Anda di halaman 1dari 19

Makalah konseling islam

METODE DAN TEKNIK BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

Dosen Pengampu:

Drs. Martunis,M.Si

Khairiah,S.Pd.,M.Ed

Disusun Oleh:

Maula 1906104030064
Nur Azizah 1906104030060
Sophia Amanda 1906104030062
Zulfata 1906104030059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa karena hanya dengan rahmat-
Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan makalah mata kuliah Makalah konseling islam yang
berjudul “Metode dan Teknik Bimbingan dan Konseling Islam” ini dengan baik.

Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
konseling islam, ibu Khairiah S.Pd., M.Ed dan Bapak Drs Martunis M.Si. yang telah
memberikan banyak bimbingan dalam proses penyusunan makalah ini. Rasa terima kasih juga
hendak kami ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan kontribusinya
baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini bisa selesai pada waktu yang
telah ditentukan.

Meskipun penulis sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang penyusunan


makalah ini, namun kami menyadari bahwa didalam makalah yang telah kami susun ini masih
terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga kami mengharapkan saran serta masukan
dari para pembaca demi tersusunnya makalah lain yang lebih baik lagi. Akhir kata kami
berharapmakalah ini bisa memberikan manfaat kepada pembaca

Banda Aceh, 28 November 2022

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR......................................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................
A. Latar Belakang..................................................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................
C. Tujuan...............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................
A. Metode Bimbingan Konseling.........................................................................................
B. Teknik-Teknik Bimbingan Konseling Islam...................................................................
BAB III PENUTUP.....................................................................................................................
A. Kesimpulan......................................................................................................................
B. Daftar Pustaka.................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bimbingan konseling Islami tidak dapat dilepaskan dengan hakekat manusia menurut
Islam. Pada dasarnya manusia adalah makhluk Allah, keberadaannya di dunia sebagai kholifah
Allah. Implikasi dari perbuatannya semua diketahui Allah dan terjadi atas kodrat dan iradat Allah
(Marsudi, 2003:54). Bimbingan dan konseling menjadi suatu hal yang penting dalam dunia
pendidikan, semakin berkembangnya teknologi mengakibatkan perubahan-perubahan dalam
berbagai sendi kehidupan, salah satunya dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu, lembaga
pendidikan tidak dapat melepaskan diri dari situasi yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan
itu. Sekolah atau madrasah bertanggung jawab untuk mendidik dan menyiapkan peserta didiknya
agar mampu menyesuaikan diri dalam masyarakat dan mampu memecahkan masalah yang
dihadapi.
Bimbingan konseling Islami harus mengedepankan aspek keagamaan sebagai proses
utama dalam melakukan pelayanan terhadap siswa, sebagai bekal utama dalam menghadapi
permasalahan yang dihadapi siswa Aspek keagamaan apabila dijalankan sebaik-baiknya akan
mampu mengangkat moral yang sehat dan hidup bahagia melainkan kearah hubungan manusia
dengan Allah SWTHakekat bimbingan konseling Islami adalah upaya membantu individu belajar
mengembangkan fitrah atau kembali kepada fitrah, dengan cara memberdayakan (empowering)
iman, akal, dan kemauan yang dikaruniakan Allah kepadanya untuk mempelajari tuntunan Allah
dan rasul-Nya, agar fitrah yang berkembang pada individu berkembang dan kokoh sesuai dengan
tuntunan Allah swt (Sutoyo,2009:23).
Dalam rangka memberikan pelayanan bimbingan dan konseling mengenai masalah
keagamaan diperlukan berbagai metode dan teknik yang sesuai agar dapat
mengembalikan motivasi peserta didik dan dapat menyelesaikan masalahnya sendiri.
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa dalam pelayanan bimbingan dan konseling
selalu berhubungan dengan teknik dan juga metode. Oleh karena itu dalam makalah ini
akan penulis uraikan bagaimana metode memahami klien atau peserta didik, dan dalam bagian
ini akan dijelaskan pula mengenai teknik-teknik memberikan bimbingan dan bantuan.
B. Rumusan Masalah
1. Macam-macam metode yang digunakan oleh konselor?
2. Apa saja teknik-teknik yang digunakan oleh konselor dalam menangani masalah klien?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui macam-macam metode yang digunakan konselor dalam
menyelesaikan proses konseling.
2. Mengetahui teknik-teknik yang digunakan oleh konselor dalam menangani masalah klien
BAB II
PEMBAHASAN

