Anda di halaman 1dari 37

Praktikum Dasar

Telekomunikasi

07
Modul ke:
Penerima FM Stereo (Stereo FM Receiver)
Sub-CPMK 1.1 Mempelajari rangkaian penerima FM stereo.
Sub-CPMK 1.2 Mengamati bentuk gelombang pada rangkaian
penerima FM stereo.
Sub-CPMK 1.3 Mengukur tegangan pada rangkaian penerima
FM stereo .
Fakultas
Teknik

Program Studi
Teknik Elektro
Laboratorium Teknik Elektro
Pembuka Daftar Pustaka Akhiri Presentasi
Tujuan
Setelah melaksanakan percobaan ini, Anda diharapkan Mempelajari
rangkaian penerima FM stereo, Mengamati bentuk gelombang pada rangkaian
penerima FM stereo dan Mengukur tegangan pada rangkaian penerima FM
stereo

<
← MENU AKHIRI >

Pendahuluan
Penerima FM merupakan penerima superheterodyne yang hampir
menyerupai penerima AM superheterodyne, hanya dalam penerima FM,
frekuensi kerjanya yang lebih tinggi, perlu proses limitasi dan de-emphasis.
Proses demodulasi dan penerapan AGC memakai metoda yang berbeda.

Seperti diketahui bahwa pemancar hanya memancarkan satu gelombang


radio, gelombang radio inilah yang ditangkap oleh rangkaian penala.
Namun perlu diingat bahwa sinyal yang ditangkap tersebut adalah sinyal
matriks yang dimodulasikan pada gelombang pembawa, sehingga untuk
mendapatkan sinyal aslinya yaitu sinyal audio stereo diperlukan beberapa
tahapan proses.

<
← MENU AKHIRI >

Pendahuluan
Penerima FM merupakan penerima superheterodyne yang hampir
menyerupai penerima AM superheterodyne, hanya dalam penerima FM,
frekuensi kerjanya yang lebih tinggi, perlu proses limitasi dan de-emphasis.
Proses demodulasi dan penerapan AGC memakai metoda yang berbeda.

Seperti diketahui bahwa pemancar hanya memancarkan satu gelombang


radio, gelombang radio inilah yang ditangkap oleh rangkaian penala.
Namun perlu diingat bahwa sinyal yang ditangkap tersebut adalah sinyal
matriks yang dimodulasikan pada gelombang pembawa, sehingga untuk
mendapatkan sinyal aslinya yaitu sinyal audio stereo diperlukan beberapa
tahapan proses.

<
← MENU AKHIRI >

Pendahuluan
Pada umumnya rangkaian penerima FM yang ada, rangkaiannya terdiri atas
beberapa tahap, yaitu:
- Penguat RF (RF amplifier)
- Mixer
- Osilator lokal
- Penguat IF 10.7 MHz
- Limiter
- AFC
- Rangkaian demodulasi (Diskriminator)
- De-emphasis
- Penguat Audio
Untuk Penerima FM stereo masih ditambah rangkaian demultiplekser,
yaitu untuk
mengubah kembali dari sinyal multipleks stereo yang diterima menjadi sinyal
audio yang
stereo.

<
← MENU AKHIRI >

Pendahuluan
Penguat RF
Pada umumnya sebuah penerima FM mempunyai suatu penguat RF. Penguat
RF ini harus mempunyai masukan yang cocok dengan antena.

Kemampuan dari penguat RF pada penerima FM ini harus mampu


merespon suatu sinyal yang memiliki level kurang dari 1µV, serta mempunyai
penguatan noise dengan level yang serendah-rendahnya, karena penguat ini
bekerja pada frekuensi tinggi (VHF) dan band width yang cukup lebar.
Penguat RF ini, jika didaya gunakan dapat menurunkan pengaruh
harmonisa-harmonisa dan pengaruh efek radiasi osilator lokal.

<
← MENU AKHIRI >

Pendahuluan
Mixer dan osilator lokal
Rangkaian osilator lokal biasanya memakai bentuk rangkaian yang umum,
yang dapat bekerja pada frekuensi tinggi. Rangkaian yang mendominasi
pemakaian sebagai osilator lokal ini adalah rangkaian colpitts dan clapp.

