Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN

“HIPERTENSI”
Dosen Pengampuh : Ns. Nurfatul Jannah, S.Kep., M.Kep

DI SUSUN OLEH:

1) RAHMATIA (123332120)
2) NUR ANDINI (123072121)
3) PAHRUL (123322126)
4) NAJMAWATI (123272108)

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN


STIK FAMIKA MAKASSAR
TA 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji tuhan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga tugas
asuhan keperawatan ‘HIPERTENSI” ini dapat tersusun dengan baik. Pada kesempatan ini,
kami mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu Ns. Nurfatul Jannah, S.Kep., M.Kep
selaku dosen pengampuh mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I. Yang selama ini telah
membimbing kami dalam mempelajari materi-materi.
Dan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami sehingga masih banyak
kekurangan dalam ASKEP tersebut. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnan ASKEP ini.
Semoga ASKEP yang kami susun ini, dapat memberikan tambahan wawasan bagi
teman-teman mahasiswa keperawatan.

Makassar, 28 November 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hipertensi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu
kondisi dimana pembuluh darah memiliki tekanan darah tinggi yaitu tekanan
darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg yang menetap.
Tekanan darah adalah kekuatan darah untuk melawan tekanan dinding arteri
ketika darah tersebut dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh. Semakin tinggi
tekanan darah makan semakin berat kerja jantung. Menurut American Heart
Association (AHA), penduduk Amerika yang berusia diatas 20 tahun menderita
hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa (Kemenkes RI).
Hasil Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) prevalensi hipertensi di Indonesia
pada tahun 2013 yang berusia ≥18 tahun sebesar 25,8% (Balitbankes, 2013).
Berdasarkan profil kesehatan Jawa Tengah tahun 2015 persentase hipertensi pada
usia > 15 tahun sebesar 17,74%. Pada tahun 2014 di Kota Semarang hipertensi
menduduki peringkat pertama penyakit tidak menular (PTM) sebesar 21,637%
(Dinkes, 2014).
Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah
yang memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga timbul
kerusakan lebih berat seperti stroke (kerusakan jaringan otak yang disebabkan
oleh berkurangnya atau berhentinya suplai darah secara tiba-tiba), penyakit
jantung (terjadi pada kerusakan pembuluh darah jantung) serta penyempitan
ventrikel kiri / bilik kiri (terjadi pada otot jantung). Selain itu, hipertensi dapat
pula menyebabkan gagal ginjal, penyakir arteri koronaria, dan retinopati (Shanty,
2011).
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi diantaranya adalah
faktor fisiologi, konsumsi makan, gaya hidup dan psikososial. Faktor fisiologi
terdiri dari umur, jenis kelamin, genetik, lingkar pinggang, obesitas. Faktor
konsumsi makan terdiri dari asupan natrium, kalium, serat, lemak. Faktor gaya hidup
terdiri dari kebiasaan olahraga, kebiasaan merokok, durasi tidur,
kecemasan, dan faktor psikososial terdiri dari (pengetahuan, sikap).Dalam penelitian ini
difokuskan pada faktor gaya hidup dan psikososial.
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi, karena
olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan
menurunkan tekanan darah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Herwati
terhadap 78 orang penderita hipertensi di Puskesmas Padang Pasir bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan olahraga dengan
terkontrolnya tekanan darah penderita hipertensi (p <0,001) (Herwati, 2014).
Kebiasaan Merokok dapat juga menyebabkan penyakit hipertensi. Zat
nikotin yang terdapat dalam rokok dapat meningkatkan pelepasan epinefrin yang
dapat mengakibatkan terjadinya penyempitan dinding arteri. Zat lain dalam rokok
adalah karbon monoksida (Co) yang mengakibatkan jantung akan bekerja lebih
berat untuk memberi cukup oksigen ke selsel tubuh. Rokok berperan membentuk
arterosklerosis dengan cara meningkatkan pengumpalan sel-sel darah. Hasil
penelitian di Kota Padang terhadap 92 responden, terdapat hubungan antara
kebiasaan merokok dengan hipertensi (p = 0,003) yaitu dipengaruhi oleh lama
merokok (p = 0,017) dan jenis rokok (p = 0,017) (Octavian et al. 2015).
Tidur akan membuat denyut jantung menjadi lebih lambat dan menurunkan
tekanan darah secara signifikan. Sehingga seseorang yang durasi tidurnya
tergolong kurang, akan membuat sistem kardiovaskular bekerja pada tekanan
tinggi. Sehingga membuat tekanan darah dan denyut jantung naik. Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan di Bagian Poliklinik Penyakit Dalam Rumah
Sakit Umum Daerah Karanganyar pada bulan Desember 2013 sampai dengan
bulan Januari 2014 dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada pasien hipertensi (p = 0,001).
(Asmarita 2014).
Kecemasan adalah kebingungan dan kekhawatiran pada sesuatu yang akan
terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak
menentu. Menurut penelitian yang dilakukan pada 77 responden lansia di panti
sosial Tresna Werdha Senjarawi Bandung, Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
asymsig < 0,05. Nilai C = 0,63 termasuk ke dalam interval (0,51 < C < 0,75),
maka korelasi antara tingkat kecemasan dengan hipertensi termasuk kategoriderajat
asosiasi kuat. ( Pramana, 2016).

1. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dari askep ini adalah

1. Bagaimana penyusunan askep yang baik ?


2. Apa saja bagian askep yang terpenting ?
3. Bagaimana data dari kasus hipertensi?
4. Bagaimana pengkajian hipertensi?

2. TUJUAN

a. Tujuan Umum: agar mahasiswa keperawatan yang sebagai calon perawat


dapat mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan diagnose medis hipertensi
b. Tujuan Khusus :
- Mengetahui konsep penyakit (definisi)
- Mengetahui etiologi
- Mengetahui manifestasi klinis
- Mengetahui patofisiologi
- Mengetahui pemeriksaan klinis
- Mengetaui penatalaksaan
- Mengetahui klomplikasi
- Mengetahui konsep Askep
- Dapat menganalisa dari kasus
BAB III
KONSEP MEDIK HIPERTENSI
1. Pengertian
Hipertensi adalah pengertian medis dari penyakit tekanan darah tinggi.
Kondisi ini dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi kesehatan yang
membahayakan nyawa jika dibiarkan. Bahkan, gangguan ini dapat menyebabkan
peningkatan risiko terjadinya penyakit jantung, stroke, hingga kematian.

Istilah tekanan darah sendiri bisa digambarkan sebagai kekuatan dari sirkulasi
darah terhadap dinding arteri tubuh yang merupakan pembuluh darah utama. Besarnya
tekanan yang terjadi bergantung pada resistensi dari pembuluh darah dan seberapa
intens jantung untuk bekerja.

Seseorang dapat mengalami tekanan darah tinggi apabila semakin banyak


darah yang dipompa oleh jantung dan akibat sempitnya pembuluh darah pada arteri.
Hipertensi dapat diketahui dengan pemeriksaan secara rutin pada tekanan darah. Hal
ini direkomendasikan untuk dilakukan setiap tahun oleh semua orang dewasa.

Pembacaan tekanan darah dilakukan dalam satuan milimeter air raksa (mmHg). Hasil
pemeriksaan akan terbagi menjadi dua nomor, yaitu:

 Angka pertama atau sistolik mewakili tekanan dalam pembuluh darah ketika
jantung berkontraksi atau berdetak. 
 Angka kedua atau diastolik mewakili tekanan di dalam pembuluh darah ketika
jantung beristirahat di antara detaknya.

Seseorang bisa dikatakan mengalami hipertensi jika angka tekanan darah sistolik dari
pengukuran selama dua kali berturut-turut memperlihatkan hasil yang lebih besar dari
140 mmHg, dan/atau angka tekanan darah diastolik menunjukkan hasil yang lebih
besar dari 90 mmHg.