A. Metode Bimbingan Konseling


Dalam menguraikan metode mendapatkan data untuk bimbingan konseling, H.M Umar
dan Sartono secara panjang lebar mengungkapkan metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data dalam rangka merealisasikan bimbingan dan konseling. Pengumpulan data
ini sangat penting dalam penyelidikan-penyelidikan pada umumnya maupun dalam bimbingan
konseling. Oleh karena itu, pada bagian ini, perlu dikemukakan beberapa metode yang dapat
dipergunakan untuk memperoleh data dalam bimbingan konseling diantaranya:
1. Observasi yaitu suatu cara untuk mengumpulkan data yang diinginkan dengan
mengadakan pengamatan secara langsung.
2. Questionnaire yaitu merupakan suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang
harus dijawab atau dikerjakan oleh orang yang menjadi sasaran questionnaire tersebut.
3. Interview yaitu suatu metode yang mendapatkan data dengan mengadakan face to face
relation.
4. Sosiometri dalam hal ini menunjukkan kepada kita tentang ukuran berteman. Jadi dengan
sosiometri dapat kita lihat bagaimana hubungan sosial atau hubungan berteman atau
bergaul. Dengan demikian, besar sekali bantuan sosiometri untuk mendapatkan data-data
anak, terutama dalam hubungan atau kontak sosialnya.
5. Tes yaitu suatu metode yang digunakan dalam penyelidikan dengan menggunakan soal-
soal yang telah dipilih oleh sesama, artinya dengan standar tertentu.
6. Case Study yaitu suatu metode penyelidikan untuk mempelajari kejadian mengenai
perseorangan. Dengan kata lain, suatu metode untuk menyelidiki riwayat hidup
seseorang, ( Drs. Anas Salahudin, M. Pd., 2010:72-83).

Dilihat dari cara memperoleh (metodologi), sumber psiko-terapi berwawasan Islam ada
empat, yaitu: 1) metode Istimbath; 2) metode Iqtibas; 3) metode Istiqro; dan 4) metode jami
bayna nufus al-zakiyyah wal-„uqul al-shafiyyah.
Dari manhaj-manhaj ini dikembangkan beberapa metode seperti: 1) terapi dengan Al-
quran; 2) terapi dengan doa; 3) terapi dzikir; 4) terapi sholat; 5) terapi mandi; 6) terapi puasa; 7)
terapi hikmah; dan 8) terapi tarikat dan tasawuf, (Isep Zainal Arifin, 2009:42-45).
Di antaranya tidak hanya itu metode-metode yang dilakukan oleh seorang konselor,
karena pada saat ini banyak sekali para ahli yang menciptakan perubahan pada metode-metode
yang baru. Para konselor sangat memerlukan beberapa metode yang digunakan dalam menangani
kliennya. Antara lain metodenya sebagai berikut:
1. Metode Interview
yaitu informasi yang merupakan suatu alat untuk memperoleh fakta/data/informasi dari
murid seacara lisan. Wawancara informatif dapat dibedakan atas wawancara yang terencana dan
wawancara yang tidak terencana.

2. Group Guidance (dengan menggunakan kelompok)


Pembimbing dan konseling akan mengembangkan sikap sosial, sikap memahami peranan
anak bimbing dalam lingkungannya yang menurut penglihatan orang lain dalam kelompok itu
karena ingin mendapatkan pandangan baru tentang dirinya dari orang lain serta hubungannya
dengan orang lain.

