Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN


(SISTEM GERAK OTOT PADA BEKICOT)

OLEH

NAMA : DWIKA BRAMASTA


STAMBUK : AIC214087
KELOMPOK : X (SEPULUH)
ASISTEN : DUSTAN, S.Pd., M.Si

LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PERIKANAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bekicot merupakan hewan lunak (moluska) dari kelas Gastropoda yang
berarti berjalan dengan perut. Memang, bekicot menggunakan bagian bawah
tubuhnya (perut) untuk berjalan. Berbeda dengan jenis keong air yang berinsang,
bekicot menggunakan paru-paru untuk bernapas, sehingga bekicot dimasukkan ke
dalam ordo Pulmonata. Secara rinci bekicot dikelompokkan ke dalam famili
Achatinidae. Dari famili ini ada dua jenis bekicot yang terdapat di Indonesia
yaitu Achatina fulica dan Achatina variegata. Perbedaan kedua jenis bekicot
tersebut dapat dilihat secara mudah dari bentuk cangkang dan pola garis
cangkang. Achatina fulica bercangkang lebih ramping (runcing) dan pola garis
pada cangkangnya tidak terlalu nyata (halus). Sedangkan Achatina
variegata berpenampilan lebih bulat (gemuk) dan pola garis cangkangnya lebih
tegas berwarna cokelat lenggak-lenggok.
Bekicot bergerak menggunakan kaki yang melebar yang terdapat di bawah
badan. Gerakan ini berupa kontraksi berurutan yang dilakukan oleh otot tubuh.
Pada bagian bawah kaki terdapat kelenjar yang dapat mengeluarkan lendir pada
saat berjalan. Berkat lendir tersebut bekicot dapat berjalan di atas pisau cukur yang
tajam tanpa menderita luka pada tubuhnya. Namun lendir tersebut menjadi
bumerang baginya karena di sepanjang tempat yang ia lewati akan terlihat bekas
lendir yang mengering berwarna putih mengkilat yang bisa menjadi pertanda bagi
musuhnya. Pada tanah yang basah dan lembap lendir tidak akan keluar.
B. Tujuan
1. Mengamati proses pergerakan bikicot
2. Mengamati jarak kecepatan bekicot saat berjalan
3. Menghitung lamanya waktu bekicot berjalan
C. Manfaat
1. Mengetahui system kerja otot pada bekicot
2. Mengetahui proses berjalannya bekicoot
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Filum molusca memiliki jenis-jenis tertentu, ada yang tidak memiliki atau
mempunyai cangkang sama sekali (mollusca telanjang).  Pada dasarnya sistem organ
yang dimiliki oleh hewan mollusca ini seperti sistem pencernaan, peredaran darah,
pernapasan, saraf, otot dan organ reproduksi, tapi pada bagian dalam tubuhnya
terdapat organ-organ dalam yang dapatdikatakan lengkap.  Pada organ-organ dalam
tersebut dibungkus oleh mantel yang terbuat dari suatu jaringan khusus dan pada
umumnya dilengkapi dengan kele snjar-kelenjar yang dapat (Rusyana,2011).

