SYIRIK
Disusun Oleh:
2. Bentuk-Bentuk Syirik
a. Syirik besar bisa mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan
menjadikannya kekal di dalam neraka, jika ia meninggal dunia dan
belum bertaubat kepada Allah.
Syirik besar adalah memalingkan sesuatu bentuk ibadah kepada selain
Allah, seperti berdo'a kepada selain Allah atau mendekatkan diri
kepadanya dengan penyembelihan kurban atau nadzar untuk selain
Allah, baik untuk kuburan, jin atau syaitan, atau mengharap sesuatu
selain Allah, yang tidak kuasa memberikan manfaat maupun mudharat.
Syirik Do'a, yaitu di samping dia berdo'a kepada Allah
Subhanahu wa Ta'ala, ia juga berdo'a kepada selainNya.
Syirik Niat, Keinginan dan Tujuan, yaitu ia menunjukkan suatu
ibadah untuk selain Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Syirik Ketaatan, yaitu mentaati kepada selain Allah dalam hal
maksiyat kepada Allah.
Syirik Mahabbah (Kecintaan), yaitu menyamakan selain Allah
dengan Allah dalam hal kecintaan.
b. Syirik kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, tetapi
ia mengurangi tauhid dan merupakan wasilah (perantara) kepada syirik
besar.
Syirik Zhahir (Nyata), yaitu syirik kecil yang dalam bentuk
ucapan dan perbuatan. Dalam bentuk ucapan misalnya,
bersumpah dengan nama selain Allah
Syirik Khafi (Tersembunyi), yaitu syirik dalam hal keinginan
dan niat, seperti riya' (ingin dipuji orang) dan sum'ah (ingin
didengar orang) dan lainnya.
b. Ta’ashshub (fanatisme)
Allah berfirman dalam Al-Quran :
“Dan apabila dikatakan kepada mereka, ikutilah apa yang telah diturunkan Allah.
Mereka menjawab , (tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami
dapati dari nenek moyang kami. (Apakah mereka akan mengikuti juga) walaupun
nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun dan tidak mendapat
petunjuk”. (QS. al-Baqarah : 170).
Hal inilah yang tertanam pada diri kaum musyrikin dari zaman dahulu
sampai sekarang, dimana mereka sangat fanatik kepada peninggalan dan adat
istiadat nenek moyang, dan karena itu mereka tidak segan-segan untuk berpaling
dan menepis kebenaran yang bersumberkan kepada Al-Quran dan sunnah Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam, bahkan ada juga diantara mereka yang
menyalahkan kebenaran tersebut dengan berbagai dalih dan sebutan, seperti
aliran baru, menyelisihi tradisi, memecah belah umat, membuat resah dan
sebagainya. Dan dari kefanatikan inilah akhirnya timbul sikap menentang dan
berpaling dari kebenaran yang kemudian akan berujung kepada kesyirikan.
b. Terbiasa dengan kerja keras dan berdoa pada Allah dalam setiap Pekerjaan yang
kita lakukan dan mengharapkan hasil yang terbaik hanya kepada Allah.
Janganlah kita terbuai dengan rayuan untuk meraih kesuksesan secara instan
dengan melakukan cara-cara yang melanggar syariat.
c. Meyakini bahwa tidak ada kekuatan dan kekuasaan yang lebih besar
dibandingkan dengan kekuasaan dan kekuatan Allah. Oleh karena itu kita
dianjurkan agar selalu mengucapkan kalimat: Laa hawla walaa quwwata illa
billah Artinya: tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah
SWT.
d. Banyak Mengingat Allah SWT dengan berzikir berarti kita berusaha menjauhi
atau menghindari perbuatan syirik. Bahkan memperkuat keyakinan dan
keimanan Serta membuat hati kita tenang.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
ْ َط َمِئ ُّن قُلُوبُهُ ْم بِ ِذ ْك ِر هَّللا ِ َأال بِ ِذ ْك ِر هَّللا ِ ت
َُط َمِئ ُّن ْالقُلُوب ْ لَّ ِذينَ آ َمنُوا َوت
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati
menjadi tenteram” (Qs. ar-Ra’du: 28).
e. Ikhlas dalam melakukan amal kebaikan. Segala perbuatan ibadah yang disertai
dengan riya’ termasuk syirik. Agar terhindar dari perbuatan ini maka setiap
melakukan amal baik hendaklah dilakukan dengan penuh keikhlasan (Hanya
Mengharap keridhoan Allah Semata). Perbuatan yang dilakukan dengan penuh
keikhlasan pastilah akan mendapat pahala di akhirat. Adapun perbuatan baik
yang dilakukan dengan riya’, amal perbuatan tersebut sia-sia karena tidak
bernilah di hadapan Allah SWT.