Anda di halaman 1dari 38

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS

VIDEO TUTORIAL SETTING OFFSET CNC TURNING


SIEMENS 808D UNTUK KELAS XI TPM SMKN 1 SIDOARJO
PLP-PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN

Disusun Oleh:
Anggun Rachma Rizky Sujito Putri (19050524048)

Dosen Pengampu:
Ali Hasbi Ramadani, S.Pd., M.Pd.

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKUTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah bagian penting dalam kehidupan manusia. Menurut
Arifin(Arifin et al., 2014) pendidikan adalah dilakukan oleh orang dewasa termasuk di
dalamnya guru, membantu anak didik mencapai tujuan yang diinginkan. Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu lembaga pendidikan yang menghasilkan
lulusan siap terjun didunia kerja. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 15 mengemukakan bahwa
pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta
didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu Dalam pendidikan kejuruan sangat
diperlukan adanya proses pembelajaran yang baik, sehingga materi yang diberikan
pengajar dapat diterima oleh siswa. Metode penyampaian materi oleh guru juga
mempengaruhi tersampainya materi pembelajaran kepada siswa. Dalam hal ini siswa
juga harus bisa fokus terhadap mata pelajaran yang sedang di pelajari atau disampaikan
oleh guru.
Kenyataan yang diperoleh dari hasil observasi selama PPL di SMKN 1 Sidoarjo,
ditemukan bahwa metode pembelajaran menggunakan metode ceramah, sehingga
beberapa siswa jenuh terhadap pelajaran dan tidak fokus dengan materi yang
disampaikan oleh guru. Senada dengan hal tersebut salah seorang guru mata pelajaran
pemesinan CNC juga mengatakan bahwa siswa kesulitan dalam pemahaman tata cara
setting offset benda kerja pada CNC Turning, sehingga membutuhkan waktu yang lama
untuk menyampaikan materi dan dibutuhkan media pembelajaran.
Menurut Arsyad(Arsyad & Fatmawati, 2018) media pembelajaran adalah bagian
yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi terciptanya tujuan pendidikan
pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya. Proses belajar
mengajar pada hakekatnya adalah komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari
sumber pesan, melalui saluran atau perantara yang digunakan untuk menyampaikan ke
penerima pesan.
Tujuan penelitian ini yaitu menghasilkan produk berupa media pembelajaran
berbasis video pada mata pelajaran produktif elemen Teknik pemesinan CNC Turning
karena belum ada media pembelajaran berbasis video untuk materi setting offset CNC
Turning. Media video dipilih sebagai media pembelajaran yang dikembangkan karena
media video relatif lebih mudah dalam pengoperasiannya. Isi dari media pembelajaran
yang dikembangkan adalah langkah-langkah setting offset CNC Turning Siemens
808D mulai dari cara menghidupkan mesin, reffpoint, memasang benda kerja, setting
offset, hingga mngecek hasil hasil setting offset. Video pembelajaran ini dilengkapi
juga narasi dan teks mengenai keterangan cara offset, serta music yang dapat
menambah semangat siswa dalam memperhatikan video.
B. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Menghasilkan media pembelajaran video tutorial sebagai media pembelajaran
Kompetensi Kejuruan, dengan standar kompetensi melakukan setting offset pada
mesin CNC Turning Siemens 808D
2. Mengetahui kelayakan produk yang dihasilkan berupa media pembelajaran video
tutorial untuk mata pelajaran Kompetensi Kejuruan, dengan tujuan pembelajaran
mengoperasikan mesin CNC dengan baik sesuai langkah-langkah pengerjaan
secara mandiri.
3. Memenuhi tugas matakuliah PLP Pengembangan Media Pembelajaran

C. Manfaat
Dari penelitian ini, manfaat yang diperoleh antara lain:
1. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
2. Bagi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
• Menambah salah satu referensi bagi guru di sekolah.
• Memudahkan pekerjaan guru Kompetensi Kejuruan.
3. Memudahkan peserta didik untuk dapat mempelajari materi Kompetensi
Kejuruan, dengan standar kompetensi melakukan pekerjaan dengan mesin bubut.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kesesuaian dengan Topik


1. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah media yang memungkinkan terjadinya interaksi
antara guru dengan peserta didik. Misalnya pada saat peserta didik menyaksikan
tayangan program televisi pembelajaran, film pendidikan, radio dan sebagainya.
Menciptakan proses pembelajaran kondusif maka dibutuhkan media
pembelajaran sebagai salah satu upaya untuk menciptakan pola interaksi yang
lebih baik antara peserta didik dan guru(Arsyad & Fatmawati, 2018). Oleh sebab itu,
penggunaan media pembelajaran sangat bergantung kepada tujuan pengajaran,
bahan pembelajaran akan memudahkan memperoleh media yang diperlukan serta
kemampuan pengajar dalam menggunakannya dalam proses pembelajaran.

b. Manfaat Media Pembelajaran


Media adalah sarana atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan
dari pengirim kepada penerima pesan, dengan tujuan meningkatkan pemahaman
penerima pesan. Media pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa,
yaitu:
1) Mengajar akan menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar.
2) Makna materi pelajaran akan lebih jelas sehingga dapat lebih dipahami oleh
siswa siswa, dan memungkinkan siswa untuk lebih menguasai tujuan
pembelajaran.
3) Metode pengajaran akan lebih bervariasi, tidak hanya narasi verbal melalui
kata-kata guru. Agar siswa tidak bosan, dan guru jangan sampai kehabisan
tenaga apalagi saat guru mengajar setiap pelajaran.

c. Fungsi Media Pembelajaran


Fungsi media pendidikan adalah menciptakan interaksi langsung dan tak
langsung antara sumber pesan, guru, media dan siswa untuk membantu mengatasi
berbagai hambatan-hambatan dalam proses belajar mengajar, sehingga proses
komunikasi akan berhasil. Secara umum media pendidikan mempunyai
kegunaan-kegunaan, sebagai berikut: (Nurmadiah, 2016)
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam
bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya:
Objek yang terlalu besar, Objek yang kecil, Gerak terlalu lambat atau cepat,
Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu, Objek terlalu kompleks,
Konsep terlalu luas.
3) Mengatasi sikap pasif anak didik, dalam hal ini media pendidikan berguna:
Menimbulkan kegairahan belajar; Memungkin interaksi lebih langsung
antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan.
4) Mendorong terjadinya interaksi langsung antara siswa dan guru, siswa
dengan sesama mereka, serta siswa dengan lingkungannya.
5) Memungkinkan kegiatan belajar mengajar siswa berlangsung sesuai dengan
pilihannya dan dengan kemampuan serta kesenangannya. Penggunaan media
mempunyai fungsi yang sangat penting untuk menjelaskan serta
menanamkan konsep yang sulit dipahami siswa.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan fungsi media pembelajaran
dapat membantu memperlancar pembelajar bagi peserta didik dan pendidik,
memberikan pengalaman yang lebih nyata (abstrak menjadi konkrit), menarik
perhatian dan minat peserta didik dalam belajar, serta dapat menghasilkan
pemerataan antara teori dan kenyataan.

