Anda di halaman 1dari 25

JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2021/2022

MATA UJIAN: Hukum Acara Perdata


“JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL 2021/2022”

Nama Lengkap: Sherren Laurencia


NRP: 120120006

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SURABAYA
DESEMBER 2021
SURAT KUASA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Albert Matius, S.E.


Tempat/Tanggal Lahir : 19 Agustus 1989
Umur : 32 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Kristen
Warga Negara : Indonesia
Alamat : Jl. Garuda No.27, Jakarta Selatan
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Belum Kawin
NIK : 7171034305920001
Pendidikan : S1
Untuk selanjutnya disebut sebagai PEMBERI KUASA, memilih tempat kediaman hukum
(domisili) di kantor hukum kuasanya yang tersebut di bawah ini, serta memberikan
Kuasa penuh kepada Advokat:

SHERREN LAURENCIA, S.H., M.H.

Advokat - Legal Consultant pada Kantor Hukum / Law Office “SHERREN LAURENCIA,
S.H., M.H. Law Firm”, yang beralamat di Jl. H. Samali No.29, RT.10/RW.1, Kalibata, Kec.
Pancoran, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12740, baik bersama-
sama maupun sendiri-sendiri, sebagai PARA PENERIMA KUASA, dengan identitas kuasa
hukum sebagai berikut:

Nama : Sherren Laurencia, S.H., M.H.


Tempat/Tanggal Lahir : Surabaya, 4 Februari 1982
Umur : 39 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Warga Negara : Indonesia
Alamat : Jl. Virgo 41, Kec. Tambak Sari, Surabaya, Jawa Timur
60133
Pekerjaaan : Advokat
Status : Belum Kawin
NIK : 3203032503770001
Pendidikan : S2
Nomor Induk KTPA : 13.00305
Tanggal Berlakunya KTPA : 31-12-2020
Tanggal Berakhirnya KTPA: 31-12-2024

----------------------------------------------- K H U S U S ---------------------------------------------

Bertindak untuk dan atas nama Pemberi Kuasa selaku PENGGUGAT, mewakili dalam
perkara Gugatan Wanprestasi, dengan perihal: pengembalian jaminan hutang yang
harus dikembalikan seketika hutang dilunasi berupa Sertifikat Tanah Hak Milik
No.1054, Surat Ukur Nomor: 73/2008, tanggal 13 Juni 2008 dengan luas tanah 520 m2,
atas nama PENGGUGAT, dan terletak di Jl. Garuda No.27, Jakarta Selatan, di Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan, melawan TERGUGAT:

Nama : Hendrik Yakobus, S.Par.


Tempat/Tanggal Lahir : 1 September 1991
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Kristen
Warga Negara : Indonesia
Alamat : Jl. Cempaka No,251, Slipi, Jakarta Barat
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Belum Kawin
NIK : 3329091003780012
Pendidikan : S1
Untuk itu Penerima Kuasa berhak bertindak untuk mewakili Pemberi Kuasa dalam
membuat, menandatangani, dan mengajukan gugatan, replik, menerima jawaban dan
duplik, menyampaikan kesimpulan dan permohonan putusan, serta mengajukan surat
permohonan penetapan; Menghadap seluruh pejabat yang berwenang di Lingkungan
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan; Menghadap dalam proses persindangan di
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan; Mengajukan bukti surat dan saksi, serta memeriksa
bukti dan seluruh Tindakan terkait; Membuat, menandatangani dan mengajukan surat-
surat, antara lain Akta Banding, Akta Kasasi, Akta Peninjauan Kembali serta menyusun
atau membuat dan mengajukan Memori Banding, Memori Kasasi, dan Memori
Peninjauan Kembali; Membuat dan menandatangani serta mengajukan Kontra Memori
Banding, Kontra Memori Kasasi, dan Kontra Memori Peninjauan Kembali; Penerima
Kuasa berhak bertindak dalam arti seluas-luasnya untuk kepentingan Pemberi Kuasa,
khusus mengenai perkara wanprestasi tersebut di atas sepanjang tidak bertentangan
dengan hukum yang berlaku.

