Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN PRIMER PADA WANITA MASA PRAKONSEPSI

DAN PERENCANANAAN KEHAMILAN

Mata Kuliah : Remaja Pra Konsepsi dan Perempuan


Dosen : Irmayanti,S.ST.,M.Keb.

Disusun Oleh :

Kelompok 1
1. Aza’ Rante Bangkudu (042021009)
2. Darmawati Marsuki (042021010)
3. Desy Natalia (042021011)
4. Devi Panggau (042021012)
5. Gina Sartri (042021015)
6. Hamsari Hamsan (042021017)
7. Hariani (042021018)
8. Iin Angriani Azis (042021021)
9. Ika Ibrahim (042021022)
10. Nur Fitriani (042021032)
11. Rante Tangkelangi (042021041)
12. Selvy (042021045)

INSTITUT KESEHATAN DAN BISNISKURNIA JAYA PERSADA PALOPO


PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.Yang telah memberikan
banyak nikmat-Nya kepada kami. Sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini sesuai
dengan waktu yang kami rencanakan. Makalah ini yang berjudul “Asuhan Primer Pada
Wanita Masa Prakonsepsi Dan Perencananaan Kehamilan” kami buat dalam rangka
memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah Remaja Pra Konsepsi dan Perempuan.
Kami sebagai penyusun pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan. Begitu pula dalam
penyusunan makalah ini yang mempunyai banyak kekurangan.Oleh karena itu, kami mohon
maaf atas segala kekurangannya.
Kami ucapkan terima kasih kepada pembimbing mata kuliah Remaja Pra Konsepsi dan
Perempuan yaitu Ibu Irmayanti,S.ST.,M.Keb yang telah memberikan tugas makalah ini agar
kami dapat mengetahui tentang konsep dasar dan manajemen pembelajaran klinik. Tidak lupa
pula kepada teman-teman yang telah ikut berpartisipasi sehingga makalah ini selesai tepat pada
waktunya.

Palopo, 26 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………… ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….. iii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………... iv

A. Latar Belakang………………………………………………………………….. iv

B. Rumusan Masalah………………………………………………………………. iv

C. Tujuan…………………………………………………………………………... iv

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………. 1

I. ASUHAN PRIMER PADA WANITA PRAKONSEPSI…………………….... 1

A. Defenisi Wanita Masa Pra-Konsepsi……………………………………….. 1


B. Karakteristik priode prakonsepsi…………………………………………… 2
C. Kesehatan Dalam Periode Prakonsepsi……………………………………..….. 2

D. Konseling Prakonsepsi…………………………………………………….... 3
E. Imunisasi Pranikah …………………………………………………………. 3
F. Menentukan Masa Subur………………………………………………….... 3
G. Kebutuhan Gizi Pada Masa Prakonsepsi…………………………………... ….. 5
H. Faktor_FaktorYang Mempengaruhi Pra-Konsepsi……………………….... ….. 5
II. PERENCANAAN KEHAMILAN……………………………………………... 8
A. Defenisi…………………………………………………………………….... 8
B. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Kehamilan…………… ….. 8
C. Pelayanan Kesehatan Pada Masa Perencanaan Kehamilan……………….. ….. 9
D. Konseling Kesehatan Pada Masa Perencanaan Kehamilan………………… 10
E. Penilaian-Penilaian Penting Dalam Perencanaan Kehamilan………………. 10
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………. 12
A. Kesimpulan…………………………………………………………………... 12
B. Saran………………………………………………………………………….. 12
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….. 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa pranikah dapat di kaitkan dengan masa prakonsepsi, karena setelah


