Anda di halaman 1dari 26

KUALITAS HADITS DALAM KITAB

TAFSIR TANWIR AL-MIQBAS MIN


TAFSIR IBNI ABBAS
(Kritik Sanad Hadits)
Hasan Su’aidi
STAIN Pekalongan
e-mail : abukifa@yahoo.co.id

ABSTRAK: Penafsiran al-Qur`an mempunyai ragam corak,


antara lain tafsir bil Ma’tsur dan tafsir bil Ra’yi. Tafsir bil
Ma’tsur masih diyakini oleh sementara kalangan sebagai tafsir
yang cenderung lebih dapat dipercaya walaupun dianggap
“konservatif”. Tafsir ini bersumber dari periwayatan, baik yang
bersumber dari Nabi SAW maupun sahabat. Tafsir sahabat
seringkali dipermasalahkan apakah tafsir tersebut bisa disebut
dengan tafsir bil ma’tsur atau tidak. Hal ini disebabkan
penafsiran tersebut merupakan ijtihad. Selain itu, riwayat-
riwayat yang terdapat di dalam tafsir bil ma’tsur tidak semua
dapat dipertanggung jawabkan otentitasnya. Di antara kitab
tafsir bercorak demikian adalah Tanwir al-Miqbas min Tafsir
Ibni Abbas. Kitab ini disandarkan kepada Muhammad bin
Ya’qub bin Muhammad bin Ibrahim as-Syairazi al-Fairuzabadi.
Kitab tafsir ini merupakan kitab tafsir al-Qur`an yang
menggunakan manhaj tafsir tahlili (tafsir ayat per ayat) dengan
mendasarkan kepada jalur periwayatan tunggal yang berujung
kepada Abdullah bin Abbas RA (sebagai sumber penafsiran).
Otentitas terhadap periwayatan baik terhadap riwayat-riwayat
yang terkait dengan penafsiran maupun hadits sangat penting
dilakukan. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui kualitas
periwayatan, sehingga dapat ditentukan apakah riwayat tersebut
valid ataukah tidak. Dalam penelitian ini, akan dilakukan telaah
terhadap hal-hal yang terkait dengan jalur periwayatan tafsir
Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibni Abbas, tentang penilaian
terhadap sanad perawinya, perbandingan penafsiran Abdullah
28 RELIGIA Vol. 18 No. 1, April 2015. Hlm. 27-52

bin Abbas dalam kitab tafsir ini dan kitab tafsir Ibnu Abbas
lainnya dan pembahasan tentang keabsahan penyandaran kitab
tafsir ini kepada al-Fairuzabadi. Dengan demikian penelitian ini
merupakan penelitian library dengan menitik beratkan kepada
tinjauan sejarah dan tinjauan sanad.

The interpretation of the Quran takes in multifarious forms. The


example is tafsir bil Ma’tsur and tafsir bil Ra’yi.Some scholars
believe that Tafsir bil Ma’tsur is still reliable, albeit
conservative. This interpretation originates from the narrations
of Muhammad or his prominent companions. Debates evolve
around whether or not the interpretation that was based on
Muhammad’s companions could be appropriately termed tafsir
bil ma’tsur. This controversy is attributable to the fact that such
an interpretation serves as ijtihad. Moreover, the authenticity of
some narrations in the tafsir bil ma’tsur is still questionable,
such as Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibni Abbas written by
Muhammad bin Ya’qub bin Muhammad bin Ibrahim as-
Syairazi al-Fairuzabadi. This book is a verse-by-verse
interpretation of the Quran (manhaj tafsir tahlili) on the basis of
a single narration that culminates on Abdullah bin Abbas RA. It
is of great importance to analyze the authenticity of the
narrations that pertain to either kitab tafsir or Hadith. This
analysis aims to get a better understanding of the quality of the
narrations, in order to verify their validity. The current research
examines the narrations of tafsir Tanwir al-Miqbas min Tafsir
Ibni Abbas. This examination is done by evaluatingthe sanad of
the narrators of tafsir Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibni Abbas
and the comparison of its interpretations by Abdullah bin Abbas
and Ibnu Abbas. We also discuss the validity of tafsirTanwir al-
Miqbas min Tafsir Ibni Abbas with reference to al-Fairuzabadi.
To conclude with, the current research is a literature study with
the focus on the reviews on the history and the sanad of the
Hadiths.

Keywords: matan, tafsir bil Ma’tsur, sanad criticism..

PENDAHULUAN
Khazanah tafsir al-Qur`an memiliki dua model penafsiran,
yaitu tafsir bil Ma’tsur dan tafsir bir Ra’y (al-Dzahabi, 2000: 112).
Model penafsiran tafsir bil ma’tsur dinilai sebagai tafsir yang
Kualitas Hadist dalam Kitab Tafsir Tanwir … (Hasan Su’aidi) 29

mempunyai otoritas kebenaran, meskipun mengandung beberapa


riwayat yang diperdebatkan keabsahannya sebagai sumber
penafsiran. Perdebatan tentang riwayat dalam penafsiran dengan
metode ini, terkait dengan standarisasi riwayat yang dapat digunakan
sebagai dasar penafsiran.
Di antara contoh tafsir bil ma’tsur adalah kitab Tanwirul
Miqbas. Kitab tafsir ini menyajikan penafsiran Ibnu Abbas RA yang
tercatat dihimpun oleh al-Fairuzabadi. Kitab tafsir ini dianggap
sebagai kitab tafsir bil ma’tsur utama yang bersumber dari
penafsiran sahabat. Namun demikian, kitab tafsir ini tidak
menyebutkan standar baku periwayatan yang bisa diterima dalam
penafsiran. Dengan fakta demikian, apakah kitab tafsir dengan
content periwayatan yang tidak selalu shaih masih dikatakan sebagai
kitab tafsir bil ma’tsur? Apalagi jika mempertimbangkan banyaknya
kisah-kisah israiliyyat di dalamnya. Tulisan ini akan
mendeskripsikan kualitas sanad hadits-hadits dalam kitab Tanwir
Miqbas min Tafsir Ibni Abbas.

PEMBAHASAN
1. Sanad Periwayatan Kitab Tanwir al-Miqbas
Kitab Tanwir al-Miqbas mempunyai dua jalur periwayatan,
yaitu:
a. Abdullah ats-Tsiqah bin al-Ma’mun al-Harawi, al-Ma’mun al-
Harawi, Abu Abdillah Mahmud bin Muhammad ar-Razi, Ammar
bin Abdul Majid al-Harawi, Ali bin Ishaq as-Samarqandi dari
Muhammad bin Marwan , Muhammad bin as-Saib al-Kalbi, Abu
Shalih, Abdullah bin Abbas
b. Abdullah bin Mubarak, Ali bin Ishaq as-Samarqandi,
Muhammad bin Marwan al-Kalbi, Abu Shalih, Abdullah bin
Abbas (Abu Thahir Muhammad bin Ya’qub al-Fairuzabadi, tt:2-
3).
Berikut contoh penggunaan sanad dalam kitab tafsir Tanwir
Miqbas min Tafsir Ibni Abbas:
Contoh Sanad 1 (Pertama)
‫وﺻﻰﻠ اﷲ ﺒﻟ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﺤﻣﻤﺪ وا أﻤﺟﻌﻦﻴ )أﺧﺮﺒﻧﺎ( ﻋﺒﺪ اﷲ اﺨﻛﻘﺔ اﺑﻦ اﻤﻟﺄﻣﻮر‬
‫اﻬﻟﺮوى ﻗﺎل اﺧﺮﺒﻧﺎ أﻰﺑ ﻗﺎل أﺧﺮﺒﻧﺎ أﺑﻮ ﻋﺒﺪ اﷲ ﻗﺎل أﺧﺮﺒﻧﺎ أﺑﻮ ﻋﺒﻴﺪ اﷲ‬
30 RELIGIA Vol. 18 No. 1, April 2015. Hlm. 27-52

‫ﺤﻣﻤﻮد ﺑﻦ ﺤﻣﻤﺪ اﻟﺮازى ﻗﺎل أﺧﺮﺒﻧﺎ ﻋﻤﺎر ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﻤﻟﺠﻴﺪ اﻬﻟﺮوى ﻗﺎل أﺧﺮﺒﻧﺎ‬
‫ﺒﻟ ﺑﻦ اﺳﺨﻖ اﻟﺴﻤﺮﻗﻨﺪى ﻋﻦ ﺤﻣﻤﺪ ﺑﻦ ﻣﺮوان ﻋﻦ اﻟﻠﻜ ﻋﻦ أﻰﺑ ﺻﺎﻟﺢ‬
.‫ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس‬
Sanad di atas disebutkan dalam menafsirkan ayat pertama
surat al-Fatihah (bismillahirrahmanirrahim), kemudian untuk
menafsirkan ayat selanjutnya, al-Fairuzabadi mengawalinya dengan
pernyataan
‫وﺑﺈﺳﻨﺎده ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس ﻰﻓ ﻗﻮ ﺗﻌﺎﻰﻟ )اﺤﻟﻤﺪ ﷲ( ﻳﻘﻮل اﻟﺸﻜﺮ ﷲ وﻫﻮ ان‬
‫ إﻰﻟ أﺧﺮه‬...‫ﺻﻨﻊ إﻰﻟ ﺧﻠﻘﻪ ﻓﺤﻤﺪوه‬
Contoh sanad 2 (kedua)
‫وﺑﺈﺳﻨﺎده ﻋﻦ ﻋﺒﺪ اﷲ ﺑﻦ اﻤﻟﺒﺎرك ﻗﺎل ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺒﻟ ﺑﻦ اﺳﺤﻖ اﻟﺴﻤﺮﻗﻨﺪى‬
‫ﻋﻦ ﺤﻣﻤﺪﺑﻦ ﻣﺮوان ﻋﻦ اﻟﻠﻜ ﻋﻦ أﻰﺑ ﺻﺎﻟﺢ ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس ﻰﻓ ﻗﻮ ﺗﻌﺎﻰﻟ‬
‫)أﻟﻢ( ﻳﻘﻮل أﻟﻒ اﷲ ﻻم ﺟﺮﺒﻳﻞ ﻣﻴﻢ ﺤﻣﻤﺪ وﻳﻘﺎل أﻟﻒ آﻻؤه وﻻم ﻟﻄﻔﻪ ﻣﻴﻢ‬
‫ﻣﻠﻜﻪ وﻳﻘﺎل أﻟﻒ إﺑﺘﺪاء إﺳﻤﻪ اﷲ ﻻم إﺑﺘﺪاء إﺳﻤﻪ ﻟﻄﻴﻒ ﻣﻴﻢ اﺑﺘﺪاء‬
‫إﺳﻤﻪ ﺠﻣﻴﺪ وﻳﻘﺎل اﻧﺎ اﷲ أﻋﻠﻢ وﻳﻘﺎل ﻗﺴﻢ أﻗﺴﻢ ﺑﻪ )ذﻟﻚ اﻟﻜﺘﺎب( إﻰﻟ‬
....‫آﺧﺮه‬
Dari dua sanad di atas, sanad kedua hanya disebutkan oleh
al-Fairuzabadi dalam penafsiran surat al-Baqarah. Selanjutnya,
dalam mengawali setiap penafsiran surat-surat lainnya, al-
Fairuzabadi hanya menyebutkan “Wa bi Isnadihi An Ibni Abbas”
(dari sanad yang bersumber dari Ibnu Abbas), tidak ada penyebutan
sanad selain dari sanad yang telah disebutkan pada surat al-Fatihah.

