Anda di halaman 1dari 21

PENELITIAN AL-QUR’AN DAN HADIST DI DUSUN CURUP

OLEH:
SYUKRON RAHMAD RAMADHAN
NIM. 22521034

KPI 1B

DOSEN PENGAMPUH:
ANRIAL, M.Ag

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAIN) CURUP 2022/2023
KATA PENGANTAR
ِ ْ‫ال َّر ِح ِيم الرَّح‬
‫من هللاِ بِس ِْم‬
Assallamualikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
penelitian yang berjudul “Penelitian Al- Qur’an dan hadist di Dusun Curup )” ini dapat
diselesaikan sesuai dengan waktu yang di rencanakan. Makalah ini di ajukan untuk
memenuhi tugas mata kuliah bahasa arab dengan dosen pengampu Anrial, M. Ag.
Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Rasulullah SAW beserta
keluarga. Semoga kita mendapat safaatnya di Yaumil Akhir nanti Amin. Di dalam
penulisan makalah ini tidak terlepas dari berbagai kesulitan-kesulitan dalam
menyelesaikannya. Namun berkat bantuan yang Maha Kuasa dan dari semua pihak
serta dengan usaha yang maksimal sesuai kemampuan kami, akhirnya makalah ini
dapat di selesaikan dengan baik.
Saya menyadari penulisan penelitian ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan baik dari isi maupun tata cara penulisan. Untuk itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Curup,02 Januari 2023

Syukron Rahmad Ramadhan


NIM. 22521034

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................................ii

KATA PENGANTAR............................................................................................................ ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................... 1

A. Latar Belakang......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................3

A. Pengertian Al-Qur’an dan Hadist.............................................................................3

B. Aspek-aspek Kajian Dalam Studi Al-Qur’an dan Hadits.................................. 5

C. Metodologi Studi Al-qur’an dan Hadist...............................................................8

D. Penelitian Al-Qur’an dan Hadist di Dusun Curup................................................. 10

BAB III PENUTUP...............................................................................................................15

A. Kesimpulan............................................................................................................ 15

B. Saran.......................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an dan hadits adalah sumber dari berbagai sumber yang
utama dalam segala aspek kehidupan masyarakat muslim. Selain itu, setiap
ummat muslim wajib baginya dalam mengimani dan mengkajinya dalam
rangka memahami dan mempraktikkan apa yang telah dipelajari sebagai
bentuk ibadah kepada Allah Swt. Mengingat bahwasanya al-Qur’an dan
hadits menggunakan bahasa arab, maka perlu bagi para pengkaji atau
peneliti studi al-Qur’an dan hadits memperhatikan beberapa aspek baik
dari kompetensi dirinya sendiri maupun aspek yang menjadi alat untuk
menelitinya. Aspek tersebut berada dalam suatu disiplin ilmu tertentu,
yaitu ‘ulum al-Qur’an dan ‘ulum al-Hadits. Adapun konten dari kedua
keilmuan tersebut seperti definisi al-Qur’an dan hadits, asbab al-Nuzul dan
asbab al-Wurud, nasakh wa al-Mansukh dalam al-Qur’an dan hadits, ayat
amr dan nahi, ayat ahkam dan mutasyabih, pun juga menjadi disiplin
keilmuan dalam al-Qur’an yang berdiri sendiri adalah ilmu qira’at al-
Qur’an. Sedangkan dalam ilmu hadits mempelajari tentang ta’rif al-Hadits
dalam redaksi dan periwayatan seperti sanad, matan dan rawi, rijal al-
Hadits, kualitas hadits seperti sahih, hasan dan dhaif dsb. Sampai saat ini,
model-model penelitian yang dibawa oleh beberapa tokoh al-Qur’an dan
hadits selalu mengerucut pada penelitian kualitatif yang berbentuk kajian
kepustakaan (library research). Sehingga dalam penyajian analisisnya
berbentuk deskriptif kualitatif. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa metode
kajian studinya sebagaimana al-Qur’an menggunakan studi penafsiran
riwayah dan dirayah. Sedangkan hadits lebih menggunakan eksploratif
dan komparatif (dalam al-Qur’an masuk pada ranah dirayah). Sehingga
dalam perwujudannya tidak jarang peneliti atau orang yang sedang
melakukan kajian studinya selalu membuktikan kebenaran al-Qur’an dari
masa ke masa dengan deskripsi dari hasil eksplorasi berbagai literatur baik
dari kitab-kitab tafsir maupun syarh hadits itu sendiri. Serta apabila
metode studi al-Qur’an diadopsi pada studi pendidikan (tarbawi) maka
akan memberikan kontribusi atau sumbangsih yang kuat terhadap pondasi
pendidikan Islam dari berbagai sudut pandang mufassiriin.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan Al- Qur’an dan Hadist?
2. Apa saja aspek Kajian dalam Studi Al-Qur’an dan Hadits?