menikah wanita akan segera menjalani proses konsepsi. Masa prakonsepsi merupakan
masa sebelum kehamilan. Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan
hingga satu tahun sebelum konsepsi dan idealnya harus mencakup waktu saat ovum
dan sperma matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi, status gizi WUS atau
wanita pranikah selama tiga sampai enam bulan pada masa prakonsepsi akan
menentukan kondisi bayi yang dilahirkan. Persyaratan gizi sempurna pada masa
prakonsepsi merupakan kunci kelahiran bayi normal dan sehat.
Wanita usia subur (WUS) adalah wanita yang berada dalam peralihan
masa remaja akhir hingga usia dewasa awal. Karakteristik WUS yang paling utama
adalah ditandai dengan peristiwa fisiologis, seperti menstruasi dan tercapainya puncak
kesuburan dengan fungsi organ reproduksi yang sudah berkembang dengan baik.
(Fillah Fithra Dieny,AyuRahadiyanti,2019).
Kesehatan prakonsepsi adalah kesehatan baik pada perempuan maupun
laki-laki selama usia reproduktif yakni usia yang masih dapat memiliki keturunan.
Tujuan kesehatan prakonsepsi adalah untuk mencapai ibu dan anak dalam kondisi
sehat. Bhutta dan lassi (2015) menyebutkanproporsi mortalitas dan mordibitas pada
ibu dan bayi secara signifikan dapat dicegah dengan cara pemberian intervensi gizi
sederhana sebelum kehamilan. Alasan pemberian intervensi gizi tersebut adalah status
zat gizi mikro adekuat pada masa prakonsepsi bagi perempuan sangatlah penting,
disamping menjaga berat badan (status gizi) dalam rentang normal. (Anggraeny &
Ariestiningsih,2017).
Kehamilan yang sehat membutuhkan persiapan, baik itu persiapan fisik
maupun mental, oleh karena itu perencanaan kehamilan harus dilakukan sebelum

iv
masa kehamilan agar berdampak positif pada adaptasi fisik dan psikologis ibu selama
kehamilan serta kondisi janin yang baik
Perencanaan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan
anak adalah dengan melakukan skrining prakonsepsi. Skrining Prakonsepsi dapat
mengidentifikasi beberapa faktor risiko yang mungkin bisa terjadi seperti ibu yang
mengalami kekurangan hemoglobin, kekurangan asam folat, dan perilaku yang dapat
mengganggu kesehatan ibu dan janin selama masa kehamilan (Williams et al, 2012).
Kesehatan ibu selama kehamilan mempunyai peranan yang sangat penting
terhadap bayi, karena jika ibu menjaga kesehatannya sebelum dan selama kehamilan
maka akan melahirkan bayi dalam keadaan normal dan bisa mencegah bayi lahir
premature dan berat badan rendah, sehingga memberikan kesempatan kepada bayi
untuk memulai kehidupan yang sehat (CDC, 2006).
B. Rumusan Masalah
1. Defenisi tentang Asuhan Pada Wanita PraKonsepsi
2. Karakteristik priode prakonsepsi
3. Kesehatan Dalam Periode Prakonsepsi
4. Konseling Prakonsepsi
5. Imunisasi Pranikah
6. Menentukan Masa Subur
7. Defenisi Perencanaan Kehamilan
8. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Kehamilan
9. Pelayanan Kesehatan dalam Perencanaan kehamilan
C. Tujuan
Untuk Mengetahui Asuhan kebidanan wanita pada fase prakonsepsi dan perencanaan
Kehamilan mengunakan proses asuhan kebidanan yang sesuai dengan wewenang
bidan.

