Anda di halaman 1dari 9

Lex et Societatis, Vol. V/No.

4/Jun/2017

BENTUK-BENTUK TINDAK PIDANA OLEH menjalankan praktik pelayanan kesehatan


TENAGA KESEHATAN YANG DAPAT berdasarkan standar dan prosedur perlayanan
DIKENAKAN SANKSI PIDANA DENDA1 kesehatan sebagaimana diatur dalam peraturan
Oleh: Marhcel R. Maramis2 perundang-undangan yang berlaku.
Hak kesehatan mencakup ketersediaan,
ABSTRAK kemampuan untuk mengakses, kemampuan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk untuk menerima dan kualitas layanan
mengetahui bagaimana bentuk-bentuk tindak kesehatan dan faktor-faktor penentu
pidana yang dapat dikenakan sanksi pidana kesehatan. Kesehatan merupakan hak dasar
denda apabila dilakukan oleh tenaga yang mempengaruhi semua aspek kehidupan.
kesehatan. Dengan menggunakan metode Oleh karena itu, hak kesehatan terkait erat
penelitian yuridis normatif, disimpulkan: dengan hak-hak asasi manusia yang lain. Orang-
Bentuk-bentuk tindak pidana yang dapat orang yang sakit tidak dapat menikmati hak
dikenakan sanksi pidana denda apabila atas pendidikan atau partisipasi mereka
dilakukan oleh tenaga kesehatan menurut sepenuhnya, sementara kurangnya makanan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2014 tentang dan perumahan, misalnya membuat hidup
Tenaga Kesehatan, yaitu perbuatan dengan dalam kesehatan yang baik menjadi sulit. Oleh
sengaja menjalankan praktik tanpa memiliki karena itu penting untuk melihat kesehatan
STR (Surat Tanda Registrasi) dan SIP (Surat Izin secara luas.4
Praktik) oleh tenaga Tenaga kesehatan warga Sebagai hak asasi manusia, maka hak
negara Indonesia dan tenaga kesehatan warga kesehatan adalah hak yang melekat pada
negara asing tanpa memiliki STR sementara dan seseorang karena kelahirannya sebagai
SIP. manusia, bukan karena pemberian seseorang
Kata kunci: Bentuk-bentuk tindak pidana, atau negara, karenannya tentu saja tidak dapat
tenaga kesehatan, sanksi pidana, denda. dicabut dan dilanggar oleh siapapun. Negara
sebagai pengemban amanat untuk
PENDAHULUAN mensejahterakan masyarakat dan bahwa sehat
A. Latar Belakang itu tidak hanya sekedar bebas dari penyakit
Penjelasan Atas Undang-Undang Nomor 36 tetapi adalah kondisi sejahtera dari badan, jiwa
Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan. dan sosial yang memungkinkan setiap orang
I.Umum, kesehatan merupakan hak asasi hidup produktif secara ekonomis, maka sesuai
manusia, artinya setiap orang mempunyai hak dengan norma HAM, negara berkewajiban
yang sama dalam memperoleh akses pelayanan untuk menghormati, melindungi dan
kesehatan. Kualitas pelayanan kesehatan yang memenuhi hak-hak asasi kesehatan tersebut.5
aman, bermutu dan terjangkau juga merupakan Terjadinya pelanggaran atas Atas Undang-
hak seluruh masyarakat Indonesia. Dengan Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
berkembangnya ilmu pengetahuan dan Kesehatan dapat mengakibatkan dikenakan
teknologi dalam rangka melakukan upaya sanksi hukum terhadap tenaga kesehatan dan
kesehatan tersebut perlu didukung dengan sanksi hukum tersebut dapat berupa sanksi
sumberdaya kesehatan, khususnya tenaga disiplin; sanksi administrasi; sanksi pidana
kesehatan yang memadai, baik dari segi penjara dan pidana denda. Oleh karena itu
kualitas, kuantitas maupun penyebarannya.3 diperlukan ketaatan dan kepatuhan tenaga
Apabila hak memperoleh pelayanan kesehatan dalam menjalankan praktik
kesehatan tidak terpenuhi, maka hal itu pelayanan kesehatan.
merupakan pelanggaran hak asasi manusia, Oleh karena itu untuk mencegah tenaga
sehingga perlu diupayakan agar tenaga kesehatan melakukan pelanggaran disiplin,
kesehatan sesuai dengan keahliannya dapat pelanggaran administrasi dan bentuk-bentuk
perbuatan yang dapat dikualifikasikan sebagai
1
Artikel
2 4
Dosen pada Fakultas Hukum Unsrat, S1 pada Eka Julianta Wahjoepramono, Konsekuensi Hukum,
Fakultas Hukum Unsrat, S2 Pascasarjana Unsrat. Dalam Profesi Medik, CV. Karya Putra Darwati,
3
Penjelasan Atas Undang-Undang Nomor 36 Tahun Bandung. 2012, hal.55.
5
2014 tentang Tenaga Kesehatan. I.Umum. Ibid, hal. 56-57.