3. Apa Metodologi Studi Al-Qur’an dan Hadits?

4. Bagaimana Penelitian Al-Qur’an dan Hadist di Dusun Curup?

C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui Pengertian Al- Qur’an dan Hadist
2. Mengetahui aspek-aspek Kajian Dalam Studi Al-Qur’an dan Hadits

3. Mengetahui Metodologi Studi Al-Qur’an dan Hadits

4. Mengetahui hasil Penelitian mengenai Al-Qur’an dan Hadist di Dusun Curup


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Quran dan Hadist

1. Pengertian Al-Quran

Al-Quran merupakan istilah dari bahasa arab yang memiliki arti bacaan. Al-
Quran diturunkan oleh Allah melalui malaikat Jibril. Al-Quran diturunkan secara
berangsur-angsur di kota besar Mekah dan Madinah sejak tahun 610 M sampai
kematian Nabi Muhammad tiba yaitu pada tahun 632 M.

Istilah Al-Quran berasal dari kata kerja qara’a yang artinya membaca. Istilah Al-
Quran juga tertulis di dalam Al-Quran itu sendiri, bahkan istilah Al-Quran muncul
sebanyak 70 kali, salah satunya tercantum dalam surat At-taubah ayat 111 yang
berbunyi,

‫اِ َّن هّٰللا َ ا ْشت َٰرى ِمنَ ْال ُمْؤ ِمنِ ْينَ اَ ْنفُ َسهُ ْم َواَ ْم َوالَهُ ْم بِا َ َّن لَهُ ُم ْال َجنَّ ۗةَ يُقَاتِلُوْ نَ فِ ْي َسبِ ْي ِل هّٰللا ِ فَيَ ْقتُلُوْ نَ َويُ ْقتَلُوْ نَ َو ْعدًا َعلَ ْي ِه َحقًّا فِى التَّوْ ٰرى ِة‬
‫ك هُ َو ْالفَوْ ُز ْال َع ِظ ْي ُم‬َ ِ‫َوااْل ِ ْن ِج ْي ِل َو ْالقُرْ ٰا ۗ ِن َو َم ْن اَوْ ٰفى بِ َع ْه ِد ٖه ِمنَ هّٰللا ِ فَا ْستَ ْب ِشرُوْ ا بِبَ ْي ِع ُك ُم الَّ ِذيْ بَايَ ْعتُ ْم بِ ٖ ۗه َو ٰذل‬

“Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri mau-pun harta
mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah;
sehingga mereka membunuh atau terbunuh, (sebagai) janji yang benar dari Allah di
dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain
Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan
demikian itulah kemenangan yang agung.”

Isi atau tubuh dari Al-Quran disusun dalam bentuk bahasa Arab Klasik, hal ini juga
diyakini merupakan transkrip literal dari Allah SWT yang kemurnian atau keasliannya
sangat terjaga. Hal ini bahkan dijanjikan dalam Al-Quran itu sendiri pada surat Al-
Buruj ayat 21-22 yang berbunyi:

‫ح َّمحْ فُوْ ٍظ‬ ۙ ٰ


ٍ ْ‫بَلْ هُ َو قُرْ ا ٌن َّم ِج ْي ٌدفِ ْي لَو‬
“Bahkan (yang didustakan itu) ialah Al-Quran yang mulia.”
“Yang (tersimpan) dalam (tempat) yang terjaga (Lauh Mahfuzh).”

Tentunya, kata Al-Quran yang muncul ini dalam bentuk yang berbeda dengan
berbagai arti. Banyak ahli yang mengatakan bahwa istilah Al-Quran merupakan
padanan dalam bahasa Syiria yang artinya adalah ‘membaca kitab suci atau pelajaran’.
Terlepas dari itu, kata Al-Quran menjadi istilah dalam bahasa Arab.

