Disusun Oleh:
Anggun Rachma Rizky Sujito Putri (19050524048)
Dosen Pengampu:
Ali Hasbi Ramadani, S.Pd., M.Pd.
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah bagian penting dalam kehidupan manusia. Menurut
Arifin(Arifin et al., 2014) pendidikan adalah dilakukan oleh orang dewasa termasuk di
dalamnya guru, membantu anak didik mencapai tujuan yang diinginkan. Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu lembaga pendidikan yang menghasilkan
lulusan siap terjun didunia kerja. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 15 mengemukakan bahwa
pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta
didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu Dalam pendidikan kejuruan sangat
diperlukan adanya proses pembelajaran yang baik, sehingga materi yang diberikan
pengajar dapat diterima oleh siswa. Metode penyampaian materi oleh guru juga
mempengaruhi tersampainya materi pembelajaran kepada siswa. Dalam hal ini siswa
juga harus bisa fokus terhadap mata pelajaran yang sedang di pelajari atau disampaikan
oleh guru.
Kenyataan yang diperoleh dari hasil observasi selama PPL di SMKN 1 Sidoarjo,
ditemukan bahwa metode pembelajaran menggunakan metode ceramah, sehingga
beberapa siswa jenuh terhadap pelajaran dan tidak fokus dengan materi yang
disampaikan oleh guru. Senada dengan hal tersebut salah seorang guru mata pelajaran
pemesinan CNC juga mengatakan bahwa siswa kesulitan dalam pemahaman tata cara
setting offset benda kerja pada CNC Turning, sehingga membutuhkan waktu yang lama
untuk menyampaikan materi dan dibutuhkan media pembelajaran.
Menurut Arsyad(Arsyad & Fatmawati, 2018) media pembelajaran adalah bagian
yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi terciptanya tujuan pendidikan
pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya. Proses belajar
mengajar pada hakekatnya adalah komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari
sumber pesan, melalui saluran atau perantara yang digunakan untuk menyampaikan ke
penerima pesan.
Tujuan penelitian ini yaitu menghasilkan produk berupa media pembelajaran
berbasis video pada mata pelajaran produktif elemen Teknik pemesinan CNC Turning
karena belum ada media pembelajaran berbasis video untuk materi setting offset CNC
Turning. Media video dipilih sebagai media pembelajaran yang dikembangkan karena
media video relatif lebih mudah dalam pengoperasiannya. Isi dari media pembelajaran
yang dikembangkan adalah langkah-langkah setting offset CNC Turning Siemens
808D mulai dari cara menghidupkan mesin, reffpoint, memasang benda kerja, setting
offset, hingga mngecek hasil hasil setting offset. Video pembelajaran ini dilengkapi
juga narasi dan teks mengenai keterangan cara offset, serta music yang dapat
menambah semangat siswa dalam memperhatikan video.
B. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Menghasilkan media pembelajaran video tutorial sebagai media pembelajaran
Kompetensi Kejuruan, dengan standar kompetensi melakukan setting offset pada
mesin CNC Turning Siemens 808D
2. Mengetahui kelayakan produk yang dihasilkan berupa media pembelajaran video
tutorial untuk mata pelajaran Kompetensi Kejuruan, dengan tujuan pembelajaran
mengoperasikan mesin CNC dengan baik sesuai langkah-langkah pengerjaan
secara mandiri.
3. Memenuhi tugas matakuliah PLP Pengembangan Media Pembelajaran
C. Manfaat
Dari penelitian ini, manfaat yang diperoleh antara lain:
1. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
2. Bagi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
• Menambah salah satu referensi bagi guru di sekolah.
• Memudahkan pekerjaan guru Kompetensi Kejuruan.
3. Memudahkan peserta didik untuk dapat mempelajari materi Kompetensi
Kejuruan, dengan standar kompetensi melakukan pekerjaan dengan mesin bubut.