2. Kritik Sanad Tafsir Tanwir Miqbas Min Tafsir Ibni Abbas


Untuk mengetahui kualitas sanad diperlukan telaah dan
analisis dengan menggunakan kaedah dan tolok ukur (Mi’yar)
kesahihan sanad hadits. Dalam operasionalnya, analisis terhadap
sanad diawali dengan penelusuran biografi masing-masing perawi
melalui kitab-kitab rijal al-Hadits. Selanjutnya melakukan analisis
terhadap kualitas masing-masing perawi melalui kitab-kitab al-Jarh
wa at-Ta’dil. Dari dua langkah penelitian tersebut, dapat diketahui
Kualitas Hadist dalam Kitab Tafsir Tanwir … (Hasan Su’aidi) 31

aspek-aspek yang harus terpenuhi oleh sanad hadits yang shahih di


atas.

a) Biografi Perawi Kitab Tanwir Miqbas Min Tafsir Ibni Abbas


Untuk memperoleh gambaran jelas tentang masing-masing
perawi kitab Tanwir al-Miqbas, berikut akan dikemukakan biografi
perawi terkait.

1) Muhammad bin Ya’qub bin Muhammad bin Ibrahim as-


Syairazi al-Fairuzabadi
Nama lengkapnya Abu Thahir Muhammad bin Ya’qub
bin Muhammad bin Ibrahim bin Umar bin Abu bakar bin
Ahmad bin Mahmud bin Idris bin Fadlullah al-Fairuzabadi
as-Sairazi as-Syafi’i (729-817 H/1329-1414 M). Al-
Fairuzabadi dikenal sebagai ahli sejarah, tafsir, fiqh, hadits
dan sastrawan yang produktif. Lahir di Kazrawan dekat kota
Siraz, Persia. Guru al-Fairuzabadi adalah Ibnu al-Qayyim
(murid Ahmad bin Taimiyyah), Ibnu Aqil, Jamal al-Asnawi
dan Ibnu Hisyam. Murid al-Fairuzabadi di antaranya al-
Jamal al-Marakisyi, ash-Shafdi dan Ibnu Hajar al-Asqalani,
yang terakhir ini merupakan murid yang mendapatkan izin
khusus dari al-Fairuzabadi untuk meriwayatkan keseluruhan
dari kitab yang ditulisnya (Umar Ridla Kahala, 1957: III:
776).

2) Abdullah al-Tsiqah bin al-Ma’mun al-Harawi


Biografi tidak ditemukan

3) al-Ma’mun al-Harawi
Nama lengkapnya Ma’mun bin Ahmad as-Sulami al-
Harawi. Nama lainnya Ma’mun bin Abdillah atau Ma’mun
Abu Abdillah. Meriwayatkan hadits dari Husyam bin
Ammar. Adapun perawi yang meriwayatkan hadits darinya
adalah al-Juwaibari (al-Asqalani, 1986:V: 9).

4) Abu Abdillah
Nama lengkapnya Ahmad bin Abdullah bin Yunus bin
Abdullah bin Qais. Nama masyhurnya adalah Ahmad bin
32 RELIGIA Vol. 18 No. 1, April 2015. Hlm. 27-52

Yunus at-Tammimiy. Tinggal dan wafat di Kufah. Lahir


tahun 133 H dan wafat tahun 227 H dalam usia 94 tahun (al-
Asqalani, 1986:I: 30). Perawi pada thabaqah ke 12. Gurunya
antara lain Abdullah bin Umar bin Hafsh bin Ashim bin
Umar bin Khaththab, Malik bin Anas dan perawi lainnya.
Muridnya yaitu al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ishaq bin
Ibrahim al-Harbiy, Ibrahim bin al-Husain bin Daizil al-
Hamadani, dan lainnya (al-Mazzi: 1980: I:100).

5) Abu Abdillah Mahmud bin Muhammad ar-Razi


Nama lengkapnya adalah Mahmud bin Muhammad al-
Razi Abu Abdillah, berjuluk Quthb ad-Din (al-Subky, 1413:
IX: 373) ulama dari Ray, menetap di Damskus pada tahun
763 H, wafat di daerah yang sama pada Dzul Qa’dah tahun
766 H. ar-Razi adalah ulama yang terkenal pada masanya.
Gurunya antara lain; Ibnu Katsir, Ibnu Hubaib, al-Asnawi
dan Ibnu Rafi’, Abu Bakar al-Isma’iliy. Muridnya antara
lain; Muhammad bin Abdullah bin Ahmad at-Tamimiy (Ibnu
Makula, tt: III:330). Karyanya antara lain kitab al-
Muhakamat (ilmu Hikmah), Syarhu al-Hawi (ilmu
fiqh/madzhab Syafi’iyyah), Hasyiyah ala al-Kasysyaf (tafsir)
dan karya-karya lainnya (al-Zarakly, 2002: VII: 38).

6) Ammar bin Abdul Majid al-Harawi


Nama lengkapnya Ammar bin Yasir bin Abdul Majid
al-Harawi. Perawi thabaqah ke 7. Gurunya antara lain;
Dawud bin Affan bin Hubaib an-Nisaburiy. Muridnya adalah
al-Husain bin Ali ath-Thaliqani. Ammar bin Abdul Majid al-
Harawi berikut Dawud bin Affan adalah perawi yang majhul
(al-Baghdadi, 1988: III: 192-193).

7) Ali bin Ishaq as-Samarqandi


Nama lengkapnya Ali bin Ishaq bin Ibrahim bin
Muslim bin Maimun bin Nadzir bin Addiy bin Mahan al-
Handhali Abu al-Hasan as-Samarqandi. Thabaqah ke 10.
Wafat tahun 237 H. Gurunya antara lain Ibnu al-Mubarak,
Ismail bin Ja’far, Ibnu Uyainah, Abu Mu’awiyah, Abu Bakar
bin Iyyas, Muhammad bin Marwan as-Saddiy dan lainnya.
Kualitas Hadist dalam Kitab Tafsir Tanwir … (Hasan Su’aidi) 33

Muridnya antara lain; Abu Hatim ar-Razi, Abu Wahb Ahmad


bin Rafi’ Waraq Suwaid bin Nashr, Abdullah bin Hafsh ath-
Thawawisi dan lainnya (al-Asqalani, 1986: IV: 423).

8) Abdullah bin Mubarak


Nama lengkapnya Abdullah bin Mubarak bin Wadlih
al-Handlali at-Tamimiy, Abu Abdirrahman al-Marwazi, salah
satu penghafal (Huffadz) hadits. Thabaqah ke 8, wafat tahun
181 H. Gurunya antara lain; Aban bin Taghlib, Aban bin
Abdullah al-Bassam ash-Shairafi, Basyir bin al-Muhajir,
Basyir Abi Ismail, Tsabit bin Umarah al-Hanafi, Jarir bin
Hazim, Sufyan bin Uyainah, Husain bin Ali bin Husain bin
Ali bin Abi Thalib dan perawi-perawi lainnya. Muridnya
antara lain; Ishaq Ibrahim bin Ishaq bin Isa ath-Thalaqani,
Ibrahim bin Syammas al-Samarqandi, Husain bin Hasan al-
Marwazi, Ali bin Ishaq al-Samarqandi, Shalih bin Abdillah
al-Tirmidzi, Ali bin Hasan an-Nasai, Amr bin Aun al-
Wasithiy, Abu Bakar bin Ayyas yang juga merupakan
gurunya sendiri (al-Mazzi: 1980: IX: 381).

9) Muhammad bin Marwan


Nama Lengkapnya adalah Muhammad bin Marwan bin
Abdullah bin Ismail bin Abdurahman as-Saddi al-Ashghar
berdiam di Kufah. Thabaqah ke 8. Gurunya antara lain; al-
A’masy, Yahya bin Sa’id al-Anshari, Ubaidillah bin Umar,
Amr bin Maimun, Abu Hayyan at-Taimi, Juwaibir bin Sa’id,
Muhammad bin al-Saib al-Kalbi (shahib at-Tafsir) dan
Yahya bin Abdullah at-Taimi. Muridnya antara lain;
putranya yang bernama Ali, al-Ashma’i, Hisyam bin
Ubaidillah al-Razi, Yusuf bin Addi, Abu Ibrahim al-
Tarjumani, Muhammad bin Ubaid al-Maharibi, Shalih bin
Muhammad at-Tirmidzi, Hasan bin Urfah dan lainnya (al-
Asqalani, 1986: V:371).

10) al-Kalbi
Nama lengkapnya Muhammad bin al-Saib bin Bisyr
bin Amr bin Abdul Harits bin Abdul Uzza al-Kalbi Abu an-
Nadhr al-Kufi, seorang Mufassir. Wafat tahun 146 H,
34 RELIGIA Vol. 18 No. 1, April 2015. Hlm. 27-52

thabaqah ke 6. Gurunya antara lain Sufyan dan Salamah


(keduanya saudara al-Kalbi), Abu Shalih Badzam (budak
Ummu Hani’), Amir al-Sya’bi, al-Asbagh bin Nabatah dan
lainnya. Muridnya antara lain Hisyam (anaknya sendiri),
Hammad bin Salamah, Ibnu al-Mubarak, Ibnu Juraij, Ibnu
Ishaq, Abu Mu’awiyah, Muhammad bin Marwan as-Saddiy
al-Shaghir, Husyaim, Abu Awwanah, Yazid bin Zurai’, dan
lainnya (al-Asqalani, 1986: V: 202).