133
Lex et Societatis, Vol. V/No. 4/Jun/2017

tindak pidana, maka diperlukan upaya bentuk tindak pidana yang terbukti dilakukan
pembinaan dan pengawasan oleh pihak yang oleh tenaga kesehatan.
telah diberikan kewenangan oleh peraturan Perbuatan pidana adalah perbuatan yang
perundang-undangan seperti pemerintah yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan
dilaksanakan oleh menteri kesehatan, mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa
pemerintah daerah, konsil tenaga kesehatan pidana tertentu, bagi barang siapa yang
dan organisasi profesi. melanggar larangan tersebut. 7 Dapat juga
Menurut Penjelasan Atas Undang-Undang dikatakan bahwa perbuatan pidana adalah
Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga perbuatan oleh suatu aturan hukum dilarang
Kesehatan. I.Umum, pembinaan dan dan diancam pidana, asal saja dalam pada itu
pengawasan mutu tenaga kesehatan terutama diingat bahwa larangan ditujukan kepada
ditujukan untuk meningkatkan kualitas tenaga perbuatan (yaitu suatu keadaan atau kejadian
kesehatan sesuai dengan kompetensi yang yang ditimbulkan oleh kelakuan orang),
diharapkan dalam mendukung sedangkan ancaman pidananya ditujukan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi kepada orang yang menimbulkan kejadian itu.8
seluruh penduduk Indonesia. Pembinaan dan Bilamana suatu perbuatan dapat disebut
pengawasan mutu tenaga kesehatan dilakukan sebagai suatu tindak pidana, maka perbuatan
melalui peningkatan komitmen dan koordinasi tersebut harus memenuhi 5 (lima) unsur,
semua pemangku kepentingan dalam sebagai berikut:
pengembangan tenaga kesehatan serta legislasi 1. Harus ada suatu kelakuan (gedraging);
yang antara lain meliputi sertifikai melalui uji 2. Kelakuan itu harus sesuai dengan uraian
kompetensi, registrasi, perizinan dan hak-hak undang-undang (wetterlijkeomshrijving);
tenaga kesehatan. Penguatan sumberdaya 3. Kelakuan itu adalah kelakuan tanpa hak
dalam mendukung pengembangan dan (melawan hukum);
pemberdayaan tenaga kesehatan dilakukan 4. Kelakuan itu dapat diberatkan
melalui peningkatan kapasitas tenaga (dipertanggungjawabkan) kepada pelaku;
kesehatan, penguatan sistem informasi tenaga 5. Kelakuan itu diancam dengan pidana.9
kesehatan serta peningkatan pembiayaan dan Pemberlakuan sanksi pidana, khususnya
fasilitas pendukung lainnya. pidana denda bagi tenaga kesehatan yang
Dalam rangka memberikan perlindungan melakukan pelanggaran atas Undang-Undang
hukum dan kepastian hukum kepada tenaga Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
kesehatan baik yang melakukan pelayanan Kesehatan merupakan upaya hukum untuk
langsung kepada masyarakat maupun yang memberikan efek jera dan agar supaya dapat
tidak langsung dan kepada masyarakat dicegah terjadinya kembali perbuatan yang
penerima pelayanan itu sendiri diperlukan sama baik oleh pelaku maupun pihak lain,
adanya landasan hukum yang kuat yang sejalan khususnya tenaga kesehatan.
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang kesehatan serta sosial B. RUMUSAN MASALAH
ekonomi dan budaya.6 Bagaimanakah bentuk-bentuk tindak pidana
Terjadinya bentuk-bentuk perbuatan yang yang dapat dikenakan sanksi pidana denda
tergolong sebagai tindak pidana apabila apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan ?
dilakukan oleh tenaga kesehatan perlu
diselesaikan melalui prosedur hukum yang C. METODE PENELITIAN
berlaku dan apabila dapat dibuktikan telah Penulis menggunakan metode penelitian
terjadi pelanggaran atas Undang-Undang hukum normatif dalam penulisan karya ilmiah
Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga ini. Untuk mengumpulkan data sekunder
Kesehatan dan perbuatan tersebut merupakan sebagai penunjang dilakukan melalui studi
tindak pidana, maka penegakan sanksi pidana
wajib diberlakukan sesuai dengan bentuk- 7
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Edisi Revisi,
PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hal. 59.
8
Ibid.
6 9
Penjelasan Atas Undang-Undang Nomor 36 Tahun Roni Wiyanto, Asas-Asas Hukum Pidana, Cetakan
2014 tentang Tenaga Kesehatan. I.Umum. ke-l. Mandar Maju, Bandung, 2012, hal. 163-164.