BAB II
KAJIAN TEORI
B. Model Pengembangan
1. Model Pengembangan ADDIE
Model pengembangan ADDIE (Analysis, Design, Development,
Implementation, and Evaluation) sebagai model desain pembelajaran yang sifatnya
lebih generik dan menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur
program pelatihan yang efektif dinamis dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri.
Model ini lebih rasional dan lebih lengkap daripada model 4D, dan dapat digunakan
untuk berbagai macam bentuk pengembangan produk seperti model, strategi
pembelajaran, metode pembelajaran, media dan bahan ajar Model ini menggunakan
lima tahap pengembangan antara lain:(Cahyadi, 2019)
a. Analysis
Tahap ini adalah menganalisis perlunya pengembangan model atau metode
pembelajaran baru dan menganalisis kelayakan dan syarat-syarat
pengembangan model atau metode pembelajaran baru.
b. Design.
Tahap ini memiliki kemiripan dengan merancang kegiatan belajar mengajar.
Rancangan model atau metode pembelajaran ini masih bersifat konseptual dan
akan mendasari proses pengembangan berikutnya.
c. Development.
Tahap ini berisi kegiatan realisasi rancangan produk. Disusun kerangka
konseptual penerapan model atau metode pembelajaran baru dan direalisasikan
menjadi produk yang siap diimplementasikan seperti RPP, media dan materi
pelajaran.
d. Implementation.
Tahap ini diimplementasikan rancangan model tersebut pada situasi yang nyata
dan dilakukan evaluasi awal untuk memberi umpan balik kepada pihak
pengguna model berikutnya.
e. Evaluasi.
Tahap ini dilakukan pada tahap proses dan akhir kegiatan. Jika diterapkan pada
model pembelajaran dilakukan evaluasi formatif dan sumatif. Hasil evaluasi
digunakan untuk memberi umpan balik kepada pihak pengguna model. Revisi
dibuat sesuai dengan hasil evaluasi atau kebutuhan yang belum dapat dipenuhi
oleh model baru tersebut
2. Model Pengambangan 4D
Model pengembangan 4D (Four D) merupakan model pengembangan perangkat
pembelajaran. Model ini dikembangkan oleh S. Thagarajan, Dorothy S. Semmel, dan
Melvyn I. Semmel. Namun demikian pada model 4D ini juga terdapat kekurangan,
salah satunya adalah tidak ada kejelasan mana yang harus didahulukan antara
analisis konsep dan analisis tugas. Model pengembangan 4D terdiri atas 4 tahap
utama yaitu:
a. Define (Pendefinisian)
b. Design (Perancangan)
c. Develop (Pengembangan) dan
d. Disseminate (Penyebaran),
Atau diadaptasi Model 4-P, yaitu Pendefinisian, Perancangan, Pengembangan,
dan Penyebaran. Secara garis besar keempat tahap tersebut sebagai berikut:
(Zainudin, 2015)
a. Tahap Pendefinisian (Define). Tujuan tahap ini adalah menentukan dan
mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran diawali dengan analisis tujuan dari
batasan materi yang dikembangkan perangkatnya. Tahap ini meliputi 5 langkah
pokok, yaitu: (a) Analisis ujung depan, (b) Analisis siswa, (c) Analisis tugas. (d)
Analisis konsep, dan (e) Perumusan tujuan pembelajaran.
b. Tahap Perencanaan (Design). Tujuan tahap ini adalah menyiapkan prototipe
perangkat pembelajaran. Tahap ini terdiri dari empat langkah yaitu, (a)
Penyusunan tes acuan patokan, (b) Pemilihan media yang sesuai tujuan, untuk
menyampaikan materi pelajaran, (c) Pemilihan format.
c. Tahap Pengembangan (Develop). Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan
perangkat pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukan dari pakar.