v
BAB II
PEMBAHASAN

I. ASUHAN PRIMER PADA WANITA MASA PRAKONSEPSI


A. Defenisi Wanita Masa Pra-Konsepsi
Masa pra konsepsi merupakan masa sebelum hamil atau masa sebelum terjadinya
pertemuan antara ovum (sel telur) dengan sperma. Wanita pra konsepsi di asumsiknan
senagai wanita dewasa atau wanita usua subur yang siap menjadi seorang ibu.
Reproduksi manusia merupakan hasil dari pembentukan kompleks yang melibatkan
intraksi berbagai proses, seperti genetic, biologis, lingkungan dan tigkah laku. Proses pra
konsepsi di alami oleh pria dan wanita sebagai tahap sebelum konsepsi (Fillah Fitria
Dieny, S.Gz., Ayu rahadiyanti, S.Gz., dan Dewi Marfu’ah Kurniawati, S.Gz. 2019)
Masa pra konsepsi merupakan fase dalam siklus kehidupan yang memerlukan
perhatian khusus terutama dari segi pencakupan kebutuhan energi dan zat gizinya. Status
gizi wanita yang optimal dalam masa persiapan kehamilan merupakan hal yang krusial
dan mempengaruhi outcome dari kehamilan.
Rhode Island Departement of Health (2012) menyimpulkan bahwa wanita
prakonsepsi merupakan wanita yang siap menjadi ibu, merencanakan kehamilan dengan
memperhatikan kesehatan diri atau kesehatan reproduksi, kesehatan lingkungan, serta
pekerjaannya.Oleh sebab itu, masa prakonsepsi ini harus diawali dengan hidup sehat,
seperti memperhatikan makann yang dimakan oleh calon ibu.
Perawatan prakonsepsi juga merupakan suatu langkah-langkah penilaian dan
intervensi yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan memodifikasi resiko medis,
perilaku, dan sosial kesehatan wanita, serta hasil kehamilannya dari sebelum konsepsi
empat tujuan untuk meningkatkan kesehatan prakonsepsi di antaranya yaitu:
1. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan
prakonsepsi
2. Meyakinkan bahwa semua wanita usia subur bisa menerima pelayanan perawatan
prakonsepsi yang akan memungkinkan mereka akan kesehatan yang optimal.
3. Mengurangi resiko lahir cacat.
4. Mengurangi hasil kehamilan yang merugikan
1
B. Karakteristik priode prakonsepsi
Priode pra konsepsi ini di pengaruhi oleh beberapa karakteristik, fisiologis,seperti
ciri fisik wanita
1. Karakteristik fisiologis wanita
Sistem reproduksi pria dan wanita mulai berkembang pada bulan pertama setelah
konsepsi dan berlanjut untuk perkembangan ukuran dan komleksitas fungsi selama
pubertas. Wanita di lahirkan dengan ovum yang belum matang, sedangkan pria
dengan kemampuan memproduksi sperma, sekitar 7 juta ovum yang belum matang di
bentuk pada awal perkembangan janin, namun hanya 3 jut sel telur yang tersisa pada
pubertas. sekitar 400- 500 sel telur akan matang selama masa subur yang di lepaskan
untuk ksuburan dan hanya sedikit sekali sel telur yang tersisa saat menopause.
2. Karakteristik social
Fase prakonsepsi berada pada masa dewasa awal (setelah remaja, namun sebelum
dewasa akhir). Oleh karena itu karakteristik yang terjadi pada fase pra konsepsi tidak
jauh berbeda dengan karakteristik sosial pada masa dewasa.
3. Karakteristik pisikologis
Fase pra konsepsi dapat di golongkan ke dalam pisikologi, perkembangan, yaitu
masa dewasa awal. Dari sisi pisikologis, masa ini di tandai dengan ciri-ciri
kedewasaan, terjadi masa transisi fisik, intelektual, dan peranan social. Berbagai
masalah muncul sebagai dampak masa transisi dari ketergantungan ke masa mandiri,
baik dari segi ekonomi, kebebasan, menentukan diri sendiri, maupun pandangan
tentang masa depan yang sudah lebih realitas (Fillah Fitria Dieny, S.Gz., Ayu
rahadiyanti, S.Gz., dan Dewi Marfu’ah Kurniawati, S.Gz. 2019).
C. Kesehatan Dalam Periode Prakonsepsi
Wanita usia subur (WUS) adalah wanita yang sedang dalam peralihan masa
remaja akhir hingga usia dewasa awal. Karakteristik WUS yang paling utama adalah di
tandai dengan peristiwa fisiologis, seperti menstruasi dan tercapainya puncak kesuburan
dengan fumgsi organ reproduksi yang sudah berkembang dengan baik. WUS di
asumsikan sebagai wanita dewasa yang siap menjadi seorang ibu. Kebutuhan pada masa
ini berbeda dengan masa anak-anak, remaja, ataupun lanjut usia. Kebutuhan zat gizi pada