3. Client Centered Method


Metode ini sering disebut tidak mengarahkan, dalam metode ini terdapat dasar
pandangan bahwa klien sebagai mahluk yang bulat yang memiliki kemampuan berkembang
sendiri.
Menurut Dr. William E. Hulme dan Wayne K. Climer lebih cocok dipergunakan oleh pastoral
konselor (penyuluh agama). Karena konselor akan lebih dapat memahami kenyataan penderitaan
klien yang biasanya bersumber pada perasaan dosa yang banyak menimbulkan perasaan cemas,
konflik kejiwaan dan gangguan jiwa lainnya.
Jadi jika konselor menggunakn metode ini, ia harus bersikap sabar mendengarkan dengan
penuh perhatian segala ungkapan batin klien yang di utarakan kepadanya.
4. Directive Counseling
Sebenarnya merupakan bentuk psikoterapi yang paling sederhana, karena konselor, atas
dasar metode ini, secara langsung memberikan jawaban-jawaban terhadap problem yang oleh
klien disadari menjadi sumber kecemasannya, (Samsul Munir Amin, 2010:69-72). Waiters,
dan Singgi D Gunarasa, menyebutkan ada tiga teknik dalam wawancara konseling, yang dikenal
dengan the three traditional approach, yaitu teknik langsung (directive) tak langsung (non
directive) dan teknik campuran (eclective).
a) Teknik Langsung (Directive Approach)
Teknik ini juga disebut dengan pendekatan berpusat pada konselor. Hal ini menunjukkan
bahwa dalam interaksi konseling, konselor lebih banyak berperan untuk menentukan sesuatu.
Teknik langsung dapat diberikan secara langsung dalam berbagai cara, konselor yakin ada dasar-
dasar teori untuk melakukan seketika sehingga lebih merupakan suatu kegiatan dengan
pertimbangan harus segera dilakukan. Teknik ini dapat dilakukan terhadap klien yang mungkin
memerlukan waktu yang tidak lama. Teknik langsung juga bisa dilakukan dengan teknik
informative.
Willimson membagi kegiatan teknik langsung menjadi enam langkah yaitu:
1) Analisis
2) Sintesis
3) Diagnosis
4) Prognosis
5) Konseling
6) Follow up

b) Teknik Tidak Langsung (Non Directive Approach)


Istilah non directive menggambarkan penekanan pada penerimaan klien, pembentukan
suasana positif yang netral, percaya kepada klien dan mempergunakan penjelasan dari dunia
klien sebagai tehnik utama, dan istilah client centered menggambarkan penekanan kepada
pemantulan kembali perasaan-perasaan klien, menyatukan perbedaan-perbedaan antara diri yang
ideal (ideal self) dengan dirinya yang sesudahnya (real self), menghindarkan sesuatu yang
mengancam klien secara pribadi. Secara singkat dapat ditegaskan bahwa non directive
menggambarkan peran konselor sebagai pendengar yang baik dan pemberi dorongan klien, dan
pada klient centered, menggambarkan pemusatan pada tanggung jawab klien terhadap
perkembangan dirinya sendiri.
Teknik tidak langsung ini mendasarkan kepada suatu teori tentang hakikat manusia yang
menyatakan “jika dalam proses konseling bisa tercipta suasana hangat, penerimaan, maka orang
akan menaruh kepercayaan terhadap konselor, bahwa dia (konselor) ikut memikirkan bersama
dan konselor tidak melakukan penilaian-penilaian, maka orang akan merasa bebas untuk
memeriksa prasaan dan dan perilakunya yang mana hal itu berhubungan dengan pertumbuhan
dan perkembangan dan penyesuaian diri. Teknik ini menekankan pada titik pandang bahwa
setiap individu (termasuk klien) pada dasarnya memiliki kapasitas untuk bekerja secara efektif
dengan aspek kehidupan yang disadari. Salah satu hipotesis utama yang terkenal dari Rogers,
yang mendasari pendekatan yang berpusat pada klien adalah orang memiliki sumber-sumber di
dalam dirinya sendiri untuk mengenali diri sendiri, untuk mengubah-ubah konsep diri sendiri,
sikap dasar, tindakan pengarahan diri”. Langkah-langkah non directive
Menurut Carl Rogers dan Dewa Ketut Sukardi, terdapat dua belas langkah yang dapat
dipedomani dalam melaksanakan teknik non directive. Namun langkah-langkah tersebut dapat
berubah karena langkah-langkah tersebut bukanlah yang baku dan kaku. Langkah
tersebut diantaranya adalah:
1) Klien datang sendiri kepada konselor secara sukarela.
2) Merumuskan situasi bantuan.
3) Mendorong klien untuk mau berbuat mengungkapkan perasaan yang dirasakan sangat
bebas dan obyektif.
4) Konselor berusaha dengan tulus dapat menerima dan menjernihkan perasaan klien yang
bersifat negatif.
5) Apabila perasaan-perasaan negatif telah terungkapkan sepenuhnya maka secara
psikologis bebannya akan berkurang.
6) Konselor berusaha menerima perasaan positif pada klien.
7) Pada waktu mengungkapkan perasaan itu diikuti oleh perkembangan secara berangsur-
angsur tentang wawasan klien mengenai dirinya.
8) Apabila telah memiliki pemahaman tentang masalahnya dan menerimanya, mulailah
membuat suatu keputusan untuk langkah selanjutnya.
9) Mulai melakukan tindakan-tindakan yang positif.
10) Perkembangan lebih lanjut tentang wawasan klien.
11) Meningkatkan tindakan positif secara terintegratif pada diri klien.
12) Mengurangi ketergantungan klien atas konselor dan memberitahukan secara bijaksana
bahwa proses konseling perlu diakhiri.