Di indonesia hewan ini sering muncul di musim penghujan karena indonesia


curah hujan cukup tinggi dan cocok  untuk pengembangbiakan hewan ini, hewan ini
belum cukup populer hanya segelintir orang yang mengetahui manfaat bekicot ini dan
sisanya adalah beranggapan bahwa bekicot ini adalah hewan yang beracun dan
penampilan fisiknya yang membuat orang menjadi jijik dan enggan untuk
mengkonsumsinya ternyata banyak tersimpan sejuta manfaat dari hewan ini,
Kandungan yang terdapat pada lendir bekicot Kandungan penting yang terdapat
dalam lendir bekicot antara lain glycosaminoglycan (GAG) yang mengikat senyawa
copper peptide di dalamnya.  Secara teori kedua senyawa ini memang sama-sama
bermanfaat untuk menjaga kesehatan dan kelembaban kulit, Glycosaminoglycan
merupakan sejenis karbohidrat yang memegang peran penting dalam menjaga
jaringan penghubung antar sel sehingga kulit selalu tampak lebih kencang
(Brotowidjojo, 2011).
Mollusca termasuk hewan yang sangat berhasil menyesuaikan diri untuk
hidup di berbagai tempat dan cuaca. Sebagian mgastropoda yang hidup di daerah
hutan-hutan bakau, ada yang hidup di atas tanah yang berlumpur atau tergenang air,
ada pula yang menempel pada akar atau batang, dan memanjat, misalnya pada
littoria, Cassidula, Cerithiidae dan lain-lainnya. Pada umumnya Gastropoda lambat
pergerakannya dan bukan merupakan binatang yang berpindah-pindah. Kebanyakan
Cypraea ditemukan dibalik koral atau karang yang telah mati. Conus lebih banyak
variasinya, ada yang menempel di atas terumbu karang, di bawah karang, di atas pasir
ataupun yang membenamkan dirinya di dalam pasir. Murex ada yang hidup di atas
terumbu karang, dibalik karang atau di atas pasir. Beberapa Cypraea, Conus, Muerx
ditemukan hidup didasar laut yang dalamnya sampai ratusan meter ( Wiryono, 2012).
Huryn (1997), menjelaskan bahwa pergerakan dari bekicot dipengaruhi oleh
pencarian makanan atau tempat berlindung, adanya lahan miring, menjauhi predator,
serta struktur tubuh dan hidrodinamis. Bekicot pada umumnya hampir sama dengan
hewan multiseluler yang bergerak dengan menggunakan mucus, yang meninggalkan
cairan yang diikuti dengan berbagai tujuan yang akan berdampak pada hewan lain
(Terence, 2013).
Gastropoda (keong dan siput) termasuk Filum Moluska. Moluska adalah
kelompok hewan invertebrata yang dikenal sebagai hewan bertubuh lunak. Dalam
klasifikasi umum moluska dibagi dalam enam kelas yaitu: (1) Aplacophora, (2)
Polyplacopora, (3) Bivalvia (kerang), (4) Scapoda, (5) Cephalopoda (cumi-cumi), (6)
Gastropoda (keong dan siput) (Safrida, 2014).
Mollusca terbagi menjadi : (a). Kelas Lamellibranchiata, yaitu hewan yang
memiliki insang yang pipih berupa kepingan. Hewan ini hidup di perairan baik laut
maupun air tawar. Hewan yang termasuk dalam klas ini antara lain remis dan
Margaritifera (tiram mutiara). (b). Kelas Gastropoda, hewan ini bergerak dengan
menggunakan kaki perut. Hewan yang termasuk ke dalam klas ini antara lain
Achatina fulica (bekicot) dan Lymnea javanica. (c). Kelas Cephalopoda, ciri hewan
ini adalah memiliki tangan-tangan pada bagian kepalanya. Hewan yang termasuk ke
dalam klas ini antara lain Loligo (cumi-cumi), Sepi (sotong), dan Octopus (gurita).
(Jumhana, N. Dkk. 2006).
Dalam filum Moluska, siput telanjang dan siput setengah telanjang termasuk
dalam kelas gastropoda atau moluska bercangkang, karena kelompok siput ini
memang memiliki cangkang di dalam tubuh lunaknya (Isnaningsih, 2008). Bekicot
termasuk keong darat yang pada umumnya mempunyai kebiasaan hidup di tempat
lembab dan aktif di malam hari (nocturnal). Sifat nocturnal bekicot bukan semata-
mata ditentukan oleh factor gelap di waktu malam tetapi ditentukan oleh factor suhu
dan kelembaban lingkungannya (Mujahidin Ahmad,2013). Menurut Imroatul (2010),
karakteristik cangkang siput dengan kulit kerang baik secara fisik maupun kimia
relatif sama. Cangkang ini tersusun atas senyawa yang sama berupa kalsium karbonat
yang mencapai 89-99% . Cangkang bekicot mengalami dekomposisi termal melalui
kalsinasi pada suhu Tinggi
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 1 November 2016, Pukul
15.30 - 19.00 WITA, yang bertempat di Laboratorium Jurusan Pendidikan
Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo,
Kendari, Sulawesi Tenggara.