2. Etiologi
Berdasarkan etiologinya hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi hipertensi
primer/essensial dengan insiden 80-95% dimana pada hipertensi jenis ini tidak diketahui
penyebabnya. Selain itu terdapat pula hipertensi sekunder akibat adanya suatu penyakit atau
kelainan yang mendasari, seperti stenosis arteri renalis, penyakit parenkim ginjal,
feokromositoma, hiperaldosteronism, dan sebagainya.
3. Manifestasi klinik
Gambaran klinis pasien hipertensi meliputi nyeri kepala saat terjaga, kadang-
kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial.
Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi. Ayunan langkah yang
tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat. Nokturia karena peningkatan
aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus. Edema dependen dan pembengkakan akibat
peningkatan tekanan kapiler. Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita
hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara
tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain.

4. PATOFISIOLOGI
Ada banyak faktor yang terlibat dalam patofisiologi hipertensi. Faktor yang
paling berpengaruh pada hipertensi esensial atau hipertensi primer adalah:
 faktor genetik
 diet tinggi garam
 kondisi hormonal, dan masih banyak faktor lainnya.
Meskipun ada pengaruh genetik, namun sampai saat ini mekanisme terjadinya
hipertensi primer masih belum diketahui dengan pasti.

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Riwayat dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh sangat penting. Retina harus

diperiksa dan dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengkaji kemungkinan

adanya kerusakan organ, seperti ginjal atau jantung, yang dapat disebabkan tingginya

tekanan darah. Hipertropi ventrikel kiri dapat dikaji dengan elektrokardiografi, protein

dalam urine dapat dideteksi dengan urinalisa. Dapat terjadi ketidakmampuan untuk

mengkonsentrasi urin dan peningkatan nitroden urea darah. Pemeriksaan khusus

seperti renogram, pielogram intravena, arteriogram retinal, pemeriksaan fungsi ginjal

terpisah dan penentuan kadar urin dapat juga dilakukan untuk mengidentifikasi pasien

dengan penyakit renovaskuler. Adanya factor resiko lainnya juga harus dikaji dan

dievaluasi.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Selain pemeriksaan tekanan darah, penderita hipertensi perlu melakukan

serangkaian pemeriksaan laboratorium dan elektromedis secara rutin.

Manfaat Pemeriksaan Laboratorium diperlukan untuk Deteksi Dini Komplikasi pada


Hipertensi

1. Mencari kemungkinan penyebab terjadinya hipertensi


2. Menilai ada tidaknya komplikasi dan kerusakan organ target
3. Memperkirakan prognosis dan perjalanan penyakit
4. Menentukan adanya faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke. 

Pemeriksaan untuk melihat ada tidaknya kerusakan target Organ Ginjal :

1. Urine lengkap
2. Glukosa darah puasa
3. HbA1C
4. Ureum
5. Creatinin
6. Asam Urat
7. Cystatin C
8. Microalbumin urin
9. Elektrolit : Natrium & Kalium

Pemeriksaan untuk melihat ada tidaknya risiko Penyakit Cardiovaskuler :

1. Profil lemak
2. Apo B
3. Hs-CRP
4. EKG
5. Echocardiography
6. Treadmill 

Persiapan pemeriksan dan bahan pemeriksaan :

 Pasien dianjurkan puasa 10-12 jam sebelum pengambilan darah. Tetap


dianjurkan minum air putih dengan jumlah yang normal. Mengkonsumsi selain
air putih tidak diperkenankan.
 Pasien beristirahat yang cukup sebelum melakukan pemeriksaan, tidak dalam
keadaan stress berlebih, tidak melakukan aktifitas berlebih seperti olahraga.
 Sampel yang digunakan adalah Urin pagi dan darah Vena.

7. KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS

A. Komplikasi
Hipertensi dapat menyebabkan perubahan struktural atau fungsional dari
pembuluh darah arteri serta organ yang disuplai pembuluh darah tersebut. Hal ini
disebut dengan hypertension-mediated organ damage (HMOD). Organ yang sering
terlibat antara lain otak, jantung, ginjal, arteri sentral dan perifer, serta mata.

b. Prognosis

Prognosis hipertensi bergantung pada seberapa baik kontrol terhadap tekanan


darah. Hipertensi memerlukan manajemen jangka panjang. Hipertensi yang tidak
tekontrol akan menyebabkan komplikasi berupa kerusakan target organ, sehingga
meningkatkan morbiditas dan mortalitas.