<
← MENU AKHIRI >

Pendahuluan
Penguat IF
Bentuk dan operasi dari penguat IF FM ini tidak jauh berbeda dengan penguat
IF dalam AM. Hanya pada penguat IF untuk FM frekuensi kerjanya jauh lebih
tinggi dan banwidthnya lebih besar. Yang lazim dipakai untuk penerima FM
yang bekerja dalam band 88 sampai 108 MHz adalah penguat IF 10,7 MHz dan
bandwidthnya 200 kHz. Pada penerima FM yang lebih baru, dilengkapi pula
dengan filter keramik 10,7 MHz, yang berfungsi agar sinyal IF yang
dikuatkan lebih selektif terhadap harmonisa-harmonisanya.

<
← MENU AKHIRI >

Pendahuluan
Limiter
Pada dasarnya limiter bekerja atas dasar pemotongan kedua puncak
amplitudo (positif dan negatif) ke dalam taraf tertentu pada tingkatan
outputkeluaran dengan amplitudo yang konstan. Fungsinya dalam suatu
penerima FM adalah untuk menghilangkan modulasi AM yang tertinggal
dan variasi amplitudo yang menyebabkan noise dan distorsi, yang mana
tidak diharapkan ikut terbawa ke speaker.
Pada penerima FM keluaran dari IF sebelum masuk ke rangkaian demodulator
dilewatkan dulu melalui rangkaian limiter, karena sinyal keluaran dari IF
mengandung spurious (gelombang-gelombang semu) sehingga masih
mempunyai amplitudo yang berubah-ubah besarnya.

<
← MENU AKHIRI >

Pendahuluan

Secara umum, limiter menggunakan rangkaian tangki sebagai beban kolektor.


Selain itu transistor akan dioperasikan pada daerah di bawah kondisi saturasi,
yang mana didapat besaran arus tertentu yang konstan. Resistor RC
membatasi supply dc ke kolektor, yang menjadikan tegangan dc di kolektor
rendah, sehingga akan mudah dikemudikan.
<
← MENU AKHIRI >

Pendahuluan
Karakteristik limiter dari gambar di atas, adalah seperti Gambar 3.4. di bawah
ini.

<
← MENU AKHIRI >

Pendahuluan
Pada gambar di atas, tangki LC ditala pada frekuensi tengah dari IF, sehingga
keluaran dari rangkaian tersebut menghasilkan sinusoida dengan amplitudo
yang konstan yang merupakan syarat sinyal yang masuk ke rangkaian
demodulator.
Sinyal yang masuk melalui rangkaian limiter bervariasi amplitudonya. Sinyal
masuk ke penerima FM yang besarnya cukup untuk memulai operasi limitasi,
ditetapkan sebagai quiets dalam keadaan ini noise dari latar belakang tidak
muncul.

<
← MENU AKHIRI >

Pendahuluan
Tegangan minimum yang diperlukan untuk proses limitasi dinamakan tegangan
quiting, threshold, atau limiting knee. Tegangan minimum ini
berhubungan dengan sensitivitas dari suatu penerima FM.
Sensitivitas dari suatu penerima FM didefinisikan sebagai berapa besar
masukan sinyal yang diperlukan untuk menghasilkan level yang tepat untuk
menghasilkan proses quiting, yang normalnya 30db. Ini berarti penerima
dengan kualitas baik dengan sensitifvitas 1,2µV akan mempunyai noise back
ground di bawah 30 dB dari sinyal masukan yang besarnya 1,2µV itu.
Radio penerima FM yang umum sekarang banyak memakai penguat IF
dari komponen aktif IC. IC untuk penguat ini mempunyai kwalitas limitasi
yang sangat tinggi, yaitu range dinamika yang lebar.

