFAAT PENULISAN
1

Daftar Pustaka
https://www.kompasiana.com/loreiy/552df67b6ea8340b058b45a0/claustrum-dan-
silentium ( 9 agustus 2022 10:02)
https://www.carmelia.net/index.php/artikel/tulisan-lepas/1085-peranan-
keheningan-dalam-hidupku ( 9 Agustus 2022 10:11)

Anda mungkin juga menyukai