B. Alat Dan Bahan


1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 1. Alat dan Kegunaan
NO Alat Kegunaan
1. Alat tulis Menulis data pengamatan
2. Bendera Menandai awal pergerakan bekicot
3. Mistar Mengukur panjang bekicot dan mengukur
pergerakan bekicot (Achatina fulica)
4. Timbangan analitik Menimbang berat bekicot

2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Bekicot (Achatina fulica)
2. Tipex

C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menimbang bobot bekicot (Achatina fulica)
3. Mengukur panjang cangkang bekicot (Achatina fulica)
4. Memberi kode pada cangkang bekicot (Achatina fulica)
5. Menuju lokasi pengamatan
6. Meletakkan bekicot(Achatina fulica) sesuai urutan kode pada cangkangnya.
7. Memulai pengamatan pada pukul 16:00 WITA dengan mencatat waktu awal
pengamatan bekicot (Achatina fulica) sampai pada pukul 17:30 WITA
8. Mengamati dan mengukur jarak perpindahan bekicot (Achatina fulica) setiap
15 menit sekali.
9. Pengamatan di lakukan selama 5 kali pengukuran.
10. Mencatat hasil pengamatan.
11. Mengulangi poin 7 sampai 9, hingga pada pukul 17:30 WITA.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Pengamatan aktivitas gerak bekicot (Achatina fulica) pada lahan
dominan Tanah
Jam pengamatan Jarak perpindahan (cm)
VA VB VC VD VE
16.00 0 0 0 0 0
16.15 4 35 19 10 5
16.30 2 72 54 33 31
16.45 1 6 23 53 67
17.00 16 0 70 1 80
17.15 21 34 66 0 83
17.30 19 55 35 0 40

Grafik 1. Pengaruh Lahan dominan tanah terhadap Aktifitas gerak bekicot


(Achatina fulica).
90
jarak perpindahan (cm)

80 80 83
70 72 70
67 66
60
54 53 55 VA
50
45
40
35 34 35 VB
30 33
31
23 21
VC
20 19 16 19
10 10 VD
5
4 2 6
0 0 1 1
0 0 0 VE
16 00 16,15 16 30 16,45 17 00 17,15 17 30
waktu
Tabel 2. Pengamatan aktivitas gerak bekicot (Achatina fulica) pada lahan
rumput
Jam pengamatan Jarak perpindahan (cm)
VF VG VH VI VJ
16.00 0 0 0 0 0
16.15 31 17 12 6 20
16.30 73 12 54 34 40
16.45 77 25 45 66 46
17.00 86 22 72 73 32
17.15 102 53 112 95 12
17.30 92 63 61 78 9

Grafik 2. Pengaruh lahan rumputterhadap aktifitas gerak bekicot


(Achatina fulica).
400
12
95
350
jarak perpindahan (cm)

32
300 78
0
46 112
250 73
40 66 61 VJ
200
72 VI
34 53 63
150 54 45 VH
100 20 25 22 102 92
VG
12 77 86
6 73 VF
50 12
17
31
0 0
16 00 16,15 16 30 16,45 17 00 17,15 17 30

waktu
Tabel 3. Pengamatan rata-rata perpindahan bekicot (Achatina fulica) pada
dua perlakuan per satuan waktu.
Waktu Perlakuan dan rata-rata jarak perpindahan (cm)
pengamatan Lahan tanah ∑ M.T Lahan berumput ∑ M.T
16.00 0 0
16.15 14,6 17,2
16.30 38,4 42,6
38,36 gr 30,86 gr
16.45 30 51,6
17.00 33,4 57
17.15 40,8 74,8
17.30 29,8 60,6

Grafik 4.3. rata-rata perpindahan bekicot (Achatina fulica) pada dua perlakuan
per satuan waktu.