2
masa ini menjadi penting karena merupakan masa dalam mempersiapkan kehamilan dan
menyusui.
WUS sebagai calon ibu merupakan kelompok rawan yang harus di perhatikan
status kesehatanya, terutama status gizinya. Kualitas seorang generasi penerus akan di
tentukan oleh kondisi ibunya sejak sebelum hamil dan selama kehamilan, masa
pernikahan dapat di kaitkan dengan masa pra konsepsi karena setelah menikah wanita
akan menjalani proses konsepsi (Fillah Fitria Dieny, S.Gz., Ayu rahadiyanti, S.Gz., dan
Dewi Marfu’ah Kurniawati, S.Gz. 2019).
D. Konseling Prakonsepsi
Calon pengantin perlu di berikan konseling mengenai resiko yang ada dan di
tawarkan intervensi yang mungkin memperbaiki praknosis kehamilan. Konseling berupa
kesehatan reproduksi; usia ibu; lifestyle yang beresiko; diet, olahraga, kekerasan dalam
rumah tangga, konseling kondisi medis spesifik, seperti diabetes, penyakit ginjal,
hipertensi dan, epilepsy, serta kondisi kejiwaan dan masalah pisikisyang mungkin
berpengaruh.
Sebaiknya, ada juga kelas individual di bicarakan masalah yang sangat pribadi.
Sementara itu, pada kelas bersama di lakukan diskusi interaktif antara pasangan lain di
bawah bimbingan seorang konselor (Fillah Fitria Dieny, S.Gz., Ayu rahadiyanti, S.Gz.,
dan Dewi Marfu’ah Kurniawati, S.Gz. 2019).
E. Imunisasi Pranikah
Imunisasi yang di anjurkan di antaranya imunisasi tetanus untuk mencegah
penyakit tetanus (kejang) pada bayi baru lahir akibat tali pusatnya terinfeksi, imunisasi
MMR untuk mencegah penyakit mimps, measles, dan rubella, serta imunisasi hepatitis
(Fillah Fitria Dieny, S.Gz., Ayu rahadiyanti, S.Gz., dan Dewi Marfu’ah Kurniawati,
S.Gz. 2019).
F. Menentukan Masa Subur
Menentukan masa subur Masa subur di mulai dari hari ke 14, di hitung dari mulai
mendapatkan menstruasi. Untuk siklus menstruasi 28 hari, ovulasi akan terjadi di hari ke
14 dan masa subur adalah 2-3 hari sebelum dan sesudah ovulasi. Jadi masa subur antara
hari ke 11 sampai hari ke 17. Selain itu harus juga di perhatikan tanda-tanda atau sinyal
tubuh jika dalam masa subur kemungkinan bisa berpeluang hamil jika ada sperma yang
3
mampu menemukan sel telur , contohnya, suhu badan naik penyebabnya adalah saat sel
telur matang, Rahim akan bersiap menerimasel telur yang di buahi. Hal inilah yang
membuat suhu tubuh naik. Lender leher Rahim yang keluar melalui vagina jadi lebih
kental. Lender ini kenyal, lengket seperti jelly namun tidak terputus jika di tarik. Di masa
ovulasi, pembuluh darah di tubuh ikut membesar, termasuk pembuluh darah di kelamin.
Akibatnya, vulva (organ seksual perempuan) ikut membengkak dan lebih sensitive
sehingga menjadikan kita lebih mudah terangang, dan jangan terkejut jika tubuh terlihat
gemuk di bandingkan hari sebelumnya (Puspita 2010).
Masa infertil wanita sekitar 2/3 dari siklus menstruasi, lebih kurang 5-9 hari sebelum
ovulasi dan 7-13 hari setelah ovulasi. Waktu yang terbak untuk merencanakan kehamilan,
yaitu selama fase masa subur (fertil) pada silus menstruasi wanita, Ciri wanita yang
berada pada masa fertil, yaitu saat mucus basah, jernih dan elastis, waktu tersebut
merupakan waktu yang paling tepat untuk berhubungan seksual karena cairan semen
dapat bingung dengan cairan fertil. Hubungan seksual pada waktu lain dapat
mempermudah mengovservasi mukus .jika tidak berencana untuk hamil maka jangan
melkukan hubungan seksual selama masa fertile, kecuali mengunakan kondom atau
diafragma. Beberapa metode yang di gunakan monitor ovulasi antara lain sebagai berikut:
a. Metode kalender
Cara menentukan masa subur dapat di lakukan dengan metode kalkulasi. Identifikasi
panjangnya siklus terpendek selama 6 bulan terakhir. Setelah itu, panjangnya hari
setelah siklus terpendek di kurangi 21 hari.
b. Metode hari standar
Metode hari standr adalah penentuan masa subur dengan mengidentifikasi hari ke-8
hingga hari ke-19 siklus menstruasi (inklusif) sebagai hari ketika terjadi hubungan
seksual yang akan menyebabakan kehamilan.
c. Metode symptothermal (STM)
Metode symptothermal di dasarkan ada gejala cairan serviks (symto) yang