c) Konseling Eklektik (Eclectic Counseling)


Adalah pandangan yang berupaya menyelidiki berbagai sistem, metode, teori, atau
doktrin. Dengan maksud untuk memahami dan (bagaimana) menerapkannya dalam situasi yang
tepat. Konseling eklektik juga bisa disebut dengan campuran dari kedua teknik di atas (directive
counseling dan non directive counseling).
Dalam eklektik ini ada beberapa pokok perhatian diantaranya yaitu:
1) Esensial bagi konselor yang berpengalaman dalam pemahaman dan penerimaan diri klien
serta berkemampuan mengkomunikasikannya dengan klien.
2) Penerimaan diri klien.
3) Penekanan terhadap sifat hubungan dari pada teknik yang dipergunakan, yang diwarnai
oleh suasana kepercayaan, respek dan simpatik.
4) Konselor membantu untuk melengkapi dan menggunakan sumber-sumber pribadi dan
lingkungan, (Sjahudi Siradj, 2010:105-119).

5. Educative Method (metode pencerahan)


Metode ini sebenarnya hampir sama dengan metode client centered hanya bedanya
terletak pada usaha mengorek sumber perasaan yang menjadi beban tekanan batin klien serta
mengaktifkan kekuatan/atau tenaga kejiwaan klien (potensi dinamis) melalui pengertian tentang
realitas situasi yang dialami olehnya. Oleh karena itu inti dari metode adalah
pemberian “insight” dan klarifikasi unsur-unsur kejiwaan yang menjadi sumber konflik
sesorang. Jadi, di sini juga tampak bahwa sikap konselor ialah memberikan kesempatan seluas-
luasnya kepada klien untuk mengekpresikan (melahirkan) segala gangguan kejiwaan yang
disadari menjadi permasalahan baginya.
6. Psychoanalysis Method
Metode psikoanalisis juga terkenal dalam konseling yang mula-mula diciptakan oleh
Sigmund Freud, metode ini berpangkal pada pandangan bahwa semua manusia itu jika pikiran
dan perasaannya tertekan oleh kesadaran dan perasaan atau motif-motif tertekan tersebut tetap
masih aktif mempengaruhi segala tingkah lakunya meskipun mengendap ke dalam tidak sadaran
(Das es) yang disebutnya “verdrogen komplexen”.
Dari Das es inilah Freud mengembangkan teorinya tentang struktur kepribadian
manusia. Setiap manusia di dalam perkembangan kepribadiannya senantiasa dipengaruhi oleh
unsur-unsur Das es (lapisan ketidaksadaran) dan Das es (lapisan sadar) serta Das Heber Ich
(lapisan atas kasadaran ) atau dalam bahasa Inggris disebut masing-masing “ the id ego dan
the super ego”
Kepribadian manusia menurut teori ini sangat dipengaruhi oleh faktor pengalaman masa kanak-
kanak kemudian berlanjut sampai masa dewasa, (Samsul Munir Amin, 2010:72-74).