140
Rata-rata jarak perpindahan (cm)

120 74.8
100
57 60.6
80 42.6 51.6

60 38,36 gr
Berumput
40 40.8 Tanah
38.4
17.2 30 33.4 29.8
20
14.4 30,86 gr
0 0
16 00 16,15 16 30 16,45 17 00 17,15 17 30

Waktu
B. PEMBAHASAN

Secara morfologi, bekicot memiliki kepala yang terletak pada bagian


anterior, yang tampak terdapat 2 pasang tentakel dan juga mulut yang dilindungi
oleh sebuah cangkang. Tubuh bekicot terdapat dibawah bagian kepala yang selalu
diselubungi oleh cangkang, kaki berbentuk lebar dan pipih, terdapat pada daerah
perut yang berfungsi untuk bergerak, yang mengandung selaput mukosa dan
menghasilkan lender yang berfungsi untuk mempermudah pergerakannya.
Pergerakan bekicot yaitu secara tidak teratur arahnya, dan bergeraknya dengan
cara merambat. Dan pada bagian badan terdapat semua organ dari bekicot tersebut
yang dilindungi oleh cangkang keras yang disekresi oleh kollar, cangkang bekicot
berbentuk melingkar dan membentuk kerucut. Selanjutnya pada bagian bawah
terdapat kaki yang menyerupai perut yang digunakan sebagai alat gerak, keluarnya
kaki tersebut dari cangkangnya kadang-kadang sangat lambat jika bekicot tersebut
dipegang tetapi jika dilepaskan akan mudah keluarnya. Tentakel terdapat 2 buah
yaitu tentakel panjang dan tentakel pendek, tentakel panjang terletak diatas
tentakel pendek, pada tentakel panjang terdapat bintik mata sebagai penerima
rangsangan cahaya dan pada tentakel dibawahnya berfungsi sebagai indra pembau,
dibawahnya tentakel tersebut terdapat mulut yang berfungsi untuk mendapatkan
makanan, dan disamping atas tentakel panjang terdapat vagina, warnanya putih
dan pada saat kawin akan terlihat lebih putih dan mengeluarkan busa sehingga
akan lebih mudah untuk diamati.
Menurut Wiryono (2006), Tubuh mollusca terdiri dari tiga bagian utama
yaitu, kaki merupakan penjulur bagian ventral tubuhnya yang berotot. Kaki
berfungsi untuk bergerak merayap atau menggali. Pada beberapa molluska kakinya
ada yang termodifikasi menjadi tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa.
Massa viseral adalah bagian tubuh mollusca yang lunak, massa viseral merupakan
kumpulan sebagaian besar organ tubuh seperti pencernaan, ekskresi, dan
reproduksi. Mantel membentuk rongga mantel yang berisi cairan. Cairan tersebut
merupakan lubang insang, lubang ekskresi, dan anus. Selain itu, mantel dapat
mensekresikan bahan penyusun cangkang pada mollusca bercangkang, yang
disebut dengan kollar. Hal yang serupa juga dikemukakan oleh, Howells (2005),
yang mengatakan bahwa, bentuk cangkang keong pada umumnya seperti kerucut
dari tabung yang melingkar seperti konde (gelung, whorl). Puncak kerucut
merupakan bagian yang tertua, disebut apex. Sumbu kerucut disebut columella.
Gelung terbesar disebut body whorl dan gelung-gelung di atasnya disebut spire
(ulir). Alat indera pada keong meliputi mata, tentakel, osphradia dan statocyt.
Mata sederhana atau kompleks, biasanya terletak di pangkal tentakel yang
berfungsi untuk mendeteksi perubahan intensitas cahaya. Tentakel sepasang atau
dua pasang, selain mata terdapat sel peraba dan chemoreceptor serta mulut yang
berada pada bagian dibawah tentakel yang berfungsi sebagai peraba.
Berdasarkan hasil pengamatan diatas didapatkan bahwa pada lahan
dominan tanah, lima belas menit pertama bekicot bergerak dengan rata-rata 14,6
cm, kemudian lima belas menit kedua ditemukan kenaikan pergerakan bekicot
dengan rata-rata 38,4, kemudian pada lima belas menit ketiga didapatkan rata-rata
yang menurun menjadi 30 cm, lalu pada lima belas menit keempat dan kelima
mengalami kenaikan menjadi 33,4 cm dan 40,8 cm, tetapi pada lima belas menit
terakhir ditemukan penurunan pergerakan bekicot menjadi 29,8 cm. Sedangkan
pada lahan dominan rumput, lima belas menit pertama bekicot bergerak dengan
rata-rata 17,2 cm, kemudian pada lima belas menit kedua sampai kelima
ditemukan kenaikan pergerakan secara terus menerus menjadi 42,6 cm, 51,8 cm,
57 cm, dan 74,8 cm. Serta pada lima belas menit terakhir ditemukan penurunan
menjadi 60,6 cm. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut dapat dijelaskan bahwa
pada lahan dominan tanah dan dominan rumput ditemukan perbedaan pergerakan
dari bekicot dimana pada lahan dominan rumput bekicot lebih aktif bergerak dari
pada bekicot yang berada dilahan dominan tanah. Serta pergerakan bekicot juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya mencari makanan, mencari tempat
berlindung, menjauhi predator, serta kondisi struktur tubuh.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bekicot (Achantina fulica) mempunyai tubuh yang lunak, dengan
kondisi seperti itu memungkinkan tubuhnya untuk berubah bentuk yang tidak
tetap. Hal ini disebabkan adanya otot-otot pada tubuhnya. Sebagai
konsenkuesinya, bagian tubunhya khususnya kepa-la sulitdiamati. Kepala
tersebut menjadi satu dengan kaki (podos) dan perut (gaster), dan bisa diamati
dengan jelas ketika Bekicot (Achantina fulica) melakukan aktivitas
pergerakan. Bagian kepalanya dapat dibedakan dengan jelas. Ditunjukkan
dengan bagian yang membulat dan muncul 2 pasang tentakel. Sepasang
tentakel yang berukuran panjang dan sepasang lagi yang berukuran pendek.
Jika diamati, ternyata kedua pasang tentakel itu bisa dipanjang pendekkan.
Menurut Hadmadi (1984) tentakel tersebut mempunyai fungsi yang
berbeda, tentakel pendek difungsikan sebagai alat peraba sedangkan tentakel
panjang difungsikan sebagai indra penglihatan, pada tentakel ini titik mata
untuk membedakan terang dan gelap. Dan dibagian mulut ini juga terdapat
mulut. Mulut tersebut terdapat dibagian bawah tengah yang terdapat lidah
parut dan gigi rahang.

B. Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan adalah sebaiknya praktikum ini
dilakukan ditempat yang lebih luas sehingga kelompok praktikan yang
berbeda tidak saling bertabrakan dan mengganggu masing-masing kelompok
DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjojo, Mukayat Djarubito. 2011. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.

Huryn, A.D., and M.W. Denny. 1997. A biomechanichal hypotrhesis explaining


upstream movement by the freshwater snail Elimia. Functional Ecology. Vol
11:472-483.

Jumhana, N. Dkk. 2006. Konsep Dasar Biologi. Bandung: UPI PRESS.

Imroatul Qoniah, Didik Prasetyoko ,2010.Penggunaan Cangkang Bekicot Sebagai


Katalis Untuk Reaksi Transesterifikasi Refined Palm Oil. Prosiding Skripsi .
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam ,Institut
Teknologi Sepuluh Nopember

Isnaningsih, 2008. Siput Telanjang (Slug) Sebagai Hama Tanaman Budidaya. Fauna
Indonesia. Vol 8(2):1-10.

Mujahidin Ahmad,2013. Petunjuk Praktikum Tingkah Laku Hewan. Jurusan Biologi,


Fakultas Sains Dan Teknologi, Universitas Islam Negeri (Uin) Maulana Malik
Ibrahim

Rusyana, adum. 2011. Zoologi invertebrata. Bandung, penerbit alfabeta.

Safrida, 2014 Pengenalan Struktur Morfologi Dan Anatomi Keong Tutut (Bellamya
Javanica V.D Bush 1844) Sebagai Penunjang Praktikum Materi Invertebrata
Sma Kurikulum 2013. Seminar Nasional Basic Science VI F-MIPA UNPATTI.

Terence, P.T., et all. 2013. Snails and Their Trails: the multiple functions of trail-
following in gastropods. Biological Reviews. Vol 88: 683-700.

Wiryono. 2012. Pengaruh Bekicot (Achatina fulica) Terhadap Pertumbuhan Tanaman


lamtoro (Leuceina leuchocepala) dan Turi (Sesbania grandiflora) Pada Media
Tanam Bekas Penambangan Batu Bara. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia.
Volume 8. No.I. Hal : 50-56.

Anda mungkin juga menyukai