<
← MENU AKHIRI >

Pendahuluan
Contoh Perhitungan:
Suatu Penerima FM mempunyai gain tegangan 200.000 (106 dB) yang
diberikan pada limiternya. Tegangan quieting dari limiter adalah 200 mV.
Pertanyaan: berapa sensitivitas dari penerima tersebut. Jawaban. agar
mencapai quiteting, maka sinyal masukan yang masuk ke penerima harus:

200𝑚𝑉
= 1𝜇𝑉
200.000

<
← MENU AKHIRI >

Pendahuluan
Maka sensitivitas receiver ini adalah 1μV
1. FM demodulator atau Diskriminator atau detektor FM Fungsi dari
demodulator ini adalah mengubah deviasi frekuensi dari gelombang RF
pada IF (yang mana identik dengan gelombang FM yang diterima), ke
dalam bentuk variasi AF. Konversi dari deviasi frekuensi ke AF ini harus
diproses secara efisien dan linear. Jika memungkinkan rangkaian konversi
ini tidak peka terhadap perubahan amplitudo masukan, dan tidak
terlalu krisis dalam penyetelan dan pengoperasiannya. Dari prinsip
kerjanya demodulator ini terbagi dua :
a) Bekerja berdasarkan kurva lengkung (slope)
contohnya :
• Detektor Slope atau Single Slope Detektor
• Detektor dual slope atau Balance Slope Detector atau detektor Travis
b) Bekerja berdasarkan sensistivitas fasa
Contohnya :
• Detektor Fasa atau Foster-Seeley discriminator
• Detector Ratio
<
← MENU AKHIRI >

Pendahuluan
Uraian singkat dari detektor-detektor di atas adalah sebagai berikut;
1. Detektor Slope atau Single Slope Detector Prinsip detektor ini adalah
sinyal FM dengan frekuensi IF, masuk melalui rangkaian tangki LC yang
mempunyai resonansi frekuensi yang sama dengan salah satu
frekuensi samping dari frekuensi tengahnya (fc), keluarannya
mempunyai amplitudo yang tergantung dari deviasi frekuensi dari sinyal
masukan. Tegangan keluarannya dihubungkan ke dioda detektor dengan
beban RC yang mempunyai konstanta waktu yang sesuai. Jadi secara
ringkas dapat dikatakan, rangkaian ini mengubah FM IF dengan tegangan
yang konstan ke dalam gelombang modulasi FM dan AM. Selanjutnya
gelombang AM nya dideteksi, sedangkan variasi frekuensi IF nya
diabaikan.

<
← MENU AKHIRI >

Pendahuluan
Kelemahan dari detektor tipe ini ialah: Kurang efisien, kurang linier, terutama
untuk FM dengan deviasi yang besar, juga dalam penyetelan slug ferit relatip
sulit, karena lilitan primer dan sekunder harus ditala pada frekuensi yang
berbeda sedikit.

<
← MENU AKHIRI >

Pendahuluan
2. Detektor dual slope atau Balance Slope Detector atau Detektor Travis
Rangkaian detektor tipe ini menggunakan dua detektor slope yang
dihubungkan saling berbalikan terhadap tap tengah, sehingga berbeda
fasa 180o . Untuk radio penerima dengan deviasi 75 kHz, rangkaian
sekunder bagian atas ditala 100 kHz di atas frekuensi IF. Demikian pula
rangkaian sekunder bagian bawah, ditala 100 kHz di bawah frekuensi IF.
Masing-masing rangkaian tala tersebut disambungkan melalui sebuah
dioda detektor dengan suatu beban RC. Dengan demikian keluaran antara
ujung seri kedua rangkaian tersebut besarnya sama dengan jumlah
keluaran masing-masing.

<
← MENU AKHIRI >

Pendahuluan

Keuntungan dari detektor tipe ini, ialah lebih efisien dibanding dengan
detektor single slope. Kelemahannya, ialah lebih memerlukan kecermatan,
karena ada tiga frekuensi berbeda yang harus ditala pada kumparan tala.
belum ada limitasi amplitudo, dan linieritas masih belum cukup.