Dalam ayat lain. istilah Al-Quran merujuk pada satu hal yang dibacakan oleh Nabi
Muhammad. Konteks ini terlihat dalam surat Al-Araf ayat 203-204 yang berbunyi,

َ‫ص ۤا ِٕى ُر ِم ْن َّربِّ ُك ْم َوهُدًى و ََّرحْ َمةٌ لِّقَوْ ٍم يُّْؤ ِمنُوْ ن‬ َّ َ‫َواِ َذا لَ ْم تَْأتِ ِه ْم بِ ٰايَ ٍة قَالُوْ ا لَوْ اَل اجْ تَبَ ْيتَهَ ۗا قُلْ اِنَّ َمٓا اَتَّبِ ُع َما يُوْ ٰ ٓحى اِل‬
َ َ‫ي ِم ْن َّرب ۗ ِّْي ٰه َذا ب‬
ِ ‫َواِ َذا قُ ِرَئ ْالقُرْ ٰانُ فَا ْستَ ِمعُوْ ا لَهٗ َواَ ْن‬
َ‫صتُوْ ا لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُموْ ن‬

“Dan apabila engkau (Muhammad) tidak membacakan suatu ayat kepada mereka,
mereka berkata, “Mengapa tidak engkau buat sendiri ayat itu?” Katakanlah
(Muhammad), “Sesungguhnya aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan Tuhanku
kepadaku. (Al-Qur’an) ini adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman.”

“Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah dan diamlah, agar kamu
mendapat rahmat.”

Al-Quran menggambarkan dirinya sendiri sebagai pembeda atau Al-Furqan, kitab


utama atau Ummul Kitab, Penuntun atau Huda, kebijaksanaan atau Hikmah,
Pengingat atau Dzikir, dan sesuatu yang diturunkan dari tempat yang lebih tinggi ke
tempat yang rendah atau Tanzil.

2. Pengertian Hadist

Istilah hadits berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti berita atau cerita,
atau wacana. Hadits adalah catatan tradisi atau ucapan-ucapan Nabi Muhammad.
Umat muslim meyakini bahwa hadits merupakan kata-kata, dan juga perbuatan serta
persetujuan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad. Ketika hadits-hadits ini
terkumpul, maka muncul gambaran yang lebih besar atau disebut dengan sunnah.
Hadits ini diterima oleh umat muslim sebagai sumber hukum agama dan pedoman
moral setelah Al-Quran. Hadits atau sunnah ini bisa didefinisikan sebagai biografi
Nabi Muhammad yang diabadikan oleh ingatan para sahabat-sahabatnya.
Perkembangan hadits adalah elemen paling penting selama tiga abad pertama dalam
sejarah islam.

Hadits juga disebut sebagai tulang punggung dalam peradaban islam dan di dalam
agama islam otoritas hadits sebagai sumber hukum agama dan pedoman hidup
menempati urutan kedua setelah kitab suci Al-Quran. Otoritas hadits berasal dari Al-
Quran yang memerintahkan umat islam untuk mentaati dan mengikuti ucapan Nabi
Muhammad. Hal ini tertera dalam surat An-nur ayat 54 dan surat Al-Ahzab ayat 21,
yang berbunyi,

‫قُلْ اَ ِط ْيعُوا هّٰللا َ َواَ ِط ْيعُوا ال َّرسُوْ ۚ َل فَا ِ ْن تَ َولَّوْ ا فَاِنَّ َما َعلَ ْي ِه َما ُح ِّم َل َو َعلَ ْي ُك ْم َّما ُح ِّم ْلتُ ۗ ْم َواِ ْن تُ ِط ْيعُوْ هُ تَ ْهتَ ُدوْ ۗا َو َما َعلَى ال َّرسُوْ ِل ِااَّل ْالبَ ٰل ُغ‬
ُ‫ْال ُمبِيْن‬

“Katakanlah, “Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul; jika kamu berpaling,
maka sesungguhnya kewajiban Rasul (Muhammad) itu hanyalah apa yang
dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu hanyalah apa yang dibebankan
kepadamu. Jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Kewajiban
Rasul hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan jelas.”

‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِ ْي َرسُوْ ِل هّٰللا ِ اُ ْس َوةٌ َح َسنَةٌ لِّ َم ْن َكانَ يَرْ جُوا هّٰللا َ َو ْاليَوْ َم ااْل ٰ ِخ َر َو َذ َك َر هّٰللا َ َكثِ ْير ًۗا‬

“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak
mengingat Allah.”

Meskipun jumlah ayat yang berkaitan dengan hukum dalam Al-Quran tidak terlalu banyak,
hadits memberikan arahan tentang segala hal mulai dari rincian kewajiban ritual seperti
mandi, wudhu, dan tata cara sholat, sampai bentuk salam yang benar hingga pentingnya
berbuat baik kepada para budak. Jadi, sebagian besar aturan syariah atau hukum islam berasal
dari hadits, bukan dari Al-Quran.

B. Aspek-aspek Kajian Dalam Studi Al-Qur’an dan Hadits


Menjadi ciri khas tersendiri bagi para peneliti al-Qur’an dan hadits yang
menempatkan corak tersendiri dalam kajiannya. Bahkan dalam hal ihwal kajian yang lainnya,
aspek-aspek yang menjadi tahap metodologi studinya sebagian bahkan semuanya diadopsi
oleh kajian keilmuan yang berada diluar al-Qur’an dan hadits atau bahkan pengembangan
keilmuannya.