Dengan demikian Surat Kuasa ini diberikan dengan hak substitusi serta retensi, dapat
dibatalkan bila telah memenuhi ketentuan Pasal 1810 dan Pasal 1812 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata dan menurut syarat-syarat lain yang ditetapkan para pihak.

Jakarta, 12 November 2017

Penerima Kuasa, Pemberi Kuasa,

SHERREN LAURENCIA, S.H., M.H. ALBERT MATIUS, S.E.


SHERREN LAURENCIA, S.H., M.H. LAW FIRM
Jl. H. Samali No.29, RT.10/RW.1, Kalibata, Kec. Pancoran,
Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12740
Telp. +62 (021) 2382203 Fax +61 (021) 1534682

SURAT GUGATAN
Jakarta, 12 November 2017

Perihal: Gugatan Wanprestasi

Kepada Yth.,
Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
Di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
Jalan Ampera Raya No.133 RT.5/RW.10, Ragunan, Kec. Ps. Minggu,
Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12940

Dengan Hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Sherren Laurencia, S.H., M.H.
Tempat/Tanggal Lahir : Surabaya, 4 Februari 1982
Usia : 39 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Warga Negara : Indonesia
Alamat : Jl. Virgo 41, Kec. Tambak Sari, Surabaya, Jawa
Timur 60133
Pekerjaan : Advokat
Status Kawin : Belum Kawin
Pendidikan : S2
Nomor Induk KTPA : 13.00305
Tanggal Berlakunya KTPA : 31-12-2020
Tanggal Berakhirnya KTPA : 31-12-2024
Advokat - Legal Consultant pada Kantor Hukum / Law Office “SHERREN LAURENCIA,
S.H., M.H. Law Firm”, yang beralamat di Jl. H. Samali No.29, RT.10/RW.1, Kalibata, Kec.
SHERREN LAURENCIA, S.H., M.H. LAW FIRM
Jl. H. Samali No.29, RT.10/RW.1, Kalibata, Kec. Pancoran,
Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12740
Telp. +62 (021) 2382203 Fax +61 (021) 1534682

Pancoran, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12740, yang dalam hal
ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus (terlampir) tertanggal 31 Oktober 2017, bertindak
untuk dan atas nama:
1. Nama : Albert Matius, S.E.
Tempat/Tanggal Lahir : 19 Agustus 1989
Usia : 32 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Kristen
Warga Negara : Indonesia
Alamat : Jl. Garuda No.27, Jakarta Selatan
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Belum Kawin
NIK : 7171034305920001
Dalam hal ini telah memilih tempat kediaman hukum yakni di kantor kuasanya tersebut
di atas untuk menandatangani serta mengajukan surat gugatan ini, yang untuk
selanjutnya disebut sebagai------------------------------------------------------------PENGGUGAT

Dengan ini PENGGUGAT hendak mengajukan gugatan Wanprestasi terhadap:


Nama : Hendrik Yakobus, S.Par.
Tempat/Tanggal Lahir : 1 September 1991
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Kristen
Warga Negara : Indonesia
Alamat : Jl. Cempaka No,251, Slipi, Jakarta Barat
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Belum Kawin
NIK : 3329091003780012
Pendidikan : S1
SHERREN LAURENCIA, S.H., M.H. LAW FIRM
Jl. H. Samali No.29, RT.10/RW.1, Kalibata, Kec. Pancoran,
Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12740
Telp. +62 (021) 2382203 Fax +61 (021) 1534682

Untuk selanjutnya disebut sebagai-----------------------------------------------------TERGUGAT

Pasal 118 HIR mengatur mengenai kompetensi relative, dengan salah satu
pengaturannya yaitu yang berwenang adalah Pengadilan Negeri tempat OBJEK
SENGKETA berada. Gugatan ini telah memenuhi kompetensi relatif.