134
Lex et Societatis, Vol. V/No. 4/Jun/2017

kepustakaan. Data sekunder yang dimaksud dengan sengaja memberikan pelayanan


ialah: bahan-bahan hukum primer, sekunder kesehatan tanpa memiliki STR sementara
dan tersier dan dapat diuraikan sebagai berikut: sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1).
1. Bahan-bahan hukum primer: Peraturan Pasal 55 ayat (1): tenaga kesehatan warga
Perundang-undangan yang mengatur hal- negara asing yang telah mengikuti proses
hal yang berkaitan dengan kesehatan; evaluasi kompetensi dan yang akan melakukan
2. Bahan-bahan hukum sekunder: literatur- praktik di Indonesia harus memiliki STR
literatur, jurnal-jurnal hukum, karya-karya sementara dan SIP.
tulis; Sesuai ketentuan-ketentuan hukum yang
3. Bahan-bahan hukum tersier: kamus umum berlaku sebagaimana diatur dalam Pasal 85
dan kamus hukum. ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 36
Bahan-bahan hukum primer dan sekunder Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan,
dianalisis dengan cara normatif-kualitatif. menunjukkan adanya kewajiban tenaga
Sumber-sumber penelitian hukum dapat kesehatan untuk memiliki STR (Surat Tanda
dibedakan menjadi sumber-sumber penelitian Registrasi) dan bagi tenaga kesehatan warga
yang berupa bahan-bahan hukum primer negara asing yang telah mengikuti proses
merupakan bahan hukum yang bersifat evaluasi kompetensi wajib memiliki STR
autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan- sementara dan SIP (Surat Izin Praktik). Hal ini
bahan primer terdiri dari perundang-undangan, menunjukkan ketentuan-ketentuan hukum ini
catatan-catatan resmi atau risalah dalam diberlakukan untuk semua tenaga kesehatan
pembuatan perundang-undangan dan putusan- termasuk tenaga kesehatan warga negara
putusan hakim, sedangkan bahan-bahan asing.
sekunder berupa semua publikasi tentang Baik tenaga kesehatan warga negara
hukum yang bukan merupakan dokumen- Indonesia maupun tenaga kesehatan warga
dokumen resmi. Publikasi tentang hukum negara asing yang menjalankan praktik
meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, pelayanan kesehatan di negara Republik
jurnal-jurnal hukum dan komentar-komentar Indonesia wajib menaati hukum yang berlaku,
atas putusan pengadilan.10 khususnya peraturan perundang-undangan di
bidang kesehatan.
PEMBAHASAN Hukum kesehatan adalah semua ketentuan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 hukum yang berhubungan langsung dengan
tentang Tenaga Kesehatan menyatakan pada pemeliharaan atau pelayanan kesehatan dan
Pasal 85 ayat (1) setiap tenaga kesehatan yang penerapannya. Hal ini berarti hukum kesehatan
dengan sengaja menjalankan praktik tanpa adalah aturan tertulis mengenai hubungan
memiliki STR sebagaimana dimaksud dalam antara pihak pemberi pelayanan kesehatan
Pasal 44 ayat (1). Berkaitan dengan registrasi dengan masyarakat atau anggota masyarakat.
dan perizinan, maka Undang-Undang Nomor 36 Dengan sendirinya hukum kesehatan itu
Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan telah mengatur hak dan kewajiban masing-masing
mengatur dalam Pasal 44 ayat (1): setiap penyelenggara pelayanan dan penerima
tenaga kesehatan yang menjalankan praktik pelayanan atau masyarakat, baik sebagai
wajib memiliki STR. perorangan (pasien) atau kelompok
11
Bentuk-bentuk tindak pidana oleh tenaga masyarakat.
kesehatan yang dapat dikenakan sanksi pidana Tujuan utama hukum kesehatan adalah
denda merupakan perbuatan yang dilakukan mengurangi gangguan kesehatan dan/atau
dengan sengaja menjalankan praktik tanpa mencegah munculnya gangguan tersebut, serta
memiliki STR (Surat Tanda Registrasi). mengembangkan potensi individu dan
12
Pada Pasal 85 ayat (2) dinyatakan: setiap masyarakat untuk mengatasinya.
tenaga kesehatan warga negara asing yang
11
Soekidjo Notoatmodjo, Etika & Hukum Kesehatan,
10 Rineka Cipta, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hal. 44.
Peter Marzuki Mahmud, Penelitian Hukum, Edisi 12
Katarina Tomasevski, Hak Atas Kesehatan, Dalam
Pertama Cetakan ke-2, Kencana Prenada Media Ifdhal Kasim dan Johanes da Masenus Arus, (Editor),
Group, Jakarta, 2006. hal. 141. Hak Ekonomi, Sosial, Budaya, Esai-Esai Pilihan.