menunjukan aktifitas ovarium, perubahan suhu tubuh (thermal) yang mengedintifikasi
proses ovulasi, dan tanda opesional lainya. Tanda opesional tersebut yaitu
pengecekan serviks, yang sangat berguna pada situasi yang tidak jelas seperti saat
sekresi mukus serviks tidak dapat di ovservasi di vulva.
4
G. Kebutuhan Gizi Pada Masa Prakonsepsi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses degesti, absorpsi, transportasi. Penyimpanan, metabolisme
dan pengeluaran zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan, dan fungsi normal dari organorgan serta menghasilkan energi.
Skrining gizi adalah alat pengukur secara antropometri (TB, LILA, BB) dan
secara biokimia misal kadar HB. Kesehatan reproduksi menjadi titik awal perkembangan
kesehatan ibu dan anak yang dapat di persiapkan secara dini, bahkan sebelum seorang
perempuan menjadi ibu, persiapan tersebut dapat di lakukan melalui skrining pra nikah.
H. Faktor_FaktorYang Mempengaruhi Pra-Konsepsi
1. Riwayat Reproduksi
a. Informasi dapat melalui kuesioner pada kunjungan rutin prakehamilan
Mencakup : usaha – usaha sebelum kehamilan, adanya infertilitas, hasil
kehamilan abnormal termasuk abortus, kehamilan ektopik, kematian janin
berulang
b. Perlu juga riwayat keluarga terdekat, contohnya : pada abortus berulang, atau
adanya kelainan susunan kromosom
c. Perlu dicatat pemakaian teknologi reproduksi untuk menjadi hamil, contohnya
penyuntikkan sperma intrasitoplasma (intra cytoplasmic sperm injection / ICSI)
berkaitan dengan adanya penyulit tertentu (Bowen dkk, 1998)
d. Demikian pula dengan faktor resiko persalinan prematur rekuren, preeklampsia,
dan seksio sesarea berulang.
2. Riwayat pemakaian alkohol, dan merokok
Retardasi mental yang berhubungan dengan alkohol saat ini merupakan satu –
satunya sindroma retardasi mental yang diatasi dengan pencegahan primer
a. Pecandu alkohol dapat diidentifikasi dengan kuesioner berupa rangkaian dari
empat pertanyaan mengenai : adanya toleransi terhadap alkohol, rasa terganggu
mengenai kebiasaan minum, usaha untuk mengurangi, dan riwayat minum di pagi
hari
b. Merokok meningkatkan resiko persalinan premature, restriksi pertumbuhan janin,
berat bayi lahir rendah serta attention deficit hyperactivity disorder / ADHD serta
5
masalah prilaku dan belajar saat anak mencapai usia sekolah (American College
of Obstetricians and Gynecologists, 1999)
3. Riwayat Sosial
a. Usia ibu mempengaruhi hasil akhir kehamilan
b. Kehamilan usia 15 – 19 tahun → resiko anemia dan janin dengan pertumbuhan
terhambat, persalinan premature, dan angka kematian bayi lebih tinggi → sering
tidak direncanakan sehingga tidak ada konseling
c. Remaja → masih tumbuh dan berkembang sehingga butuh kalori yang lebih besar
daripada wanita yang lebih tua → berat badan sering kurang
d. Kehamilan usia > 35 tahun → saat ini 10% dengan penyulit obstetri dan
meningkatkan morbiditas dan mortilitas perinatal
e. Merokok juga meningkatkan resiko penyulit kehamilan yang berkaitan dengan
insufisiensi vascular, seperti insufisiensi uteroplasenta dan solusio plasenta
f. Konseling → kurangi / bahkan hentikan merokok prakehamilan
4. Riwayat pemakaian obat –obatan terlarang
a. Mariyuana dan opium tidak ada bukti mempunyai efek teratogenik terhadap
manusia.
b. Opium mempunyai efek neonatus withdrawal : tangisan bayi high piched, tidak
maumenyusui, tremor, bayi iritabel, mengantuk, muntah, diare dan kadang –
kadang kejang. Resiko penularan HIV dan hepatitis  pada penggunaan jarum
bersama
c. Penggunaan kokain mempunyai efek pada ibu termasuk vasokonstriksi,
disamping efek kardiotoksik. Komplikasi terhadap kehamilan : abortus spontan,
IUFD, PROM, kelahiran preterm, IUGR, dan solusio plasenta. Bersifat
teratogenik : mikrosefal, defek batang tubuh, malformasi traktus genitourinari.
Resiko abnormalitas neurobehavior dan orientasi.
d. Penggunaan amfetamin berhubungan dengan berkurangnya lingkar kepala janin
dan meningkatnya resiko solusio plasenta, IUGR dan IUFD, namun tidak ada
bukti berefek teratogen.
e. Riwayat mengalami kekerasan dalam rumah tangga