Bahwa gugatan ini diajukan berdasarkan uraian fakta dan peristiwa hukum sebagai
berikut:

DALAM POSITA / FUNDAMENTUM PETENDI


1. Bahwa PENGGUGAT telah mengajukan gugatan pada pengadilan negeri Jakarta
Selatan dengan asas Forum Rei Sitae sebagaimana diatur dalam Pasal 142
Rechtreglement voor de Buitengewesten atau disebut sebagai Reglemen Hukum
Daerah Seberang.
2. Bahwa gugatan yang diajukan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan berdasarkan
patokan tempat terletak benda tidak bergerak yang menjadi objek sengketa.
Berdasarkan ketentuan hukum tersebut, maka apabila terjadi sengketa atau
perselisihan (apapun bentuknya) antara TERGUGAT sebagai penanggung dan
PENGGUGAT sebagai pihak yang dirugikan, dan objek sengketa berupa Sertifikat
Tanah Hak Milik No.1054, Surat Ukur Nomor: 73/2008, tanggal 13 Juni 2008
dengan luas tanah 520 m2, atas nama PENGGUGAT, dan terletak di Jl. Garuda
No.27, Jakarta Selatan, maka PENGGUGAT memiliki hak untuk menyampaikan
penyelesaian perselisihan yang timbul dengan mengajukan gugatan ke
pengadilan negeri yang memiliki yurisdiksi atas domisili objek sengketa, yakni
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
3. Bahwa TERGUGAT pada tanggal 5 Oktober mengatakan kepada PENGGUGAT
akan meminjam uang sebesar Rp.500.000.000,00- (lima ratus juta rupiah).
4. Bahwa TERGUGAT akan meminjam uang kepada PENGGUGAT dengan alasan
untuk modal bisnis kuliner.
SHERREN LAURENCIA, S.H., M.H. LAW FIRM
Jl. H. Samali No.29, RT.10/RW.1, Kalibata, Kec. Pancoran,
Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12740
Telp. +62 (021) 2382203 Fax +61 (021) 1534682

5. Bahwa hutang piutang antara TERGUGAT dan PENGGUGAT dimuat dalam Akta
Dra. Sri Hutami, S.H, M.Kn., Notaris di Jakarta No.43, tanggal 12 Oktober 2014
Tentang Perjanjian Hutang Piutang. Dengan demikian, Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan memiliki kompetensi relatif untuk memeriksa, mengadili, dan memutus
perkara gugatan a quo ini.
6. Bahwa perjanjian tersebut telah memenuhi Pasal 1213 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata atau Burgerlijk Wetboek yang mengatakan bahwa:
 “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih
mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih”
Di dalam perjanjian tersebut telah disepakati bahwa PENGGUGAT akan
mendapatkan pinjaman sebanyak Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah),
sedangkan pihak TERGUGAT akan mengembalikan jaminan hutang berupa
Sertifikat Tanah Hak Milik No.1054, Surat Ukur Nomor: 73/2008, tanggal 13 Juni
2008 dengan luas tanah 520 m2, atas nama PENGGUGAT, dan terletak di Jl.
Garuda No.27, Jakarta Selatan kepada PENGGUGAT jika hutang sebesar
Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) telah dilunasi tanggal 12 Oktober 2017.
7. Bahwa PENGGUGAT memberikan jaminan pembayaran pelunasan hutang
kepada TERGUGAT berupa Sertifikat Tanah Hak Milik No.1054, Surat Ukur
Nomor: 73/2008, tanggal 13 Juni 2008 dengan luas tanah 520 m2, atas nama
PENGGUGAT, dan terletak di Jl. Garuda No.27, Jakarta Selatan.
8. Bahwa di dalam akta perjanjian hutang tersebut PENGGUGAT dan TERGUGAT
mengatur tentang waktu pelunasan pinjaman dan penyerahan dan/atau
pengembalian sertifikat yang menjadi jaminannya itu seketika hutang dilunasi,
yaitu pada tanggal 12 Oktober 2017.
9. Bahwa pada tanggal 12 Agustus 2017 PENGGUGAT telah melunasi hutang dan
segenap kewajibannya, namun TERGUGAT belum juga mengembalikan Sertifikat
Tanah Hak Milik No.1054, Surat Ukur Nomor: 73/2008, tanggal 13 Juni 2008
dengan luas tanah 520 m2, atas nama PENGGUGAT, dan terletak di Jl. Garuda
No.27, Jakarta Selatan hingga telah jatuh tempo pada tanggal 12 Oktober 2017.
SHERREN LAURENCIA, S.H., M.H. LAW FIRM
Jl. H. Samali No.29, RT.10/RW.1, Kalibata, Kec. Pancoran,
Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12740
Telp. +62 (021) 2382203 Fax +61 (021) 1534682