d. Jenis-Jenis Media Pembelajaran


Media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi empat jenis yaitu:
1) Media visual
Jenis media yang digunakan hanya mengandalkan indera penglihatan
semata-mata dari peserta didik. Contoh media visual antara lain; (a)media
cetak seperti buku, modul, jurnal, peta, poster, (b) model dan prototipe seperti
globe bumi, dan (c) media realitas seperti alam sekitar.
2) Media audio
Jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan hanya
melibatkan indera pendengaran peserta didik. Pesan dan informasi yang
diterimanya adalah berupa pesan verbal seperti bahasa lisan, kata-kata dan
lain-lain.
3) Media audio-visual
Jenis media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan
melibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses atau
kegiatan. Pesan dan informasi yang dapat disalurkan melalui media ini dapat
berupa pesan verbal dan non verbal yang mengandalkan baik penglihatan
maupun pendengaran. Contoh media audiovisual adalah film, video, program
TV.
4) Multimedia
Media yang melibatkan beberapa jenis media dan peralatan secara
terintegrasi dalam suatu proses atau kegiatan pembelajaran. Pembelajaran
multimedia melibatkan indera penglihatan dan pendengaran, mendefinisikan
multimedia sebagai media yang menghasilkan bunyi dan teks. TV, presentasi
Powerpoint berupa teks, gambar bersuara sudah dapat dikatakan multimedia
e. Kriteria Media Pembelajaran
Agar pemilihan media tepat sasaran, maka perlu diperhatikan berbagai faktor
yang menjadi dasar pertimbangan dalam pemilihan media pembelajaran. Kriteria
media pembelajaran yang baik yang perlu diperhatikan dalam proses pemilihan
media adalah sebagai berikut :
1) Jelas dan rapi. Media yang baik harus jelas dan rapi dalam penyajiannya.
Jelas dan rapi juga mencakup layout atau pengaturan format sajian, suara,
tulisan dan ilustrasi gambar. Media yang kurang rapi dapat mengurangi
ketertarikan dan kejelasan media tersebut sehingga fungsinya tidak maksimal
dalam perbaikan pembelajaran.
2) Bersih dan menarik. Bersih disini berarti tidak ada gangguan pada teks,
garnbar, suara dan video. Media yang kurang bersih biasanya kurang menarik
karena akan mengganggu konsentrasi dan menariknya suatu media
3) Cocok dengan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar belum
tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan.
Ada media yang tepat untuk jenis kelompok besar, kelompok sedang,
kelompok kecil, dan kelompok perorangan.
4) Relevan dengan topik yang diajarkan. Media harus sesuai dengan
karakteristik isi berupa fakta, konsep, prinsip, prosedural atau generalisasi.
Agar dapat membantu proses pembelajaran secara efektif, media harus
selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan
mental peserta didik.
5) Sesuai dengan tujuan pembelajaran. Media yang baik adalah media yang
sesuai tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu
kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif dan
psikomotor.
6) Praktis, luwes, tahan. Kriteria ini menuntun para guru atau infrastruktur
untuk memilih media yang ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat sendiri
oleh guru. Media yang dipilih sebaiknya dapat digunakan dimanapun dan
kapanpun dengan peralatan yang tersedia di sekitarnya, serta mudah
dipindahkan dan dibawa kemana-mana.
7) Berkualitas baik. Kriteria media secara teknis harus berkualitas baik.
Misalnya pengembangan visual baik gambar maupun fotografi harus
memenuhi persyaratan teknis tertentu, seperti visual pada slide harus jelas
dan informasi atau pesan yang ingin disampaikan tidak boleh terganggu oleh
elemen lain yang berupa latar belakang.
8) Ukurannya sesuai dengan lingkungan belajar. Media yang terlalu besar sulit
digunakan dalam suatu kelas yang berukuran terbatas dan dapat
menyebabkan kegiatan pembelajaran kurang kondusif
2. Pengembangan Media Pembelajaran
Pengertian pengembangan media pembelajaran atau lebih dikenal dengan istilah
Research and Development (R&D). Penelitian dan pengembangan adalah metode
penelitian yang digunakan untuk menghasilkan sebuah produk tertentu, dan menguji
keefektifan produk tersebut. Penelitian pengembangan tidak hanya suatu penelitian
yang menghasilkan produk untuk diujicobakan di lapangan. Namun penelitian dan
pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan
produk atau menyempurnakan produk yang telah ada sebelumnya. Produk yang telah
dikembangkan tersebut dapat dipertanggungjawabkan.
Penelitian dan pengembangan berfungsi untuk memvalidasi dan
mengembangkan produk. Memvalidasi produk berarti produk itu telah ada, dan
peneliti hanya menguji efektivitas atau validitas produk tersebut. Mengembangkan
produk dalam arti yang luas dapat berupa memperbarui produk yang telah ada (oleh
karena itu menjadi lebih praktis, efektif, dan efisien) atau menciptakan produk baru
(yang sebelumnya belum pernah ada)

B. Model Pengembangan
1. Model Pengembangan ADDIE
Model pengembangan ADDIE (Analysis, Design, Development,
Implementation, and Evaluation) sebagai model desain pembelajaran yang sifatnya
lebih generik dan menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur
program pelatihan yang efektif dinamis dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri.
Model ini lebih rasional dan lebih lengkap daripada model 4D, dan dapat digunakan
untuk berbagai macam bentuk pengembangan produk seperti model, strategi
pembelajaran, metode pembelajaran, media dan bahan ajar Model ini menggunakan
lima tahap pengembangan antara lain:(Cahyadi, 2019)
a. Analysis
Tahap ini adalah menganalisis perlunya pengembangan model atau metode
pembelajaran baru dan menganalisis kelayakan dan syarat-syarat
pengembangan model atau metode pembelajaran baru.
b. Design.
Tahap ini memiliki kemiripan dengan merancang kegiatan belajar mengajar.
Rancangan model atau metode pembelajaran ini masih bersifat konseptual dan
akan mendasari proses pengembangan berikutnya.
c. Development.
Tahap ini berisi kegiatan realisasi rancangan produk. Disusun kerangka
konseptual penerapan model atau metode pembelajaran baru dan direalisasikan
menjadi produk yang siap diimplementasikan seperti RPP, media dan materi
pelajaran.
d. Implementation.
Tahap ini diimplementasikan rancangan model tersebut pada situasi yang nyata
dan dilakukan evaluasi awal untuk memberi umpan balik kepada pihak
pengguna model berikutnya.
e. Evaluasi.
Tahap ini dilakukan pada tahap proses dan akhir kegiatan. Jika diterapkan pada
model pembelajaran dilakukan evaluasi formatif dan sumatif. Hasil evaluasi
digunakan untuk memberi umpan balik kepada pihak pengguna model. Revisi
dibuat sesuai dengan hasil evaluasi atau kebutuhan yang belum dapat dipenuhi
oleh model baru tersebut

2. Model Pengambangan 4D
Model pengembangan 4D (Four D) merupakan model pengembangan perangkat
pembelajaran. Model ini dikembangkan oleh S. Thagarajan, Dorothy S. Semmel, dan
Melvyn I. Semmel. Namun demikian pada model 4D ini juga terdapat kekurangan,
salah satunya adalah tidak ada kejelasan mana yang harus didahulukan antara
analisis konsep dan analisis tugas. Model pengembangan 4D terdiri atas 4 tahap
utama yaitu:
a. Define (Pendefinisian)
b. Design (Perancangan)
c. Develop (Pengembangan) dan
d. Disseminate (Penyebaran),
Atau diadaptasi Model 4-P, yaitu Pendefinisian, Perancangan, Pengembangan,
dan Penyebaran. Secara garis besar keempat tahap tersebut sebagai berikut:
(Zainudin, 2015)
a. Tahap Pendefinisian (Define). Tujuan tahap ini adalah menentukan dan
mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran diawali dengan analisis tujuan dari
batasan materi yang dikembangkan perangkatnya. Tahap ini meliputi 5 langkah
pokok, yaitu: (a) Analisis ujung depan, (b) Analisis siswa, (c) Analisis tugas. (d)
Analisis konsep, dan (e) Perumusan tujuan pembelajaran.
b. Tahap Perencanaan (Design). Tujuan tahap ini adalah menyiapkan prototipe
perangkat pembelajaran. Tahap ini terdiri dari empat langkah yaitu, (a)
Penyusunan tes acuan patokan, (b) Pemilihan media yang sesuai tujuan, untuk
menyampaikan materi pelajaran, (c) Pemilihan format.
c. Tahap Pengembangan (Develop). Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan
perangkat pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukan dari pakar.
Tahap ini meliputi: (a) validasi perangkat oleh para pakar diikuti dengan revisi,
(b) simulasi yaitu kegiatan mengoperasionalkan rencana pengajaran, dan (c) uji
coba terbatas dengan siswa yang sesungguhnya. Hasil tahap (b) dan (c)
digunakan sebagai dasar revisi. Langkah berikutnya adalah uji coba lebih lanjut
dengan siswa yang sesuai dengan kelas sesungguhnya.
d. Tahap penyebaran (Disseminate). Pada tahap ini merupakan tahap penggunaan
perangkat yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas misalnya di
kelas lain, di sekolah lain, oleh guru yang lain. Tujuan lain adalah untuk menguji
efektivitas penggunaan perangkat di dalam KBM.