6
Riwayat kekerasan dalam RT berhubungan dengan pasangan pecandu alkohol /
obat, menganggur, dan memiliki latar belakang pendidikan atau pendapatan yang
rendah serta riwayat pernah dipenjara (Grisso dkk, 1999; Kyriacou dkk, 1999)
5. Imunitas
a. Konseling prakehamilan → penilaian atas imunitas terhadap rubella dan hepatitis
B
b. Vaksin : tetanus toksoid, bakteri atau virus mati (influenza, pneumokokus,
hepatitis B, meningokokus, rabies), atau virus hidup yang sudah dilemahkan
(campak, gondongan, polio, rubela, cacar air, demam kuning)
c. Pemberian vaksin hidup selama kehamilan tidak dianjurkan dan idealnya
diberikan paling sedikit 3 bulan sebelum kehamilan
6. Riwayat pajanan lingkungan
a. Pajanan lingkungan mencakup organisme infeksius, seperti : perawat NICU, 
perawat unit dialisis mungkin terpajan sitomegalovirus atau virus sintitial traktus
respiratorius dan petugas penitipan anak dan guru di sekolah mungkin terpajan
parvovirus dan rubella
b. Pekerja industri yang hamil mungkin terpajan zat – zat kimia seperti logam berat
atau pelarut organik
c. Konseling pajanan lingkungan → hindari pajanan tersebut sebelum dan selama
kehamilan
7. Riwayat makanan dan gizi
a. Kebiasaan makan seperti Pika : untuk es, tepung kanji, atau lumpur dan kotoran; 
sering dikaitkan dengan anemia
b. Kebiasaan makan seperti diet vegetarian memperlihatkan defisiensi protein, tetapi
dapat dikoreksi dengan meningkatkan konsumsi telur dan keju
c. Konsumsi vitamin A tidak dianjurkan karena mempunyai efek teratogenik
terhadap manusia pada dosis 20.000 – 50.000 IU per hari, diantaranya malformasi
janin
d. Obesitas berhubungan dengan penyulit seperti hipertensi, preeklampsia, DM
gestasional, tromboflebitis, kelainan persalinan, kehamilan post matur, seksio
sesarea dan penyulit operasi (Wolfe, 1998).
7
e. Defisiensi gizi seperti anoreksia dan bullimia meningkatkan resiko timbulnya
masalah terkait misalnya gangguan elektrolit, aritmia jantung, dan kelainan
saluran cerna (Becker dkk, 1999)

