Anda di halaman 1dari 4

Nama : Arqueliano Di Marzo Tamala

NPM : 2106734921
Fakultas : Hukum
Kelas : MPK Islam 4
Mata Kuliah : MPK Agama Islam
Nama Dosen : Fakhturi Rahmat, M.A

Hadist Sebagai Pedoman Hidup


Sebagai pedoman umat muslim di dunia, Al-Qur’an dalam isinya hanya
mengandung perintah-perintah serta dasar ajaran agama yang tidak menjelaskannya
secara perinci. Seperti contoh, dalam Al-Qur’an terdapat perintah untuk sholat,
namun idak dijelaskan tata cara serta waktu-waktu sholat. Oleh karena itu, dalam
hadist, dijelaskan oleh Rasulullah SAW mengenai detail-detail tersebut. Hadist
merupakan sebuah riwayat perkataan Rasulullah SAW yang dapat dijadikan sebagai
sebuah pedoman kehidupan bagi umat muskim di dunia. Kata hadist ini sendiri
berasal dari bahasa Arab, yaitu hadatsan yang artinya baru atau sesuatu yang baru.
Hadist merupakan sumber islam kedua setelah Al-Qur’an, dan hadist juga
dijelaskan di beberapa ayat di Al-Qur’an. Perbedaan antara Al-Qur’an dengan hadist
terletak pada sumber lafadznya, dimana Al-Qur’an berasal langsung dari Allah SWT.
(matlu) sedangkan hadist tidak (Ghairu Matlu). Periwayatan Al’Qur’an dengan hadist
juga berbeda. Al-Qur’an diturunkan langsung dari Allah SWT. kepada Nabi
Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril, sedangkan periwayatan hadist
berasal dari Nabi Muhammad langsung. Hadist berfungsi sebagai penjelas atau
pemerinci petunjuk Allah yang disampaikan melalui AL-Qur’an. Selain itu ada
beberapa fungsi lain hadist, yakni memperkuat Bayan al_Taqrir, menjelaskan Bayan
al-Tafsir, mewujudkan Bayan al_Tasyri’, dan membatalkan Bayan al-Nasakh.
Ilmu hadist muncul dari teori metodologi yang didiskusikan oleh para ahli, yang
kemudian dapat dibagi menjadi empat macam kodifikasi, yaitu:
1. Hadist Kuat (shaqih)
Artinya hadist ini kuat dan tidak memiliki kekurangan karena telah memenuhi
beberapa kriteria, yakni 1) sanadnya bersambung dan jelas; 2) perawinya
bersifat adil; 3) perawinya bersifat dhabith; 4) matannya tidak syadtz; dan 5)
matannya tidak mengandung illat.
2. Hadist sedang (hasan)
Maksudnya hadist ini hamper sempurna seperti hadist shaqih. Namun,
terdapat beberapa perbedaan yang terletak pada dhabitnya. Dalam hadist
shahih, seluruh dhabit perawinya harus sempurna. Sedangkan, dalam hadist
ini baru hampir sempurna. Hadist hasan ini dibagi lagi menjadi dua bagian,
yakni hasan lidzatih dan hasan lighayriy. Hasan lidzatih adalah hadist yang
telah memenuhi persyaratan atau kriteria untuk dapat dikatan sebagai hadist
hasan. Sedangklan, hadist lighayriy belum memenuhi kriteria karena hadist
ini merupakan hadist yang dirawayatkan melalui sanad yang
kuat. ????????????

3. Hadist lemah (dhaif)


Yang dimaksud hadist lemah adalah hadist yang sanad dan matannya tidak
memenuhi syarat atau kriteria Sebagian hadist shahih atau hadist hasan.
Dalam hadist dhaif ini, sanadnya tidak bersambung. Hadist ini boleh
diriwayatkan asalkan hadistnya telah memenuhi beberapa kriteria yang telah
diriwayatkan oleh ulama. Seperti, tidak berkaitan dengan aqidah dan sifat-sifat
Allah SWT. serta tidak berkaitan tentang pembagian hal yang halal dan yang
haram karena hadist ini belum terlalu jelas kebenarannya.

4. Hadist palsu (maudlu)


Arti dari hadist palsu adalah hadist yang tidak memiliki sanad serta
keasliannya diragukan. Hadist ini bisa saja dibuat oleh seseorang demi
kepentingan pribadi dirinya atau sekelompok orang saja.

Terdapat beberapa kaidah yang perlu diterapkan dalam memahami hadist.


Tujuan utama dari penggunaan kaidag adalah untuk menghindari kesalahpahaman
serta penyalahgunaan dari ucapan Rasulullah SAW. Terdapat dua cara atau metode
dalam memahami hadist, yaitu metode tekstual dan metode kontekstual.
Dalam metode tekstual, hadist dipahami sesuai dengan apa yang tertulis tanpa
mengaitkan dengan kondisi atau situasi saat hadist tersebut dibuat. Sedangkan, dalam
metode konteksktual, hadist dipahami sesuai dengan teks yang dikaitkan dengan
situasi atau kondisi yang terjadi saat itu.
Para ulama telah membagi kelompok hadist berdasarkan kekuatan isi dan
keaslian sumbernya untuk memudahkan umat muslim dalam mempelajari isi yang
terkandung dalam beberapa hadist serta mengajarkan kita untuk penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari kita. Ulama memiliki du acara khusus untuk dapat memvalidasi
keaslian hadist. Yang pertama yaitu memverifikasi rangkaian periwayatan hadist dan
yang kedua melihat isi hadist. Terdapat lima kriteria dalam penelusuran sebuah
hadist, yaitu:
1. Sanadnya bersambung, dimana setiap periwayat yang menyaksikan sunnah
nabi mengetahui prosesnya dari awal hingga akhir.
2. Para periwayat harus orang yang jujur serta mampu mengendalikan diri dari
segala bentuk dosa.
3. Periwayat wajib memiliki hafalan yang baik
4. Periwayat terhindar dari segala bentuk keasingan
5. Hadist tidak cacat baik di isi maupun di tulisan

Setelah mempelajari menganai hadist, asal usulnya, posisinya dalam hukum


Agama Islam, tipe-tipe hadist, dan cara penerapannya. Maka, kita sebagai umat
muslim yang terpelajar dianjurkan untuk dapat mengamalkan nilai-nilai penting dari
hadist dalam kehidupan kita sehari-hari, karena sesungguhnya hadist merupakan
pelengkap pedoman utama Islam, Al-Qur’an, yang bisa membantu mengarahkan kita
ke jalan yang lebih benar.
DAFTAR PUSTAKA

Hafil, Muhammad. “Sejarah Munculnya Hadits Palsu (1).”


https://www.republika.co.id/berita/qccstc430/sejarah-
munculnya-hadits-palsu-1. Diakses 24 September 2021.

Kuliah Agama Islam UI (2020) “Hadist Sebagai Salah Satu Sumber Ajaran Agama
Islam - Dr. KH. Abdi Kurnia Djohan.“ Diakses dari
https://www.youtube.com/watch?v=wC1IiLnDBg0&t=17s
pada 21 September 2021.

Nurul, Alifah. “Pemahaman Tekstual dan Kontekstual Pada Hadis.”


http://ushuluddin.uin-suka.ac.id/id/kolom/detail/287/pemaha
man-tekstual-dan-kontektual-pada-hadis. Diakses 24
September 2021.

Anda mungkin juga menyukai