135
Lex et Societatis, Vol. V/No. 4/Jun/2017

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 pembagian tugas adalah adanya koordinasi dan
tentang Tenaga Kesehatan, Pasal 86 ayat: pengawasan.13
(1) setiap tenaga kesehatan yang menjalankan Izin diterapkan oleh pejabat negara,
praktik tanpa memiliki izin sebagaimana sehingga dilihat dari penempatannya maka izin
dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) dipidana adalah instrumen pengendalian dan alat
dengan pidana denda paling banyak Rp. pemerintah untuk mencapai apa yang menjadi
100.000.000.00 (seratus juta rupiah). sasarannya. Menurut Ahmad Sobana,
(2) setiap tenaga kesehatan warga negara mekanisme perizinan dan izin yang diterbitkan
asing yang dengan sengaja memberikan untuk pengedalian dan pengawasan
palayanan kesehatan tanpa memiliki SIP administrasi bisa dipergunakan sebagai alat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat untuk mengevaluasi keadaan dan tahapan
(1) dipidana dengan pidana denda paling perkembangan yang ingin dicapai, di samping
banyak Rp. 100.000.000.00 (seratus juta untuk mengendalikan arah perubahan dan
rupiah). mengevaluasi keadaan, potensi, serta kendala
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 yang disentuh untuk berubah.14
tentang Tenaga Kesehatan, Pasal 46 ayat (1): Paling penting dalam proses penerbitan izin
setiap tenaga kesehatan yang menjalankan ini adalah persoalan siapa yang paling
praktik di bidang pelayanan kesehatan wajib berwenang memberikan izin. Ini sangat penting
memiliki izin. karena izin merupakan bentuk keputusan tata
Sesuai dengan ketentuan-ketentuan hukum usaha negara. Izin dapat dikatakan sebagai
sebagaimana diatur dalam Pasal 85 dan Pasal keputusan tata usaha negara karena ia
86 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 dikeluarkan oleh pejabat tata usaha negara,
tentang Tenaga Kesehatan, maka dapat yaitu pemerintah atas permohonan yang
dipahami bentuk-bentuk perbuatan yang dapat diajukan oleh badan hukum perdata atau
dikenakan pidana denda apabila dilakukan oleh perorangan. Pemerintah merupakan pejabat
tenaga kesehatan yaitu: tata usaha negara, karena ia melaksanakan
1. Setiap tenaga kesehatan yang dengan fungsi untuk menyelenggarakan urusan
sengaja menjalankan praktik tanpa pemerintahan baik di tingkat pusat dan daerah
memiliki STR Surat Tanda Registrasi); dengan berdasarkan peraturan perundang-
2. Tenaga kesehatan warga negara asing undangan yang berlaku.15
yang dengan sengaja memberikan Di sisi lain dilihat dari pengertian keputusan
pelayanan kesehatan tanpa tata usaha negara itu sendiri memiliki sifat-fifat
memiliki STR sementara dan SIP; keputusan tersebut yaitu bahwa izin bersifat
3. Tenaga kesehatan yang menjalankan konkret. Artinya obyek yang diputuskan dalam
praktik tanpa memiliki izin; tata usaha negara itu tidak abstrak melainkan
4. Tenaga kesehatan warga negara asing berwujud, tertentu, dan ditentukan. Izin
yang dengan sengaja memberikan memiliki sifat individual, artinya bahwa dalam
pelayanan kesehatan tanpa izin itu harus disebutkan dengan jelas siapa
memiliki SIP. yang diberikan izin. Izin bersifat final, di mana
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan izin seseorang telah mempunyai hak
izin adalah perangkat hukum adminsitrasi yang untuk melakukan sesuatu perbuatan hukum
digunakan pemerintah untuk mengendalikan sesuai sengan isinya yang secara definisif dapat
warganya agar berjalan dengan teratur dan menimbulkan akibat hukum tertentu.16
untuk tujuan ini diperlukan perangkat Berkaitan dengan registrasi dan perizinan
administrasi. Salah satu perangkat administrasi Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
adalah organisasi dan agar organisasi ini Tenaga Kesehatan, menyatakan pada Pasal 44
berjalan dengan baik, perlu dilakukan ayat:
pembagian tugas. Sendi utama dalam
13
H. Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik Sudrajat,
Op.Cit, hal. 92.
14
(Buku 2), Cetakan Pertama, Lembaga Studi dan Ibid, hal. 92.
15
Advokasi Masyarakat (ELSAM) Jakarta. 2001. hal. Ibid, hal. 93.
16
266. Ibid.