8. PATHWAY

Obesitas Merokok Stress Konsumsi Alkohol Kurang olah Usia di atas 50 Kelainan
fungsi ginjal Feokromositoma
garam berlebih raga tahun

Penimbunan Nikotin dan Pelepasan Peningkatan


Tidak mampu
kolesterol karbon adrenalin dan Retensi cairan kadar kortisol Meningkatnya Penebalan membuang
monoksida kortisol tahanan perifer dinding aorta sejumlah garam
masuk aliran arteri & pembuluh
darah dan air di dalam
darah besar
Penyempitan Peningkatan Meningkatnya tubuh
Merusak lapisan Vasokonstrik sel darah Memacu stress
pembuluh volume darah
endotel si pembuluh dan sirkulasi merah Elastisitas
darah Efek
pembuluh darah darah pembuluh
konstriksi Volume darah
Meningkatnya arteri perifer darah
menurun dalam tubuh
viskositas meningkat
Aterosklerosis Tahanan
perifer
meningkat

Jantung bekerja
keras untuk
memompa
HIPERTENS
I

Otak Ginjal Indera Kenaikan


beban kerja
jantung
Vasokonstriksi Retina Hidung
Suplai O2 ke Retensi pembuluh Telinga
Hipertrofi otot
otak menurun pembuluh darah ginjal jantung
darah otak
Spasme Perdarahan Suara
meningkat
arteriole berdenging
Sinkope Blood flow Penurunan
Tekanan menurun fungsi otot
pembuluh Diplopia Gangguan jantung
Resiko darah
meningkat keseimbanga
tinggi cidera Respon RAA n
Nyeri Resiko tinggi Resiko
kepala cidera penurunan
Resiko terjadi Vasokonstriksi curah jatung
gangguan
perfusi
jaringan Gangguan rasa Rangsang
serebral nyaman nyeri aldosteron

Retensi
natrium
Gangguan
keseimbangan
volume cairan

9. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Penatalaksanaan menggunakan non farmakologi
Penatalaksanaan hipertensi dengan menggunakan non farmakologi
Menurut Reny Y (2015) adalah sebagai berikut:
1) Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukan bahwa diet dan pola hidup sehat atau
dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat
memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri. Beberapa diet yang
dianjurkan:
a) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah
pada pasien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat
mengurangi stimulasi sistem renin-angiotensin sehingga sangat
berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan natrium yang
dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per
hari
b) Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismnya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat
menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimeditasi oleh oksida
nitrat pada dinding vaskular
c) Diet kaya buah dan sayur
d) Diet rendah kolesterol sebagai pencegahan terjadinya jantung coroner.

2) Penuruanan berat badan


Mengatasi obesitas, pada sebagian orang, dengan cara menurunkan berat
badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi
beban kerja jantung dan volume secukup. Pada beberapa studi
menunjukan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi
dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan adalah hal
yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah.
3) Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat
untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung.
Olahraga isotonik dapat juga meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi
perifer, dan mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama
30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk
menurunkan tekanan darah. Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang
dapat mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.

4) Memberbaiki gaya hidup yang kurang sehat


Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi alkohol, penting untuk
mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui
menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.