B. Teknik-Teknik Bimbingan Konseling Islam.


Konseling merupakan suatu aktifitas yang hidup dan mengharapkan akan lahirnya
perubahan-perubahan dan perbaikan-perbaikan yang sangat didambakan oleh konselor dan klien.
Untuk mencapai tujuan yang mulia itu maka sangat diperlukan adanya beberapa teknik yang
memadai. Apabila tidak didukung dengan teknik-teknik itu, maka tujuan utama konseling tidak
akan dapat tercapai dengan baik kedua pihak, konselor maupun klien.
Rasulallah SAW bersabda:

ٚ‫ (سٗآ ٍسيٌ عِ اث‬.ُ‫َب‬ٝ‫سزطع فجقيجٔ ٗرىل أضعف اإل‬ٝ ٌ‫سزطع فجيسبّٔ فإُ ى‬ٝ ٌ‫ذٓ فإُ ى‬ٞ‫شٓ ث‬ٞ‫غ‬ٞ‫ ٍْنٌ ٍْنشا في‬ٙ‫ٍِ سا‬
)ٙ‫ذ اىخذ س‬ٞ‫سع‬

“siapa saja diantara kalian telah mengetahui kemungkaran/penyimpangan, maka ia harus


mengubahnya dengan menggunakan tangannya, maka jika tidak mampu, ia harus mengubahnya
dengan lidahnya, maka jika tidak mampu ia harus merubahnya dengan menggunakan qalbunya,
dan itu adalah selemah-lemah iman‟‟. (HR. Muslim dari Abu Said Al-Khuduri R.A)
Hadits ini mengandung pesan-pesan yang sangat luas dan memberikan perjalanan tentang teknik
dalam melakukan konseling dan terapi secara luas; dan teknik itu ada dua macam, yaitu:

1. Teknik yang bersifat lahir.


Teknik yang bersifat lahir ini menggunakan alat yang dapat dilihat, didengar atau
dirasakan oleh klien, yaitu dengan menggunakan tangan dan lisan. Dalam penggunaan tangan
tersirat beberapa makna antara lain:
1) dengan menggunakan kekuatan, power dan otoritas:
)‫(ٕ٘د‬. ِٞ‫ب رْب ٗسيطب ُ ٍج‬ٝ ‫ ثب‬ٚ‫ٗىقذ اسسيْب ٍ٘س‬

Artinya: “dan sesunggunya kami telah mengutus musa dengan ayat-ayat kami dan
kekuatam yang nyata”. ( Hud, 11:96 )

2) keinginan, kesungguhan dan usaha yang keras.


) : ٔ‫ (اىز٘ ث‬.‫و هللا ثأٍ٘اىٌٖ ٗأّفسٌٖ أعظٌ دسجخ عْذ هللا‬ٞ‫ سج‬ٚ‫ِ اٍْ٘ا ٕٗجب سٗا ف‬ٝ‫اىز‬
“orang-orang yang telah beriman, berhijrah dan sungguh-sungguh berjuang di jalan Allah
dengan harta benda dan siapa mereka adalah lebih agung derajatnya di sisi Allah”. (At-Taubah,
9:20)
Rasulallah .SAW bersabda:
‫ء‬ٜ‫ عجذٓ ثش‬ٚ‫ ٍٗب رقشة اى‬,‫ب فقذ ارّزٔ ثب اىحشة‬ٞ‫ ٗى‬ٚ‫ ى‬ٙ‫ ٍِ عبد‬:‫ قبه‬ٚ‫إُ هللا رعبى‬
‫ احجٔ فبر‬ٚ‫و حز‬ٞ‫ ثباىْ٘ اف‬ٚ‫زقشة اى‬ٝ ٓ‫زاه عجذ‬ٝ ‫ ٍٗب‬,ٔٞ‫ ٍَب افزشضذ عي‬ٚ‫احت اى‬
ٔ‫جطش ثٖب ٗسجي‬ٝ ٚ‫ذٓ اىز‬ٝٗ ٔ‫جصشٓ ث‬ٝ ٛ‫سَع ثٔ ٗثصش اىز‬ٝ ٙ‫احججزٔ مْذ سَعٔ اىز‬
ٙ‫( سٗآ اىجخب س‬. ّٔ‫ز‬ٞ‫ ألع‬ّٚ ُ ‫ٗىئِ اسزعب‬, ْٔٞ‫ ألعط‬ْٚ‫ ثٖب ٗىئِ سأى‬ٚ‫َش‬ٝ ٚ‫اىز‬
) ‫شح‬ٝ‫ ٕش‬ٚ‫عِ اث‬
“Sesunggunya Allah Ta‟ala telah berfirman: “siapa saja yang telah memusuhi kekasihKu maka
Aku menyatakan perang kepadanya. Dan tidak mendekat diri seorang hambaKu dengan sesuatu
yang lebih Aku senangi dari menjalankan kewajibannya; dan hambaKu itu senantiasa
mendekatkan diri kepadaKu dengan melakukan ibadah-ibadah sunnat sehingga aku
mencintainya. Maka apabila Aku telah mencintainya Aku telah menjadi pendengarnya yang ia
akan mendengar dengannya. Menjadi penglihatannya yang ia akan melihat dengannya,
menjadi tangannya yang ia akan berbuat dengannya, menjadi kakinya yang ia akan berjalan
dengannya, dan jika ia meminta kepadaKu niscaya Aku akan memberinya, dan jika ia memohon
perlindunganKu pasti Aku akan melindunginya‟‟. (HR. Bukhori dari Hurairah RA.)