10. Bahwa pelunasan hutang sebesar Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) oleh
PENGGUGAT dibuktikan dengan kwitansi pembayaran pada tanggal 12 Agustus
2017 pukul 09.36 WIB, yang diserahkan secara langsung di Pusat Perbelanjaan
“Kuningan City”.
11. Bahwa PENGGUGAT telah memberikan perpanjangan waktu selama 1 (satu)
bulan tetapi TERGUGAT tetap tidak mengembalikan Sertifikat Tanah Hak Milik
No.1054, Surat Ukur Nomor: 73/2008, tanggal 13 Juni 2008 dengan luas tanah
520 m2, atas nama PENGGUGAT, dan terletak di Jl. Garuda No.27, Jakarta Selatan.
12. Bahwa selepas waktu 1 (satu) bulan TERGUGAT tetap tidak mengembalikan
Sertifikat Tanah Hak Milik No.1054, Surat Ukur Nomor: 73/2008, tanggal 13 Juni
2008 dengan luas tanah 520 m2, atas nama PENGGUGAT, dan terletak di Jl.
Garuda No.27, Jakarta Selatan, dan PENGGUGAT tidak dapat menghubungi
TERGUGAT selama 12 (dua belas) hari tidak berturut-turut.
13. Bahwa panggilan telepon yang dilakukan oleh PENGGUGAT dibuktikan dengan
rincian sebagai berikut:
No. Nomor Nomor Durasi Status Tanggal Waktu
Handphone Tujuan
1. 0216873542 0219998786 0 menit Missed Call 21 09.00
Oktober WIB
2017
2. 0216873542 0219998786 0 menit Missed Call 23 12.00
Oktober WIB
2017
3. 0216873542 0219998786 0 menit Missed Call 25 15.00
Oktober WIB
2017
4. 0216873542 0219998786 0 menit Missed Call 27 21.00
Oktober WIB
2017
SHERREN LAURENCIA, S.H., M.H. LAW FIRM
Jl. H. Samali No.29, RT.10/RW.1, Kalibata, Kec. Pancoran,
Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12740
Telp. +62 (021) 2382203 Fax +61 (021) 1534682

5. 0216873542 0219998786 0 menit Missed Call 29 07.00


Oktober WIB
2017
6. 0216873542 0219998786 0 menit Missed Call 31 10.00
Oktober WIB
2017
7. 0216873542 0219998786 0 menit Missed Call 2 13.00
November WIB
2017
8. 0216873542 0219998786 0 menit Missed Call 4 19.00
November WIB
2017
9. 0216873542 0219998786 0 menit Missed Call 6 08.00
November WIB
2017
10. 0216873542 0219998786 0 menit Missed Call 8 11.00
November WIB
2017
11. 0216873542 0219998786 0 menit Missed Call 10 17.00
November WIB
2017
12. 0216873542 0219998786 0 menit Missed Call 11 23.00
November WIB
2017

14. Bahwa TERGUGAT pada kenyataannya telah melanggar perjanjian yang telah
dibentuk dan disepakati bersama, yaitu dengan tidak mengembalikan Sertifikat
Tanah Hak Milik No.1054, Surat Ukur Nomor: 73/2008, tanggal 13 Juni 2008
dengan luas tanah 520 m2, atas nama PENGGUGAT, dan terletak di Jl. Garuda
No.27, Jakarta Selatan kepada PENGGUGAT.
SHERREN LAURENCIA, S.H., M.H. LAW FIRM
Jl. H. Samali No.29, RT.10/RW.1, Kalibata, Kec. Pancoran,
Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12740
Telp. +62 (021) 2382203 Fax +61 (021) 1534682