136
Lex et Societatis, Vol. V/No. 4/Jun/2017

(1) Setiap tenaga kesehatan yang menjalankan kesehatan yang berwenang di


praktik wajib memiliki STR kabupaten/kota tempat tenaga kesehatan
(2) STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjalankan praktiknya.
diberikan oleh konsil masing-masing tenaga (4) Untuk mendapatkan SIP sebagaimana
kesehatan setelah memenuhi persyaratan. dimaksud pada ayat (2) tenaga kesehatan
(3) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada harus memiliki:
ayat (2) meliputi: a. STR yang masih berlaku;
a. memiliki ijazah pendidikan di bidang b. Rekomendasi dari Organisasi Profesi;
kesehatan; dan
b. memiliki sertifikat kompetensi atau c. Tempat praktik.
sertifikat profesi; 5. SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
c. memiliki surat keterangan fisik dan masing-masing berlaku hanya untuk 1 (satu)
mental; tempat.
d. memiliki surat pernyataan telah 6. SIP masih berlaku sepanjang:
mengucapkan sumpah/janji profesi; dan a. STR masih berlaku; dan
e. membuat pernyataan mematuhi dan b. Tempat praktik masih sesuai dengan
melaksanakan ketentuan etika profesi. yang tercantum dalam SIP.
(4) STR berlaku selama 5 (lima ) tahun dan 7. Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan
dapat diregistrasi ulang setelah memenuhi diatur sebagaimana diamaksud pada ayat (1)
persyaratan. diatur dengan Peraturan Menteri.
(5) Persyaratan untuk registrasi ulang Pasal 47: Tenaga Kesehatan yang
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) menjalankan praktik mandiri harus memasang
meliputi: papan nama praktik.
a. memiliki STR lama; Sesuai dengan ketentuan-ketentuan hukum
b. memiliki sertifikat kompetensi atau yang berlaku, sebagaimana diatur pada Pasal
sertifikat profesi; 44, 45 dan 46 Undang-Undang Nomor 36 Tahun
c. memiliki surat keterangan fisik dan 2014, maka dapat dipahami bagi tenaga
mental; kesehatan yang menjalankan praktik pelayanan
d. membuat pernyataan mematuhi dan kesehatan memerlukan:
melaksanakan ketentuan etika profesi; 1. STR (Surat Tanda Registrasi) yang diberikan
e. telah mengabdikan diri sebagai tenaga oleh konsil masing-masing tenaga kesehatan
profesi atau vokasi di bidangnya; dan yang tergabung dalam Konsil Tenaga
f. memenuhi kecukupan dalam bidang Kesehatan Indonesia;
kegiatan pelayanan, pendidikan, 2. SIP (Surat Izin Praktik) yang diberikan oleh
pelatihan dan/atau kegiatan ilmiah pemerintah daerah kabupaten/kota atas
lainnya; rekomendasi pejabat kesehatan yang
Pasal 45: Ketentuan lebih lanjut mengenai berwenang di kabupaten/kota tempat
tata cara registrasi dan registrasi ulang tenaga kesehatan menjalankan praktiknya.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 diatur 3. Tenaga Kesehatan dapat melakukan
dalam praturan konsil masing-masing tenaga registrasi dan registrasi ulang STR sesuai
kesehatan. dengan tata cara yang berlaku.
Berkaitan dengan perizinan dalam Undang- Disebutkan bahwa izin merupakan
Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga instrumen yuridis yang berbentuk ketetapan
Kesehatan, dinyatakan pada Pasal 46 ayat: yang digunakan oleh pemerintah dalam
(1) Setiap tenaga kesehatan yang menjalankan menghadapi peristiwa konkret dan individual.
praktik di bidang pelayanan kesehatan Peristiwa konkres artinya peristiwa yang terjadi
wajib memiliki izin. pada waktu tertentu, orang tertentu, tempat
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertentu, dan fakta hukum tertentu, karna
diberikan dalam bentuk SIP peristiwa konkret ini deragam, sejalan dengan
(3) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) keragaman perkembangan masyarakat, izin pun
diberikan oleh pemerintah daerah memiliki berbagai keragaman. Izin yang
kabupaten/kota atas rekomendasi pejabat jenisnya beragam itu dibuat dalam proses yang