Seorang hamba yang memiliki kesungguhan perjuangan dan upaya yang tidak kenal putus asa,
niscaya ia akan memperoleh qudrat iradat Allah SWT. Yang akan eksis dalam pendengaran,
penglihatan tangan dan kaki serta pembelaan pertolongan dan perlindungan.
Salah satu diantara anugerah yang agung itu adalah “tangan Allah akan eksis dalam tangan
hambanya” yang shalih dan bertauhid kepadanya secara aplikasi, nyata yang trasendental. Dan
dengan tangan itulah konselor dapat berupaya dan menyentuh klien, dan hasilnya adalah
memberikan rasa yang nyaman dan kesembuhan atas izinnya.

3) Sentuhan Tangan
Terhadap klien yang mengalami stress atau ketegangan dapat diberikan sedikit pijatan
atau tekanan pada urat dan otot yang tegang sehingga akan dapat mengendorkan urat dan otot-
otot, khususnya pada bagian kepala, leher dan pundak. Teknik ini disamping dapat meringankan
secara fisik tetapi dapat juga memberikan sugesti dan keyakinan awal, bahwa semua
permasalahan yang dihadapi akan dapat terselesaikan.
Hadits penyembuhan melalui tangan:
‫ جسذٓ ٍْز‬ٚ‫جذٓ ف‬ٝ ‫ً ٗجعب‬.‫ سس٘ه هللا ص‬ٚ‫ اىعب ص أّ شنب إى‬ٚ‫عِ عثَب ُ ثِ اث‬
ٌ‫ رأىٌ ٍِ جسذك ثس‬ٙ‫ اىز‬ٚ‫ذك عي‬ٝ ‫ ضع‬: ٌ‫ٔ ٗسي‬ٞ‫أسيٌ فقبه ىٔ سس٘ه هللا صو هللا عي‬
)ٌ‫هللا ثالثب ٗقو سجع ٍشاد أع٘رٗ ثب هللا ٗقذس رٔ ٍِ شش ٍب أجذ ٗأحب رس( سٗآ ٍسي‬
“Dari Utsman bin Abil „Ash ra. Bahwasnnya ia pernah mengadukan penderitaannya kepada
Rasulullah saw, karena ia telah menemukan suatu penyakit ditubuhnya sejak ia masuk Islam.
Lalu Rasulullah saw, bersabda kepadanya : „letakkanlah tanganmu pada tubuhmu yang merasa
sakit, lalu ucapkanlah bismillah sebanyak tiga kali dan ucapkanlah (berdo‟alah)dengan
kalimat‟ aku berlindung kepada Allah dari kejahatan yang aku temui dan yang aku waspadai.”(
HR. Muslim)