3. Model Pengembangan Assure


Model desain pembelajaran Assure ini menekankan pada faktor pemanfaatan
media dan bahan ajar yang direncanakan dengan baik, yang membuat siswa belajar
secara aktif. Model Assure ini merupakan rujukan bagi pendidik dalam
membelajarkan peserta didik dalam pembelajaran yang direncanakan dan disusun
secara sistematis dengan mengintegrasikan teknologi dan media sehingga
pembelajaran menjadi lebih efektif dan bermakna bagi peserta didik. Pembelajaran
dengan menggunakan Assure Model mempunyai beberapa tahapan yang dapat
membantu terwujudnya pembelajaran yang efektif bagi peserta didik. Adapun
kekurangan Model Assure adalah tidak mencakup suatu mata pelajaran tertentu dan
walau komponen relatif banyak, namun tidak semua komponen desain pembelajaran
termasuk di dalamnya Model ini menggunakan enam tahap pengembangan antara
lain: (Yuanta, 2019)
a. Analyze Learner
Langkah awal adalah mengidentifikasi karakteristik peserta didik yang akan
melakukan aktivitas pembelajaran. Pemahaman yang baik akan karakteristik
siswa akan sangat membantu peserta didik dalam upaya mencapai tujuan
pembelajaran. Analis terhadap karakteristik siswa meliputi beberapa aspek
penting, yaitu karakteristik umum, kompetensi spesifik yang telah dimiliki
sebelumnya dan gaya belajar peserta didik.
b. State Objective
Langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan pembelajaran yang bersifat
spesifik. Tujuan pembelajaran dapat diperoleh dari silabus atau kurikulum,
informasi yang tercatat dalam buku teks, atau dirumuskan sendiri oleh
perancang. Tujuan pembelajaran merupakan rumusan atau pernyataan yang
mendeskripsikan tentang pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh
peserta didik setelah menempuh proses pembelajaran. Selain menggambarkan
kompetensi yang perlu dikuasai oleh peserta didik, rumusan tujuan
pembelajaran juga mendeskripsikan kondisi yang diperlukan oleh peserta didik
untuk menunjukan hasil belajar yang telah dicapai dan tingkat penguasaan
peserta didik terhadap pengetahuan dan keterampilan yang diketahui.
c. Select Method, Media and Materials
Langkah berikutnya adalah memilih metode, media dan bahan ajar yang akan
digunakan. Ketiga komponen ini berperan penting dalam membantu siswa
mencapai tujuan pembelajaran yang telah digariskan. Pemilihan metode, media
dan bahan ajar yang tepat akan mampu mengoptimalkan hasil belajar siswa dan
membantu siswa mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran. Dalam
memilih metode, media dan bahan ajar yang akan digunakan, ada beberapa
pilihan yang dapat dilakukan, yaitu memilih media dan bahan ajar yang ada,
memodifikasi bahan ajar yang telah tersedia dan memproduksi bahan ajar baru.
d. Utilize Materials
Langkah selanjutnya adalah menggunakan ketiganya dalam kegiatan
pembelajaran. sebelum menggunakan metode, media dan bahan ajar, instruktur
atau perancang terlebih dahulu perlu melakukan uji coba untuk memastikan
bahwa ketiga komponen tersebut dapat berfungsi efektif untuk digunakan dalam
situasi yang sebenarnya. Langkah berikutnya adalah menyiapkan kelas dan
sarana pendukung yang diperlukan untuk dapat menggunakan metode, media
dan bahan ajar yang dipilih.
e. Requires Learner Participation
Proses pembelajaran memerlukan keterlibatan mental siswa secara aktif dengan
materi dan substansi yang sedang dipelajari. Pemberian latihan merupakan
contoh cara melibatkan aktivitas mental siswa dengan materi yang dipelajari.
Siswa yang terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran akan dengan mudah
mempelajari materi pembelajaran. Setelah aktif melakukan proses
pembelajaran, pemberian umpan balik berupa pengetahuan tentang hasil belajar
akan memotivasi siswa untuk mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi.
f. Evaluate
Setelah mendesain aktivitas pembelajaran maka langkah selanjutnya yang perlu
dilakukan adalah evaluasi. Tahap evaluasi dalam model ini dilakukan untuk
menilai efektivitas pembelajaran dan juga hasil belajar peserta didik. Proses
evaluasi terhadap semua komponen pembelajaran perlu dilakukan agar dapat
memperoleh gambaran yang lengkap tentang kualitas sebuah program
pembelajaran.

4. Model Pengembangan Hannafin Peck


Model pengembangan yang dikembangkan Hannafin dan Peck (1988) ( dalam
Yuli Yanti et al., 2020, “Model desain pembelajaran terdiri dari tiga tahap yaitu Need
Assessment (Tahap Analisis Keperluan), Design (Tahap Desain), dan
Develop/Implement (Tahap Pengembangan dan Implementasi) dengan penjelas
sebagai berikut:
a. Tahap Analisis Keperluan (Need Assessment) Tahap ini diperlukan untuk
mengidentifikasi kebutuhan dalam mengembangkan suatu media pembelajaran
termasuk di dalamnya tujuan dan objektif media pembelajaran yang dibuat,
pengetahuan dan kemahiran yang diperlukan oleh kelompok sasaran, peralatan
dan keperluan media pembelajaran.
b. Tahap Desain (Design) Tahap ini informasi dari fase analisis Keperluan
dipindahkan ke dalam bentuk dokumen yang akan menjadi tujuan pembuatan
media pembelajaran. Tahap desain 16 bertujuan untuk mengidentifikasikan dan
mendokumentasikan kaedah yang paling baik untuk mencapai tujuan
pembuatan media tersebut
c. Tahap Pengembangan dan Implementasi Tahap pengembangan dan
implementasi, terdiri dari serangkaian kegiatan mengembangkan, memadukan
maupun membuat media pembelajaran yang baru berdasarkan draft media yang
dihasilkan pada tahap desain. Media pembelajaran yang sudah dikembangkan
kemudian melalui beberapa proses yaitu:
1) Validasi kepada ahli materi dan ahli media
2) Evaluasi dan revisi
3) Uji skala besar
Hasil pengembangan diterapkan dalam pembelajaran untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap kualitas pembelajaran yang meliputi keefektifan,
kemenarikan, dan efisiensi pembelajaran

5. Model Pengembangan Peter Fenrich


Menurut Fenrich (1997:56) langkah-langkah pengembangan perangkat
pembelajaran tersebut dapat divisualisasikan. Perancangan perangkat pembelajaran
merupakan suatu proses sistematik dari kegiatan-kegiatan yang diarahkan pada
penciptaaan suatu solusi untuk suatu masalah terkait perangkat pembelajaran. Siklus
pengembangan instruksional tersebut meliputi fase:
a. Tahap Analisa
Tahap pertama dari model Peter Fenrich adalah tahap analysis (analisis). Pada
tahap ini peneliti menganalisis perlunya pengembangan bahan ajar beserta
syarat-syarat pengembangan. Tujuan awal dari fase analisis adalah untuk
mendefinisikan masalah yang sebenarnya dan kemudian menentukan apakah
masalah tersebut membutuhkan solusi multimedia pembelajaran. Fase analisis
berisi definisi masalah yang ringkas dan perkiraan biaya awal. Kendala juga
harus diidentifikasi.
b. Tahap Perencanaan
Tahap Kedua dari model Peter Fenrich adalah tahap Perencanaan. Pada tahap
ini peneliti merencanakan apa saja yang perlu dipersiapkan pada pengembangan
bahan ajar agar berjalan dengan lancar. Dalam tahap perencanaan ini berisi
materi yang akan disampaikan, alat dan perlengkapan untuk merekam video,
timeline untuk mengatur waktu perekaman dan waktu editing.
c. Tahap Design
Tahap Ketiga dari model Peter Fenrich adalah tahap desain. Pada tahap ini
dilakukan pemilihan format dan media. Desain yang dihasilkan pada tahap ini
adalah desain awal video. Penyusunan video pembelajaran ini dilakukan dengan
melakukan bimbingan kepada dosen pembimbing perihal pembuatan video
pembelajaran serta membaca acuan-acuan terkait yang relevan dengan video
pembelajaran yang akan Desain Awal Video.
d. Tahap Pengembangan
Tahap pengembangan merupakan tahap realisasi produk. Pada tahap ini,
pengembangan video pembelajaran dilakukan sesuai dengan rancangan. Setelah
itu, video pembelajaran tersebut akan dinilai kelayakannya oleh ahli.
e. Tahap Penerapan
Tahap kelima adalah penerapan. Penerapan dilakukan secara terbatas pada
sasaran yakni siswa teknik pengelasan yang memprogram mata pelajaran teknik
pengelasan GMAW. Dalam melakukan pembelajaran dilakukan dengan video
pembelajaran yang sudah dikembangkan. Peneliti bertugas sebagai observer dan
mencatat segala sesuatu pada lembar observasi yang dapat digunakan sebagai
perbaikan video pembelajaran. Uji coba video pembelajaran dilakukan
sebanyak 2 kali pertemuan.
f. Tahap Evaluation dan Revisi
Fase evaluasi dan revisi merupakan kegiatan berkelanjutan yang dilakukan pada
tiap fase di sepanjang siklus pengembangan tersebut. Setelah setiap fase,
seharusnya dilakukan evaluasi atas hasil kegiatan tersebut, melakukan revisi,
dan melanjutkan ke fase berikutnya
Mengajar merupakan tugas utama bagi seorang guru, guru yang kreatif akan
selalu menciptakan ide-ide yang inovatif untuk merancang sistem pembelajaran baru
guna membuat peserta didik dapat mencapai. Model pengembangan video
pembelajaran youtube merupakan prosedur yang dilakukan secara sistematis untuk
melakukan pengembangan pembelajaran video pembelajaran youtube. Penelitian ini
termasuk penelitian pengembangan (developmental research) karena
mengembangkan perangkat pembelajaran untuk melatihkan keterampilan berpikir
Siswa SMK Negeri 1 Sidoarjo
Model pengembangan yang digunakan pada penelitian ini adalah model siklus
pengembangan instruksional yang dikembangkan oleh Fenrich. Menurut Fenrich
(1997:56) langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran tersebut dapat
divisualisasikan. Perancangan perangkat pembelajaran merupakan suatu proses
sistematik dari kegiatan-kegiatan yang diarahkan pada penciptaaan suatu solusi
untuk suatu masalah terkait perangkat pembelajaran. Siklus pengembangan
instruksional tersebut meliputi fase:
• analysis (analisis),
• planning (perencanaan),
• design (perancangan),
• development (pengembangan),
• implementation (implementasi),
• evaluation and revision (evaluasi dan revisi).
Pada pengembangan media kali ini hanya sampai pada tahap pengembangan
saja. Dimana media pembelajaran yang sudah dikembangkan berbasis video tutorial
akan divalidasi oleh para ahli dengan memperhatikan aspek materi dan media. Hasil
validasi dari para ahli akan dihitung untuk mengetahui kelayakan dari media
pembelajaran yang telah dikembangkan

C. Video Tutorial
1. Pengertian Video Tutorial
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001 : 1261), Video adalah bagian yang
memancarkan gambar pada pesawat telivisi; rekaman gambar hidup atau program
televisi untuk ditayangkan. Video atau film adalah rangkaian banyak frame gambar
yang diputar secara cepat. Masing-masing frame merupakan rekaman dari tahapan-
tahapan dalam suatu gerakan. Semakin cepat perputarannya, semakin halus
gerakannya, walaupun sebenarnya terdapat jeda antarframe. Namun, kita (sebagai
manusia) tidak bisa menangkap jeda tersebut.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001 : 1230), Tutorial adalah (1)
Pembimbingan kelas oleh seorang pengajar (tutor) untuk seorang mahasiswa atau
sekelompok kecil mahasiswa, (2) Pengajaran tambahan melalui tutor.
Jadi video tutorial adalah adalah rangkaian gambar hidup yang ditayangkan oleh
seorang pengajar yang berisi pesan-pesan pembelajaran untuk membantu
pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran sebagai bimbingan atau bahan
pengajaran tambahan kepada sekelompok kecil peserta didik.
Video bersifat interaktif tutorial membimbing peserta didik untuk memahami
sebuah materi melalui visualisasi. Peserta didik dapat secara interaktif mengikuti
kegiatan praktik sesuai dengan yang diajarkan dalam video. Oleh karena itu sedikit
banyak video merupakan salah satu alternatif dalam mengatasi kemerosotan
pelajaran dan pembelajaran.

2. Karakteristik Video
Menurut Smaldino (dalam Setiawan, 2021) Karena video sebagai salah satu
sarana yang dirancang untuk memproduksi gambar realistik dari dunia di sekitar kita,
kita cenderung lupa bahwa atribut mendasar dari video adalah kemampuan
merekayasa perspektif ruang dan waktu.
a. Rekayasa Waktu
Video memungkinkan kita untuk meningkatkan atau mengurangi waktu yang
dibutuhkan untuk mengamati sebuah kejadian. Misal, mungkin butuh waktu
yang sangat lama bagi para siswa untuk sebenar-benarnya mengamati
pembangunan jalan tol, tetapi menyunting video dengan cermat dari berbagai
kegiatan berbeda-beda bisa menata ulang pentingnya kejadian tersebut dalam
beberapa menit saja.
1) Kompresi Waktu Video bisa mengkompresi waktu yang dibutuhkan untuk
mengamati sebuah kejadian. Misal, sebuah bunga bias terlihat
mengembang dihadapan mata kita, atau bintang-bintang bisa menggores di
sepanjang langit pada malam hari. Teknik ini dikenal dengan time lapse
atau „selang waktu‟.
2) Perluasan waktu waktu juga bisa diperluas dengan video melalui sebuah
teknik yang disebut slow motion atau „gerak lambat‟. Beberapa kejadian
terjadi terlalu cepat untuk dilihat. Dengan memvideo kejadian semacam itu
pada kecepatan sangat tinggi dan kemudian memproyeksikan gambar
tersebut pada kecepatan normal, kita bisa mengamati apa yang sedang
terjadi.
b. Rekayasa Tempat
Video memungkinkan kita untuk melihat fenomena baik dalam makrokosmos
maupun mikrokosmos, yaitu pada kisaran yang sangat dekat atau jarak yang
sangat jauh. Siswa bisa melihat bumi dari pesawat ulang alik (pandangan
makro). Di titik ekstrem lainnya, mereka bisa melihat pembelahan sel dalam
mikroskop (pandangan mikro).
c. Animasi
Waktu dan tempat bisa juga direkayasa dengan animasi. Ini merupakan teknik
yang mengambil untung dari persistensi penglihatan untuk memberikan gerakan
pada objek tak beranimasi. Terdapat beberapa teknik untuk memperoleh
animasi, tetapi pada dasarnya animasi dibuat dari serangkaian foto, gambar, atau
gambar komputer, oleh pemindahanpemindahan kecil dari benda atau gambar

3. Kriteria Video untuk Pembelajaran


Menurut Cheppy Riyana (dalam Pramudito, 2013) pengembangan dan
pembuatan video pembelajaran harus mempertimbangkan kriteria sebagai berikut :
a. Tipe materi
Media video cocok untuk materi pelajaran yang bersifat menggambarkan suatu
proses tertentu, sebuah alur demonstrasi, sebuah konsep atau mendeskripsikan
sesuatu. Misalnya bagaimana membuat cake yang benar, bagaimana membuat
pola pakaian, proses metabolisme tubuh, dan lain-lain
b. Durasi waktu
Media video memiliki durasi yang lebih singkat yaitu sekitar 20-40 menit,
berbeda dengan film yang pada umumnya berdurasi antara 2-3 jam. Mengingat
kemampuan daya ingat dan kemampuan berkonsentrasi manusia yang cukup
terbatas antara 15-20 menit, menjadikan media video mampu memberikan
keunggulan dibandingkan dengan film.
c. Format sajian video
Film pada umumnya disajikan dengan format dialog dengan unsur dramatiknya
yang lebih banyak. Film lepas banyak bersifat imaginatif dan kurang ilmiah. Hal
ini berbeda dengan kebutuhan sajian untuk video pembelajaran yang
mengutamakan kejelasan dan penguasaan materi. Format video yang cocok untuk
pembelajaran diantaranya: naratif, wawancara, presenter, format gabungan.
d. Ketentuan teknis
Media video tidak terlepas dari aspek teknis yaitu kamera, teknik pengambilan
gambar, teknik pencahayaan, editing, dan suara. Pembelajaran lebih menekankan
pada kejelasan pesan, dengan demikian sajian-sajian yang komunikatif perlu
dukungan teknis tersebut.