137
Lex et Societatis, Vol. V/No. 4/Jun/2017

cara prosedurnya tergantung dari kewenangan pidana berkaitan dengan pelaksanaan praktik
pemberi izin, macam izin dan struktur pelayanan kesehatan tanpa izin dan ancaman
organisasi instansi menerbitkannya.17 sanksi pidana denda yang dapat diberlakukan.
Berbagai jenis izin dan instansi pemberi izin Oleh karena itu tenaga kesehatan tidak boleh
dapat saja berubah seiring dengan perubahan dengan sengaja menjalankan praktik pelayanan
kebijakan peraturan perundang-undangan yang kesehatan apabila:
terkait dengan izin tersebut. meskipun 1. Tidak memiliki STR (Surat Tanda Registrasi);
demikian, izin akan tetap ada dan digunakan 2. Bagi tenaga kesehatan warga negara asing
dalam setiap penyelenggaraan pemerintahan tidak yang dengan sengaja memiliki STR
dan kemasyarakatan.18 sementara dan SIP;
Pada umumnya permohonan izin harus 3. Tenaga kesehatan tidak memiliki izin;
menempuh prosedur tertentu yang ditentukan 4. Tenaga kesehatan warga negara asing tidak
oleh pemerintah, selaku pemberi izin. memiliki SIP.
Disamping harus menempuh prosedur tertentu, Hukum pidana merupakan bagian dari
permohon izin juga harus memenuhi hukum publik. Hukum pidana terbagi menjadi
persyaratan-persyaratan tertentu yang dua bagian, yaitu hukum pidana materiil dan
ditentukan secara sepihak oleh pemerintah hukum pidana formal. Hukum pidana materiil
atau pemberi izin. Prosedur dan persyaratan mengatur penentuan tindak pidana, pelaku
perizinan itu berbeda-benda tergangtung jenis tindak pidana dan pidana (sanksi). Di Indonesia,
izin, tujuan izin dan instansi pemberi izin.19 hukum pidana materiil diatur dalam Kitab
Menurut Soehino, syarat-syarat dalam izin itu Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Hukum
bersifat konstitutif dan kondisional. Bersifat pidana formal mengatur pelaksanaan hukum
konstitutif, karena ditentukan suatu perbuatan pidana materiil. Di Indonesia, pengaturan
atau tingka laku tertentu yang harus (terlebhi hukum pidana formal telah disahkan dengan
dahulu) dipenuhi, artinya dalam hal pemberian UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
izin itu ditetukan suatu perbuatan konkret, dan Pidana (KUHAP).21
bila tidak dipenuhi dapat dikenai sanksi. I.S. Susanto menyebut fungsi primer dari
Bersifat kondisional, karena penilaian tersebut hukum dalam tiga pokok soal, yaitu pertama,
baru ada dan dapat dilihat serta dapat dinilai Perlindungan hukum mempunyai fungsi untuk
setelah perbuatan atau tingkah laku yang melindungi masyarakat dari ancaman bahaya
diisyaratkan itu terjadi. Penentuan prosedur dan tindakan-tindakan yang merugikan yang
dan persyaratan perizinan ini dilakukan secara datang dari sesamanya dan kemlompok
sepihak oleh pemerintah. Meskipun demikian, masyarakat, termasuk yang dilakukan oleh
pemerintah tidak boleh membuat atau pemegang kekuasaan (pemerintah dan negara)
menetukan prosedur dan persyaratan menurut dan yang datang dari luar yang ditujukan
kehedaknya sendiri secara arbitrer (sewenang- terhadap fisik, jiwa, kesehatan, nilai-nilai dan
wenang), tetapi harus sejalan dengan peraturan hak-hak asasinya.22
perundang-undangan yang menjadi dasar dari Kedua, keadilan. Fungsi lain dari hukum
perizinan tersebut. dengan kata lain, adalah menjaga, melindungi dan memberikan
pemerintah tidak boleh menentukan syarat keadilan bagi seluruh rakyat. Ketiga,
yang melampaui batas tujuan yang hendak Pembangunan. Hukum digunakan sebagai
dicapai oleh peraturan hukum yang menjadi kendaraan baik dalam menentukan arah,
dasar perizinan bersangkutan.20 tujuan, pelaksanaan dan pengawasan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 pembangunan secara adil. Penggunaan hukum
tentang Tenaga Kesehatan, telah mengatur dalam pembangunan guna mewujudkan
secara jelas mengenai bentuk-bentuk tindak
21
Wawan Muhwan Hariri, Pengantar Ilmu Hukum,
17
Ridwan HR, Hukum Adminstrasi Negara, Edisi l. Cet. l. Pustaka Setia. Bandung. 2012, hal. 221.
22
Cet. 4. PT. RadjaGrafindo, Jakarta, 2008, hal. 215- Jonaedi Efendi, Mafia Hukum (Mengungkap
216. Praktik Tersembunyi Jual Beli Hukum dan Alternatif
18
Ibid, hal. 216 Pemberantasannya Dalam Prespektif Hukum
19
Ibid, hal. 216-217 Progresif), Cetakan Pertama, PT. Prestasi
20
Ibid. hal. 217. Pustakaraya, Jakarta, 2010, hal. 96.

138
Lex et Societatis, Vol. V/No. 4/Jun/2017

kesejahteraan bagi seluruh aspek kehidupan Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan
seperi aspek ekonomi, sosial, politik, kultur dan pembinaan dan pengawasan kepada tenaga
spiritual.23 kesehatan dengan melibatkan konsil masing-
Menurut Ali Mahrus, perbuatan pidana masing tenaga kesehatan dan Organisasi
menunjuk pada perbuatan baik secara aktif Profesi sesuai kewenangannya.
maupun secara pasif, sedangkan apakah pelaku Pasal 81: Pembinaan dan Pengawasan
ketika melakukan perbuatan pidana patut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80
dicela atau memiliki kesalahan, bukan diarahkan untuk:
merupakan wilayah perbuatan pidana, tetapi a. meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
sudah masuk pada pertanggungjawaban yang diberikan oleh tenaga kesehatan;
pidana.24 b. melindungi penerima pelayanan kesehatan
Secara singkat ajaran sifat melawan hukum dan masyarakat atas tindakan yang
formal menyatakan bahwa apabila suatu dilakukan tenaga kesehatan; dan
perbuatan telah mencocoki semua unsur yang c. memberikan kepastian hukum bagi
termuat dalam rumusan tindak pidana, masyarakat dan tenaga kesehatan.
perbuatan tersebut adalah tindak pidana, jika Pasal 82: Ketentuan lebih lanjut mengenai
ada alasan-alasan pembenar, maka alasan- pembinaan dan pengawasan sebagaimana
alasan tersebut harus juga disebutkan secara dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
tegas dalam undang-undang. Ajaran yang peraturan pemerintah.
materiel mengatakan bahwa di samping Adanya pembinaan dan pengawasan oleh
memenuhi syarat-syarat formal, yaitu Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan
mencocoki semua unsur yang tercantum dalam pembinaan dan pengawasan kepada tenaga
rumusan delik, perbuatan itu harus benar- kesehatan dengan melibatkan konsil masing-
benar dirasakan oleh masyarakat sebagai masing tenaga kesehatan dan Organisasi
perbuatan yang tidak patut atau tercela, karena Profesi sesuai kewenangannya akan sangat
itu pula ajaran ini mengakui alasan-alasan mendukung pelaksanaan Undang-Undang
pembenar di luar undang-undang. Dengan Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
perkataan lain, alasan pembenar dapat berada Kesehatan yang diharapkan dapat memberikan
pada hukum yang tidak tertulis.25 kepastian hukum, keadilan dan kemanfaatan
Untuk mencegah terjadinya tindak pidana bagi masyarakat dan tenaga kesehatan di
oleh tenaga kesehatan berkaitan dengan bidang pelayanan kesehatan.
praktik pelayanan kesehatan yang dilakukan Gustav Radbruch membagi 3 (tiga) bidang
tanpa izin baik oleh tenaga kesehatan warga kajian yang menjadi tujuan filsafat hukum
negara Indonesia dan tenaga kesehatan warga untuk mencari, menemukan dan
negara asing, maka diperlukan upaya menganalisisnya, yaitu aspek keadilan yaitu
pembinaan dan pengawasan yang efektif oleh menyangkut keselarasan, keseimbangan dan
pejabat dari lembaga yang telah diberikan keserasian antara hak dan kewajiban subjek
kewenangan melakukan pembinaan dan hukum; aspek tujuan keadilan atau finalitas
pengawasan sesuai dengan Undang-Undang yaitu menentukan isi hukum agar sejalan
Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga dengan tujuan yang hendak dicapai dengan
Kesehatan. hukum sebagai instrumentalnya; dan aspek
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 kepastian hukum atau legalitas, yaitu menjamin
tentang Tenaga Kesehatan, telah mengatur bahwa hukum mampu memberikan dan
mengenai Pembinaan dan Pengawasan menetapkan hak atas sesuatu dari seseorang
sebagaimana dinyatakan pada Pasal 80: sebagai subjek hukum.26
Seorang filsuf hukum Jerman yang bernama
23
Ibid.
Gustav Radbruch mengajarkan adanya tiga ide
24
Ali Mahrus, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Cetakan dasar hukum, yang oleh sebagian besar pakar
Pertama, Sinar Grafika, Jakarta, 2011. hal. 97 teori hukum dan filsafat hukum, juga
25
Junivers Girsang, Abuse of Power (Penyalahgunaan
26
Kekuasaan Aparat Penegak Hukum Dalam Dominikus Rato, Filsafat Hukum (Mencari
Penanganan Tindak Pidana Korupsi, J.G. Publishing. Menemukan dan Memahami Hukum, (Editor) Husni
Jakarta, 2012, hal. 12-13). Thamrin, LaksBang Justitia. Surabaya. 2011, hal. 28.

139
Lex et Societatis, Vol. V/No. 4/Jun/2017

diidentikan sebagai tiga tujuan hukum, di dilakukan oleh tenaga kesehatan berkaitan
antaranya keadilan, kemanfaatan dan kepastian dengan pelaksanaan praktik pelayanan
hukum.27 kesehatan tanpa memiliki STR dan SIP.
Menurut Penjelasan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 PENUTUP
Tentang Praktik Kedokteran I. Umum, Bentuk-bentuk tindak pidana yang dapat
menjelaskan pembangunan bidang kesehatan dikenakan sanksi pidana denda apabila
pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan dilakukan oleh tenaga kesehatan menurut
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2014 tentang
sehat bagi setiap orang untuk mewujudkan Tenaga Kesehatan, yaitu perbuatan dengan
derajat kesehatan yang optimal sebagai salah sengaja menjalankan praktik tanpa memiliki
satu unsur kesejahteraan sebagaimana STR (Surat Tanda Registrasi) dan SIP (Surat Izin
diamanatkan oleh Pembukaan Undang-Undang Praktik) oleh tenaga Tenaga kesehatan warga
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.28 negara Indonesia dan tenaga kesehatan warga
Dokter dan dokter gigi sebagai salah satu negara asing tanpa memiliki STR sementara dan
komponen utama pemberi pelayanan SIP.
kesehatan kepada masyarakat mempunyai Terjadinya tindak pidana oleh tenaga
peranan yang sangat penting karena terkait kesehatan warga negara Indonesia dan warga
langsung dengan pemberian pelayanan negara asing dapat dicegah melalui upaya
kesehatan dan mutu pelayanan yang diberikan. pembinaan dan pengawasan yang efektif oleh
Landasan utama bagi dokter dan dokter gigi pemerintah, pemerintah daerah, Konsil Tenaga
untuk dapat melakukan tindakan medis Kesehatan Indonesia dan Organisasi Profesi.
terhadap orang lain adalah ilmu pengetahuan, Koordinasi dan kerjasama diperlukan oleh
teknologi, dan kompetensi yang dimiliki, yang lembaga-lembaga tersebut dalam melakukan
diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan. pemantauan, evaluasi dan pelaporan
Pengetahuan yang dimilikinya harus terus pelaksanaan praktik pelayanan kesehatan oleh
menerus dipertahankan dan ditingkatkan sesuai tenaga kesehatan.
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi itu sendiri, sebagaimana dijelaskan DAFTAR PUSTAKA
dalam Penjelasan Undang-Undang Republik Ali Achmad, Menguak Teori Hukum (Legal
Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Theory) & Teori Peradilan
Praktik Kedokteran I. Umum.29 (Judicialprudence) Termasuk Undang-
Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 36 Undang (Legisprudence) Volume I
Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan Pemahaman Awal, Kencana Prenada
diharapkan mampu memberikan kepastian Media Group, Jakarta, 2010.
hukum, keadilan dan kemanfaatan baik bagi Efendi Jonaedi, Mafia Hukum (Mengungkap
tenaga kesehatan maupun masyarakat Praktik Tersembunyi Jual Beli Hukum
penerima pelayanan kesehatan. Melalui dan Alternatif Pemberantasannya
Pembinaan dan Pengawasan pelaksanaan Dalam Prespektif Hukum Progresif),
undang-undang ini diharapkan dapat mencegah Cetakan Pertama, PT. Prestasi
terjadinya bentuk-bentuk tindak pidana yang Pustakaraya, Jakarta, 2010.
Girsang Junivers, Abuse of Power
27
(Penyalahgunaan Kekuasaan Aparat
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) Penegak Hukum Dalam Penanganan
& Teori Peradilan (Judicialprudence) Termasuk Tindak Pidana Korupsi, J.G. Publishing.
Undang-Undang (Legisprudence) Volume I
Jakarta, 2012.
Pemahaman Awal, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, 2010, hal. 288.
Hamzah Andi, Terminologi Hukum Pidana,
28
Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia (Editor) Tarmizi, Ed. 1. Cet. 1. Sinar
Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran I. Grafika, Jakarta, 2008.
Umum. Hamzah Andi, Asas-Asas Hukum Pidana, Edisi
29
Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Revisi, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2008.
Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran I.
Umum.

140
Lex et Societatis, Vol. V/No. 4/Jun/2017

Hariri Muhwan Wawan, Pengantar Ilmu Praktik Kedokteran, Djambatan,


Hukum, Cet. l. Pustaka Setia. Bandung. Cetakan Ketiga. Edisi Revisi, Jakarta,
2012. 2007.
Hartanti Evi, Tindak Pidana Korupsi, Ed. 2. Cet. Wiranata Gede A.B. I., Dasar-Dasar Etika dan
1. Sinar Grafika, Jakarta, 2007. Moralitas, Citra Aditya Bakti, Bandung,
HR Ridwan, Hukum Adminstrasi Negara, Edisi l. 2005.
Cet. 4. PT. RadjaGrafindo, Jakarta, Wahjoepramono Julianta Eka, Konsekuensi
2008. Hukum, Dalam Profesi Medik, CV. Karya
Kansil C.S.T. dan Christine S.T. Kansil, Pokok- Putra Darwati, Bandung. 2012.
Pokok Etika Profesi Hukum, PT. Pradnya Wiyanto Roni, Asas-Asas Hukum Pidana,
Paramita, Jakarta, 2003. Cetakan ke-l. Mandar Maju, Bandung,
Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, 2012.
Cetakan Pertama, Sinar Grafika,
Jakarta, 2011.
Mardani, Penyalahgunaan Narkoba Dalam
Perspektif Hukum Islam dan Hukum
Pidana Nasional, Ed. 1, PT.
RajaGrafindo, Jakarta, 2008.
Marpaung Leden, Asas-Teori-Praktik Hukum
Pidana, Sinar Grafika. Cetakan Kedua,
Jakarta. 2005.
Masriani Tiena Yulies, Pengantar Hukum
Indonesia, Cetakan Kelima, Sinar
Grafika, Jakarta, 2009.
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Edisi
Revisi, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2008.
Notoatmodjo Soekidjo, Etika & Hukum
Kesehatan, Rineka Cipta, PT. Rineka
Cipta, Jakarta, 2010.
Ridwan Juniarso H. dan Achmad Sodik Sudrajat,
Hukum Adminsitrasi Negara dan
Kebijakan Pelayanan Publik, Cetakan l.
Nuansa. Bandung. 2010.
Sadjijono, Polri Dalam Perkembangan Hukum
Di Indonesia, (Editor) M. Khoidin,
LaksBang PRESSindo, Yogyakarta, 2008.
S. Siswanto, H., Politik Hukum Dalam Undang-
Undang Narkotika, Cetakan Pertama,
PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2012.
Sunarso Siswantoro, Penegakan Hukum
Psikotropika, Dalam Kajian Sosiologi
Hukum, PT. RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2004.
Tomasevski Katarina, Hak Atas Kesehatan,
Dalam Ifdhal Kasim dan Johanes da
Masenus Arus, (Editor), Hak Ekonomi,
Sosial, Budaya, Esai-Esai Pilihan. (Buku
2), Cetakan Pertama, Lembaga Studi
dan Advokasi Masyarakat (ELSAM)
Jakarta. 2001.
Waluyadi, Ilmu Kedokteran Kehakiman Dalam
Perspektif Peradilan dan Aspek Hukum

141

Anda mungkin juga menyukai