II. PERENCANAAN KEHAMILAN


A. Defenisi
Perencanaan kehamilan merupakan perencanaan berkeluarga yang optimal
melalui perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan merupakan salah satu
faktor penting dalam upaya menurunkan angka kematian maternal. Menjaga jarak
kehamilan tidak hanya menyelamatkan ibu dan bayi dari sisi kesehatan, namun juga
memperbaiki kualitas hubungan psikologi keluarga (Mirza, 2008).
Perencanaan kehamilan merupakan hal yang penting untuk dilakukan setiap
pasangan suami istri. Baik itu secara psikolog/mental, fisik dan finansial adalah hal yang
tidak boleh diabaikan (Kurniasih, 2010). Merencanakan kehamilan merupakan
perencanaan kehamilan untuk mempersiapkan kehamilan guna mendukung terciptanya
kehamilan yang sehat dan menghasilkan keturunan yang berkualitas yang diinginkan oleh
keluarga (Nurul, 2013).
B. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Kehamilan
Menurut Mirza (2008) ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam
merencanakan kehamilan, antara lain:
1. Kesiapan aspek psikologis
Apabila memutuskan untuk hamil, sebaiknya mulai menjalani konseling prahamil.
Konseling ini merupakan berisi saran dan anjuran, seperti dengan cara melakukan
pemeriksaan fisik (pemeriksaan umum dan kandungan) dan laboratorium. Sebab,
tujuan dari konseling prahamil ini akan mempersiapkan calon ibu beserta calon ayah
dan untuk menyiapkan kehamilan yang sehat sehingga bisa menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan. Dengan begitu, bisa segera dideteksi bila ada penyakit yang
diturnkan secara genetis, misalnya: diabetes militus, hipertensi, dan sebagainya.
Konseling prahamil dilakukan untuk mencegah cacat bawaan akibat kekurangan zat
gizi tertentu atau terpapar zat berbahaya.
2. Kesiapan Fisik
8
Pengaruh fisik juga sangat mempengaruhi proses kehamilan. Tanpa ada fisik yang
bagus, kehamilan kemungkinan tidak akan terwujud dan bahkan kalau kehamilan itu
terwujud, kemungkinan fisik yang tidak prima akan memengaruhi janin.
3. Kesiapan Finansial
Persiapan finansial bagi ibu yang akan merencanakan kehamilan merupakan suatu
kebutuhan yang mutlak yang harus disiapkan, dimana kesiapan finansial atau yang
berkaitan dengan penghasilan atau keuangan yang dimiliki untuk mencukupi
kebutuhan selama kehamilan berlangsung sampai persalinan (Kurniasih, 2010)
C. Pelayanan Kesehatan Pada Masa Perencanaan Kehamilan
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, adalah setiap kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan yang ditujukan pada perempuan saat remaja hingga saat sebelum
hamil dalam rangka menyiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan, persalinan, dan
melahirkan bayi yang sehat. Kegiatan juga ditujukan kepada lakilaki karena kesehatan
laki-laki juga dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi perempuan.
Menurut WHO (2013), pelayanan kesehatan masa sebelum hamil adalah
penyediaan pelayanan kesehatan komprehensif yang meliputi promotif, preventif, kuratif,
dan intervensi sosial sebelum terjadinya kehamilan yang bertujuan untuk:
1. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi
2. Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
3. Mencegah terjadinya kompilkasi selama kehamilan dan persalinan
4. Mencegah terjadinya kematian bayi dalam kandungan, prematuritas, BBLR
5. Mencegah kelainan bawaan pada bayi
6. Mencegah infeksi neonatal
7. Mencegah stunting dan KEK
8. Mencegah penularan HIV dan IMS dari ibu ke anak
9. Menurunkan risiko kejadian kanker pada anak
10. Menurunkan risiko Diabetes tipe 2 dan gangguan kardiovaskular di kemudian hari
Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014, pelayanan kesehatan
masa sebelum hamil ditujukan pada 3 (tiga) kelompok sasaran yaitu remaja, catin, dan
PUS. Pelayanan meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan tata
laksana dengan memberikan penekanan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan khusus
9
untuk setiap kelompok. Pada kelompok remaja, pelayanan kesehatan masa sebelum hamil
ditujukan untuk mempersiapkan remaja menjadi orang dewasa yang sehat, produktif,
serta terbebas dari berbagai gangguan kesehatan yang dapat menghambat kemampuan
menjalani kehidupan reproduksi secara sehat. Sedangkan untuk catin dan PUS, pelayanan
kesehatan masa sebelum hamil bertujuan untuk mempersiapkan pasangan agar sehat.
D. Konseling Kesehatan Pada Masa Perencanaan Kehamilan
Konseling pada masa perencanaan kehamilan dapat digabung ke dalam setiap
kunjungan dari wanita dalam masa reproduksi. Anamnesis Lengkap, Hal-hal berikut yang
perlu ditanyakan
1. Identitas pasien dan suami termasuk nama, umur, pekerjaan, nama
suami, agama alamat