Teknik ini sering penulis lakukan pada klien yang sedang mengalami stres dan kegelisahan.
Sebelum proses konseling tentang bagaimama cara mengatasi stres dan kegelisahan itu, penulis
melakukan pemijatan dan sentuhan pada leher, kepala dan pundaknya. Dan itu selalu penulis
lakukan sebelum aktitifitas konseling berlangsung.
Penggunaan teknik konseling dan terapi yang lain secara lahir adalah dengan menggunakan
lisan. Makna penggunakan lisan dalam hadits dalam hadits ini memiliki makna yang konstektual,
yaitu:
1) nasehat, wejangan, himbauan dan ajakan yang baik dan benar.
Sabda Rasullah SAW:
) ٔٞ‫( ٍزفق عي‬.‫جخ‬ٞ‫جذ فجنيَخ ط‬ٝ ٌ‫إرق٘ ا اىْب س ٗى٘ ثشق رَشح فَِ ى‬
“peliharalah dirimu dari api neraka walau hanya sedekah, separuh dari biji kurma, lalu siapa
saja yang tidak dapat sedekah itu, maka dengan kata-kata yang baik.”(HR.Bukhori dan Muslim
dari Ady bin Hatim RA)

Dalam konseling konselor lebih banyak menggunakan lisan, yaitu berupa pertanyaan-
pertanyaan yang harus dijawab oleh klien dengan baik, jujur dan benar. Agar konselor bisa
mendapatkan jawaban-jawaban dan pertanyaan-pertanyaan yang jujur dan terbuka dari klien,
maka kalimat-kalimat yang dilontarkan konselor harus berupa kata-kata yang mudah dipahami,
sopan dan tidak menyinggung atau melukai hati dan perasaan klien.
2) membaca do‟a atau berdo‟a dengan menggunakan lisan.
Untuk memantapkan klien, maka do’a yang diucapkan oleh konselor sangat penting
dan dapat didengar oleh klien agar ia dapat turut serta mengaminkan, agar Allah berkenan
mengabulkan do’a itu. Teknik ini dapat dilakukan konselor pada konseling yang bersifat
kelompok dan sangat besar manfaatnya, baik bagi konselor lebih-lebih klien. Karena do’a itu
optimisme akan senantiasa muncul pada jiwa klien.
3) sesuatu yang dekat dengan lisan, yakni dengan air liur atau hembusan (tiupan).
ٔٞ‫ْفث فيَب اشزذ ٗجعٔ مْذ عي‬ٝٗ ‫ ّفسٔ ثب ىَع٘ راد‬ٚ‫قش أ عي‬ٝ ٚ‫مبُ إرا اسزن‬
) ‫ (سٗآ ٍسيٌ عِ عب ئشخ‬.‫ذٓ سجب ء ثش مزٖب‬ٞ‫ٗاٍسح عْٔ ث‬
“Apabila Rasulullah SAW. menderita sakit, beliau membaca surat Al-Falaq dan An-Nas untuk
menyembuhkan dirinya dan ia membaca sambil meniupkan. Maka tatkala sakitnya sangat keras,
maka saya yang membacanya lalu usapkan dengan tangan beliau demi mengharapkan
berkahnya.‟‟ (HR. Muslim dari Aisyah RA.)
Teknik itupun sering penulis lakukan ketika klien merasa belum mantap selama proses
konseling. Ia meminta agar penulis membaca beberapa ayat atau surat yang memiliki potensi
atau jalan agar Allah segera berkenan menyembuhkan melalui doa yang dibaca.