Posisi al-Qur’an adalah sebuah sumber yang paling utama dari


sumber-sumber yang lainnya. Literasi utama sebagai pijakan, dan bahkan
menjadi pengembangan dalam keilmuan dari Qur’an sendiri atau bahkan
alat pengembangan keilmuan dari disiplin ilmu yang lain baik yang
bersumber pada al-Qur’an itu sendiri ataupun tidak. Adapun bentuk
kajian studi dari al-Qur’an sendiri penulis bagi menjadi 2. Yaitu kajian
ilmu qira’at al-Qur’an dan ilmu tafsir al-Qur’an. Selanjutnya, pada
kajian qira’at al-Qur’an adalah kajian disiplin ilmu tartil al-Qur’an.
Sejarah singkatnya, ilmu qira’at al-Qur’an dimulai dari Rasulullah Saw
sendiri yang ber talaqqi kepada Jibril as. Maksudnya dalam membaca al-
Qur’an dituntun dengan perlahan-lahan bagaikan anak TK belajar
mengingat huruf alphabet. Dalam keilmuan qira’at al-Qur’an pada saat
itu, aspek yang diperhatikan di dalamnya adalah tentang makharij al-
Huruf, sifat al-Huruf, ahkam al-Huruf, ahkam al-Mad wa al-
Qasr, mura’at al-Huruf wa al-Harakat, mura’at al-Ayat wa al-
Kalimat, ini kaidah dasar yang disusun oleh para periwayat al-Qur’an
dalam satu tariqah. Adapun yang tadi penulis sebutkan tadi adalah induk
cabang dari ilmu qira’at al-Qur’an yang diusung oleh imam ‘Asim
riwayat Hafs dan tepat pada abad ke-21, sanad keilmuan dalam qira’at
al-Qur’an dari jalur imam ‘Asim riwayat Hafs. Dari keterangan
tersebut belum lagi adanya riwayat dari para imam sebab efek daripada
Hadits Rasulullah Saw tentang al-Ahruf al-Sab’ah. Dalam hadits ini
terdapat 21 sahabat yang meriwayatkannya17. Salah satunya adalah
hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Umar bin Khattab yang secara
singkat pada saat itu, Umar sangat heran dengan tingkah laku Hisyam bin
Hakim sebab pada saat shalat, Hisyam membaca surat al-Furqan dengan
banyak huruf yang belum Umar dengar. Hingga sampai salam shalat,
Umar menarik selendang dari Hisyam, dan Umar menanyakan tentang
siapakah yang mengajarkannya dalam membaca surat al-Furqa>n
tersebut? Dengan tegas Hisyam menjawab dari Rasulullah Saw. Sampai-
sampai Umar tak percaya, akhirnya membawanya ia ke Rasulullah. Setiba
menghadap Rasulullah Saw, Umar mengadukannya dan pada saat itu,
Rasulullah Saw menyuruh Hisyam untuk membacanya. Selepas membaca surat tersebut,
Rasulullah bersabda: “Begitulah surat tersebut diturunkan. Sesungguhnya al Qur’an
diturunkan dengan 7 huruf, maka bacalah dengan huruf yang mudah bagimu”. Sehingga pada
singkat ceritanya, terdapat banyak ilmu qiraat dari beberapa periwayat, dan periwayat
tersebut membacakan dengan huruf- huruf yang berbeda dan pada akhirnya mengerucut
menjadi 7 periwayat Al-Qur’an pada masa tabi’in meskipun ada yang berpendapat terdapat
14 riwayat dan 4 riwayat tersebut kurang begitu kuat, lalu mengerucut menjadi 10 riwayat
dan 3 riwayat tersebut memiliki sanad keilmuan yang ahad, dan yang mutawatir inilah yang
dinamakan 7 riwayat dalam ilmu qiraat al Qur’an. Antara lain adalah:

1. Ibn ‘Amir, seorang qadhi di Damaskus pada masa pemerintahan Al- Walid bin Abd. Malik.
Nama panggilannya adalah Abu ‘Imran. Adalah seorang tabi’in dan mengambil qira`at dari
al-Mughîrah Abî Syihâb al- Makhzumi, dari ‘Usmân bin ‘Affân, dan dari Rasulullah SAW.
Beliau wafat di Damaskus pada tahun 118 H. Dua orang perawinya adalah Hisyam dan Ibn
Zakwân.