Tahap ini meliputi: (a) validasi perangkat oleh para pakar diikuti dengan revisi,
(b) simulasi yaitu kegiatan mengoperasionalkan rencana pengajaran, dan (c) uji
coba terbatas dengan siswa yang sesungguhnya. Hasil tahap (b) dan (c)
digunakan sebagai dasar revisi. Langkah berikutnya adalah uji coba lebih lanjut
dengan siswa yang sesuai dengan kelas sesungguhnya.
d. Tahap penyebaran (Disseminate). Pada tahap ini merupakan tahap penggunaan
perangkat yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas misalnya di
kelas lain, di sekolah lain, oleh guru yang lain. Tujuan lain adalah untuk menguji
efektivitas penggunaan perangkat di dalam KBM.
C. Video Tutorial
1. Pengertian Video Tutorial
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001 : 1261), Video adalah bagian yang
memancarkan gambar pada pesawat telivisi; rekaman gambar hidup atau program
televisi untuk ditayangkan. Video atau film adalah rangkaian banyak frame gambar
yang diputar secara cepat. Masing-masing frame merupakan rekaman dari tahapan-
tahapan dalam suatu gerakan. Semakin cepat perputarannya, semakin halus
gerakannya, walaupun sebenarnya terdapat jeda antarframe. Namun, kita (sebagai
manusia) tidak bisa menangkap jeda tersebut.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001 : 1230), Tutorial adalah (1)
Pembimbingan kelas oleh seorang pengajar (tutor) untuk seorang mahasiswa atau
sekelompok kecil mahasiswa, (2) Pengajaran tambahan melalui tutor.
Jadi video tutorial adalah adalah rangkaian gambar hidup yang ditayangkan oleh
seorang pengajar yang berisi pesan-pesan pembelajaran untuk membantu
pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran sebagai bimbingan atau bahan
pengajaran tambahan kepada sekelompok kecil peserta didik.
Video bersifat interaktif tutorial membimbing peserta didik untuk memahami
sebuah materi melalui visualisasi. Peserta didik dapat secara interaktif mengikuti
kegiatan praktik sesuai dengan yang diajarkan dalam video. Oleh karena itu sedikit
banyak video merupakan salah satu alternatif dalam mengatasi kemerosotan
pelajaran dan pembelajaran.
2. Karakteristik Video
Menurut Smaldino (dalam Setiawan, 2021) Karena video sebagai salah satu
sarana yang dirancang untuk memproduksi gambar realistik dari dunia di sekitar kita,
kita cenderung lupa bahwa atribut mendasar dari video adalah kemampuan
merekayasa perspektif ruang dan waktu.
a. Rekayasa Waktu
Video memungkinkan kita untuk meningkatkan atau mengurangi waktu yang
dibutuhkan untuk mengamati sebuah kejadian. Misal, mungkin butuh waktu
yang sangat lama bagi para siswa untuk sebenar-benarnya mengamati
pembangunan jalan tol, tetapi menyunting video dengan cermat dari berbagai
kegiatan berbeda-beda bisa menata ulang pentingnya kejadian tersebut dalam
beberapa menit saja.
1) Kompresi Waktu Video bisa mengkompresi waktu yang dibutuhkan untuk
mengamati sebuah kejadian. Misal, sebuah bunga bias terlihat
mengembang dihadapan mata kita, atau bintang-bintang bisa menggores di
sepanjang langit pada malam hari. Teknik ini dikenal dengan time lapse
atau „selang waktu‟.
2) Perluasan waktu waktu juga bisa diperluas dengan video melalui sebuah
teknik yang disebut slow motion atau „gerak lambat‟. Beberapa kejadian
terjadi terlalu cepat untuk dilihat. Dengan memvideo kejadian semacam itu
pada kecepatan sangat tinggi dan kemudian memproyeksikan gambar
tersebut pada kecepatan normal, kita bisa mengamati apa yang sedang
terjadi.