<
← MENU AKHIRI >

Pendahuluan
3. Detektor Fasa atau Foster-Seeley discriminator Detektor ini dikenal juga
sebagai detektor centre tuned. Di sini kumparan primer dan sekunder
keduanya ditala pada frekuensi tengah dari sinyal yang masuk.
Tegangan-tegangan primer dan sekundernya adalah:
a) Akan tepat berbeda fasa 90o apabila masukan frekuensi sama dengan
fc
b) Akan berbeda kurang dari 90o apabila fm lebih besar dari fc
c) Akan berbeda fasa lebih dari 90o apabila fm di bawah fc

<
← MENU AKHIRI >

Pendahuluan
Keuntungan dari detektor jenis dibanding dengan balanced slope ini ialah lebih
mudah settingnya, karena hanya ada rangkaian-rangkaian tala yang diset pada
frekuensi yang sama dan linearitas lebih baik, karena kurang tergantung
pada frekuensi respons dan lebih condong pada hubungan fasa primer-
sekunder. Kekurangannya, ialah masih belum ada limitasi amplitudo.

<
← MENU AKHIRI >

Pendahuluan

4. Detektor Ratio, Detektor ratio ini merupakan modifikasi dari


diskriminator Foster-Seely dengan memberikan limitasi pada
diskriminator, sedemikian rupa sehingga limiter amplitudo dapat
disisipkan. Banyak variasi praktis dari detektor ratio, yang mana
dalam prakteknya terdapat dua tipe dasar, yaitu balans dan tidak balans.
Tipe yang balans merupakan yang lebih baik dan lebih sering digunakan.
Bentuk dari detektor ratio balans ini adalah seperti gambar di bawah ini.
<
← MENU AKHIRI >

Pendahuluan

Pada rangkaian detektor ratio balans, terdapat rangkaian low-pass filter,


dalam gambar terdiri dari CF dan RF, berguna untuk menghilangkan riak RF
dari sinyal audio.

<
← MENU AKHIRI >

Pendahuluan
De-emphasis bekerja pada sinyal frekuensi tinggi, maupun pada noise
frekuensi tinggi, oleh karena itu pada de-empasis tidak terjadi proses
perbaikan sinyal-to-noise ratio. Standar konstanta waktu pada rangkaian de-
emphasis ini adalah :
a) Untuk Australia dan Eropa adalah : 50µdetik
b) Untuk Jepang dan Amerika adalah: 75µdetik
Di bawah ini terdapat blok rangkaian dari penerima FM stereo yang
umum dipakai.

<
← MENU AKHIRI >

Pendahuluan
Proses yang berlangsung pada sebuah Penerima FM stereo adalah:
a. Sinyal RF (gelombang FM) diterima antena dan dikuatkan oleh Penguat RF.
b. Sinyal RF tadi dicampurkan dengan sinyal dari osilator lokal
sehinggamenghasilkan frekuensi perbedaan yang besarnya sama dengan
frekuensi IF, yaitu 10,7 MHz.
c. Setelah proses pemilteran, maka sinyal ini diperkuat oleh penguat IF
d. Sinyal yang telah diperkuat ini masuk kerangkaian Limiter, dan keluaran
darirangkaian ini ada dua, yang satu mengendalikan rangkaian AFC dan
satu masuk ke rangkaian diskriminator untuk di deteksi.
e. Untuk Penerima FM yang monophonic, keluaran dari diskriminator ini
langsung masuk ke rangkaian de-emphasis, dan selanjutnya ke penguat
audio.
f. Pada penerima Stereo keluaran dari diskriminator ini masuk ke rangkaian
decoder MPX atau de-multiplekser.
g. Dalam rangkaian ini terjadi proses pemisahan sinyal MPX menjadi sinyal L
dan R serta sinyal yang menyalakan LED indikator.
h. keluarannya dipasangkan ke terminal keluaran L dan R.
<
← MENU AKHIRI >

Pendahuluan
Proses yang berlangsung pada sebuah Penerima FM stereo adalah:
i. Dalam modul Stereo FM Receiver ini proses penguatan RF dan
pengubahan frekuensi ke frekuensi menengah diproses dengan sebuah
IC front-end, sedangkan proses penguatan frekuensi menengah, limiter,
demodulasi ke sinyal audio diproses oleh sebuah IC jenis penguat IF.
Selanjutnya proses demultiplexer diproses oleh IC jenis demultiplexer dan
keluarannya dipasangkan ke terminal keluaran L dan R.