4. Kelebihan Video dalam Pengajaran dan Pembelajaran


Menurut Smaldino, Lowther, dan Russell (dalam Pramudito, 2013) Video
tersedia untuk hampir seluruh jenis topik dan untuk jenis pemelajar di seluruh ranah
pengajaran kognitif, afektif, kemampuan motorik, interpersonal. Mereka bisa
membawa para pemelajar hampir ke mana saja memperluas minat siswa melampaui
dinding ruang kelas. Benda-benda yang besar untuk dibawa kedalam kelas, peristiwa
yang berbahaya untuk diamati seperti gerhana matahari. Waktu dan biaya dari
kunjungan lapangan bisa dihindari.
1. Ranah Kognitif
Dalam ranah kognitif, para pemelajar mengamati reka ulang dramatis dari
kejadian bersejarah dan perekaman aktual dari kejadian yang lebih belakangan.
Warna, suara, dan gerakan mampu menghidupkan kepribadian. Video bisa
membantu buku cetak dengan memperlihatkan proses, hubungan, dan tekhnik.
2. Ranah Afektif
Ketika terdapat salah satu unsur dari emosi atau keinginan untuk belajar afektif,
video biasanya bekerja dengan baik. Model peran dan pesan dramatis pada video
bisa mempengaruhi sikap. Karena potensinya yang besar untuk dampak
emosional, video bisa bermanfaat dalam membentuk sikap personal dan sosial.
3. Ranah Kemampuan Motorik
Video sangat hebat untuk menampilkan bagaimana sesuatu bekerja. Pertunjukan
kemampuan motorik bisa dengan mudah dilihat melalui media ketimbang dalam
kehidupan nyata. Jika anda sedang mengajar proses tahap demi tahap, anda bisa
menampilkannya dalam waktu itu juga, mempercepatnya untuk memberikan
sebuah tinjauan, atau melambatkannya untuk menampilkan detail yang spesifik.
4. Ranah Kemampuan Interpersonal
Ketika siswa sedang belajar kemampuan interpersonal, seperti penyelesaian
konflik dan hubungan dengan sesama siswa, mereka bisa mengamati orang lain
dalam video untuk pertunjukannya dan dianalisis. Mereka kemudian bisa
mempraktikkan
5. Kunjungan Lapangan Virtual
Video bisa membawa para siswa ke tempat yang mereka mungkin tidak bisa
mengunjunginya. Anda bisa membawa siswa ke hutan hujan Amazon, hutan
Guinea, atau kawasan Kutub Utara yang membeku. Kita bisa pergi ke tempat
seperti itu dan banyak lagi lainnya melalui video.
6. Dokumenter
Video merupakan sarana untuk mendokumentasikan kejadian aktual dan
menghadirkannya ke dalam ruang kelas. Dokumenter terkait dengan fakta, bukan
fiksi, atau versi fakta yang difiksikan. Dokumenter berusaha menggambarkan
secara riil kisah-kisah nyata mengenai situasi dan orang-orang nyat
7. Dramatisasi
Video memiliki kemampuan untuk membuat para siswa terpesona ketika drama
kemanusiaan ditampilkan di hadapan mereka. Sebagai misal acara televisi, bisa
membawa mereka ke dalam dunia forensik untuk mengamati apa yang terjadi
selama proses investigasi sebuah kejahatan.
8. Penceritaan Kisah Lewat Video
Menceritakan kisah merupakan salah satu kemampuan penting untuk
dikembangkan pada siswa dari seluruh usia. Penceritaan kisah lewat video
memungkinkan para siswa untuk kreatif sembari mengembangkan kemampuan
mereka memahami visual, kemampuan menulis, dan kemampuan memproduksi
video. Tujuan seharusnya adalah mengajari para siswa untuk menyampaikan
gagasan melalui kisah. Dalam proses tersebut siswa bisa saling mengajar dan
belajar satu sama lain.

D. Cakupan Materi Video Tutorial


1. Pemasangan Benda Kerja
Untuk melaksanakan eksekusi program-program CNC dengan penyayatan benda
terlebih dahulu dilakukan setting pisau terhadap benda kerja. Setting dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu :
a) Setting benda kerja dnegan metode incremental
1) Pasang benda kerja pada cekam, kunci dengan kuat.
2) Putar cekam dengan kecepatan yang sesuai dan yakinkanputaran sudah
senter.
3) Setting terhadap sumbu X :

• Gerakkan pahat mendekati permukaan benda kerja, dan atur kecepatan


penyayatanpelan-pelan.
• Sentuhkan ujung pahat pada permukaan benda kerja danyakinkan ujung
pahat sudahmenyentuh permukaan bendakerja, Lihat harga X pada
monitor, misal X=-520, hapus harga Xdengan tombol , sehingga
harga X menjadi nol (00).
• Setting kedudukan pahat/tool terhadap sumbu X sudahselesai.
4) Setting terhadap sumbu Z

• Bebaskan ujung pahat dari permukaan benda kerja, dan gerakkan


bebas pahat ke kanan mendekati permukaan samping kanan benda
kerja.
• Gerakkan ujung pahat mendekati permukaan sisi samping kanan
benda kerja dengan kecepatan sayat pelan-pelan.

• Sentuhkan pahat pada permukaan benda kerja danyakinkan pahat sudah


menyentuh permukaan bendakerja (lihat Gambar 12.32.). Lihat harga Z
pada monitor,misal harga Z=250, hapusharga Z dengan tombol ,
sehingga harga Z= 00.
• Gerakkan pahat ke kanan sesuai titik awal penyayatanyang dikehendaki,
misal harga Z=100 (1mm), maka pahat digerakkan 1 mm, kesebelah kanan
titik referensibenda kerja,
Setting kedudukan pahat/toolI terhadap sumbu Z sudahselesai

b) Setting benda kerja dnegan metode absolut


1) Ukurlah diameter benda kerja dan catat harga diameter,missal :22 mm.
2) Pasang benda kerja pada cekam, kunci dengan kuat.
3) Putar cekam dengan kecepatan yang sesuai dan yakinkanputaran
sudah senter.
4) Setting terhadap sumbu X :

• Gerakkan pahat mendekati permukaan benda kerja, dan atur


kecepatan penyayatanpelan-pelan.
▪ Sentuhkan ujung pahat pada permukaan benda kerja danyakinkan pahat
sudah menyentuh permukaan bendakerja, Lihat harga X pada monitor,
misal X=-720, hapus harga Xdengan tombol , sehingga harga X
menjadi nol (00).
• Tekan tombol dan tulis harga diameter benda kerjaX=
2200 kemudian tekan .
• Setting kedudukan pahat/tool terhadap sumbu X sudahselesai.
5) Setting terhadap Sumbu Z
Untuk setting kedudukan tool terhadap sumbu Z, metodeabsolut caranya sama
seperti setting kedudukan tool terhadap sumbu Z pada metode incremental.
2. Setting alat potong/ Tool Offset

a) Pencekaman Benda Kerja


Pemasangan benda kerja yang akan dibubut dapat dipasang pada cekam rahang
tiga atau cekam rahang empat. Sewaktu pemasangan benda kerja pada cekam,
pastikan benda kerja terpasang dan tercekam dengan kencang dan sempurna.
Untuk benda kerja yang panjang harus didukung dengan senter pemutar seperti
pada gambar dibawah ini

b) Pahat

c) Setting pahat(tool offset) dan pemindahan titik nol(zero offset)


1) Langkah-langkah Tool Offset
Setelah mesin menemukan referensinya maka dilakukan seting pahat, dan
zero point offset. Berikut ini dijelaskan langkah-langkah yang harus
diikuti oleh operator mesin dalam mengidentifikasi tool offset.
(i) Tekan tombol area mesin ( apabila belum di menu utama, tekan
tombol pemindahan area mesin, yaitu tombol yang di sebelah kanan
bawah pada gambar)

Tombol sofh key


parameter

Tombol area mesin

(ii) Tekan parameter (tombol soft key warna biru di bawah tulisan
parameter pada layar) tombol terlihat pada langkah no 1

(iii) Tekan Tool corr

Tombol tool coor


Setelah tool coor di tekan maka tampilan layar akan seperti ini

(iv) Tekan tampilan layar akan seperti dibawah


(v) Tekan Get Comp ( tampilan setelah get comp ditekan)

(vi) Putar spindel dengan menekan tombol spindle start, lalu sentuhkan
pahat pada bendakerja seperti pada gambar

(vii) Ukurlah diameter setelah disentuhkan, Misal hasil


pengukuran dengan jangka sorong adalah 27,9 mm, maka
pada offset ditulis 27,9

Ganti offset dengan


hasil pengukuran
diameter benda kerja

(viii) Tekan calculate, kemudian tekan OK

Tekan Calculate
Kemudian OK

(ix) Tekan next axis untuk setting pahat pada sumbu Z, sehingga pada
layar seperti gambardi bawah
(x) Sentuhkan pahat pada permukaan benda kerja

(xi) Masukkan data Z diukur dari ujung benda kerja samapai ujung
cekam misalkan 70 mm, maka harga tersebut dimasukan ke
offset

Harga hasil pengukuran


kemudiandimasukan
pada offset

(xii) Tekan calculate

(xiii) Tekan OK

(xiv) Tekan pemindahan area mesin


(xv) Tekan parameter
(xvi) Tekan tool coor, kemudian ganti harga radius pahat dengan radius
ujung pahat yang digunakan
Pastikan angka yang ada
adalah nol, pada Leng 1
geometry 0.000 dan
leng 2

Diganti radius ujung


pahat,misalnya 0.4

(xvii) Tekan pemindahan area operasi

2) Langkah-langkah menentukan Zero Offset


(i) Pindah ke area operasi manual dengan menekan JOG
(ii) Tekan Main menu
(iii) Tekan parameter
(iv) Tekan ^
(v) Tekan zero offset
(vi) Pilih G54
(vii) Tekan Determine
(viii) Tulis Nomer Tool (missal 1)

Diisi 1

(ix) Tekan OK
(x) Sentuhkan pahat di permukaan benda kerja bagian diameter yang
sudah diketahui ukurannya atau pada sumbu x
(xi) Tulis diameter benda kerja pada offset
(xii) Tekan calculate
(xiii) Tekan next axis
(xiv) Gerakkan pahat kea rah sumbu Z sehingga menyentuh oermukaan
rata di samping benda kerja
Pastikan pahat menyentuh permukaan benda
kerja

(xv) Tulis 0 pada offset


(xvi) Tekan calculate
(xvii) Tekan OK, kemudian matikan putaran spindle
(xviii) Setting zero offset (G54) sudah selesai
(xix) Matikan putaran spindle dan mundurkan pahat
(xx) Selanjutnya, akan diuji keberhasilan setting tersebut

E. Contoh Perkembangan Terkait


Aria Pramudito (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan Media
Pembelajaran Video Tutorial Pada Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan Standar
Kompetensi Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Bubut Di Smk Muhammadiyah 1
Playen” bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran video tutorial untuk
mata pelajaran kompetensi kejuruan pekerjaan dengan mesin bubut. Tahap-tahap
pengembangan yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri atas 4 tahapan yaitu (1) tahap
pembuatan konsep yang meliputi analisis awal, analisis akhir, pengumpulan materi dan
pendukung materi; (2) tahap pembuatan produk yang meliputi design dan assembly; (3)
tahap uji coba (testing) yang meliputi validasi oleh ahli dilanjutkan revisi serta uji coba
terhadap siswa; dan (4) distribution yaitu pembuatan master file serta dokumentasi
dalam bentuk CD (compact disk). Hasil penilaian kelayakan media pembelajaran video
tutorial untuk standar kompetensi melakukan pekerjaan dengan mesin bubut ini adalah:
(1) persentase skor penilaian dari ahli materi 1 sebesar 76,79% dan ahli materi 2 sebesar
82,14%; (2) persentase skor penilaian dari ahli media 1 sebesar 72,22% dan ahli media
2 sebesar 80,56%; Berdasarkan hasil penilaian dan tanggapan yang diperoleh tersebut
dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran video tutorial untuk standar kompetensi
melakukan pekerjaan dengan mesin bubut ini layak untuk digunakan.
(Fauzan & Rahdiyanta, 2017) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan
Media Pembelajaran Berbasis Video Pada Teori Pemesinan Frais” memiliki tujuan
emengembangkan media pembelajaran berbasis video untuk teori permesinan frais.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan enam tahap, yaitu: potensi
dan masalah, pengumpulan data, desain produk, validasi desain, revisi desain dan uji
coba produk. Kelayakan media pembelajaran berbasis video dari ahli materi diperoleh
persentase sebesar 96.50% dengan klasifikasi sangat baik, dari ahli media diperoleh
persentase sebesar 80.63% dengan klasifikasi sangat baik. Dengan demikian media
pembelajaran berbasis video pada Teori Pemesinan Frais layak digunakan untuk proses
pembelajaran.
BAB III
METODE PENGEMBANGAN

A. Tahap-Tahap Pengembangan
Dalam pengembangan media ini, saya menggunakan model pengembangan Peter
Fenrich yang mengembangkan instructional design cycle (siklus pengembangan
instruksional) dengan tahapan yakni: Analysis (analisis), Planning (perencanaan),
Design (perancangan), Development (pengembangan), Implementation
(implementasi), Evaluation and Revision (evaluasi dan revisi). Namun, dikesempatan
ini hanya sampai tahap pengembangan dimana video akan diperiksa kelayakannya oleh
para ahli.
1. Tahap Analisa
Pada tahap ini dilakukan Analisa kebutuhan pada kelas XI TPM di SMKN 1
Sidoarjo. Dimana kebutuhan tersebut akan dijadikan bahan untuk pengemngan
media pembelajaran yang dapat menarik minat siswa dalam kegiatan pembelajaran.
2. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan perencanaan awal untuk pembuatan vdeo tutorial.
Dimana, tahap awal yang dilakukan yaitu pembuatan narasi video berdasarkan
materi yang dibutuhkan oleh siswa kelas XI TPM SMKN 1 Sidoarjo. Kemudian,
penentuan format video dan audio juga diperhatikan untuk memaksimalkan
kualitas video yang akan dibuat.
3. Tahap Desain
Pada tahap ini merupakan hal paling penting karena berfungsi untuk menarik minta
siswa dan juga mempermudah siswa dalam memahami materi yang dijelaskan
dalam video tutorial.
4. Tahap Pengembangan
Tahap selanjutna yaitu tahap pengembanga, dimana video pembelajaran yang telah
dibuat akan divalidasi oleh para ahli pada aspek materi dan media. Hal tersebut
akan menentukan kelayakan dari video tutorial untuk menunjang pembelajaran di
sekolah.

B. Instrumen
Instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data dan untuk penilaian ahli
terhadap video pembelajaran youtube. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini
adalah kuesioner. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa
kuesioner validasi ahli materi, ahli media, dan tanggapan siswa. Kuesioner tanggapan
siswa diberikan pada saat uji coba produk skala terbatas. Berikut adalah kisi-kisi
instrumen untuk menilai video pembelajaran youtube: (Astutik, 2015)
1. Lembar Validasi Ahli
a. Kisi-kisi Instrumen Kelayakan Ahli Materi
Aspek yang direview oleh ahli materi adalah aspek kualitas materi dan
kemanfaatan.
Tabel 3. 1 Kisi-kisi Instrumen Ahli Materi

No. Aspek Indikator


1. Kesesuaian materi dengan silabus
2. Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran
Relevansi 3. Materi dalam video sudah lengkap sesuai
1
Materi indikatorpencapaian
4. Materi dalam video sudah runtut
5. Gambar yang ditampilkan dalam video sudah tepat
6. Video dapat mempermudah proses pembelajaran
2 Manfaat 7. Materi yang ditampilkan dalam video mudah
dipahami
b. Kisi-kisi Instrumen Kelayakan Ahli Media
Aspek yang direview oleh ahli media adalah video, a
udio, tata laksana, kaidah pembelajaran youtube, desain sampul video tutorial,
dan desain isi video tutorial.

Tabel 3. 2 Kisi-kisi Instrumen Ahli Media

No. Aspek Indikator


1. Ukuran resolusi video jelas dan tajam
2. Font tulisan dalam video mudah dibaca
3. Ukuran tulisan dalam video mudah dibaca
4. Warna tulisan dalam video kontras dengan
1 Video
background
5. Bentuk gambar dalam video jelas
6. Pemilihan gambar yang ditampilkan sesuai
dengan materi
7. Kejelasan suara dalam video
2 Audio 8. Intonasi suara jelas
9. Kalimat yang disampaikan sesuai dengan gambar
10. Proses pembelajaran lebih menarik dalam video
3 Kaidah 11. Isi materi dalam video mudah dipahami
12. Kemudahan dalam proses pembelajaran

2. Teknik Analisa Data


Teknik analisa data yang digunakan untuk penelitian adalah: Lembar validasi
media baik segi media dan materi dianalisis untuk memberikan gambaranyang
telah disarankan oleh validator. serta angket dan tes untuk mendeskripsikan respon
dan hasil uji coba media setelah peserta didik menggunakan media belajar berbasis
Video Tutorial Setting Offset CNC Turning.
Teknik Analisa Data Kelayakan Media dan Materi Presentase tersebut
diperoleh berdasarkan perhitungan skor menurut skala likert pada tabel sebagai
berikut:

Tabel 3. 3 Perhitungan Skor Butir Validasi Materi dan Media

Keterangan Skor
Sangat Valid 4
Valid 3
Kurang Valid 2
Tidak Valid 1
Sumber: (Sugiyono, 2013)
Analisa deskriptif dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut:
RUMUS
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖
PRESENTASE KELAYAKAN (%) = 𝑥 100%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛
Sumber: (Sugiyono, 2013)

Hasil perhitungan di ataskemudian digunakan untuk menentukan kelayakan


media danmateri. Klasifikasi dibagi menjadi empat kategori pada skala likert pada
tabel sebagai berikut:

Tabel 3. 4 Kriteria Kelayakan Media dan Materi

Keterangan Skor
Sangat Valid 3,25 <𝑋 ≤ 4
Valid 2,5 <𝑋 ≤ 3,25
Kurang Valid 1,75 <𝑋 ≤ 2,5
Tidak Valid 1 <𝑋 ≤ 1,75
Sumber: (Sugiyono, 2013)

Tabel 3. 5 Kriteria Persentase Kelayakan Media dan Materi

Keterangan Skor
Sangat Valid 76% − 100%
Valid 51% − 75%
Kurang Valid 26% − 50%
Tidak Valid 0% − 25%
Sumber: (Sugiyono, 2013)
BAB IV
HASIL PENGEMBANGAN

A. Hasil Pengembangan Media Pembelajaran


Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil pengembangan media belajar yang
telah saya lakukan saat kegiatan PLP di SMKN 1 Sidoarjo yaitu “Pengembangan media
belajar berbasis video Setting Offset CNC Turning Siemens 808D”. Pengembangan
media ini menghasilkan video tutorial mengenai cara setting offset yang benar pada
CNC Turning Siemens 808D. Video yang dihasilkan akan menunjang pembelajaran
untuk mata pelajaran produktif elemen teknik pemesinan nonkonvensional CNC
Tunring pada kelas XI TPM SMKN 1 Sidoarjo.
Pengembangan ini menghasilkan output media pembelajaran berupa video tutorial
yang akan divalidasi oleh ahli mengenai aspek materi dan aspek media. Hasil validasi
dari para ahli akan memberikan gambaran umum mengenaihasil penilian kelayakan
video pembelajaran. Uraian hasil pengembangan video pembelajaran menggunakan
model pengembangan Peter Fenrich dengan dengan tahapan yakni: 1) Tahap analisis,
2) Tahap perencanaan, 3) Tahap desain, 4) Tahap pengembangan, secara ringkas
dijelaskan sebagai berikut:
1. Tahap Analisis
Tahap pertama yaitu melakukan analisis kebutuhan siswa kelas XI TPM
SMKN 1 Sidoarjo dimana memperoleh beberapa masalah yaitu sulitnya
pemahaman siswa mengenai cara setting offset Turning pada elemen CNC untuk
Mesin CNC Turning Siemens 808D, sehingga dibutuhkan media pembelajaran
berupa video pembelajaran untuk menunjang kegiatan pembelajaran CNC Turning.
Selain itu, video pembelajaran dapat diupload ke platform Youtube untuk
mempermudah siswa dalam mengakses video. Sehingga, proses pembelajaran
siswa pada elem CNC Turning dapat meningkat.
Hasil dari Analisa pembelajaran yaitu materi pembelajaran yang akan
dipelajari oleh siswa yaitu Fase F dengan Capaian Pembelajaran peserta didik
mampu memahami persiapan pengoperasian, pengoperasian, sistem koordinat,
pemrograman, pengeditan pemrograman simulator dan/atau mesin CNC, import
pemrograman dari software CAM; mengevaluasi hasil pemrograman pada
simulator dan/atau mesin CNC. Tujuan Pembelajaran yang harus tercapai yaitu
Peserta didik mampu mengoperasikan mesin CNC dengan baik sesuai langkah-
langkah pengerjaan secara mandiri. Sehingga dalam video pembelajaran akan
memuat materi mengenai setting offset yang terdiri dari cara menyalakan mesin
CNC Turning Siemens 808D, reffpoint, setting offset, hingga mengecek hasil
setting offset.

2. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini, hasil yang didapatkan adalah:
a. Rancangan Awal Video
Pada rancangan awal video materi yang digunakan dalam video adalah Fase F
dengan Capaian Pembelajaran peserta didik mampu memahami persiapan
pengoperasian, pengoperasian, sistem koordinat, pemrograman, pengeditan
pemrograman simulator dan/atau mesin CNC, import pemrograman dari
software CAM; mengevaluasi hasil pemrograman pada simulator dan/atau
mesin CNC. Tujuan Pembelajaran yang harus tercapai yaitu Peserta didik
mampu mengoperasikan mesin CNC dengan baik sesuai langkah-langkah
pengerjaan secara mandiri. Sehingga dalam video pembelajaran akan memuat
materi mengenai setting offset yang terdiri dari cara menyalakan mesin CCNC
Turning Siemens 808D, reffpoint, setting offset, hingga mengecek hasil setting
offset. Dari materi tersebut buatlah narasi dari video yang akan dibuat yang
berisi materi yang akan disampaikan, gambar yang akan ditampilkan, urutan
penyampaian dari pembukaan hingga penutup.
b. Pemilihan Format Video
Media yang dipilih adalah video pembelajaran dengan format MP4 dengan
resolusi 1080P (1920 x 1080), kecepatan bingkai 30, rasio aspek 16:9, dan
kecepatan bit 10Mbps. digunakan resolusi, format, kecepatan bingkai, rasio
aspek dan kecepatan bit tersebut dikarenakan platform yang dipilih adalah
youtube, sehingga video tidak pecah atau buram ketika dipelajari oleh peserta
didik maupun orang umum.

3. Tahap Desain
Pada tahap desain rancangan awal video direalisasikan dan dibuatlah video
tutorial mengenai setting offset sesuai dengan materi yang telah disusun. Adapun
tahapan ini dilakukan beberapa proses. Proses pertama yaitu mebuatan narasi
video. Prosesn ini dilakukan di awal sebelum pembuatan video. Narasi video dibuat
berdasarkan Tujuan Pembelajaran yang harus tercapai yaitu Peserta didik mampu
mengoperasikan mesin CNC dengan baik sesuai langkah-langkah pengerjaan
secara mandiri. Sehingga dalam video pembelajaran akan memuat materi mengenai
setting offset yang terdiri dari cara menyalakan mesin CCNC Turning Siemens
808D, reffpoint, setting offset, hingga mengecek hasil setting offset.
Proses selanjutnya yaitu desain konsep video audio. Pada proses ini
dilakukan untuk memerpudah pengerjaan video. Video pembelajaran ini akan
menggunakan konsep video tutorial setting offset secara runtut sesuai dengan
langkah-langkah yang benar yang akan dilengkapi dengan keterangan pada setiap
tahapan proses kerja. Hal tersebut dapat mempermudah siswa dalam memahami isi
video. Selain itu, penambahan backsound pada video membuat penonton/siswa
tidak bosan. Software yang digunakan untuk mengedit video pembelajaran yaitu
Capcut.
Proses selanjutnya yaitu desain studio, dimana bertujuan untuk menghasilkan
video sesuai dengan konsep yang telah dirancang. Studio rekaman dilakukan di
dalam bengkel CNC SMKN 1 Sidoarjo. Karena konsep video adalah tutorial, maka
akan menampilkan semua tahapan setting benda kerja pada CNC Turning di
Siemens 808D secara runtut sesuai narasi yang telah disusun. Perangkat yang
digunakan untuk merekam video adalah kamera Oppo A5 dan untuk
peneraangannya adalah lampu dari bengkel CNC SMKN 1 Sidoarjo.
4. Tahap Pengembangan
Pada tahap pengembangan ini, video pembelajaran yang telah dibuat telah
dikoreksi oleh para ahli yang terdiri dari dosen CNC dan guru SMK yang mengajar
CNC di SMKN 1 Sidoarjo. Validasi yang dilakukan terkait aspek materi dan aspek
media. Jika video pembelajaran tidak valid maka kembali ke tahap perencanaan di
rancangan awal prototipe video. setelah video pembelajaran divalidasi oleh ahli
kemudian video pembelajaran diunggah ke platform youtube.
a. Hasil Validasi Ahli Materi
Kelayakan materi divalidasi oleh 2 ahli materi. Instrumen kelayakan materi
terdiri dari 7 butir pernyataan yang terdiri dari 2 aspek, yaitu relevansi materi
dan manfaat. Hasil penilaian ahli materi sebagai berikut.