11) Abu Shalih


Nama Aslinya Badzam, menurut riwayat lain namanya
Badzan (al-Razi, 1952: II: 431), seorang Tabi’in yang
masyhur, perawi thabaqah ke 3 budak dari Ummu Hani’ binti
Abu Thalib. Lahir di Makkah, kemudian berpindah ke
Kufah.. Wafat antara tahun 90 sampai dengan 100 H
sebagaimana riwayat al-Bukhari. Abu Shalih tumbuh di
Makkah dan setelah dimerdekakan oleh Ummu Hani’, ia
belajar berbagai ilmu, kemudian mengambil posisi sebagai
pengajar tulis menulis bagi penduduk kota Makkah (Ibnu
Atsir, tt: V: 11). Banyaknya riwayat Abu Shalih tentang
tafsir menyebabkannya dijuluki sebagai “Shahib at-Tafsir”
(al-Zuhri, tt: VI: 296). Gurunya antara lain; sejumlah besar
sahabat, antara lain Ummu Hani’ RA, Ali bin Abi Thalib,
Abu Hurairah, Abdullah bin Abbas, Ikrimah (budak
Abdullah bin Abbas), Aisyah RA, Asma’ binti Abu Bakar
RA, Abdullah bin Zubair RA, Tamim ad-Dari RA, Jabir bin
Abdillah RA dan Qunbul (al-Mazzi, 1980: IV: 6). Di antara
muridnya adalah Ismail bin Abi Khalid, Ismail bin
Adurrahman as-Suddiy, Ja’dah bin Ummi Hani’, Abu Hind
al-Harits bin Abdurrahman al-Hamdani, Sufyan ats-Tsauri,
Sulaiman al-A’masy, Simak bin Harb, Ashim bin Abi an-
Nujud Bahdalah, Abu Qilabah Abdullah bin Zaid al-Jarmi
dan lainnya (al-Dzahabi, 1987: 325).

12) Abdullah bin Abbas


Nama lengkapnya Abdullah bin Abbas bin Abdul
Muththalib bin Hasyim bin Abdi Manaf, Abu al-Abbas al-
Qurasyiyyi al-Hasyimi. Anak paman Nabi Muhammmad
Kualitas Hadist dalam Kitab Tafsir Tanwir … (Hasan Su’aidi) 35

SAW. Ibunya bernama Lubabah al-Kubra binti al-Harits bin


Hazn al-Hilaliyah putra dari bibi Sahabat Khalid bin Walid.
Lahir 13 tahun sebelum Rasulullah SAW Wafat.
Mendapatkan julukan al-Bahr karena keluasan ilmunya,
Abdullah bin Abbas lahir ketika Rasulullah SAW dan
keluarga beliau tinggal di Makkah, Abdullah bin Abbas
wafat pada tahun 69 H dan ada riwayat yang menyebutkan
tahun 70 H (al-Asqalani, 1986: III: 326). Gurunya antara
lain; Nabi Muhammad SAW, Abbas bin Abdul Muththalib
(ayahnya sendiri), Lubabah al-Kubra (Ibunya sendiri), al-
Fadl (saudaranya) Maimunah (bibinya), Abu Bakar RA,
Utsman RA, Ali RA, Abu Hurairah, Abu Sufyan, Aisyah
RA, Asma’ binti Abu Bakar, Saudah binti Zum’ah, Ummu
Hani’ binti Abi Thalib, Ummu Salamah dan lainnya. Murid-
murid beliau antara lain; Ali bin Abdullah bin Abbas
(putranya), cucunya Muhammad bin Ali bin Abdullah bin
Abbas, saudaranya Katsir bin Abbas, keponakannya,
Abdullah bin Ubaidillah bin Abbas dan Abdullah bin Ma’bad
bin Abbas. Sedangkan murid-muridnya dari kalangan
sahabat, diantaranya Abdullah bin Umar bin Khaththab,
Tsa’labah bin al-Hakamal-Laitsi, Miswar bin Makhramah,
Abu Thufail dan sahabat lainnya. Kalaupun Abdullah bin
Abbas RA merupakan sahabat yang dekat dengan Rasulullah
SAW sebagaimana telah dijelaskan di atas, namun riwayat
sima’i (riwayat berdasarkan pendengaran terhadap hadits-
hadits qauli) dari Rasulullah SAW sangat terbatas. Jumlah
riwayat tersebut diperselisihkan oleh para ulama.
Menurut Ghundar, riwayat Ibnu Abbas dari Rasulullah
SAW hanya 9 hadits. Menurut Yahya al-Qaththan sejumlah
10 hadits dan menurut al-Ghazali hanya empat hadits.
Sedangkan pendapat yang banyak diikuti oleh muhadditsin
adalah bahwa riwayat Abdullah Ibnu Abbas RA dengan
model sima’i, lebih dari 10 hadits. Hal ini dibuktikan dengan
keberadaan riwayat-riwayat tersebut yang tercantum di
dalam kitab shahih al-Bukhari dan shahih Muslim, belum
lagi yang terdapat di dalam kitab-kitab hadits selain
keduanya (al-Asqalani, 1986: III: 236). Berdasarkan pen-
jelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kebanyakan
36 RELIGIA Vol. 18 No. 1, April 2015. Hlm. 27-52

riwayat Abdullah bin Abbas RA adalah hadits mursal


Shahabi.

13) Analisis Ittishal (ketersambungan) Sanad


Dengan mempertimbangkan biografi masing-masing
perawi yang menjadi sandaran periwayatan tafsir Tanwir al-
Miqbas di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sanad
tersebut inqitha’ (terputus), keterputusan sanad di atas,
disebabkan beberapa perawi yang majhul dan tidak
mempunyai hubungan guru dan murid yaitu:
a. Abdullah al-Tsiqah bin al-Ma’mun al-Harawi tidak
ditemukan biografinya
b. al-Ma’mun al-Harawi tidak mempunyai hubungan guru
dan murid dengan Abdullah al-Tsiqah, kalaupun
disebutkan di dalam struktur sanad tafsir Tanwir al-
Miqbas bahwa keduanya mempunyai hubungan anak dan
bapak, namun hal itu tidak memberikan kepastian bahwa
Abdullah al-Tsiqah meriwayatkan hadits dari al-Ma’mun
al-Harawi.

14) Penilaian Jarh wa Ta’dil Perawi Tafsir Tanwir al-Miqbas


min Tafsir Ibni Abbas
Pada sub bab ini akan dijelaskan kualitas masing-
masing perawi yang menjadi sandaran periwayatan tafsir
Tanwir al-Miqbas.
a. Muhammad bin Ya’qub bin Muhammad bin Ibrahim al-
Syairazi al-Fairuzabadi
Penilaian ulama terhadap perawi telah dijelaskan di bab
sebelumnya
b. Abdullah al-Tsiqah bin al-Ma’mun al-Harawi
Penilaian ulama terhadap perawi tidak ditemukan
c. al-Ma’mun al-Harawi
al-Ma’mun al-Harawi dinilai oleh ulama jarh wa ta’dil
sebagai perawi lemah dengan predikat Dajjal (penipu).
Oleh Abu Nu’aim dalam “Muqaddimah al-Mustakhraj
Ala Shahih Muslim” al-Ma’mun al-Harawi dinilai sebagai
perawi yang khabits (jelek), Wudldla’ (banyak
Kualitas Hadist dalam Kitab Tafsir Tanwir … (Hasan Su’aidi) 37

memalsukan hadits) yang menisbatkan riwayat palsunya


kepada perawi-perawi tsiqah.
Pemalsuan hadits yang dilakukan oleh al-Ma’mun al-
Harawi tidak hanya terhadap hadit-hadits yang memang
periwayatnya dipastikan lemah. Namun ada beberapa dari
riwayat-riwayat tersebut bersumber dari para perawi yang
tsiqah. Di antara contoh hadits jenis ini adalah hadits
tentang “Iman adalah ucapan, perbuatan dan syari’at-
syari’atnya” hadits ini terdiri dari perawi-perawi tsiqah
yang diaklaim al-Ma’mun yang bersumber dari Abdullah
bin Malik bin Sulaiman, dari Sufyan dari Thawus, dari
bapaknya dari Abdullah bin Abbas RA. Sedangkan contoh
hadits yang maudlu’ dengan mencatut perawi-perawi yang
tsiqah adalah hadits “akan ada pada ummatku seorang
laki-laki yang bernama Muhammad bin Idris yang lebih
bahaya daripada Iblis dan akan datang kepada ummatku
seorang laki-laki bernama Abu Hanifah yang menjadi
pelita bagi ummatku” hadits ini dinisbatkan oleh al-
Ma’mun al-Harawi kepada Anas bin Malik secara marfu’
(al-Asqalani: 1986: V: 9).

d. Abu Abdillah
Ahmad bin Hanbal menilainya sebagai Syaikh al-
Islam fi al-Hadits. Abu Hatim menilai Abu Abdillah
sebagai perawi yang tsiqah dan mutqin. An-Nasai
menilainya sebagai perawi yang tsiqah (al-Mazzi, 1980:
I:100). Abu Abdillah menurut Ibnu Hibban adalah perawi
terakhir yang meriwayatkan dari Sufyan al-Tsauri,
meskipun pernyataan ini diralat oleh al-Dzahabi,
menurutnya yang terakhir meriwayatkan dari Sufyan al-
Tsauri adalah Ali bin al-Ja’d (al-Asqalani, 1986: I: 30).

e. Abu Abdillah Mahmud bin Muhammad al-Razi


Penilaian jarh wa ta’dil terhadap perawi ini tidak
ditemukan.
38 RELIGIA Vol. 18 No. 1, April 2015. Hlm. 27-52

f. Ammar bin Abdul Majid al-Harawi


Ammar bin Abdul Majid al-Harawi dinilai sebagai
perawi yang majhul (tidak diketahui) (al-Baghdadi, tt: III:
193).

g. Ali bin Ishaq al-Samarqandi


Menurut penilaian Abu Hatim, Ali bin Ishaq as-
Samarqandi adalah perawi shaduq, dan ad-Daruquthni
menilai sebagai perawi berpredikat tsiqah (al-Asqalani,
1986: IV: 243).

h. Abdullah bin Mubarak


Ibnu Abdul Barr al-Andalusi mengatakan, ulama
telah berkonsensus untuk menerima periwayatan Abdullah
bin Mubarak. Al-Dzahabi mengatakan bahwa Abdullah
bin Mubarak adalah faqih penduduk Khurasan, para ulama
ber-konsensus untuk menerima dan menjadikan hujjah
hadits yang diriwayatkannya (www.islamweb.net).

i. Muhammad bin Marwan


Muhammad bin Marwan adalah perawi dlaif, seperti
penilaian Abdussalam bin Hazim yang bersumber dari
Jarir bin Abdul Majid bahwa Muhammad bin Marwan
adalah perawi Kadzdzab (sering berbohong). Ad-Duri dari
Ibnu Ma’in menilainya sebagai perawi Laitsa bi Tsiqatin
(tidak tsiqah). Bahkan Ibnu Numair menilainya sebagai
perawi Kadzdzab (banyak berdusta) dan Shalih bin
Muhammad menilainya sebagai perawi dlaif dan telah
melakukan pemalsuan hadits (al-Asqalani, 1986: V: 371).

j. al-Kalbi
Al-Mu’tamir mengatakan bahwa di Kufah terdapat
dua perawi yang berpredikat Kadzdzab salah satunya
adalah al-Kalbi. Oleh Laits bin Abi Sulaim dikatakan
bahwa selain al-Kalbi adalah al-Saddi. Al-Dauri
meriwayatkan dari Yahya bin Ya’la al-Muharibiy dia
berkata tiga perawi yang tidak boleh diterima
periwayatannya yaitu Ibnu Abi Laila, Jabir al-Ja’fi dan al-
Kualitas Hadist dalam Kitab Tafsir Tanwir … (Hasan Su’aidi) 39