b. Rekayasa Tempat
Video memungkinkan kita untuk melihat fenomena baik dalam makrokosmos
maupun mikrokosmos, yaitu pada kisaran yang sangat dekat atau jarak yang
sangat jauh. Siswa bisa melihat bumi dari pesawat ulang alik (pandangan
makro). Di titik ekstrem lainnya, mereka bisa melihat pembelahan sel dalam
mikroskop (pandangan mikro).
c. Animasi
Waktu dan tempat bisa juga direkayasa dengan animasi. Ini merupakan teknik
yang mengambil untung dari persistensi penglihatan untuk memberikan gerakan
pada objek tak beranimasi. Terdapat beberapa teknik untuk memperoleh
animasi, tetapi pada dasarnya animasi dibuat dari serangkaian foto, gambar, atau
gambar komputer, oleh pemindahanpemindahan kecil dari benda atau gambar
b) Pahat
(ii) Tekan parameter (tombol soft key warna biru di bawah tulisan
parameter pada layar) tombol terlihat pada langkah no 1
(vi) Putar spindel dengan menekan tombol spindle start, lalu sentuhkan
pahat pada bendakerja seperti pada gambar
Tekan Calculate
Kemudian OK
(ix) Tekan next axis untuk setting pahat pada sumbu Z, sehingga pada
layar seperti gambardi bawah
(x) Sentuhkan pahat pada permukaan benda kerja
(xi) Masukkan data Z diukur dari ujung benda kerja samapai ujung
cekam misalkan 70 mm, maka harga tersebut dimasukan ke
offset
(xiii) Tekan OK
Diisi 1
(ix) Tekan OK
(x) Sentuhkan pahat di permukaan benda kerja bagian diameter yang
sudah diketahui ukurannya atau pada sumbu x
(xi) Tulis diameter benda kerja pada offset
(xii) Tekan calculate
(xiii) Tekan next axis
(xiv) Gerakkan pahat kea rah sumbu Z sehingga menyentuh oermukaan
rata di samping benda kerja
Pastikan pahat menyentuh permukaan benda
kerja
A. Tahap-Tahap Pengembangan
Dalam pengembangan media ini, saya menggunakan model pengembangan Peter
Fenrich yang mengembangkan instructional design cycle (siklus pengembangan
instruksional) dengan tahapan yakni: Analysis (analisis), Planning (perencanaan),
Design (perancangan), Development (pengembangan), Implementation
(implementasi), Evaluation and Revision (evaluasi dan revisi). Namun, dikesempatan
ini hanya sampai tahap pengembangan dimana video akan diperiksa kelayakannya oleh
para ahli.
1. Tahap Analisa
Pada tahap ini dilakukan Analisa kebutuhan pada kelas XI TPM di SMKN 1
Sidoarjo. Dimana kebutuhan tersebut akan dijadikan bahan untuk pengemngan
media pembelajaran yang dapat menarik minat siswa dalam kegiatan pembelajaran.
2. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan perencanaan awal untuk pembuatan vdeo tutorial.
Dimana, tahap awal yang dilakukan yaitu pembuatan narasi video berdasarkan
materi yang dibutuhkan oleh siswa kelas XI TPM SMKN 1 Sidoarjo. Kemudian,
penentuan format video dan audio juga diperhatikan untuk memaksimalkan
kualitas video yang akan dibuat.
3. Tahap Desain
Pada tahap ini merupakan hal paling penting karena berfungsi untuk menarik minta
siswa dan juga mempermudah siswa dalam memahami materi yang dijelaskan
dalam video tutorial.
4. Tahap Pengembangan
Tahap selanjutna yaitu tahap pengembanga, dimana video pembelajaran yang telah
dibuat akan divalidasi oleh para ahli pada aspek materi dan media. Hal tersebut
akan menentukan kelayakan dari video tutorial untuk menunjang pembelajaran di
sekolah.