Tabel 4. 1 Validator Ahli Materi

No. Nama Instansi


Teknik Mesin FT
1 Nur Aini Susanti, S.Pd., M.Pd.
UNESA
Teknik Pemesinan
2 Risal Firmansyah, S.Pd.
SMKN 1 Sidoarjo

Tabel 4. 2 Hasil Validasi Ahli Materi

Ahli Materi Rerata Tiap


Butir No. Total
1 2 Aspek
Relevansi Materi
1 3 4 7
2 4 4 8
3 4 3 7 3,70
4 4 3 7
5 4 4 8
Manfaat
6 4 4 8
4
7 4 4 8
Jumlah 53
Rata-Rata 3,85
Presentase 96%
Rata-Rata Hasil Validasi Ahli Materi
4,05
4
3,95
3,9
3,85
3,8
3,75
3,7
3,65
3,6
3,55
Relevansi Materi Manfaat

Gambar 4. 1 Diagram Rata-Rata Hasil Validasi Ahli Materi

Berdasarkan analisis hasil validasi ahli materi di atas diperoleh nilai rata-rata
kelayakan materi sebesar 3,85 dengan persentase 96%, maka disimpulkan
bahwa video pembelajaran youtube teknik pengelasan GMAW pada kategori
kelayakan materi termasuk dalam kriteria sangat layak.

b. Hasil Validasi Ahli Media


Kelayakan media divalidasi oleh 2 ahli media. Instrumen kelayakan media
terdiri dari 12 butir pernyataan yang terdiri dari 3 aspek, yaitu video, audio, dan
kaidah. Hasil penilaian ahli media sebagai berikut :
Tabel 4. 3 Validator Ahli Media

No. Nama Instansi


Teknik Mesin FT
1 Nur Aini Susanti, S.Pd., M.Pd.
UNESA
Teknik Pemesinan
2 Risal Firmansyah, S.Pd.
SMKN 1 Sidoarjo

Tabel 4. 4 Hasil Validasi Ahli Media

Ahli Media Rerata Tiap


Butir No. Total
1 2 Aspek
Video
1 4 3 7
2 4 4 8
3 4 4 8 3,917
4 4 4 8
5 4 4 8
6 4 4 8
Audio
7 4 4 8
8 4 4 8 4
9 4 4 8
Kaidah
10 4 4 8
11 4 4 8 4
12 4 4 8
Jumlah 95
Rata-Rata 3,972
Presentase 99%

Rata-Rata Hasil Validasi Ahli Media


4,02

3,98

3,96

3,94

3,92

3,9

3,88

3,86
Video Audio Kaidah

Gambar 4. 2 Diagram Rata-Rata Hasil Validasi Ahli Media


Berdasarkan analisis hasil validasi ahli media di atas diperoleh nilai rata-rata
kelayakan media sebesar 3,972 dengan persentase 99%, maka disimpulkan
bahwa video pembelajaran tutorial setting offset CNC Turning Siemens 808D
pada kategori kelayakan media termasuk dalam kriteria sangat layak .

B. Pembahasan Kelayakan Media Pembelajaran


Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisis kelayakan video pembelajaran
tutorial setting offset CNC Turning Siemens 808D yang diperoleh dari para ahli yang
meliputi ahli materi dan ahli media. Berikut merupakan hasil rekapitulasi kelayakan
media pembelajaran sebagai berikut:

Tabel 4. 5 Rekapitulasi Hasil Kelayakan Media Pembelajaran

No. Validasi Hasil Validasi Kriteria


1 Materi 3,85 Sangat Layak
2 Media 3,972 Sangat Layak
Jumlah 7,822
Rata-rata 3,911
Presentase 97,775%
Kriteria Sangat Layak

Rata-rata Hasil Kelayakan Video Pembelajaran

3,95

3,9
3,972
3,85
3,85
3,8

3,75
Materi Media

Gambar 4. 3 Diagram Rata-Rata Hasil Validasi Kelayakan Rekapitulasi Hasil


Kelayakan Media Pembelajaran

Berdasarkan hasil validasi kelayakan video pembelajaran, tes kelayakan berupa validasi
ahli materi dan ahli media yang ditunjukkan pada tabel di atas, dapat disimpulkan dilihat dari
hasil validasi ahli materi diperoleh 3,85 dan ahli media sebesar 3,972 dengan rata- rata dari
validasi ahli materi dan media adalah 3,911 dan persentase 97,775% Artinya bahwa hasil
validasi kelayakan video pembelajaran, tes kelayakan berupa validasi ahli materi dan media
video pembelajaran tutorial setting offset CNC Turning Siemens 808D dinyatakan sangat
layak untuk digunakan dalam proses pembelajaran teknik pemesinan nonkonvensional CNC
Turning
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Media pembelajaran merupakan salah satu factor yang dapat meningkatkan
pemahaman siswa. Selama melakukan kegiatan PLP di SMKN 1 Sidoarjo, dapat
diketahui bahwa kelas XI TPM memerlukan media pembelajaran berupa video tutorial
yang mampu membantu mereka dalam memahami materi mengenai setting offset benda
kerja pada CNC Turning. Oleh karena itu, pengemabnagn media pembelajaran
menghasilkan “Video Tutorial Setting Offset CNC Turning Siemens 808D” yang akan
diupload di Youtube. Video ini berisi materi mengenai setting offset yang terdiri dari
cara menyalakan mesin CNC Turning Siemens 808D, reffpoint, setting offset, hingga
mengecek hasil setting offset. Video ini kemudia divalidasi oleh ahli media dan ahli
materi. Hasil validasi ahli materi diperoleh 3,85 dan ahli media sebesar 3,972 dengan
rata- rata dari validasi ahli materi dan media adalah 3,911 dan persentase 97,775%
Artinya bahwa hasil validasi kelayakan video pembelajaran, tes kelayakan berupa
validasi ahli materi dan media video pembelajaran tutorial setting offset CNC Turning
Siemens 808D dinyatakan sangat layak untuk digunakan dalam proses pembelajaran
teknik pemesinan nonkonvensional CNC Turning

B. Saran
Pada pengembangan media pembelajaran berbasis video tutorial CNC Turning ini
masih memiliki banyak sekali kekurangan. Penulis berharap semoga kedepannya,
media pembelajaran ini dapat dikembangkan lagi sesuai dengan kebutuhan siswa.
KAJIAN PUSTAKA

Arifin, Z., Wakid, M., Sutiman, & Sukoco. (2014). PENGEMBANGAN MEDIA
PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KOMPUTER UNTUK PESERTA DIDIK
MATA PELAJARAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN.
Arsyad, M. N., & Fatmawati, D. (2018). Penerapan Media Pembelajaran Berbasis
Multimedia Interaktif Terhadap Mahasiswa IKIP Budi Utomo Malang. In 188 |JURNAL
AGASTYA (Vol. 8).
Astutik, Y. (2015). PENGEMBANGAN E-MODUL PADA MATA PELAJARAN DASAR
PENGENDALIAN MUTU HASIL PERTANIAN DAN PERIKANAN KELAS X TPHP DI
SMKN 1 CIDAUN.
Cahyadi, R. A. H. (2019). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Addie Model. Halaqa:
Islamic Education Journal, 3(1), 35–42. https://doi.org/10.21070/halaqa.v3i1.2124
Fauzan, M. A., & Rahdiyanta, D. (2017). PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN
BERBASIS VIDEO PADA TEORI PEMESINAN FRAIS. In Jurnal Dinamika
Vokasional Teknik Mesin (Vol. 2, Issue 2).
https://journal.uny.ac.id/index.php/dynamika/issue/view/1445
Nurmadiah. (2016). MEDIA PENDIDIKAN.
Pramudito, A. (2013). PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN
VIDEO TUTORIAL PADA MATA PELAJARAN KOMPETENSI KEJURUAN
STANDAR KOMPETENSI MELAKUKAN PEKERJAAN DENGAN MESIN BUBUT DI
SMK MUHAMMADIYAH 1 PLAYEN.
Setiawan, L. (2021). Rancang Bangun Video Animasi Penataan Gedung Berbasis 3D
Menggunakan Skethup Pada SMK Negeri 1 Palopo.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian & Pengembangan. Alfabeta.
Yuanta, F. (2019). Pengembangan Media Video Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosialpada
Siswa Sekolah Dasar. In Desember (Vol. 1, Issue 2).
Yuli Yanti, I., Pendidikan Ganesha, U., & Wayan Suwatra, I. I. (2020). Pengembangan
Lembar Kerja Siswa Model Hannafin And Peck untuk Meningkatkan Hasil Belajar I
Ketut Pudjawan. In Journal of Education Technology (Vol. 4, Issue 1).
Zainudin, M. (2015). PENGEMBANGAN BAHAN AJAR TEKS CERPEN
BERDASARKAN STRATEGI TERBIMBING PADA SISWA KELAS VII MTS.
DARUN NAJAH JATIREJO MOJOKERTO. In NOSI (Vol. 3, Issue 3).
LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Validasi Dosen CNC Teknik Mesin FT UNESA
Lampiran 2. Lembar Validasi Guru CNC Teknik Pemesinan SMKN 1 Sidoarjo
Lampiran 3. Video Tutorial Setting Offset CNC Turning Siemens 808D

Anda mungkin juga menyukai