Kalbi. Abu Ashim meriwayat-kan dari Sufyan ats-Tsauri


bahwa al-Kalbi pernah berkata “apa yang aku riwayatkan
dari Abi Shalih yang bersumber dari Abdullah bin Abbas
RA adalah bohong. Maka janganlah kalian
meriwayatkannya”. Abu Hatim mengatakan bahwa para
ulama telah berkonsensus meninggalkan hadits yang
diriwayatkan al-Kalbi (al-Asqalani, 1986: V: 202).

k. Abu Shalih
Para ulama jarh wa ta’dil yang menilai Abu Shalih
tentang kualitasnya dapat dibagi menjadi dua kelompok
sebagai berikut:
Ulama yang menilai Abu Shalih sebagai perawi adil di
antaranya; Al-Ijli dan Ibnu Syahin, Yahya bin Ma’in, Abu
Hatim, at-Tirmidzi, al-Hakim (al-Hakim, 1990: II: 444).
Pendapat ulama yang menilai jarh (cacat) Abu Shalih
antara lain; Al-Kalbi yang menilai Abu Shalih perawi
Kadzib (berbohong) bahkan al-Kalbi pernah berkata
kepada Sufyan bahwa Abu Shalih pernah mengatakan
kepadanya “setiap hadits yang saya sampaikan kepadamu
adalah dusta”. Ibnu al-Jauzi meriwayatkan dari Al-Azdi
yang menilai Abu Shalih dengan sebutan Kadzdzab (al-
Nasai, 1986: I: 135).

l. Abdullah bin Abbas RA


Abdullah bin Abbas merupakan shahabat Rasulullah
SAW. Para muhadditsin sepakat bahwa sahabat dinilai
sebagai orang-orang yang adil, hal ini tercermin dari
adagium yang masyhur di antara mereka yaitu “ash-
Shahabah Kulluhum ‘Udulun”.

15) Analisis Jarh wa Ta’dil perawi tafsir Tanwir Miqbas min


Tafsir Ibn Abbas
Setelah dijelaskan dalam sub bab sebelumnya tentang
nilai jarh wa Ta’dil masing-masing perawi yang dinukil
dalam kitab tafsir Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibni Abbas,
maka ditemukan 5 perawi yang secara tegas dinyatakan
sebagai perawi-perawi yang majruh (dinilai cacat) dan 1
40 RELIGIA Vol. 18 No. 1, April 2015. Hlm. 27-52

perawi yang masih diperselisihkan keadilan dan kecacatan-


nya. Perawi-perawi tersebut adalah:
a. Abdullah al-Tsiqah bin al-Ma’mun al-Harawi adalah
perawi yang majhhul ‘ain (tidak diketahui biografinya).
b. Al-Ma’mun al-Harawi. Penilaian para ulama terhadap
perawi ini adalah; dajjal, wudldla’ (yang keduanya
merupakan tingkatan ke 2 teratas dalam nilai kecatatan
perawi).
c. Abu Abdillah Mahmud bin Muhammad al-Razi. Perawi
ini tidak diketahui nilai jarh wa ta’dil nya.
d. Ammar bin Abdul Majid al-Harawi. Perawi ini dinilai
sebagai perawi yang majhul. Muhammad bin Marwan.
Predikat perawi ini di antaranya adalah dlaif (lemah),
kadzdzab (banyak berbohong, tingkatan ke 2 dalam nilai
kecacatan perawi).
e. Al-Kalbi. Predikat perawi ini adalah kadzdzab, dlaif, laisa
bi syain, munkar dan predikat jarh lainnya.
f. Abu Shalih, terhadap perawi ini tentang jarh wa ta’dil nya
masih diperdebatkan. Terhadap perbedaan penilaian ini,
ada mi’yar (tolak ukur) yang dapat digunakan untuk
menentukan tarjih antar dua pendapat yang berbeda.
Mi’yar tersebut antara lain; 1). Mendahulukan Jarh
daripada Ta’dil. Meskipun ulama yg men-ta’dil
jumlahnya lebih banyak dibandingkan yg men-jarh.
Pendapat ini adalah pendapat mayoritas ulama hadits dan
ulama jarh wa ta’dil 2). Mendahulukan ta’dil daripada
Jarh, dengan syarat ulama yang men-ta’dil lebih banyak
dari pada ulama yg men-jarh dan 3). Jika Jarh dan Ta’dil
bertentangan dlm penilaian pribadi seorang perawi, maka
mauquf (tdk bisa ditentukan ‘adl dan jarh-nya) kecuali ada
pendapat yg diunggulkan, atau sampai diketahui adanya
pendapat yg mengunggulkan salah satu dari keduanya
(Ajjaj al-Khatib, 1989: 267-269). Dari ketiga mi’yar di
atas, penulis memilih tingkat yang pertama, dengan
demikian, perawi Abu Shalih dinilai sebagai perawi yang
majruh.
Dengan melihat penilaian dan predikat perawi-perawi
yang terdapat di dalam sanad periwayatan tafsir Tanwir al-
Kualitas Hadist dalam Kitab Tafsir Tanwir … (Hasan Su’aidi) 41

Miqbas di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sanad


tersebut dinilai lemah.

16) Verivikasi Riwayat Penafsiran Ibni Abbas dalam Tanwir


Miqbas dengan Kitab Tafsir Ibni Abbas lainnya
Setelah disimpulkan bahwa jalur periwayatan tafsir
Ibnu Abbas di dalam kitab tafsir tanwir al-Miqbas min Tafsir
Ibni Abbas adalah jalur periwayatan yang lemah. Namun
penting di sini membandingkan sebagian riwayat-riwayat
tersebut dengan riwayat-riwayat lain yang terdapat dalam
kitab tafsir atau hadits yang juga menyandarkan kepada Ibnu
Abbas. Hal ini, dikarenakan di dalam kaidah ilmu hadits
dinyatakan bahwa perawi yang dinilai lemah bahkan maudlu’
bukan berarti riwayatnya juga maudlu’, karena dimungkinan
materi matan riwayatnya adalah shahih, hanya saja jalur
periwayatannya yang maudlu’. Atau dimungkinkan perawi
yang maudlu’ sengaja menisbatkan periwayatannya kepada
perawi yang tsiqah. Untuk menjelaskan hal itu, dalam sub
bab ini akan dipaparkan sampel dari penafsiran Ibnu Abbas
dalam kitab tafsir tanwir al-Miqbas kemudian dibandingkan
dengan penafsiran Ibnu Abbas yang terdapat di dalam
literatur lainnya.

1. Penafsiran surat al-Baqarah ayat 183-184


Firman Allah:
َ َ َ ُ َ َ ُ َ ِّ ُ ُ ْ َ َ َ ُ ُ َ َ َّ َ ُّ َ َ
َ ِ َّ ‫ﺒﻟ ا‬
‫ﻳﻦ ِﻣ ْﻦ‬ ‫ﻳﺎ ﻛﻓﻬﺎ ا ِ ﻳﻦ آﻣﻨﻮا ﻛ ِﺘﺐ ﻋﻠﻴﻜﻢ اﻟﺼﻴﺎم ﻛﻤﺎ ﻛ ِﺘﺐ‬
ُ ْ َ َ َ َ ُ ْ َ ً َّ َ َ ُ َّ َ ْ ُ َّ َ َ ْ ُ ْ َ
‫ات ﻓ َﻤ ْﻦ ﺎﻛن ِﻣﻨﻜ ْﻢ‬ ٍ ‫( ﻛﻳﺎﻣﺎ ﻣﻌﺪود‬183) ‫ﻗﺒ ِﻠﻜﻢ ﻟﻌﻠﻜﻢ ﻳﺘﻘﻮن‬
ٌ ْ َُ ُ َ ِ َّ ‫ﺒﻟ ا‬ َ َ َ َ َ ُ َّ َ ْ ٌ َّ َ َ َ َ َ ْ َ ً َ
‫ﻳﻦ ﻳُ ِﻄﻴﻘﻮﻧﻪ ﻓِﺪﻳَﺔ‬ ‫ﻣ ِﺮﻳﻀﺎ أو ﺒﻟ ﺳﻔ ٍﺮ ﻓ ِﻌﺪة ِﻣﻦ ﻛﻳﺎمٍ أﺧﺮ و‬
َ َ
ُ ٌ ْ َ ُ ُ َ ْ َ ُ َ ٌ ْ َ َ ُ َ ً ْ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ْ ُ َ َ
‫ﺮﻴ ﻟﻜ ْﻢ‬ ‫ﻦﻴ ﻓﻤﻦ ﻳﻄﻮع ﺧﺮﻴا ﻓﻬﻮ ﺧﺮﻴ وأن ﺗﺼﻮﻣﻮا ﺧ‬ ٍ ‫ﻜ‬
ِ ‫ﻃﻌﺎم ِﻣﺴ‬
َ ََْ ُْ ْ
‫إِن ﻛﻨﺘُ ْﻢ ﻳﻌﻠ ُﻤﻮن‬
‫‪42‬‬ ‫‪RELIGIA Vol. 18 No. 1, April 2015. Hlm. 27-52‬‬