b. Penatalaksanaan medis yang diterapakan pada penderita hipertensi adalah


sebagai berikut:
1) Terapi oksigen
2) Pemantauan hemodinamik
3) Pemantauan jantung
4) Obat-obatan/farmakologik
Menurut Susilo. Y dan Ari W (2011) pengobatan farmakologik pada
setiap penderita hipertensi memerlukan pertimbangan berbagai faktor
seperti beratnya hipertensi, kelainan organ dan faktor lain. Jenis obat
anti hipertensi yang sering digunakan adalah sebagai berikut :
a) Diuretik
Adalah obat yang memperbanyak kencing, mempertinggi
pengeluaran garam (NaCl). Dengan turunnya kadar Na+, maka
tekanan darah akan turun, dan efek hipotensinya kurang kuat.
Obat yang banyak beredar adalah spironolactone, HCT,
chlortalidone, dan iodopanide.
b) Alfa-blocker
Adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa dan
menyebabkan vasodilatasi perifer serta turunnya tekanan darah.
Karena efek hipotensinya ringan sedangkan efek sampingnya agak
kuat. Obat yang termasuk dalam jenis alfa-blocker adalah prazosin
dan terazosin
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
- Identitas klien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini antara lain: Nama,
Umur,Jenis Kelamin,Pendidikan, Pekerjaan, Agama,Dan Alamat.
- Keluhan utama
Berisi data pasien singkat dan jelas, dua atau tiga kata yang
merupakan keluhan yang membuat pasien meminta bantuan Kesehatan.
- Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama MRS, factor pencentus, lamanya keluhan, timbulnya
keluhan, factor yang memperberat, upaya yang dilakukan untuk
mengatasinya dan diagnose medis.
- Riwayat penyakit terdahulu
Penyakit yang pernah dialami, Riwayat alergi, kebiasaan merokok,
minum kopi, obat-obatan dan alcohol.
- Riwayat Kesehatan keluarga
Penyakit yang dialami angota keluarga, bila merupakan penyakit
keturunan, mengkaji tiga generasi ke atas. Anggota keluarga apakah ada
yang mempunyai himpertensi atau tidak.
- Riwayat Kesehatan lingkungan
Identitas lingkungan sekitar rumah klien, apakah klien tinggal di
lingkungan bersih atau kotor.

1. Pengkajian keperawatan
a. Aktivitas/istirahat
1) Gejala: kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
2) Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubaahan irama jantung, takipnea.
b. Sirkulasi
1) Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katub dan penyakit serebrovaskuler.
2) Tanda
a) Peningkatan tekanan darah
b) Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, takikardia
c) Murmur stenosis valvular
d) Distensi vena jugularis
e) Kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer)
f) Pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda
c. Integrasi ego
1) Gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stres multipel
(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
2) Tanda: letupan suasana hati, gelisah, penyempitan perhatian, tangisan
meledak, otot muka tegang, menghela nafas, peningkatan pola bicara
d. Eliminasi
Gejala: gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi) atau riwayat penyakit
ginjal pada masa lalu.
e. Makanan/cairan
1) Gejala:
a) Makanan yang disukai yang mencakup makanan garam, lemak serta
kolesterol
b) Mual, muntah dan perubahan berat badan saat ini
(meningkat/menurun)
c) Riwayat pengguanaan deuretik
2) Tanda:
a) Berat badan normal atau obesitas
b) Adanya edema
c) Glikosuria
f. Neurosemia
1) Gejala:
a) Keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala, suboksipital
(terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontan setelah
beberapa jam).
b) Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur, epistakis).
2) Tanda:
a) Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi.
b) Pola/isi bicara, efek, proses pikiran
c) Penurunan kekuatan genggaman tangan

g. Nyeri/ketidaknyamanan
1) Gejala:
a) Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung).
b) Sakit kepala
h. Pernafasan
1) Gejala:
a) Dispnea yang berkaitan dari aktivitas/kerja, takipnea, ortopneu,
dispnea
b) Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum
c) Riwayat merokok
2) Tanda:
a) Distress pernafasan/ penggunaan otot aksesori pernafasan.
b) Bunyi nafas tambahan (crakles/mengi)
c) Sianosis
d) Keamanan gejala: gangguan koordianasi/cara berjalan, hipotensi
postural.
i. Pembelajaran/ penyuluhan
a. Gejala:
a) Faktor resiko keluarga: hipertensi, arterosklerosis, penyakit jantung,
diabetes melitus
b) Faktor lain, seperti orang afrika-Amerika, Asia Tenggara,
penggunaan pil KB atau hormon lain, penggunaan alkohol/obat
j. Rencana pemulangan
Bantuan dengan pemantauan diri tekanan darah/perubahan dalam terapi