15. Bahwa dengan tidak dilaksanakannya kewajiban TERGUGAT tersebut, maka


TERGUGAT telah ingkar janji (wanprestasi) terhadap perjanjian, yaitu tidak
dilaksanakannya penyerahan dan/atau pengembalian Sertifikat Tanah Hak Milik
dari PENGGUGAT sebagai jaminan pembayaran, yang mana dengan demikian
wanprestasi tersebut telah menimbulkan kerugian bagi PENGGUGAT.
16. Bahwa dalam jangka waktu 1 (satu) bulan TERGUGAT tidak melakukan
penyerahan dan/atau pengembalian Sertifikat Tanah Hak MIilik dari pada
PENGGUGAT dan tidak dapat dihubungi, maka wajar bila PENGGUGAT memohon
kepada Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan untuk meminta TERGUGAT
segera mengembalikan Sertifikat Tanah Hak Milik dari pada PENGGUGAT.
17. Bahwa untuk menjamin agar Sertifikat Tanah Hak Milik No.1054, Surat Ukur
Nomor: 73/2008, tanggal 13 Juni 2008 dengan luas tanah 520 m2, atas nama
PENGGUGAT, dan terletak di Jl. Garuda No.27, Jakarta Selatan, sebagai objek
sengketa tidak dipindahtangankan dan/atau dijadikan jaminan maka
PENGGUGAT mohon agar Pengadilan Negeri Jakarta Selatan c.q. Majelis Hakim
pemeriksa perkara ini meletakkan sita revindicatoir beslag terhadap Sertifikat
Tanah Hak Milik No.1054, Surat Ukur Nomor: 73/2008, tanggal 13 Juni 2008
dengan luas tanah 520 m2, atas nama PENGGUGAT, dan terletak di Jl. Garuda
No.27, Jakarta Selatan.
18. Bahwa menurut Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau Burgelijk
Wetboek Mengatakan bahwa:
 “Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat: 1. Sepakat
mereka yang mengikatkan dirinya; 2. Kecakapan untuk membuat suatu
perikatan; 3. Suatu hal tertentu; dan 4. Suatu sebab yang halal”
Menurut hukum adanya pemenuhan keempat unsur sahnya perjanjian yang
dilakukan TERGUGAT, sebagaimana telah diuraikan, melahirkan hak bagi
PENGGUGAT untuk menuntut ganti rugi.
19. Bahwa menurut Pasal 1238 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau Burgelijk
Wetboek mengatakan bahwa:
SHERREN LAURENCIA, S.H., M.H. LAW FIRM
Jl. H. Samali No.29, RT.10/RW.1, Kalibata, Kec. Pancoran,
Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12740
Telp. +62 (021) 2382203 Fax +61 (021) 1534682

 "Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan
sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya
sendiri ialah jika ini menetapkan, bahwa si berutang harus dianggap lalai
dengan lewatnya waktu yang ditentukan"
Diketahui bahwa TERGUGAT telah diberikan surat peringatan (somasi) berupa
perintah dari pihak PENGGUGAT untuk mengembalikan Sertifikat Tanah Hak
Milik No.1054, Surat Ukur Nomor: 73/2008, tanggal 13 Juni 2008 dengan luas
tanah 520 m2, atas nama PENGGUGAT, dan terletak di Jl. Garuda No.27, Jakarta
Selatan karena telah melewati jangka waktu pengembalian Sertifikat Tanah Hak
Milik PENGGUGAT yang telah diperjanjikan sebelumnya. Somasi pertama
dilakukan pada tanggal 19 Oktober 2017 dan somasi kedua dilakukan pada
tanggal 26 Oktober 2017
20. Bahwa menurut Pasal 1243 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau
Burgerlijk Wetboek mengatakan bahwa:
 "Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tak dipenuhinya suatu
perikatan, barulah mulai diwajibkan, apabila si berutang, setelah
dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya atau jika
sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau
dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampaukannya"
Karena kedua surat peringatan (somasi) berupa perintah dari pihak
PENGGUGAT telah diabaikan oleh pihak TERGUGAT, maka pihak PENGGUGAT
berhak untuk mengajukan tuntutan berupa ganti kerugian serta menuntut
pengembalian Sertifikat Tanah Hak Milik No.1054, Surat Ukur Nomor: 73/2008,
tanggal 13 Juni 2008 dengan luas tanah 520 m2, atas nama PENGGUGAT, dan
terletak di Jl. Garuda No.27, Jakarta Selatan kepada pihak TERGUGAT.
21. Bahwa atas ketentuan tersebut, terdapat unsur-unsur wanprestasi sebagaimana
yang diatur dalam Pasal 1243 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau
Burgerlijk Wetboek dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Terdapat perjanjian oleh para pihak.
SHERREN LAURENCIA, S.H., M.H. LAW FIRM
Jl. H. Samali No.29, RT.10/RW.1, Kalibata, Kec. Pancoran,
Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12740
Telp. +62 (021) 2382203 Fax +61 (021) 1534682

2) Terdapat pihak yang melanggar atau tidak melaksanakan isi perjanjian


yang telah disepakati.
3) Telah dinyatakan lalai tetapi tetap tidak ingin melaksanakan isi
perjanjian.
Selanjutnya PENGGUGAT akan menguraikan unsur-unsur diatas berdasarkan
fakta tindakan yang dilakukan TERGUGAT, yaitu sebagai berikut
22. UNSUR PERTAMA: TERDAPAT PERJANJIAN OLEH PARA PIHAK
Bahwa terkait unsur wanprestasi yang pertama yaitu terdapat perjanjian oleh
para pihak, dalam hal ini PENGGUGAT dan TERGUGAT telah menyepakti sebuah
perjanjian yang disahkan di hadapan notaris yang dimuat dalam akta Dra. Sri
Hutami, S.H., M.Kn., Notaris di Jakarta No.43, tanggal 12 Oktober 2021 perihal
perjanjian Hutang Piutang, dengan jaminan pembayaran hutang berupa
Sertifikat Tanah Hak Milik No.1054, Surat Ukur Nomor: 73/2008, tanggal 13 Juni
2008 dengan luas tanah 520 m2, atas nama PENGGUGAT, dan terletak di Jl.
Garuda No.27, Jakarta Selatan. TERGUGAT harus mengembalikan jaminan
hutang berupa Sertifikat Tanah Hak Milik pada tanggal 12 Oktober 2017 kepada
PENGGUGAT, seketika hutang telah dilunasi oleh PENGGUGAT. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa unsur yang pertama telah terpenuhi.
23. UNSUR KEDUA: TERDAPAT PIHAK YANG MELANGGAR ATAU TIDAK
MELAKSANAKAN ISI PERJANJIAN YANG TELAH DISEPAKATI
Bahwa terkait unsur wanprestasi yang kedua yaitu terdapat pihak yang
melanggar atau tidak melaksanakan isi perjanjian yang sudah disepakati, dalam
hal ini, TERGUGAT telah menyimpangi isi perjanjian dengan tidak
mengembalikan Sertifikat Tanah Hak Milik No.1054, Surat Ukur Nomor:
73/2008, tanggal 13 Juni 2008 dengan luas tanah 520 m2, atas nama
PENGGUGAT, dan terletak di Jl. Garuda No.27, Jakarta Selatan kepada
PENGGUGAT. Diketahui bahwa PENGGUGAT telah melakukan pelunasan hutang
sebesar Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) kepada TERGUGAT pada
tanggal 12 Agustus 2017 di Pusat Perbelanjaan “Kuningan City”. Namun pihak
SHERREN LAURENCIA, S.H., M.H. LAW FIRM
Jl. H. Samali No.29, RT.10/RW.1, Kalibata, Kec. Pancoran,
Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12740
Telp. +62 (021) 2382203 Fax +61 (021) 1534682