‫‪Dalam Tafsir Tanwirul Miqbas dijelaskan sebagai berikut:‬‬


‫ﺐ{‬‫ﻜ ُﻢ اﻟﺼﻴﺎم َﻛ َﻤﺎ ُﻛﺘ َ‬
‫َ َْ ُ‬ ‫آﻣﻨُﻮا ْ ُﻛﺘ َ‬
‫ﺐ { ﻓﺮض } ﻋﻠﻴ‬ ‫} ﻳﺎأﻳﻬﺎ ا ﻳﻦ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َْ ُ‬ ‫ََ‬
‫ﻓﺮض } ﺒﻟ ا ﻳﻦ ِﻣﻦ ﻗﺒ ِﻠﻜ ْﻢ { ﺑﺎﻟﻌﺪد وﻳﻘﺎل ﻛﺘﺐ ﻋﻠﻴﻜﻢ‬
‫اﻟﺼﻴﺎم ﻓﺮض ﻋﻠﻴﻜﻢ اﻟﺼﻴﺎم ﺑﺮﺘك اﻷﻛﻞ واﻟﺮﺸب واﺠﻟﻤﺎع ﺑﻌﺪ‬
‫ََ‬
‫ﺐ { ﻓﺮض } ﺒﻟ‬ ‫ﺻﻼة اﻟﻌﺘﻤﺔ أو اﺠﻮم ﻗﺒﻞ ﺻﻼة اﻟﻌﺘﻤﺔ } َﻛ َﻤﺎ ُﻛﺘ َ‬
‫ِ‬
‫َ َّ ُ َ َّ ُ َ‬ ‫َْ ُ‬
‫ا ﻳﻦ ِﻣﻦ ﻗﺒ ِﻠﻜ ْﻢ { ﻣﻦ أﻫﻞ اﻟﻜﺘﺎب } ﻟ َﻌﻠﻜ ْﻢ ﻳﺘﻘﻮن { ﻟﻲﻜ ﺗﺘﻘﻮا‬
‫اﻷﻛﻞ واﻟﺮﺸب واﺠﻟﻤﺎع ﺑﻌﺪ ﺻﻼة اﻟﻌﺸﺎء أو اﺠﻮم ﻗﺒﻞ ﺻﻼة‬
‫ُ َّ َ ُ ْ َ ْ َ َ‬
‫اﻟﻌﺸﺎء وﻫﺬا ﻣﻨﺴﻮخ ﺑﻘﻮ } أ ِﺣﻞ ﻟﻜﻢ ﻠﺔ اﻟﺼﻴﺎم اﻟﺮﻓﺚ { ﺑﻘﻮ‬
‫َ َّ ً‬ ‫َ َ َ َّ َ َ ُ‬ ‫ُُ ْ‬
‫ﻦﻴ ﻟﻜ ُﻢ اﺨﻟﻴﻂ اﻷﺑﻴﺾ { } ﻛﻳﺎﻣﺎ‬ ‫} َوﻠﻛﻮا واﺮﺷﺑﻮا ﺣ ﻳﺘﺒ‬
‫ً َ‬ ‫ُ َّ‬ ‫َ َ‬ ‫َ‬ ‫ً‬ ‫َّ ْ ُ َ‬
‫ات { ﺛﻼﺛﻦﻴ ﻳﻮﻣﺎ ﻣﻘﺪم وﻣﺆﺧﺮ } ﻓ َﻤﻦ ﺎﻛن ِﻣﻨﻜﻢ ﻣ ِﺮﻳﻀﺎ أ ْو‬ ‫ﻣﻌﺪود ٍ‬
‫َ َ َّ ٌ ِّ َ ُ َ‬
‫ﺒﻟ َﺳﻔ ٍﺮ ﻓ ِﻌﺪة ﻣ ْﻦ ﻛﻳَّﺎمٍ أﺧ َﺮ { ﻓﻠﻴﺼﻢ ﻣﻦ أﻳﺎم أﺧﺮ ﺑﻘﺪر ﻣﺎ أﻓﻄﺮ ﻣﻦ‬
‫ﻴﻘﻮﻧَ ُﻪ { ﻳﻌﻲﻨ ﻳﻄﻴﻘﻮن اﻟﺼﻮم } ﻓ ْﺪﻳَ ٌﺔ َﻃ َﻌ ُ‬ ‫ُ ُ‬ ‫ََ‬
‫ﺎم‬ ‫ِ‬ ‫رﻣﻀﺎن } َوﺒﻟ ا ﻳﻦ ﻳ ِﻄ‬
‫ﻦﻴ { ﻓﻠﻴﻄﻌﻢ ﻣﺎﻜن ﻞﻛ ﻳﻮم أﻓﻄﺮ ﻧﺼﻒ ﺻﺎع ﻣﻦ ﺣﻨﻄﺔ‬ ‫ْ‬
‫ﻜ ٍ‬ ‫ِﻣﺴ ِ‬
‫َْ ُْ‬ ‫ُ‬ ‫َ َ‬ ‫َ‬
‫ﻤﻟﺴﻜﻦﻴ وﻫﺬه ﻣﻨﺴﻮﺧﺔ ﺑﻘﻮ } ﻓ َﻤﻦ ﺷ ِﻬﺪ ِﻣﻨﻜ ُﻢ اﻟﺸﻬﺮ ﻓﻠﻴَ ُﺼﻤﻪ {‬
‫ُ َُ‬ ‫ََ‬
‫وﻳﻘﺎل } َوﺒﻟ ا ﻳﻦ ﻳُ ِﻄﻴﻘﻮﻧﻪ { ﻳﻌﻲﻨ اﻟﻔﺪﻳﺔ وﻻ ﻳﻄﻴﻘﻮن اﻟﺼﻮم ﻳﻌﻲﻨ‬
‫اﻟﺸﻴﺦ اﻟﻜﺒﺮﻴ واﻟﻌﺠﻮز اﻟﻜﺒﺮﻴة ﻻ ﻳﻄﻴﻘﺎن اﻟﺼﻮم ﻓﺪﻳﺔ ﻃﻌﺎم‬
‫ﻣﺴﻜﻦﻴ ﻓﻠﻴﻄﻌﻤﺎن ﻣﺎﻜن ﻞﻛ ﻳﻮم أﻓﻄﺮا ﻣﻦ رﻣﻀﺎن ﻧﺼﻒ ﺻﺎع ﻣﻦ‬
‫َ ُ َ َ ٌْ َ‬ ‫َ َ َْ ً‬ ‫َ‬
‫ﺮﻴ ُ {‬ ‫ﺣﻨﻄﺔ ﻤﻟﺴﻜﻦﻴ } ﻓ َﻤﻦ ﻳ َﻄ َّﻮع ﺧﺮﻴا { زاد ﺒﻟ ﻣﻨﻮﻳﻦ } ﻓﻬﻮ ﺧ‬
‫ََْ َ‬ ‫ُ‬ ‫َ َ َ ُ ُ َ ْ ٌ َّ ُ‬
‫ﺮﻴ ﻟﻜ ْﻢ { ﻣﻦ اﻟﻔﺪﻳﺔ } ِإن ﻛﻨﺘُ ْﻢ ﻳﻌﻠ ُﻤﻮن‬ ‫ﺑﺎﺨﻛﻮاب } وأن ﺗﺼﻮﻣﻮا ﺧ‬
‫{ إذا ﻛﻨﺘﻢ ﺗﻌﻠﻤﻮن‬
‫‪Ayat tersebut dalam Tafsir Ibni Abbas wa Marwiyyatuhu‬‬
‫‪fi at Tafsir dijelaskan sebagai berikut (al-Humaidi, tt: I:‬‬
‫‪61-69).‬‬
‫‪Kualitas Hadist dalam Kitab Tafsir Tanwir … (Hasan Su’aidi) 43‬‬

‫ﻗﺎل اﻹﻣﺎم ﻋﺒﺪ اﻟﺮزاق اﻟﺼﻨﻌﺎ أﺧﺮﺒﻧﺎ ﻣﻌﻤﺮ ﻋﻦ اﻟﺰﻫﺮى ﻋﻦ ﻋﺒﻴﺪ‬


‫اﷲ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﷲ ﺑﻦ ﻋﺘﺒﺔ ﻋﻦ اب ﻋﺒﺎس ﻗﺎل‪ :‬ﺻﻢ ﻣﺎﺷﺌﺖ ﻗﺎل اﷲ‬
‫ﺗﻌﺎﻰﻟ‪) :‬ﻓﻌﺪة ﻣﻦ أﻳﺎم أﺧﺮ(‬
‫ﻗﺎل اﻹﻣﺎم اﻛﺨﺎرى‪ :‬ﺣﺪﺛﻰﻨ إﺳﺤﺎق أﺧﺮﺒﻧﺎ روح ﺣﺪﺛﻨﺎ زﻛﺮﻳﺎ ﺑﻦ‬
‫إﺳﺤﺎق ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﻤﺮو ﺑﻦ دﻳﻨﺎر ﻋﻦ ﻋﻄﺎء ﺳﻤﻊ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس ﻳﻘﺮأ )وﺒﻟ‬
‫ا ﻳﻦ ﻳﻄﻴﻘﻮﻧﻪ ﻓﺪﻳﺔ ﻃﻌﺎم ﻣﺴﻜﻦﻴ( ﻗﺎل اﺑﻦ ﻋﺒﺎس‪ :‬ﻟﻴﺴﺖ‬
‫ﺑﻤﻨﺴﻮﺧﺔ ﻫﻮ اﻟﺸﻴﺦ اﻟﻜﺒﺮﻴ واﻤﻟﺮأة اﻟﻜﺒﺮﻴة ﻻﻳﺴﺘﻄﻴﻌﺎت أن ﻳﺼﻮﻣﺎ‬
‫ﻓﻴﻄﻌﻤﺎن ﻣﺎﻜن ﻞﻛ ﻳﻮم ﻣﺴﻜﻴﻨﺎ‬
‫وأﺧﺮﺟﻪ ا ارﻗﻄﻰﻨ ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس ﺑﻬﺬااﻟﻔﻆ إﻻ أﻧﻪ ﻟﻢ ﻳﻜﺮ ﻗﺮأة‬
‫)ﻳﻄﻴﻘﻮﻧﻪ(‬
‫وأﺧﺮﺟﻪ ﻋﺒﺪاﻟﺮزاق اﻟﺼﻨﻌﺎ ﻣﻦ أرﺑﻊ ﻃﺮق ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس وزاد‬
‫ﺑﻌﺪ ﻗﻮ )ﻣﺴﻜﻴﻨﺎ( ﻧﺼﻒ ﺻﺎع ﻣﻦ ﺣﻨﻄﺔ‬
‫وأﺧﺮﺟﻪ اﻛﻴﻬﻰﻘ ﺑﻠﻔﻆ اﻛﺨﺎرى وأﺧﺮج أﻳﻀﺎ ﻋﻦ ﻋﻄﺎء ﻋﻦ اﺑﻦ‬
‫ﻋﺒﺎس أﻧﻪ ﻗﺎل‪:‬ﻰﻓ ﻗﻮ )ﻳﻄﻴﻘﻮﻧﻪ( ﻳﻌﻰﻨ ﻳﺘﻠﻜﻔﻮﻧﻪ وﻻ ﻳﺴﺘﻄﻴﻌﻮﻧﻪ‬
‫)ﻃﻌﺎم ﻣﺴﻜﻦﻴ( ﻓﻤﻦ ﺗﻄﻮع ﺧﺮﻴا ﻓﺄﻃﻌﻢ ﻣﺴﻜﻴﻨﺎ أﺧﺮ )ﻓﻬﻮ ﺧﺮﻴ (‬
‫وﻟﻴﺴﺖ ﻣﻨﺴﻮﺧﺔ ﻗﺎل اﺑﻦ ﻋﺒﺎس وﻟﻢ ﻳﺮﺧﺺ ﻰﻓ ﻫﺬا إﻻ ﻟﻠﺸﻴﺦ‬
‫اﻟﻜﺒﺮﻴ ا ى ﻻ ﻳﻄﻴﻖ اﻟﺼﻴﺎم واﻤﻟﺮﻳﺾ أﻧﻪ ﻋﻠﻢ ﻻ ﻳﺸﻰﻔ‪.‬‬
‫اﷲ ﻋﻨﻬﻤﺎ أﻧﻪ‬ ‫وأﺧﺮج اﻛﻴﻬﻰﻘ أﻳﻀﺎ ﻋﻦ ﺠﻣﺎﻫﺪ ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس ر‬
‫ﺎﻛن ﻳﻘﺮؤﻫﺎ )وﺒﻟ ا ﻳﻦ ﻳﻄﻴﻘﻮﻧﻪ( ﻗﺎل ﻫﻮ اﻟﺸﻴﺦ اﻟﻜﺒﺮﻴ ا ى ﻻ‬
‫ﻳﺴﺘﻄﻴﻊ اﻟﺼﻴﺎم ﻓﻴﻔﻄﺮ وﻳﻄﻌﻢ ﻧﺼﻒ ﺻﺎع ﻣﻦ ﺣﻨﻄﺔ ﻣﺎﻜن ﻳﻮم ﻛﺬا‬
‫ﻰﻓ ﻫﺬه اﻟﺮواﻳﺔ ﻧﺼﻒ ﺻﺎ ﻣﻦ ﺣﻨﻄﺔ وروى ﻋﻨﻪ اﻧﻪ ﻗﺎل ﻣﺪا ﻟﻄﻌﺎﻣﻪ‬
‫وﻣﺪا ﻷداﻣﻪ‬
‫‪44‬‬ ‫‪RELIGIA Vol. 18 No. 1, April 2015. Hlm. 27-52‬‬