2. Ibn Katsir. Dia juga seorang tabi’in dan bertemu dengan Abdullah bin Zubair, Abu Ayyub
al-Anshari dan Anas in Malik. Beliau wafat di Mekkah tahun 120 H. Dua orang perawinya
adalah al-Bazi dan Qunbul.

3. ‘Ashim al-Kufi. Beliau adalah seorang tabi’in dan wafat di Kufah tahun 128 H. Dua orang
perawinya adalah Syu’bah dan Hafsh.

4. Abu Amr. Ada yang mengatakan bahwa namanya adalah Yahya dan dikatakan bahwa
namanya adalah kunyahnya. Beliau wafat di Kufah tahun 154 H. Dua orang perawinya
adalah al-Daurî dan al-Susi.

5. Hamzah al-Kufi. Beliau wafat di Halwân tahun 156 H pada masa pemerintahan Abu Ja’far
al-Manshûr. Dua orang perawinya adalah Khalaf dan Khalad.
6. Nafi’. Beliau berasal dari Isfahan dan wafat di Madinah tahun 169 H. Dua orang
Perawinya adalah Qâlûn dan Warasy.

7. Al-Kisa’i, seorang imam ilmu Nahwu di Kufah. Beliau di beri gelar dengan Abû al Hasan.
Dinamakan al-Kisâi karena beliau memakai “kisâ’ ketika ihram. Dia wafat di Barnabawaih,
sebuah desa di Ray ketika menuju ke Khurâsân bersama dengan Rasyîd tahun 189 H.

C. Metodologi Studi Al-Qur’an dan Hadits

Peran al-Qur’an dan hadits tidak bisa dipungkiri dalam perkembangannya. Hingga
para akademisi yang sampai saat ini tetap giat dalam meneliti tentangnya menjadi sebuah
karya nyata dan selalu eksis dalam popularitas akademiknya. Sehingga dari semua kalangan
baik dari kalangan akademisi tersendiri hingga diluar wilayah tersebut menikmati buah
karyanya. Hal tersebut dalam prosesnya juga menemui tantangan tersendiri sebagaimana Ali
Ridho dalam konsepnya adalah survivalitas. adalah karakter yang harus dibawa oleh peneliti
dalam meneliti al-Qur’an dan hadits. Dalam metodologi studi al-Qur’an, Abuddin Nata
mengenalkan beberapa metodenya dengan menyandarkan terhadap para tokoh al-Qur’an itu
sendiri. Adapun model-model tersebut adalah sebagai berikut:

1. Model Quraish Shihab

Quraish Shihab dalam keterangannya memberikan penjelasan


bahwasanya Rasulullah Saw selain menerima wahyu dari Allah, Rasul
juga memberikan keterangan atau penjelasan detail atas ayat atau
kalimat di dalam al-Qur’an yang masih memerlukan penjelasannya.
Inilah fungsi dari hadits itu sendiri. Dalam penelitian Quraish Shihab, bahwasanya corak
penafsiran yang dibawa olehnya terdapat 5 corak. (a) corak sastra, yaitu bermula dari
kebanyakan orang arab yang kurang menguasai ilmu sastra bahasa Arab, sehingga dirasa
perlu dalam mengetahui keistimewahan dan arti yang mendalam dari al-Qur’an itu sendiri.
(b) corak filsafat dan teologi, karena sebab masih ada kontaminasi dari agama lain yang
sebelumnya yang masih dibawa oleh sebagian masyarakat pada waktu itu dan masih
mempercayai kepercayaan lama, sehingga terdapat pendapat tentang setuju atau tidaknya
tersebut. (c) corak penafsiran ilmiah, yaitu adalah sebagai usaha untuk menafsirkan al-
Qur’an sesuai dengan perkembangan zaman. (d) corak fiqih atau hukum, hadir akibat
berkembangnya tentang ajaran-ajaran yang berkaitan dengan hukum, munculnya beberapa
mazhab fiqih dan banyak para ulama mencoba untuk membuktikan kebenaran
ajarannya dari berbagai sudut pandang penafsiran ayat-ayat tentang
hukum (e) corak tasawuf, akibat munculnya gerakan-gerakan sufi
sebagai reaksi terhadap kecenderungan dari berbagai pihak terhadap
materi. Sedangkan dalam metode-metodenya, Quraish Shihab menegaskan tentang klasifikasi
corak penafsiran. Yaitu corak riwayat (bi al-Ma’tsur) dan corak penalaran. Ketika berbicara
corak bi al- Ma’tsur, maka periwayatan ini adalah mencari pendapat pendapat dari para
mufassirin sebelumnya. Sebagaimana Umar bin Khattab yang kurang memahami tentang kata
takhawwuf dari keterangan Rasulullah, yang akhirnya dijawab oleh orang Arab dari kabilah
Huzail. Metode penalaran, disini Quraish Shihab mencontohkan beberapa metode antara lain
metode tahlili (meninjau kandungan ayat al-Qur’an dari berbagai aspek), Metode ijmali
(menafsirkan ayat secara global), metode muqarin (perbandingan ayat atau surat), dan metode
maudhu’i (tematik)25.