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,dan ketidak seimbangan
2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit
C. INTERVENSI
DIAGNOSA TUJUUAN INTERVENSI RASIONAL
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Intoleransi Toleransi aktivitas Manajemen Obsevasi:
aktivitas(D.0056) (L.05047) Energi(I.05178) 1. Penilaian awal
Definisi: Setelah dilakukan Observasi: mengetahui untuk
Ketidak cukupan tindakan keperawatan -identifikasi penyebab kelelahan
dengan kriteria hasil :
energi untuk gamgguan fungsi
-Kemudahan
melakukan aktivitas melakukan aktivitas tubuh yang 2. Mengobservasi
sehari hari sehari hari mengakibatkan kelelahan yang
-Keluhan Lelah terjadi
Gejala dan tanda kelelahan
-Perasaan lemah
mayor -Monitor kelelahan
Subjektif: fisik dan emosional Tereupetik:
Keterangan:
1. mengeluh lelah -Monitor lokasi dan Melatih anggoota
-Menurun (1)
Objektif: -cukup menurun(2) ketidak nyamanan gerak

1. Frekuensi jantung -Sedang (3) selama melakukan


meningkat >20% dari -Cukup meningkat(4) aktivitas Edukasi :

kondisi istirahat -Meningkat(5) Tereupetik: 1. Mencegah

-Lakukan latihan terjadinya kelelahan

rentang gerak pasif berlebih

dan/atau aktif 2. Aktivitas secara

-Berikan aktivitas bertahap agar pasien

distraksi yang dapat terlatih

menyenangkan
Edukasi:
-Anjurkan aktivitas
secara bertahap
-Anjurkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan
2. Nyeri akut Observasi :
berhubungan 2.Tingkat nyeri 2. Manajemen
(L.08066) -Untuk mengetahui
dengan peningkatan nyeri( I.08238)
tekanan vaskuler karakteristik nyeri
Setelah,dilakukan
serebral (0077) tindakan keperawatan Observasi : -Untuk mengetahui
3x24 jam di harapkan -Identifikasi lokasi, skala nyeri yang
Definisi: skala nyeri dapat dirasakan
karakteristik, durasi,
berkurang dengan
Pengalan sensorik frekuensi, kualitas,
kriteria hasil :
atau emosional yang Terapeutik :
-Keluhan nyeri intensitas nyeri
berkaitan dengan menurun (5) -Tindakan ini
-Identifikasi skala
kerusakan jaringan - Meringis (5) memungkinkan klien
nyeri
aktual atau fungsional, -frekuensi nadi (5) untuk mendapatkan
dengan onset Terapeutik : rasa kontrol terhadap
mendadak atau -Berikan teknik non nyeri.
lambat dan farmakologis untuk
berintensitas ringan Edukasi :
mengurangi nyeri
hingga berat yang -Pasien mengetahui
( relaksasi nafas
berlangsung kurang penyebab nyeri
dalam)
dari 3 bulan -Pasien mengetahui

Gejala dan tanda tindakan yang

mayor: dilakukan saat nyeri

Subjektif: Edukasi : muncul

-mengeluh nyeri -Jelaskan penyebab,


Objektif: periode, dan pemicu Kolaborasi :

-Tampak meringis nyeri Agen-agen ini secara

-Frekuensi nadi -Jelaskan strategi sistematik

meningkat meredakan nyeri menghasilkan

Gelisah relaksasi umum dan


menurunkan
Kolaborasi : inflamasi sehingga
Kolaborasi mengurangi rasa
pemberian analgetik nyer

D. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan Menurut (Kozier, 2010) Implementasi keperawatan adalah
sebuah fase dimana perawat melaksanakan intervensi keperawatan yang sudah
direncanakan sebelumnya. Berdasarkan terminologi NIC, implementasi terdiri atas
melakukan dan mendokumentasikan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang
digunakan untuk melaksanaan intervensi.

E. EVALUASI
Evaluasi keperawatan menurut (Kozier, 2010) adalah fase kelima atau terakhir
dalam proses keperawatan. Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil
evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama program
berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan
mendapatkan informasi efektifitas pengambilan keputusan.

NO EVALUASI
1 S
O: identifikasi gamgguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
A
P: Lanjutkan intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Kardiovaskuker Aplikasi NIC & NOC. Jakarta : EGC

Kozier, B. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses Dan Praktik
Edisi VII Volume I. jakarta:EGC

Padila.2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : nuha medika

Syamsudin. 2011. Buku Ajar Farmakoterapi Kardiovaskuler Dan Renal. Jakarta:


penerbit Salemba Medika pp 31

Udjianti, Wajan Juni.2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai