Pembuatan Classic Enzyme
Pembuatan Classic Enzyme
Sederhananya, classic enzyme merupakan cairan yang dihasilkan dari proses fermentasi buah-
buahan segar. Sementara, sudah terang dari definisi di atas, bahwa bahan yang akan digunakan
adalah buah-buahan segar, yang biasa kita konsumsi setiap hari baik sebelum atau setelah makan
atau sebagai diet.
Bahan pembuatan classic enzyme hampir sama dengan eco enzyme. Ada materi, manisan, dan air.
Materi yang kita gunakan adalah buah-buah segar apa saja, minimal 3 jenis. Semakin beraneka
ragam buahnya, semakin mantap classic enzyme yang jadi. Manisan yang kita gunakan adalah madu,
bukan molases dan gula pasir. Sementara air yang kita perlukan adalah air matang yang kita minum
sehari-hari. Mengapa? Sebab, classic enzyme akan kita minum, jika sudah sampai pada masa
"panen"nya.
Proses Pembuatan
1. Perbandingan bahan serupa dengan eco enzyme, yakni 1:3:10. 1% adalah madu, 3% adalah
buah-buahan segar, dan 10% lagi adalah air minum. Catatan: kita tidak pergunakan sayur-
mayur meski begitu segar sekalipun.
2. Siapkan wadah penampungan yang proporsional dengan perbandingan bahan. Kalau bisa,
perkirakan bahwa akan ada ruang kosong 40% dari wadah agar tidak terlalu penuh.
3. Iris atau potong buah-buah segar secara halus dan kecil. Lalu masukkan ke wadah bersama
dengan madu dan air minum. Aduk hingga madu larut dalam air.
4. Tutup wadah dengan rapat (anaerob). Catatan: kita mesti rajin membuka tutup wadah barang
5 detik setiap hari agar gas yang muncul akibat fermentasi bisa keluar dari wadah. Proses ini
dilakukan pada 2 bulan pertama fermentasi. Kalau tidak mau repot, ada alternatif.
Sambungkan pipa atau selang kecil dari tutup wadah bahan classic enzyme ke wadah lain yang
berisi air. Gas yang terbentuk akan dengan sendirinya keluar dalam bentuk gelembung di air.
5. Diamkan selama 1 tahun. Tahun depan, classic enzyme boleh dipanen. Sistem pemanenan
sama dengan eco enzyme. Bila sudah panen, untuk stamina tubuh, campur satu tutup botol
atau satu sendok makan dengan 200-250 ml atau satu gelas air lalu diminum. Ini dilakukan satu
kali sehari. Namun, kalau dalam keadaan sakit, classic enzyme dapat diminum 2 kali sehari,
pagi dan malam.
Jangan takut untuk mencoba membuat classic enzyme. Agar stamina tubuh dapat terjaga, saya pikir
minuman organik ini bisa menjadi solusinya. Kalau untuk kesehatan, tak ada alasan untuk menunda
atau menolak. Apalagi resep ini adalah resep yang organik, ramah lingkungan, dan dekat dengan
dapur kita. Mari mencoba!
PEMBUATAN ECO ENZYME
Salah satu “sampah” yang sering berada di rumah adalah “sampah” organik. Kita bisa
mengganti sebutan “sampah” organik menjadi sisa organik, karena ternyata sisa organik
mempunyai banyak sekali manfaat jika diolah dengan benar, misalnya dibuat menjadi pupuk
kompos atau dibuat menjadi eco-enzyme. Kalau kita sudah familiar terhadap pupuk kompos,
lain halnya dengan eco-enzyme. Ternyata, banyak juga teman-teman yang masih belum
mengenal eco-enzyme beserta manfaatnya. Yuk kita mengenal lebih jauh tentang eco-enzyme
dan cara membuat eco-enzyme dirumah! gampang banget lhooo ternyata.
3. Pengusir hama
Eco-Enzyme sangat efektif untuk mengusir hama tanaman seperti anggrek dan sayu-sayuran
bahkan hama atau hewan yang mengganggu di sekitar rumah, seperti kecoa, semut, lalat,
nyamuk, dan serangga lainnya. Aplikasi: campurkan 15 ml Eco Enzyme ke dalam 500 ml
air. Masukkan campuran larutan air dan Eco-enzyme ini kedalam botol semprot dan
semprotkan ke area yang kamu targetkan untuk bebas hama.
1. 500 ml air
2. 50 gram gula pasir (bisa juga dengan gula merah)
3. 150 gram kulit buah
Alat:
Cara membuat:
Siapkan wadah plastik bekas yang bisa ditutup rapat. Jangan gunakan wadah berbahan
logam karena kurang elastis. Proses fermentasi akan menghasilkan gas sehingga
membutuhkan wadah yang elaMasukkan 500 ml air ke dalam wadah plastik diikuti dengan
50 gram gula pasir.
Masukkan sisa kulit buah atau sisa sayur ke dalam wadah
Sisakan tempat untuk proses fermentasi. Jangan isi wadah hingga penuh!
Aduk atau Jungkir balikkan botol atau wadah plastikmu sampai larutan air dan gula
bercampur. Jangan dikocok!
Dalam 1 bulan pertama, gas akan dihasilkan dari proses fermentasi. Aduk atau jungkir
balikkan wadah/botol plastik dilanjutkan dengan membuka tutup wadah/botol plastik setiap
hari selama 1 bulan pertama
Simpan di tempat dingin, kering dan berventilasi. Hindari sinar matahari langsung dan jangan
disimpan di dalam kulkas!
Fermentasi berlangsung selama 3 bulan (untuk daerah tropis) dan 6 bulan (untuk daerah
subtropis)
Setelah 3-6 bulan, silahkan panen Eco-enzyme mu! yeay!!
MAMA ENZYME
Dalam proses fermentasi, pada minggu-minggu awal akan menghasilkan banyak gas, kalau
pembuatannya menggunakan botol/wadah dengan lebar tutup yang kecil, kita perlu membuka
secara berkala setiap hari untuk membuang gas dalam wadah agar tidak meledak, semakin
besar wadah maka gas yang dihasilkan tidak perlu harus dikeluarkan setiap hari karena akan
keluar dengan sendirinya melalui kisi-kisi disekitar tutupnya.
Xixi jadi ingat kenangan membuat eco Enzyme memakai botol bekas air mineral, dua kali
tangan saya “tertembak” tutup botol karena gas dalam botol sudah sangat penuh, sampai
bungsu saya trauma mendengar suara ledakannya dan ga suka kalau saya dekat-dekat
penyimpanan eco Enzyme
Setelah dapat pencerahan dari workshop Agustus lalu, saya langsung membuat eco enzyme
menggunakan ember bekas cat, yang kapasitas 25 liter itu, dapat sampah kulit buah dari
teman yang jualan buah-buahan potong, MasyaAllah senang sekali melihat bakal eco enzyme
sebanyak itu, xixi hampir setiap hari dibuka buat diobok-obok, padahal itu ga perlu, harap
maklum ya amatir xixi
Selanjutnya saya menggunakan ember bekas es krim kapasitas 8 liter, lebih masuk akal untuk
menampung sampah organik rumah krucils untuk 3-5 hari.
Setelah fermentasi 90 hari, gas yang dihasilkan selama proses terkonversi sempurna menjadi
asam asetat, ditambah aktivitas enzim didalamnya bisa membunuh/mencegah bakteri
pathogen sehingga cocok banget buat cairan cleaner dalam rumah tangga.
Dan hari panen itupun tiba, dah dig dug dah kayak apaan xixi, saking terpesonanya sampai
lupa ambil gambarnya
Salah satu tanda proses fermentasi berhasil adalah timbulnya jamur putih di permukaan eco
enzyme, meski tidak semua ada, jadi jangan cemas kalau eco enzyme ya tidak ada jamur, bukan
berarti gagal. Jamur lembut ini pun ternyata bermanfaat untuk mengencangkan kulit lho, dengan
cara dicolek jamurnya dan dioles langsung ke kulit muka atau tangan, diamkan sampai kulit terasa
kencang lalu bilas dengan air hangat, bisa digunakan sekali seminggu.
Selain jamur ada juga “produk” lain dari fermentasi eco enzyme adalah mama jelly atau mother
enzyme yang ga selalu ada juga di setiap pembuatannya, hanya orang-orang yang beruntung saja
yang bisa dapat, dan saya termasuk yang kurang beruntung karena belum pernah dapat xixi.
Mother enzyme bentuknya seperti jelly plain yang tebal (yang pernah tau jamur kombucha, mama
jelly ini teksturnya mirip sekali dengan kombucha), biasa dipakai untuk masker wajah sampai
kompres demam, bu Vera menggunakannya juga sebagai terapi pada luka bakar atau luka akibat
diabetes.
ini yang saya biasa menggunakan eco enzyme dan juga sharing pengalaman teman-teman
yang telah menggunakannya :
begitu banyak manfaat yang dihasilkan oleh cairan yang bisa dibilang berasal dari “sampah”
Bukan saja kegunaannya yang saya sukai tapi juga dengan membuat eco enzyme saya bisa
mengurangi sampah yang dihasilkan di sekolah.