<
← MENU AKHIRI >

Pendahuluan
j. Pada rangkaian di atas terjadi proses pencampuran frekuensi yang
diterima dan frekuensi osilator lokal, menghasilkan beda frekuensi
10,7MHz yang diteruskan oleh IFT1 ke rangkaian penguat IF. Proses yang
terjadi identik dengan penerima AM.
k. Rangkaian penguat IF memperkuat frekuensi IF 10,7MHz dan melalui
rangkaian limiter di dalam IC tersebut, sinyal IF tersebut kemudian
dimasukkan ke dalam diskriminator (detektor FM). Pada umumnya
penerima FM yang beroperasi dalam band frekuensi 88 sampai
108MHz mempunyai IF 10,7MHz dan bandwidth 200kHz.

<
← MENU AKHIRI >

Pendahuluan
l. Keluaran dari diskriminator (detektor FM) mempunyai sinyal-sinyal
(L+R) yang besarnya 30Hz sampai 15kHz, sub-carrier 19kHz dan sinyal
(L-R) yang besarnya 23 sampai 53kHz. Setelah rangkaian diskriminator
inirangkaian lebih rumit.

<
← MENU AKHIRI >

Pendahuluan
m. Rangkaian demultiplekser ini secara otomatis men-switch menjadi
mono, jika sinyal stereo yang diterima cukup lemah, ini berguna juga agar
noisenoise yang terjadi karena lemahnya sinyal yang diterima, tidak
diproses ke keluaran. Demikian juga jika tidak ada sinyal pilot tone 19kHz.
n. Frekuensi dari VCO di dalam multiplexer ini merupakan osilator free-
running, yang kestabilan frekuensi dan fasanya dikontrol oleh
rangkaian PLL dan phase detector.
o. Untuk mendemodulasikan sinyal (L-R) dengan baik, dekoder
harusmembangkitkan sinyal 38kHz yang terkunci sefasa dengan
sinyal pilot 19kHz pada masukan.
p. Pada percobaan ini akan dipelajari proses penerimaan sinyal
gelombang radio hingga pemisahan

<
← MENU AKHIRI >

Peralatan
Utama : panel power supply PTE – 018 – 06
Panel stereo FM Receiver PTE – 018 – 03
Pendukung : Osiloskop 120 Mhz
Frequency counter
AVO Meter
Probe osiloskop dengan impedansi tinggi

<
← MENU AKHIRI >

Langkah Kerja
Untuk menghindari hal – hal yang tidak diinginkan, maka setiap awal
percobaan, pastikan bahwa semua peralatan dalam keadaan mati dan catu
daya tidak terhubung/ terpasang ke jala – jala PLN
1. Pasang panel power supply dan stereo FM Receiver pada rel bingkai
standar.
2. Hubungkan peralatan sesuai gambar.

<
← MENU AKHIRI >

Langkah Kerja

<
← MENU AKHIRI >

Langkah Kerja
3. Periksalah sekali lagi apakah rangkaian telah terpasang dengan benar?
Jika sudah, nyalakan catu daya.
4. 4Pilihlah salah satu gelombang siaran radio FM yag tengah mengudara.
Jika kebetulan tidak ada siaran FM, maka kita harus memakai alat batu,
yaitu panel pemancardan panel stereo MPX modulator sebagai radio
siaran.
5. Perhatikan lampu indicator stereo apakah menyala?
6. Apabila menyala, apakah artinya?
7. Dengan memakai osiloskop dan probe berimpedansi tinggi, perhatikan
gelombang – gelombang lalu gambarlah!

<
← MENU AKHIRI >

Langkah Kerja

<
← MENU AKHIRI >

Tugas
1. Buatlah Kesimpulan dari hasil percobaan di atas!

<
← MENU AKHIRI >

Daftar Pustaka
1. Pudak Scientific

<
← MENU AKHIRI
Terima Kasih
Laboratorium Teknik Elektro

Anda mungkin juga menyukai