2. Riwayat  menstruasi , menarche, teratur / tidak, lamanya, banyaknya
darah, nyeri +/- → menilai faal alat kandungan
3. Riwayat perkawinan → kawin / tidak, berapa kali, berapa lama (anak
mahalkah?)
4. Riwayat kehamilan sebelumnya → perdarahan +/- , hiperemesis
gravidarum +/- → prognosa
5. Riwayat persalinan sebelumnya → spontan / buatan, aterm +/-,
perdarahan +/-, siapa yang menolong → prognosa
6. Riwayat nifas sebelumnya → demam +/-, perdarahan +/-, laktasi ? →
prognosa
7. Riwayat anak yang lahir → jenis kelamin, hidup +/-, berat lahir
8. Riwayat penyakit keluarga → penyakit keturunan +/- (DM, kelainan
genetik), riwayat kembar, penyakit menular +/- (TBC)
9. Riwayat kontrasepsi → pakai +/-, metodenya ?, jenisnya, berapa lama,
efek samping
E. Penilaian-Penilaian Penting Dalam Perencanaan Kehamilan
1. Riwayat reproduksi
Catatan riwayat menstruasi akan memberikan kesempatan untuk menilai tingkat
pengetahuan si ibu tentang fisiologi menstruasi dan memberikan konseling tentang
bagaimana dia menggunakan pengetahuan tersebut untuk merencanakan kehamilan.
10
Diagnosa dan penatalaksanaan kelainan-kelainan seperti malformasi uterus, penyakit
autoimmune ibu, dan infeksi genital dapat mengurangi resiko terjadinya abortus
berulang. Menelaah riwayat obstetrik saat wanita tidak hamil akan membuat calon
orang tua mengungkapkan kekhawatirannya, perhatian dan pertanyaan-pertanyaan
seputar kehamilan dan reproduksi
2. Riwayat Keluarga
a. Skrining karier
Konseling riwayat keluarga dapat mengungkap resiko penyakit-penyakit
seperti muscular dystrophy, sindrom fragile X atau Down sindrom, dan penyakit
lainnya yang dapat diturunkan secara genetik harus dilakukan. Informasi tentang
tes diagnostik yang tepat seperti sampling vili khorionik atau amniosintesis perlu
disampaikan. Pada beberapa kasus, konseling genetik dapat mengarah pada
keputusan untuk tidak meneruskan kehamilan atau menggunakan teknologi
bantuan reproduksi yang dapat meniadakan resiko.
Skrining karier berdasarkan riwayat keluarga atau latar belakang etnis dari
pasangan sangat penting dalam konseling sebelum terjadinya kelainan pada
kehamilannya. Pengenalan pra konsepsi dari status karier membuat wanita dan
pasangannya dapat diberitahukan tentang resiko penyakit resesif autosom diluar
konteks emosional dari kehamilan. Pengetahuan tentang status karier juga
membuat keduanya dapat mengambil keputusan tentang kehamilan serta
merencanakan pemeriksaan yang diperlukan bila terjadinya kehamilan.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Wanita dalam masa pra konsepsi dan perencanaan kehamilan dalam melaksanakan
asuhan kebidanan ini pasien mempunyai pengaruh terhadap pelaksanaan asuhan
kebidanan antara lain :
1. Pasien memberikan kepercayaan kepada petugas
2. Keterbukaan pasien dalam mengungkapkan masalah kepada petugas
3. Adanya pengertian dan kesadaran pasien dalam mempersiapkan pernikahannya
dan dukungan keluarga serta petugas
B. Saran
a. Untuk tenaga kesehatan
1. Menggunakan komunikasi dengan tepat dan jelas
2. Menunjukkan sikap bersedia mau membantu pasien
3. Memberikan motivasi atau dukungan
b. Untuk Pasien.
Bisa menjaga keseimbangan biologis, psikologis, spiritual sehingga tenang dan lancar
dalam menghadapi prakonsepsi dan perencanaan kehamilan dalam kehidupannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Badriah., Dewi Laelatul. 2011. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. 1st ed. ed. Nurul Falah Atif.
bandung: PT Rafika Aditama.
Dian, Isti Angraini. 2018. “Hubungan Faktor Keluarga Dengan Kejadian Kurang Energi Kronis
Pada Wanita Usia Subur Di Kecamatan Terbanggi Besar.” JK Unila2(2):146–50.
Dieny, Fillah Fitria, Rahadiyanti Ayu, and Dewi Marfu’ah Kurniawati. 2019. Gizi Prakonsepsi.
ed. nur syansiah. jakarta: Bumi Medika. Dwi Apriliant, and Jonni Syah R. Purba. 2018. “Jurusan
Gizi , Poltekkes Kemenkes Pontianak , Indonesia.” 01(01): 2010–13.
Labuan, Dwi Wahyu Balebu dan Arsiyanti. 2019. “Hubungan Pemanfataan Posyandu Pra
Konsepsi Dengan Status Gizi Eanita Pra Konsepsi Di Desa Lokasi Fokus Stanting Kabupaten
Banggai.” 10: 1603–14.
Amelia, Aprilita Noor. 2016. “Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan Perilaku Makan Sumber
Energi Pada Wanita Prakonsepsi Yang Dilayani KUA Kecamatan Pamulang KOta Tanggerang
Selatan Tahun 2016.”
Anggraeny, Olivia, and ayunigtiyas dian Arisiningsih. 2017. Gizi Pra Konsepsi, Kehamilan,
Dan Menyusui. 1st ed. ed. Herwinda kusuma Rahayu. malang: UB Press.
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Edisi ke-1, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo, Jakarta, 2001
Duenhoelter HJ, Greenhill's Office Ginecology, Tenth Edition,  Obstetrics and Gynaecology of
Washington, EGC 2000

13

Anda mungkin juga menyukai