B. Instrumen
Instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data dan untuk penilaian ahli
terhadap video pembelajaran youtube. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini
adalah kuesioner. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa
kuesioner validasi ahli materi, ahli media, dan tanggapan siswa. Kuesioner tanggapan
siswa diberikan pada saat uji coba produk skala terbatas. Berikut adalah kisi-kisi
instrumen untuk menilai video pembelajaran youtube: (Astutik, 2015)
1. Lembar Validasi Ahli
a. Kisi-kisi Instrumen Kelayakan Ahli Materi
Aspek yang direview oleh ahli materi adalah aspek kualitas materi dan
kemanfaatan.
Tabel 3. 1 Kisi-kisi Instrumen Ahli Materi
Keterangan Skor
Sangat Valid 4
Valid 3
Kurang Valid 2
Tidak Valid 1
Sumber: (Sugiyono, 2013)
Analisa deskriptif dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut:
RUMUS
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖
PRESENTASE KELAYAKAN (%) = 𝑥 100%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛
Sumber: (Sugiyono, 2013)
Keterangan Skor
Sangat Valid 3,25 <𝑋 ≤ 4
Valid 2,5 <𝑋 ≤ 3,25
Kurang Valid 1,75 <𝑋 ≤ 2,5
Tidak Valid 1 <𝑋 ≤ 1,75
Sumber: (Sugiyono, 2013)
Keterangan Skor
Sangat Valid 76% − 100%
Valid 51% − 75%
Kurang Valid 26% − 50%
Tidak Valid 0% − 25%
Sumber: (Sugiyono, 2013)
BAB IV
HASIL PENGEMBANGAN
2. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini, hasil yang didapatkan adalah:
a. Rancangan Awal Video
Pada rancangan awal video materi yang digunakan dalam video adalah Fase F
dengan Capaian Pembelajaran peserta didik mampu memahami persiapan
pengoperasian, pengoperasian, sistem koordinat, pemrograman, pengeditan
pemrograman simulator dan/atau mesin CNC, import pemrograman dari
software CAM; mengevaluasi hasil pemrograman pada simulator dan/atau
mesin CNC. Tujuan Pembelajaran yang harus tercapai yaitu Peserta didik
mampu mengoperasikan mesin CNC dengan baik sesuai langkah-langkah
pengerjaan secara mandiri. Sehingga dalam video pembelajaran akan memuat
materi mengenai setting offset yang terdiri dari cara menyalakan mesin CCNC
Turning Siemens 808D, reffpoint, setting offset, hingga mengecek hasil setting
offset. Dari materi tersebut buatlah narasi dari video yang akan dibuat yang
berisi materi yang akan disampaikan, gambar yang akan ditampilkan, urutan
penyampaian dari pembukaan hingga penutup.
b. Pemilihan Format Video
Media yang dipilih adalah video pembelajaran dengan format MP4 dengan
resolusi 1080P (1920 x 1080), kecepatan bingkai 30, rasio aspek 16:9, dan
kecepatan bit 10Mbps. digunakan resolusi, format, kecepatan bingkai, rasio
aspek dan kecepatan bit tersebut dikarenakan platform yang dipilih adalah
youtube, sehingga video tidak pecah atau buram ketika dipelajari oleh peserta
didik maupun orang umum.
3. Tahap Desain
Pada tahap desain rancangan awal video direalisasikan dan dibuatlah video
tutorial mengenai setting offset sesuai dengan materi yang telah disusun. Adapun
tahapan ini dilakukan beberapa proses. Proses pertama yaitu mebuatan narasi
video. Prosesn ini dilakukan di awal sebelum pembuatan video. Narasi video dibuat
berdasarkan Tujuan Pembelajaran yang harus tercapai yaitu Peserta didik mampu
mengoperasikan mesin CNC dengan baik sesuai langkah-langkah pengerjaan
secara mandiri. Sehingga dalam video pembelajaran akan memuat materi mengenai
setting offset yang terdiri dari cara menyalakan mesin CCNC Turning Siemens
808D, reffpoint, setting offset, hingga mengecek hasil setting offset.