‫وأﺧﺮج اﺤﻟﺎﻛﻢ ﻰﻓ اﻤﻟﺴﺘﺪرك ﻣﻦ ﻃﺮﻳﻖ ﻋﻜﺮﻣﺔ ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس‬


‫اﷲ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻗﺎل رﺧﺺ ﻟﻠﺸﻴﺦ اﻟﻜﺒﺮﻴ أن ﻳﻔﻄﺮ وﻳﻄﻌﻢ ﻋﻦ ﻞﻛ‬ ‫ر‬
‫ﻳﻮم ﻣﺴﻜﻴﻨﺎ وﻻﻗﻀﺎء ﻋﻠﻴﻪ ﻗﺎل اﺤﻟﺎﻛﻢ ﺒﻟ ﺮﺷط اﻛﺨﺎرى وواﻗﻔﻪ‬
‫ا ﻫ‬

‫‪2. Contoh penafsiran utuh terhadap QS: al-Nas 1-6.‬‬


‫‪Firman Allah‬‬
‫ﺎس )‪ِ (3‬ﻣ ْﻦ َ ِّ‬ ‫ﺎس )‪ (2‬إ َ ِ َّ‬ ‫ﺎس )‪َ (1‬ﻣ ِﻠ ِﻚ َّ‬ ‫ﻮذ ﺑ َﺮ ِّب َّ‬ ‫ُْ َ ُ ُ‬
‫ﺮﺷ‬ ‫اﺠ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫اﺠ‬ ‫ِ‬ ‫اﺠ‬ ‫ﻗﻞ أﻋ ِ‬
‫َ َّْ‬ ‫َّ‬
‫ﺎس )‪ (4‬ا ِ ي ﻳُ َﻮ ْﺳﻮ ُس ﻲﻓ ُﺻ ُﺪور َّ‬ ‫َ َّ‬ ‫ْ‬ ‫ْ ْ‬
‫اﺠﻟﻨ ِﺔ‬ ‫ﺎس )‪ِ (5‬ﻣﻦ ِ‬‫اﺠ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫اس اﺨﻟﻨ ِ‬ ‫اﻟ َﻮﺳ َﻮ ِ‬
‫ﺎس )‪(6‬‬ ‫اﺠ ِ‬‫َو َّ‬
‫;‪Dalam tafsir Tanwir al-Miqbas disebutkan‬‬
‫ُْ َ ُ‬
‫وﺑﺈﺳﻨﺎده ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس ﻲﻓ ﻗﻮ ﺗﻌﺎﻰﻟ } ﻗﻞ أ ُﻋﻮذ { ﻳﻘﻮل ﻗﻞ ﻳﺎ ﺤﻣﻤﺪ‬
‫ِّ‬
‫اﻣﺘﻨﻊ وﻳﻘﺎل أﺳﺘﻌﻴﺬ } ﺑِ َﺮب اﺠﺎس { ﺑﺴﻴﺪ اﺠﻟﻦ واﻹﻧﺲ } َﻣ ِﻠ ِﻚ‬
‫اﺠﺎس { ﻣﺎﻟﻚ اﺠﻟﻦ واﻹﻧﺲ } ﻪﻟ اﺠﺎس { ﺧﻠﻖ اﺠﻟﻦ واﻹﻧﺲ } ِﻣﻦ‬
‫ﺮﺷ اﻟﻮﺳﻮاس { ﻳﻌﻲﻨ اﻟﺸﻴﻄﺎن } اﺨﻟﻨﺎس ا ى { إذا ذﻛﺮ اﷲ ﺧﻨﺲ‬ ‫َ ِّ‬

‫ور اﺠﺎس { ﻲﻓ ﺻﺪور‬ ‫ُ ُ‬ ‫َُْ ُ‬


‫ﻧﻔﺴﻪ وﺳﺮﺘﻫﺎ وإذا ﻟﻢ ﻳﺬﻛﺮ } ﻳﻮﺳ ِﻮس ِﻲﻓ ﺻﺪ ِ‬
‫اﺨﻟﻠﻖ } ِﻣ َﻦ اﺠﻟﻨﺔ واﺠﺎس { ﻳﻘﻮل ﻳﻮﺳﻮس ﻲﻓ ﺻﺪور اﺠﻟﻦ ﻛﻤﺎ‬
‫ﻳﻮﺳﻮس ﻲﻓ ﺻﺪور اﺠﺎس ‪ .‬ﻧﺰﻟﺖ ﻫﺎﺗﺎن اﻟﺴﻮرﺗﺎن ﻲﻓ ﺷﺄن ﻛﻴﺪ ﺑﻦ‬
‫اﻷﻋﺼﻢ ا ﻬﻮدي ا ي ﺳﺤﺮ اﺠﻲﺒ ﻓﻘﺮأ اﺠﻲﺒ ﺻﻰﻠ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬
‫ﺒﻟ ﺳﺤﺮه ﻓﻔﺮج اﷲ ﻋﻨﻪ ﻓﻜﺄﻧﻤﺎ ﻧﺸﻂ ﻣﻦ ﻋﻘﺎل ‪.‬‬
‫‪Ayat tersebut dalam Tafsir Ibni Abbas wa Marwiyyatuhu‬‬
‫‪fi al Tafsir dijelaskan sebagai berikut (al-Humaidi, tt: I:‬‬
‫)‪1001-1003‬‬
Kualitas Hadist dalam Kitab Tafsir Tanwir … (Hasan Su’aidi) 45

َ َّ ‫( َﻣ ِﻠ ِﻚ‬1) ‫ﺎس‬ َّ ‫ﻮذ ﺑ َﺮ ِّب‬ُ ُ


ِ ‫( ِإ‬2) ‫ﺎس‬ ِ ‫اﺠ‬ ِ ‫اﺠ‬ ِ ‫ﻣﺎ ﺟﺎء ﻰﻓ ﻗﻮ ﺗﻌﺎﻰﻟ ﻋ‬
ْ
ُ ‫( ا َّ ي ﻳُ َﻮ ْﺳﻮ ُس ﻲﻓ ُﺻ‬4) ‫اﺨﻟ َ َّﻨﺎس‬ َ ‫ﺮﺷ اﻟ ْ َﻮ ْﺳ‬
ِّ َ ‫( ِﻣ ْﻦ‬3) ‫ﺎس‬ َّ
‫ور‬
ِ ‫ﺪ‬ ِ ِ ِ ِ ‫اس‬
ِ ‫ﻮ‬ ِ ‫اﺠ‬
ْ َ
َّ ‫اﺠﻟ َّﻨ ِﺔ َو‬ َّ
(6) ‫ﺎس‬ ِ ‫اﺠ‬ ِ ‫( ِﻣﻦ‬5) ‫ﺎس‬ ِ ‫اﺠ‬
‫ اﻟﻮﺳﻮاس إذا‬:‫ﻗﺎل اﻹﻣﺎم اﻛﺨﺎرى ﻗﺎل اﺑﻦ ﻋﺒﺎس ر اﷲ ﻋﻨﻬﻤﺎ‬
‫ وإذا ﻟﻢ ﻳﺬﻛﺮ اﷲ‬.‫و ﺧﻨﺴﻪ اﻟﺸﻴﻄﺎن ﻓﺈذا ذﻛﺮ اﷲ ﻋﺰ وﺟﻞ ذﻫﺐ‬
.‫ﺛﺒﺖ ﺒﻟ ﻗﻠﺒﻪ‬
‫ﻛﻤﺎ ﺟﺎء ﻰﻓ رواﻳﺔ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﻣﻨﺼﻮر ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس ﺑﻠﻔﻆ )ﻳﻮ‬
‫اﻹﻧﺴﺎن واﻟﺸﻴﻄﺎن ﺟﺎﺛﻢ ﺒﻟ ﻗﻠﺒﻪ ﻓﺈذا ﻋﻘﻞ وذﻛﺮ اﺳﻢ اﷲ ﺧﻨﺲ‬
.‫وإذا ﻏﻔﻞ وﺳﻮس‬
‫وﻗﻮ )ﻣﻦ اﺠﻟﻨﺔ واﺠﺎس ( ﺑﻴﺎن ﻟﻠﻮﺳﻮاس اﺨﻟﻨﺎس ﻳﻌﻰﻨ أن اﻟﺸﻴﻄﺎن‬
‫ا ى ﻳﻮﺳﻮس ﻟﻺﻧﺴﺎن ﻓﻴﺮﺼﻓﻪ ﻋﻦ ﻃﺎﻋﺔ اﷲ ﺟﻞ وﻋﻼ وﻳﻮﻗﻌﻪ ﻰﻓ‬
‫ﻣﻌﺼﻴﺘﻪ ﻳﻜﻮن ﻣﻦ اﺠﻟﻦ وﻳﻜﻮن ﻣﻦ اﻹﻧﺲ ﻛﻤﺎ ﻰﻓ ﻗﻮ ﺗﻌﺎﻰﻟ‬
.112 .‫)وﻛﺬﻟﻚ ﺟﻌﻠﻨﺎﻟﻞﻜ ﻧﻲﺒ ﻋﺪواﺷﻴﺎﻃﻦﻴ اﻹﻧﺲ واﺠﻟﻦ( اﻷﻧﻌﺎم‬