2. Model Ahmad al-Syarbashi

Yang dilakukan al-Syarbashi dalam penelitian tafsirnya menggunakan deskriptif,


eksploratif dan analisis. Sebagaimana Quraish Shihab, ia mengacu pada referensi para ulama
tafsir seperti Ibn Jarir, al-Suyuti, al-Zamakhsyari dll. Dalam penelitiannya, ia menemukan
beberapa bidang kajian, yaitu sejarah penafsiran al- Qur’an; mengenai corak tafsir tentang
tafsir ilmiah, tafsir sufi dan tafsir politik; serta gerakan pembenahan di bidang tafsir. Sebuah
terobosan yang baru tentang pembenahan di bidang tafsir. Karena dalam perkembangannya,
keilmuan tafsir al Qur’an perlu diberikan kesan yang berbeda sebab keadaan, zaman, tempat
atau wilayah dan adat istiadat. Sehingga menjadi pembuktian tersendiri dari al-Syarbashi
bahwasanya al-Qur’an lah satu-satunya induk referensi yang bisa memposisikan dirinya
kapanpun tanpa ada stagnansi dalam perkembangannya.

3. Model Muhammad al-Ghazali

Metode yang digunakan dalam penelitian atau penafsiran al-Qur’an, menurut al-
Ghazali menggunakan 2 metode, yaitu metode klasik dan modern. Adapun metode klasik
adalah mengikuti penafsiran yang dilakukan oleh para ‘ulama zaman sebelumnya. Yaitu
dengan memahami makna dan kandungan yang ada di dalam al Qur’an. Sehingga metode
klasik inilah yang juga disebut dengan metode
memahami al-Qur’an itu sendiri27. Sedangkan metode modern
menurutnya adalah berangkat dari metode-metode sebelumnya yang terbilang lemah.
Sehingga menurut al-Ghazali, metode modern dalam praktiknya menggunakan pendekatan
atsariyyah atau tafsir bi al- Ma’tsur. Model studi penelitian yang diungkapkan oleh ketiga
tokoh tersebut, menjadikan Amin Abdullah mengomentari tentang beberapa metode dalam
meneliti dan atau menafsirkan al-Qur’an. Menurutnya, metode penafsiran pada zaman
modern ini masih ada kontaminasi dari warisan metode pada zaman sebelumnya yaitu
mendominasinya penafsiran al-Qur’an secara leksiografis (lughawi)28. Meski begitu, ketika
ia memahami tafsir modern karya ‘Aisyah Abd. Rahman yang berjudul al-Tafsir al-Bayan li
al-Qur’an al-Karim, Amin menuturkan bahwasanya karya tersebut menggunakan metode
komparatif dalam memahami dan menafsirkan suatu kosakata dalam al-Qur’an29.
Ringkasnya, metode dalam melakukan suatu kajian atau penelitian al-Qur’an secara garis
besar menggunakan metode dirayah dan riwayah. Selanjutnya dalam penelitian atau kajian
suatu hadits, Abuddin Nata juga membagi menjadi 4 model, yang mana dari ke empat model
tersebut memunculkan banyak metode. Sebab dalam kajian atau penelitian hadits sendiri
perlu disadari bahwasanya fungsi daripada hadits itu sendiri sebagai bayan al-Tafsir. yaitu
berfungsi sebagai menafsirkan al-Qur’an atau bahkan menguatkan (bayan taqrir atau ta’kid).

D. Penelitian Al-Qur’an dan Hadist di Dusun Curup

Objek penelitian ini adalah warga dusun Curup. Berikut hasil wawancara beberapa warga
Dusun Curup:

1. Bapak Wawan 47 tahun

Syukron : “Assalamualaikum maaf dengan bapak siapa?”

Bapak Wawan: “ Saya Bapak Wawan”

Syukron : “ Baik Bapak apakah saya boleh mewawancarai bapak mengenai Al-Qur’an
dan Hadist?’

Bapak Wawan: “ iya boleh”

Syukron :“Bagaimana pemahaman anda mengenai Al- quran dan Hadist?”


Bapak Wawan: “ Yang saya ketahui Al-Qur’an adalah kitab suci umat islam dimana
isinya tidak bisa dirubah dan merupakan kitab suci paling sempurna sedangkan Hadist
saya kurang”

Syukron : “ Apakah Bapak bisa membaca Al-Qur’an?”

Bapak Wawan: “ Alhamdulillah Bisa tapi tajwidnya belum pas dan sedang dipelajari
sekarang”

Syukron : “ Apa pendapat dan harapan bapak mengenai pengadaan pengajian di Dusun
Curup ini?”

Bapak Wawan : “ Setuju karena sangat bagus untuk masyarakat disini contohnya saya
yang lagi mempelajari dan memperlancar bacaan Al-Qur’an”

Syukron : “ Baik pak terimakasih atas waktunya”

Bapak Wawan: “ Iya sama-sama”

Syukron: “Wassalamualaikum pak”

Bapak Wawan: “ waalaikumsalam”

2. Bapak Toni 56 tahun

Syukron : “Assalamualaikum maaf dengan bapak siapa?”

Bapak Toni: “ Saya Bapak Toni”

Syukron : “ Baik Bapak apakah saya boleh mewawancarai bapak mengenai Al-Qur’an
dan Hadist?’

Bapak Toni: “ iya tentu saja”

Syukron :“Bagaimana pemahaman bapak mengenai Al- quran dan Hadist?”

Bapak Toni: “ Al-quran adalah pedoman hidup, Hadist itu ucapan atau perbuatan nabi”

Syukron : “ Apakah Bapak bisa membaca Al-Qur’an dengan tajwid?”


Bapak Toni: “ Alhamdulillah Bisa ”

Syukron : “ Apa pendapat dan harapan bapak mengenai pengadaan pengajian di Dusun
Curup ini?”

Bapak Toni : “ sangat setuju karena sangat bagus untuk masyarakat disini”

Syukron : “ Baik pak terimakasih atas waktunya”

Bapak Toni: “ Iya sama-sama”

Syukron: “Wassalamualaikum”

Bapak Toni: “ waalaikumsalam”

3. Ibu Aisyah 32 tahun

Syukron : “Assalamualaikum maaf dengan Ibu siapa?”

Ibu Aisyah: “ Saya Ibu Aisyah”

Syukron : “ Baik Ibu apakah saya boleh mewawancarai mengenai Al-Qur’an dan
Hadist?’

Ibu Aisyah: “ iya boleh”

Syukron :“Bagaimana pemahaman Ibu mengenai Al- quran dan Hadist?”

Ibu Aisyah: “ Al-qur’an itu kitab suci kita umat islam kalau hadist perbuatan atau ucapan
dari Rasullalah SAW”

Syukron : “ Apakah Ibu bisa membaca Al-Qur’an?”

Ibu Aisyah: “ Untuk sekarang saya masih belum lancar membaca Al- Qur’an”

Syukron : “ Apa pendapat dan harapan bapak mengenai pengadaan pengajian di Dusun
Curup ini?”
Ibu Aisyah: “Bagus sekali, saya sangat setuju, karena dapat membantu kami untuk
memperlancar bacaan Al-Qur’an”

Syukron : “ Baik Bu terimakasih atas waktunya”

Ibu Aisyah: “ Iya sama-sama”

Syukron: “Wassalamualaikum Bu”

Ibu Aisyah: “ waalaikumsalam”

4. Tina 22 tahun

Syukron : “Assalamualaikum maaf dengan saudari siapa?”

Tina: “ Saya Tina”

Syukron : “ Baik apakah saya boleh mewawancarai mengenai Al-Qur’an dan Hadist?’

Tina: “ iya boleh”

Syukron :“Bagaimana pemahaman saudari mengenai Al- quran dan Hadist?”

Tina: “ Al-qur’an itu kitab suci kita umat islam yang paling sempurna kalau hadist
merupakan perbuatan atau ucapan dari Rasullalah SAW”

Syukron : “ Apakah saudari bisa membaca Al-Qur’an?”

Tina: “ Bisa hanya saja tajwidnya belum lancar”

Syukron : “ Apa pendapat dan harapan bapak mengenai pengadaan pengajian di Dusun
Curup ini?”

Tina: “Saya sangat setuju, karena dapat membantu kami untuk memperlancar bacaan Al-
Qur’an dan mempererat silaturahmi”

Syukron : “ Baik terimakasih atas waktunya”

Tina: “ Iya sama-sama”


Syukron: “Wassalamualaikum”

Tina: “ waalaikumsalam”

5. Aurel 15 tahun

Syukron : “Assalamualaikum maaf dengan adek siapa?”

Aurel: “ Saya Aurel kak”

Syukron : “ Baik dek apakah saya boleh mewawancarai mengenai Al-Qur’an dan
Hadist?’