Proses selanjutnya yaitu desain konsep video audio. Pada proses ini
dilakukan untuk memerpudah pengerjaan video. Video pembelajaran ini akan
menggunakan konsep video tutorial setting offset secara runtut sesuai dengan
langkah-langkah yang benar yang akan dilengkapi dengan keterangan pada setiap
tahapan proses kerja. Hal tersebut dapat mempermudah siswa dalam memahami isi
video. Selain itu, penambahan backsound pada video membuat penonton/siswa
tidak bosan. Software yang digunakan untuk mengedit video pembelajaran yaitu
Capcut.
Proses selanjutnya yaitu desain studio, dimana bertujuan untuk menghasilkan
video sesuai dengan konsep yang telah dirancang. Studio rekaman dilakukan di
dalam bengkel CNC SMKN 1 Sidoarjo. Karena konsep video adalah tutorial, maka
akan menampilkan semua tahapan setting benda kerja pada CNC Turning di
Siemens 808D secara runtut sesuai narasi yang telah disusun. Perangkat yang
digunakan untuk merekam video adalah kamera Oppo A5 dan untuk
peneraangannya adalah lampu dari bengkel CNC SMKN 1 Sidoarjo.
4. Tahap Pengembangan
Pada tahap pengembangan ini, video pembelajaran yang telah dibuat telah
dikoreksi oleh para ahli yang terdiri dari dosen CNC dan guru SMK yang mengajar
CNC di SMKN 1 Sidoarjo. Validasi yang dilakukan terkait aspek materi dan aspek
media. Jika video pembelajaran tidak valid maka kembali ke tahap perencanaan di
rancangan awal prototipe video. setelah video pembelajaran divalidasi oleh ahli
kemudian video pembelajaran diunggah ke platform youtube.
a. Hasil Validasi Ahli Materi
Kelayakan materi divalidasi oleh 2 ahli materi. Instrumen kelayakan materi
terdiri dari 7 butir pernyataan yang terdiri dari 2 aspek, yaitu relevansi materi
dan manfaat. Hasil penilaian ahli materi sebagai berikut.
Berdasarkan analisis hasil validasi ahli materi di atas diperoleh nilai rata-rata
kelayakan materi sebesar 3,85 dengan persentase 96%, maka disimpulkan
bahwa video pembelajaran youtube teknik pengelasan GMAW pada kategori
kelayakan materi termasuk dalam kriteria sangat layak.
3,98
3,96
3,94
3,92
3,9
3,88
3,86
Video Audio Kaidah
3,95
3,9
3,972
3,85
3,85
3,8
3,75
Materi Media
Berdasarkan hasil validasi kelayakan video pembelajaran, tes kelayakan berupa validasi
ahli materi dan ahli media yang ditunjukkan pada tabel di atas, dapat disimpulkan dilihat dari
hasil validasi ahli materi diperoleh 3,85 dan ahli media sebesar 3,972 dengan rata- rata dari
validasi ahli materi dan media adalah 3,911 dan persentase 97,775% Artinya bahwa hasil
validasi kelayakan video pembelajaran, tes kelayakan berupa validasi ahli materi dan media
video pembelajaran tutorial setting offset CNC Turning Siemens 808D dinyatakan sangat
layak untuk digunakan dalam proses pembelajaran teknik pemesinan nonkonvensional CNC
Turning
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Media pembelajaran merupakan salah satu factor yang dapat meningkatkan
pemahaman siswa. Selama melakukan kegiatan PLP di SMKN 1 Sidoarjo, dapat
diketahui bahwa kelas XI TPM memerlukan media pembelajaran berupa video tutorial
yang mampu membantu mereka dalam memahami materi mengenai setting offset benda
kerja pada CNC Turning. Oleh karena itu, pengemabnagn media pembelajaran
menghasilkan “Video Tutorial Setting Offset CNC Turning Siemens 808D” yang akan
diupload di Youtube. Video ini berisi materi mengenai setting offset yang terdiri dari
cara menyalakan mesin CNC Turning Siemens 808D, reffpoint, setting offset, hingga
mengecek hasil setting offset. Video ini kemudia divalidasi oleh ahli media dan ahli
materi. Hasil validasi ahli materi diperoleh 3,85 dan ahli media sebesar 3,972 dengan
rata- rata dari validasi ahli materi dan media adalah 3,911 dan persentase 97,775%
Artinya bahwa hasil validasi kelayakan video pembelajaran, tes kelayakan berupa
validasi ahli materi dan media video pembelajaran tutorial setting offset CNC Turning
Siemens 808D dinyatakan sangat layak untuk digunakan dalam proses pembelajaran
teknik pemesinan nonkonvensional CNC Turning
B. Saran
Pada pengembangan media pembelajaran berbasis video tutorial CNC Turning ini
masih memiliki banyak sekali kekurangan. Penulis berharap semoga kedepannya,
media pembelajaran ini dapat dikembangkan lagi sesuai dengan kebutuhan siswa.