17) Analisis verifikasi penafsiran tanwir al-Miqbas dan Tafsir


Ibni Abbas wa Marwiyyatuhu fi al Tafsir
Dari perbandingan dua kitab tafsir yang sama-sama
dinisbatkan kepada Ibnu Abbas di atas, dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Penafsiran ayat al-Baqarah ayat 19.
Setelah masing-masing teks tafsir diverifikasi maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat persamaan terhadap
pemaknaan lafadz ‫ اﻟﺼﻴﺐ‬yang diartikan hujan, baik di
dalam tanwir al-Miqbas maupun di dalam Tafsir Ibni
Abbas wa Marwiyyatuhu fi al Tafsir meskipun terdapat
perbedaan jalur periwayatan, di dalam tanwir al-Miqbas
menggunakan jalur sanad yang lemah, sementara di dalam
Tafsir Ibni Abbas wa Marwiyyatuhu fi al Tafsir
menggunakan riwayat dari Imam Bukhari.
46 RELIGIA Vol. 18 No. 1, April 2015. Hlm. 27-52

b. Penafsiran surat al-Baqarah ayat 183-184


Dalam penafsiran dua ayat tesebut dapat disimpulkan
hal-hal sebagai berikut:
1) Terdapat persamaan pada penafsiran ayat
{ ‫ﻦﻴ‬ ْ ُ َ َ ٌَْ
ٍ ‫ﻜ‬ِ ‫} ﻓِﺪﻳﺔ ﻃﻌﺎم ِﻣﺴ‬
Dalam Tanwir al-Miqbas ayat tersebut ditafsirkan
dengan
‫ﻓﻠﻴﻄﻌﻢ ﻣﺎﻜن ﻞﻛ ﻳﻮم أﻓﻄﺮ ﻧﺼﻒ ﺻﺎع ﻣﻦ ﺣﻨﻄﺔ ﻤﻟﺴﻜﻦﻴ‬
Sedangkan di dalam Tafsir Ibni Abbas wa
Marwiyyatuhu fi at Tafsir dijelaskan:
‫وأﺧﺮﺟﻪ ﻋﺒﺪاﻟﺮزاق اﻟﺼﻨﻌﺎ ﻣﻦ أرﺑﻊ ﻃﺮق ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس وزاد‬
‫ﺑﻌﺪ ﻗﻮ )ﻣﺴﻜﻴﻨﺎ( ﻧﺼﻒ ﺻﺎع ﻣﻦ ﺣﻨﻄﺔ‬
2) Terdapat perbedaan penafsiran pada ayat
{ ‫ﻦﻴ‬ ْ ُ َ َ ٌَْ
ٍ ‫ﻜ‬ِ ‫} ِﻓﺪﻳﺔ ﻃﻌﺎم ِﻣﺴ‬
Perbedaan tersebut terkait dengan mansukh dan
tidaknya ayat di atas. Di dalam tanwir al-Miqbas
dijelaskan bahwa ketentuan ayat tersebut mansukh
ُ ْ ُ َْ َ ُ َ َ ََ
dengan ayat { ‫} ﻓﻤﻦ ﺷ ِﻬﺪ ِﻣﻨﻜ ُﻢ اﻟﺸﻬﺮ ﻓﻠﻴﺼﻤﻪ‬
keterangan ini dapat dilihat dalam teks tanwir al-
Miqbas sebagai berikut:
‫ﻦﻴ { ﻓﻠﻴﻄﻌﻢ ﻣﺎﻜن ﻞﻛ ﻳﻮم أﻓﻄﺮ ﻧﺼﻒ ﺻﺎع‬ ْ ُ َ َ ٌَْ
ٍ ‫ﻜ‬
ِ ‫} ِﻓﺪﻳﺔ ﻃﻌﺎم ِﻣﺴ‬
ُ َ َ َ
‫ﻣﻦ ﺣﻨﻄﺔ ﻤﻟﺴﻜﻦﻴ وﻫﺬه ﻣﻨﺴﻮﺧﺔ ﺑﻘﻮ } ﻓ َﻤﻦ ﺷ ِﻬﺪ ِﻣﻨﻜ ُﻢ‬
ُْ َْ
{ ‫اﻟﺸﻬﺮ ﻓﻠﻴَ ُﺼﻤﻪ‬
Sedangkan dalam Tafsir Ibni Abbas wa Marwiyyatuhu
fi at Tafsir dijelaskan bahwa ayat tersebut tidak
mansukh. Adapun teksnya adalah sebagai berikut:
‫ ﻟﻴﺴﺖ‬:‫)وﺒﻟ ا ﻳﻦ ﻳﻄﻴﻘﻮﻧﻪ ﻓﺪﻳﺔ ﻃﻌﺎم ﻣﺴﻜﻦﻴ( ﻗﺎل اﺑﻦ ﻋﺒﺎس‬
‫ﺑﻤﻨﺴﻮﺧﺔ ﻫﻮ اﻟﺸﻴﺦ اﻟﻜﺒﺮﻴ واﻤﻟﺮأة اﻟﻜﺒﺮﻴة ﻻﻳﺴﺘﻄﻴﻌﺎت أن ﻳﺼﻮﻣﺎ‬
‫ﻓﻴﻄﻌﻤﺎن ﻣﺎﻜن ﻞﻛ ﻳﻮم ﻣﺴﻜﻴﻨﺎ‬
Kualitas Hadist dalam Kitab Tafsir Tanwir … (Hasan Su’aidi) 47

3) Penafsiran Surat al-Nas 1-6.


Terdapat sedikit persamaan penafsiran dalam surat
an-Nas antara kitab Tanwir al-Miqbas dengan Tafsir
Ibni Abbas wa Marwiyyatuhu. Kesamaan tersebut
adalah dalam menjelaskan sebab terjadinya waswasah.
Dalam Tanwir al-Miqbas disebutkan sebagai berikut:
} ‫} اﺨﻟﻨﺎس ا ى { إذا ذﻛﺮ اﷲ ﺧﻨﺲ ﻧﻔﺴﻪ وﺳﺮﺘﻫﺎ وإذا ﻟﻢ ﻳﺬﻛﺮ‬
{‫ور اﺠﺎس‬ ُ ُ ُ َُْ
ِ ‫ﻳﻮﺳ ِﻮس ِﻲﻓ ﺻﺪ‬
Sedangkan dalam tafsir Ibni Abbas wa Marwiyyatuhu
disebutkan
‫ اﻟﻮﺳﻮاس إذا‬:‫اﷲ ﻋﻨﻬﻤﺎ‬ ‫ﻗﺎل اﻹﻣﺎ اﻛﺨﺎرى ﻗﺎل اﺑﻦ ﻋﺒﺎس ر‬
‫ وإذا ﻟﻢ ﻳﺬﻛﺮ‬.‫و ﺧﻨﺴﻪ اﻟﺸﻴﻄﺎن ﻓﺈذا ذﻛﺮ اﷲ ﻋﺰ وﺟﻞ ذﻫﺐ‬
.‫اﷲ ﺛﺒﺖ ﺒﻟ ﻗﻠﺒﻪ‬
Dari ketiga sampel penafsiran di atas, dapat disimpulkan
hal-hal sebagai berikut:
- Kitab tafsir Tanwir al-Miqbas menafsirkan ayat al-
Qur`an menggunakan metode tahlili, setiap ayat
ditafsirkan bahkan sampai kepada arti kosa kata
- Dalam kitab tafsir tanwir al-Miqbas tidak disebutkan
sanad kecuali pada awal surat, berbeda dengan kitab
Tafsir Ibni Abbas wa Marwiyyatuhu yang menyebut-
kan sanad yang bervariasi dalam setiap penafsiran ayat
dan dibatasi kepada sanad-sanad yang muttashil dengan
variasi kualitas shahih, hasan maupun dlaif
- Terdapat sedikit kesamaan panafsiran antara dua kitab
tersebut, meskipun jalur periwayatannya sangat
berbeda, dengan demikan maka dimungkinkan
kesamaan matan (redaksi) sebagian penafsiran yang
disandarkan kepada Abdullah bin Abbas.

18) Otentitas penyandaran Tafsir Tanwir al-Miqbas min


Tafsir Ibni Abbas kepada al-Fairuzabadi
Kepakaran al-Fairuzabadi dalam berbagai disiplin ilmu,
termasuk di dalamnya disiplin ilmu hadits dan sejarah,
memunculkan keraguan terhadap penisbatan kitab tafsir
48 RELIGIA Vol. 18 No. 1, April 2015. Hlm. 27-52

tanwir al-Miqbas kepada al-Fairuzabadi. Apalagi setelah


diketahui bahwa jalur periwayatan yang digunakan dalam
kitab tafsir tersebut terdapat beberapa perawi yang dinilai
tidak adil, bahkan disebut sebagai pemalsu riwayat-riwayat
tentang tafsir seperti Muhammad bin al-Saib al-Kalbi.
Kenyataan bahwa kitab tafsir ini adalah karya dari al-
Fairuzabadi ditemukan di dalam beberapa literature, seperti
dalam mu’jam al-Muallifin (Umar Ridla Kahalah, 1957: III:
776) dan lainnya. Sementara itu dalam literatur yang lain,
disebutkan bahwa penisbatan tanwir al-Miqbas kepada al-
Fairuzabadi dinilai berlebihan. Kesangsian terhadap otentitas
bahwa kitab ini karya al-Fairuzabadi, dapat dilihat dalam
pengantar buku Tanwīr al-Miqbās min Tafsīr Ibn 'Abbās
yang ditulis oleh Yousef Meri sebagai berikut:
“ The first to mention that al-Firuzabadi authored a four
volumes book entitled Tanwir al-Miqbas minTafsir Ibn
‘Abbas, is Muhammad Ibn ‘Ali al-Dawudi (d. 945/1538),
writing almost a century after the death of al-
Firuzabadi.19 By contrast, we have two authors who were
contemporaries of al-Firuzabadi who do not mention this
book at all. The first is Ibn Hajar al-‘Asqalani (d. 852)
who knew al-Firuzabadi personally and lived another 35
years after him. In Inba’ al-Ghumr bi-Abna’ al-‘Umr,20
Ibn Hajar dwells at length with al-Firuzabadi’s life and
contribution and at the end mentions some of his books.
The fact that he does notmention Tanwir al-Miqbas as one
of al-Firuzabadi’s books is significant, since Ibn Hajar
was, mainly, a Hadith expert and this particular book, if it
existed at all, would have merited at least a mention, being
circumscribed—even if dubiously—by narration and
reporting from Ibn ‘Abbas. The second is Ibn Qadi
Shuhbah (d. 851/1448) another contemporary of al-
Firuzabadi. Ibn Qadi Shuhbah, in his Tabaqat al-
Shafi‘iyyah,21 also devotes an entry to al-Firuzabadi and
mentions many of his books but, again, there is no
reference there to Tanwir al-Miqbas, even though such a
work would have been of great interest to Muslim jurists,
since it is bound to comprise material which are pertinent
to both jurisprudence (fiqh) and the principles and
fundamentals of jurisprudence (usul al-fiqh). Were these
illustrious scholars simply unaware that al-Firuzabadi
Kualitas Hadist dalam Kitab Tafsir Tanwir … (Hasan Su’aidi) 49

wrote a book entitled Tanwir al-Miqbas? It is quite likely


but very difficult to accept. In the absence of any
manuscript copies of this work, one is inclined to think
that al-Dawudi is wrong either about the title of the book,
its author or both” (Yousef Meri, 2007: viii).