Aurel: “ iya boleh kak”

Syukron :“Bagaimana pemahaman adek mengenai Al- quran dan Hadist?”

Aurel: “ Al-qur’an itu yang sering saya baca disekolah, kalau hadist saya tidak tahu ”

Syukron : “ Apakah adek bisa membaca Al-Qur’an?”

Aurel: “ Bisa sedikit kak”

Syukron : “ Apa pendapat dan harapan bapak mengenai pengadaan pengajian di Dusun
Curup ini?”

Aurel: “Bagus kak, kalau ada pengajian kami bisa belajar mengaji disana”

Syukron : “ Baik dek terimakasih atas waktunya”

Aurel: “ Iya sama-sama”

Syukron: “Wassalamualaikum”

Aurel: “ waalaikumsalam”
Dari penelitian diatas dapat dilihat bahwa masih kurangnya pengetahuan mengenai
Al-Qur’an dan hadist di Dusun Curup, banyak sekali masyarakat yang kurang fasih
membaca Al-quran dari yang muda sampai yang tua sehingga pengadaan program
pengajian sangat dianjurkan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Al-Quran merupakan istilah dari bahasa arab yang memiliki arti bacaan. Al-Quran
diturunkan oleh Allah melalui malaikat Jibril. Al-Quran diturunkan secara berangsur-
angsur di kota besar Mekah dan Madinah sejak tahun 610 M sampai kematian Nabi
Muhammad tiba yaitu pada tahun 632 M. Hadits berasal dari bahasa Arab yang memiliki
arti berita atau cerita, atau wacana. Hadits adalah catatan tradisi atau ucapan-ucapan Nabi
Muhammad. Umat muslim meyakini bahwa hadits merupakan kata-kata, dan juga
perbuatan serta persetujuan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad. Ketika hadits-hadits
ini terkumpul, maka muncul gambaran yang lebih besar atau disebut dengan sunnah.
Peran al-Qur’an dan hadits tidak bisa dipungkiri dalam perkembangannya. Hingga para
akademisi yang sampai saat ini tetap giat dalam meneliti tentangnya menjadi sebuah
karya nyata dan selalu eksis dalam popularitas akademiknya. Sehingga dari semua
kalangan baik dari kalangan akademisi tersendiri hingga diluar wilayah tersebut
menikmati buah karyanya. Hal tersebut dalam prosesnya juga menemui tantangan
tersendiri sebagaimana Ali Ridho dalam konsepnya adalah survivalitas. adalah karakter
yang harus dibawa oleh peneliti dalam meneliti al-Qur’an dan hadits. Dari penelitian
diatas dapat dilihat bahwa masih kurangnya pengetahuan mengenai Al-Qur’an dan hadist
di Dusun Curup, banyak sekali masyarakat yang kurang fasih membaca Al-quran dari
yang muda sampai yang tua sehingga pengadaan program pengajian sangat dianjurkan.

B. Saran
Dalam Penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi bahasanya
maupun penulisannya. Penulis mengharapkan kritik dan sarannya untuk memperbaiki
segala keterbatasan. Semoga penelitian ini senantiasa menambahkan wawasan serta
pengetahuan bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hamid, Solahuddin and Zarrina Sa’ari, Che, 2019, “Reconstructing

Entrepreneur’s Development Based on al-Qur’an And al-Hadith,”International Journal


of Business and Social Science 2, no. 19.

Abdullah, Amin, 1996, Studi Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Al-Ghazali, Muhammad, 1996, Berdialog dengan al-Qur’an, terj. Masykur


Hakim dan Ubaidillah dari Judul Kaifa Nata ‘amal ma’a al-Qur’an, Bandung: Mizan
Cet.II.Ali al-Shabuni, Muhammad, t.th, al-Tibyan fi ‘ulum al-Qur’an, Makkah: Darul
Islamiyyah.

Al-Shalih, Shubhi, 2005, Mabahits fî Ulum Al-Qur`an, Cet. 26, Lebanon: Dâr al-
Ilm li al-Malayin.

Amin Suma, Muhammad, 2014, Ulumul Qur’an, Jakarta: Raja Grafindo.


Aqsho, Muhammad, 2016, “Pembukuan Alquran, Mushaf Usmani Dan Rasm
Alquran,” Al-Mufida 1, no. 1

Bawani, Imam, 2015, Metodologi Penelitian Pendidikan Islam, Sidoarjo,


Khazanah Ilmu Sidoarjo.

Hasbi Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad, 1997, Sejarah dan Pengantar


Ilmu Hadits, Semarang: Pustaka Rizki.

Anda mungkin juga menyukai