KAJIAN PUSTAKA
Arifin, Z., Wakid, M., Sutiman, & Sukoco. (2014). PENGEMBANGAN MEDIA
PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KOMPUTER UNTUK PESERTA DIDIK
MATA PELAJARAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN.
Arsyad, M. N., & Fatmawati, D. (2018). Penerapan Media Pembelajaran Berbasis
Multimedia Interaktif Terhadap Mahasiswa IKIP Budi Utomo Malang. In 188 |JURNAL
AGASTYA (Vol. 8).
Astutik, Y. (2015). PENGEMBANGAN E-MODUL PADA MATA PELAJARAN DASAR
PENGENDALIAN MUTU HASIL PERTANIAN DAN PERIKANAN KELAS X TPHP DI
SMKN 1 CIDAUN.
Cahyadi, R. A. H. (2019). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Addie Model. Halaqa:
Islamic Education Journal, 3(1), 35–42. https://doi.org/10.21070/halaqa.v3i1.2124
Fauzan, M. A., & Rahdiyanta, D. (2017). PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN
BERBASIS VIDEO PADA TEORI PEMESINAN FRAIS. In Jurnal Dinamika
Vokasional Teknik Mesin (Vol. 2, Issue 2).
https://journal.uny.ac.id/index.php/dynamika/issue/view/1445
Nurmadiah. (2016). MEDIA PENDIDIKAN.
Pramudito, A. (2013). PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN
VIDEO TUTORIAL PADA MATA PELAJARAN KOMPETENSI KEJURUAN
STANDAR KOMPETENSI MELAKUKAN PEKERJAAN DENGAN MESIN BUBUT DI
SMK MUHAMMADIYAH 1 PLAYEN.
Setiawan, L. (2021). Rancang Bangun Video Animasi Penataan Gedung Berbasis 3D
Menggunakan Skethup Pada SMK Negeri 1 Palopo.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian & Pengembangan. Alfabeta.
Yuanta, F. (2019). Pengembangan Media Video Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosialpada
Siswa Sekolah Dasar. In Desember (Vol. 1, Issue 2).
Yuli Yanti, I., Pendidikan Ganesha, U., & Wayan Suwatra, I. I. (2020). Pengembangan
Lembar Kerja Siswa Model Hannafin And Peck untuk Meningkatkan Hasil Belajar I
Ketut Pudjawan. In Journal of Education Technology (Vol. 4, Issue 1).
Zainudin, M. (2015). PENGEMBANGAN BAHAN AJAR TEKS CERPEN
BERDASARKAN STRATEGI TERBIMBING PADA SISWA KELAS VII MTS.
DARUN NAJAH JATIREJO MOJOKERTO. In NOSI (Vol. 3, Issue 3).
LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Validasi Dosen CNC Teknik Mesin FT UNESA
Lampiran 2. Lembar Validasi Guru CNC Teknik Pemesinan SMKN 1 Sidoarjo
Lampiran 3. Video Tutorial Setting Offset CNC Turning Siemens 808D