Keterangan di atas menjelaskan, ulama yang pertama kali


menyebutkan bahwa al-Firuzabadi menulis buku empat jilid berjudul
Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibnu 'Abbas adalah Muhammad Ibn'
Ali al-Dawudi (w. 945/1538), pernyataan ini ditulis olehnya dalam
kurun waktu hampir satu abad setelah kematian al-Firuzabadi.
Sebaliknya, terdapat dua ulama yang sezaman dengan al-Firuzabadi
namun tidak menyebutkan buku ini sama sekali, yaitu Hajar al-
'Asqalani (wafat 852 H) yang sezaman dan bertemu dengan al-
Firuzabadi dan hidup 35 tahun setelah al-Fairuzabai wafat. Dalam
Inba’ al-Ghumr bi-Abna’ al-'Umr, dijelaskan bahwa Ibn Hajar yang
hidup dan semasa dengan al-Fairuzabadi tidak menyinggung
sedikitpun tentang tanwir al-Miqbas. Fakta bahwa Ibnu Hajar tidak
menyebutkan Tanwir al-Miqbas sebagai salah satu buku al-
Firuzabadi adalah signifikan, karena Ibnu Hajar dikenal sebagai
ulama hadis dan pemerhati karya ulama-ulama, sehingga tidak
adanya penyebutan kitab tersebut dalam karya al-Fairuzabadi
memunculkan keraguan akan kebenaran penisbatan buku tersebut
kepadanya. Di samping itu, pada bab II penelitian ini telah
disebutkan bahwa Ibnu Hajar al-Asqalani merupakan murid yang
mendapatkan izin khusus dari al-Fairuzabadi untuk meriwayatkan
keseluruhan dari kitab yang ditulisnya.
Bukti lain yang memperkuat bahwa kitab tanwir al-Miqbas
bukan karya al-Fairuzabadi adalah tidak disebutkannya karya
tersebut di dalam biografi al-Fairuzabadi dalam kitab Tabaqat as-
Syafi’iyyah yang ditulis oleh Ibnu Qadi Shuhbah. Padahal Ibnu Qadi
Shuhbah banyak menyebutkan karya al-Fairuzabadi, namun tidak
ditemukan pernyataan satu pun yang menjelaskan bahwa Tanwir al-
Miqbas menjadi salah satu dari karyanya. Dengan mempertim-
bangkan keterangan tersebut, yang diperkuat dengan bukti-bukti
otentik yang ada, maka penulis cenderung kepada pendapat bahwa
penisbatan tanwir al-Miqbas kepada al-Fairuzabadi tidaklah kuat.
50 RELIGIA Vol. 18 No. 1, April 2015. Hlm. 27-52

KESIMPULAN
Dari pembahasan tentang kualitas sanad perawi di dalam kitab
tafsir Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibni Abbas, dapat disimpulkan
bahwa sanad tafsir ini adalah lemah dilihat dari dua aspek. Yang
pertama adalah aspek ittishal (ketersambungan) sanad. Sanad
(Transmisi) periwayatan tafsir ini munqathi’ karena terdapat perawi
yang tidak ditemukan hubungan guru dan murid (sebagai salah satu
indikasi untuk mengetahui ketersambungan sanad), perawi yang
dimaksud adalah Abdullah al-Tsiqah bin al-Ma’mun al-Harawi yang
merupakan sanad langsung di atas al-Fairuzabadi dan Ammar bin
Abdul Majid al-Harawi (perawi di atas Abu Abdillah Mahmud bin
Muhammad al-Razi) yang keduanya adalah perawi yang tidak
dikenal (majhul al-Ain).
Aspek kedua yang menjadikan sanad kitab tafsir ini lemah,
terkait dengan nilai kualitas para perawinya. Dari 11 nama perawi
setelah al-Fairuzabadi, terdapat 6 perawi yang dipastikan lemah dan
1 perawi diperselisihkan jarh wa ta’dil nya, yaitu:
1. Abdullah ats-Tsiqah bin al-Ma’mun al-Harawi (majhul ain
sehingga tidak dapat dinilai jarh dan ta’dil nya)
2. Ma’mun bin Ahmad al-Sulami al-Harawi berpredikat Dajjal
(penipu) dan wudlla’(banyak memalsukan hadits)
3. Abu Abdillah Mahmud bin Muhammad ar-Razi (tidak
ditemukan penilaian jarh wa ta’dil nya)
4. Ammar bin Abdul Majid al-Harawi dinilai sebagai perawi
yang majhul (tidak diketahui)
5. Muhammad bin Marwan dinilai sebagai perawi dla’if,
kadzdzab (tingkatan ke 2 dalam nilai kecacatan perawi)
6. Muhammad bin as-Saib al-Kalbi dinilai sebagai perawi yang
dla’if (lemah), Kadzdzab (banyak berbohong/tingkatan ke 2
dalam nilai kecacatan perawi), laisa bi syain, munkar dan
predikat jarh lainnya
7. Abu Shalih. Penilain terhadap perawi ini mukhtalaf (diper-
selisihkan adil dan tidaknya)
Kesimpulan lain yang dapat diambil dari pembahasan
tentang kitab tanwir al-Miqbas khususnya terkait dengan redaksi
(matan) tafsirnya, adalah terdapat kesamaan beberapa penafsiran
kitab ini dengan kitab lain yang membahas tafsir Ibnu Abbas yang
bersumber dari riwayat-riwayat lain yang dapat dipertanggung
Kualitas Hadist dalam Kitab Tafsir Tanwir … (Hasan Su’aidi) 51

jawabkan kualitas periwayatannya, hal ini menunjukkan bahwa


kelemahan perawi tidak berarti berimplikasi secara pasti terhadap
tidak dapat digunakannya riwayat tersebut. Lain dari itu, penisbatan
tafsir tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibni Abbas kepada al-Fairuzabadi
masih diperdebatkan. Namun menurut penulis, (setelah melihat ber-
bagai pendapat tentang hal ini) berkesimpulan bahwa kitab Tanwir
al-Miqbas bukan merupakan karya al-Fairuzabadi, berdasarkan
argumen yang telah dikemukakan pada pembahasan tentang
otentitas penyandaran kitab ini kepada al-Fairuzabadi.

DAFTAR PUSTAKA
Abu Abdillah al-Bishri az-Zuhri. tt. Thabaqat al-Kubra. Beirut: dar
Shadir.
Abu Abdillah al-Hakim an-Nisaburi. 1990. Al-Mustadrak Ala as-
Sahihain. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah.
Abu Bakar Ahmad bin Husain bin Ali al-Baihaqi. tt. Al-Asma’ wa
ash-Shifat. Jedah: Maktabah as-Sawadi.
Abu Hatim ar-Razi. 1952. Al-Jarh Wa Ta’dil. Beirut: Dar Ihya’ at-
Turast al-Arabiy.
Abu Thahir Muhammad bin Ya’qub asy-Syairazi al-Fairuzabadi. tt.
Tanwir Miqbas Min Tafsir Ibni Abbas. Semarang: Toha
Putra.
Ahmad bin Ali bin Hajar Abu al-Fadl al-Asqalani as-Syafi’i. 1986.
Lisan al-Mizan (Beirut: Muassasah al-A’lami Li al-
Mathbu’at.
Ahmad bin Ali bin Hajar Abu al-Fadl al-Asqalani as-Syafi’i. 1987.
Tahdzib at-Tahdzib. Beirut: Dar al-Fikr.
Ahmad bin Syu’aib Abu Abdirrahman an-Nasai. 1986. Adl-Dlu’afa’
wa al-Matrukin. Beirut: Dar al-Ma’rifah.
Ajjaj al-Khatib. 1989. Ushul al-Hadits Ulumuhu wa Mushthalahuhu.
Beirut: Dar al-Fikr.
Al-Amir al-Hafidz Ibnu Makula. tt. Al-Ikmalu Fi Raf’i al-Irtiyab ‘an
al-Mu’talif wa al-Mukhtalif fi al-Asma’ wa al-Kuna wa al-
Ansab. Kairo: Dar al-Kitab al-Islami.
al-Humaidi, Abdul Aziz bin Abdullah. tt. Tafsir Ibni Abbas wa
Marwiyyatuh fi at-Tafsir Min Kutub as-Sunnah. Mamlakah
Arabiyyah: Ummul Qura.
52 RELIGIA Vol. 18 No. 1, April 2015. Hlm. 27-52

Al-Khatib Al-Baghdadi. 1988. Al-Muttafiq wal Muftariq. Damaskus:


Dar al-Qadiri.
Izzuddin Abu al-Hasan Ali al-Jazari Ibnu al-Atsir. tt. Asadul Ghabah
Fi Ma’rifat al-Ashhab. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah.
Khairuddin bin Mahmud Az-Zarakliy ad-Dimasyqi. 2002. Al-A’lam.
Beirut: Dar al-Ilm Lil Malayin.
Mattew B. Milles dan Michael Huberman, 1992. Analisis Data
Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Terj.
Tjetjep Rohidi. Jakarta: tp.
Muhammad al-Fairuzabadi. 2007. Tanwīr al-Miqbās min Tafsīr Ibn
'Abbās Tranlated by Mokrane Guezzou (Jordan: Royal Aal
al-Bayt Institute For Islamic Thougt.
Muhammad Husain adz-Dzahabi. 2000. At-Tafir wal Mufassirun.
Kairo: Maktabah Wahbah.
Shafiyuddin Ahmad bin Abdillah al-Khazraji. 1416. Khulashah
Tahdzib Tahdzib al-Kamal. Beirut: Maktabah al-Mathbu’at
al-Islamiyyah.
Syamsuddin Muhammad bin Ahmad Adz-Dzhabi. 1987. Tarikh al-
Islam Hawadits Wa wafayat. Beirut: Dar al-Kitab al-Arabiy.
Syuhudi Isma’il. 1992. Metodologi Penelitian Hadits Nabi. Jakarta:
Bulan Bintang.
Syuhudi Ismail. 1995. Kaedah Kesahehan Sanad Hadits, Telaah
Kritis dan Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu Sejarah.
Jakarta: Bulan Bintang.
Tajuddin bin Ali bin Abdul Kafi as-Subkiy. 1413. Thabaqath asy-
Syafi’iyyah al-Kubra. Bab Thabaqat as-Sabi’ah fi man
Tuwuffiya ba’da Sab’ah Miah. Hijr Lith Thaba’ah wa an-
Nasr wa at-Tauzi’.
Umar Ridla Kahalah. 1957. Mu’jam al-Muallifin Tarajim
Mushannifi al-Kutub al-Arabiyyah. Damaskus: Muassasah
ar- Risalah.
Umar Ridla Kahalah. 1957. Mu’jam al-Muallifin Tarajim
Mushannifi al-Kutub al-Arabiyyah. Damaskus: Muassasah
ar- Risalah.
www.islamweb.net Jawami’ al-Kalim Bahts Ruwat al-Hadits man
Ismuhu Abdullah bin Mubarak.
Yusuf bin az-Zakiy Abdurrahman Abu al-Hajjaj al-Mazzi. 1980.
Tahdzib al-Kamal. Beirut: Muassasah ar-Risalah.

Anda mungkin juga menyukai