2. Teknik yang bersifat batin


Yaitu yang hanya dilakukan dalam hati dengan do’a dan harapan, namun tidak ada
usaha dan upaya yang keras secara konkrit, seperti dengan menggunakan potensi tangan dan
lisan. Oleh karena itulah Rasulullah SAW. mengatakan bahwa melakukan perbaikan dan
perubahan dalam hati saja merupakan selemah-lemah keimanan.
Teknik konseling yang ideal adalah dengan kekuatan, keinginan dan usaha yang
keras serta bersungguh-sungguh dan diwujudkan dengan nyata melalui perbuatan-perbuatan,
baik dengan menggunakan fungsi tangan dan lisan maupun sikap-sikap yang lain.
W.S. Winkel dalam tulisannya "Bimbingan dan Koseling di Institusi Pendidikan” membagi
teknik konseling kepada kedua bagian:
a) konseling yang bersifat verbal.
b) konseling yang bersifat non verbal
Subandi, mengajukan beberapa metode dan teknik terapi yang ia bagi dalam beberapa fase,
yaitu: pertama, tahap takhilli, yakni bertujuan mengobati dan membersihkan diri dari segala
kotoran, penyakit dan dosa yang menyebabkan berbagai kegelisahan. Teknik yang dapat
digunakan dalam tahap ini adalah:
1. Teknik pengendalian diri
2. Teknik pengembangan kontrol diri melalui puasa dan teknik paradok (kebalikan);
3. Teknik pembersihan diri melaui teknik dzikrullah, teknik puasa dan teknik membaca Al-
quran:
Kedua, tahap tahalli, yaitu tahap pengembangan untuk menumbuhkan sifat-sifat yang baik,
terpuji dan berbagai sifat yang harus diisikan pada klien yang telah dibersihkan pada tahap
takhilli. Teknik yang dapat diterapkan pada tahap ini adalah:1) teknik teladan rasul; 2) teknik
internalisasi asmaul husna; 3) teknik pengembangan hablum minannas (hubungan sesama
manusia).
Ketiga, tahap tajalli, yaitu tahap peningkatan hubungan dengan Allah sehingga ibadah bukan
hanya bersifat ritual, tetapi dalam tahap ini harus berbobot spiritual. Lebih dari itu tahap ini
adalah bagaimana memunculkan sifat-sifat ilahiyah dalam batas-batas kemanusiaan.

Demikianlah psikoterapi berwawasan Islam yang memperlihatkan bagaimana orientasi


dan bobot dari psikoterapi yang hanya sekedar bersifat psikologis humanistik, bergeser ke
arah psikologi-teo-humanistik sehingga bobot dan nilainya berbeda, (Isep Zainal Arifin,
2009:54-55).
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

A. Metode Bimbingan Konseling


1) Observasi
2) Questionnaire
3) Interview
4) Sosiometri
5) Tes
6) Case Study

Selain itu ada juga metode yang digunakan dalam menangani klien antara lain metodenya
sebagai berikut:
a) Metode Interview
b) Group Guidance
c) Client Centered Method
d) Directive Counseling
Willimson membagi kegiatan teknik langsung (Directive Approach) menjadi enam langkah
yaitu:
1) Analisis
2) Sintesis
3) Diagnosis
4) Prognosis
5) Konseling
6) Follow up
7) Eductive Method (metode pencerahan)
8) Psychoanalysis Method
B. Tehnik-Tehnik Bimbingan Konseling Islam
1. Tehnilk yang bersifat lahir
2. Teknik yang bersifat batin
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam (Pekalongan: STAIN Press, 2007), 129.

Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam., 134.

Ainur Rohim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam (Yogyakarta: UII Press, 2001), 4.

Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islami (Teori dan Praktik) (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2014), 23.

Arifin, Isep Zainal. 2009. Bimbingan Penyuluahan Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Farida dan Saliyo, Teknik Layanan Bimbingan Konseling Islam (Kudus: Buku Daros STAIN
Kudus, 2008), 18-19.

M. Sayyid Muhammad Az-Za’balawi, Pendidikan Remaja Antara Islam dan Ilmu Jiwa (Jakarta:
Gema Insani Pers, 2007), 371.

Muhammad Utsman Najati, Psikologi Qur'ani: Psikologi dalam Perspektif Alqur'an (Solo: Alulia
Press, 2008), 20-21.

Netty Hartanti, dkk. Islam dan Psikologi (Jakarta: Rajawali Pers, 2004), 163.

Purwa Atmaja Prawita, Psikologi Kepribadian dengan Perspektif Baru, (Jogjakarta: ArRuzz
Media, 2013), 332.

Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), 214.

Samsul Munir Amin, Bimbingan Konseling Islam (Jakarta: AMZAH, 2010), 259.

Saring Marsudi, dkk., Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah (Surakarta: Muhammadiyah


University Press, 2003) 54.

Anda mungkin juga menyukai