PENGGUGAT telah menunggu hingga 1 (satu) bulan, tetapi Sertifikat Tanah Hak
Milik belum juga dikembalikan kepada PENGGGAT. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa unsur yang kedua telah terpenuhi.
24. UNSUR KETIGA: TELAH DINYATAKAN LALAI TETAPI TETAP TIDAK INGIN
MELAKSANAKAN ISI PERJANJIAN
Bahwa terkait dengan unsur ketiga yaitu telah dinyatakan lalai tetapi tetap tidak
ingin melaksanakan isi perjanjian, bahwa PENGGUGAT melalui kuasa hukumnya
telah melakukan somasi kepada TERGUGAT sebanyak dua (2) kali yakni somasi
yang pertama dilakukan pada tanggal 19 Oktober 2017 dan somasi kedua
dilakukan pada tanggal 26 Oktober 2017, namun 2 (dua) somasi yang diberikan
tidak diindahkan oleh TERGUGAT.
25. Bahwa kewajiban penggantian kerugian TERGUGAT selain ditegaskan dalam
Pasal 1243 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau Burgerlijk Wetboek, juga
diatur dalam Pasal 1244 dan Pasal 1246 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
atau Burgerlijk Wetboek. Pasal-pasal tersebut merupakan pengaturan
penggantian kerugian, biaya, dan bunga karena tidak dipenuhinya perikatan.
Dengan demikian atas Wanprestasi yang dilakukan oleg TERGUGAT tersebut,
maka TERGUGAT harus dihukum mengganti kerugian kepada PENGGUGAT.
26. Bahwa kerugian materil yang dialami oleh PENGGUGAT akibat kelalaian yang
dilakukan oleh TERGUGAT perihal keterlambatan penyerahan Sertifikat Tanah
Hak Milik No.1054, Surat Ukur Nomor: 73/2008, tanggal 13 Juni 2008 dengan
luas tanah 520 m2, atas nama PENGGUGAT, dan terletak di Jl. Garuda No.27,
Jakarta Selatan sebagaimana diatur dalam Pasal 1250 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata atau Burgerlijk Wetboek yang menyatakan bahwa:
 “Dalam tiap-tiap perikatan yang semata-mata berhubungan dengan
pembayaran sejumlah uang, penggantian biaya, rugi dan bunga sekadar di
sebabkan terlambatnya pelaksanaaan, hanya terdiri atas bunga yang
ditentukam oleh undang-undang dengan tidak mengurangi peraturan-
peraturan undang-undang khusus. Penggantian biaya, rugi, dan bunga
SHERREN LAURENCIA, S.H., M.H. LAW FIRM
Jl. H. Samali No.29, RT.10/RW.1, Kalibata, Kec. Pancoran,
Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12740
Telp. +62 (021) 2382203 Fax +61 (021) 1534682

tersebut wajib dibayar dengan tidak usah dibuktikannya sesuatu kerugian


oleh si berpiutang. Penggantian biaya, rugi dan bunga itu hanya harus
dibayar terhitung mulai dari ia diminta di muka Pengadilan, kecuali dalam
hal-hal dimana undang-undang menetapkan bahwa ia berlaku demi
hukum”
Besarnya bunga tidak diatur dalam suatu perjanjian, maka undang-undang yang
dimuat Lembaran Negara Nomor 22 Tahun 1948 telah menetapkan bunga dari
suatu kelalaian/kealpaan (bunga moratoir) yang dapat dituntut oleh kreditur
dari debitur sebesar enam (6) % per tahun atau 0,5% perbulan.
27. Bahwa kerugian materil yang dialami PENGGUGAT jika diakumulasi akibat
kerugian yang disebabkan oleh TERGUGAT adalah sebagai berikut:
= Harga Rumah 520 M2 x bunga x denda bulan
= (Rp 5.000.000.000,00-) x (0.5 %) x (1 bulan)
= Rp 25.000.000,00-
Sehingga total kerugian materil yang harus dibayar oleh TERGUGAT adalah
sebesar Rp 25.000.000,00.- (dua puluh lima juta rupiah).
28. Bahwa PEGGUGAT mempunyai sangkaan yang beralasan TERGUGAT akan ingkar
janji dan lalai untuk memenuhi isi keputusan hukum yang berkuatan hukum
tetap (inkracht van gewijsde) dalam perkara ini dan karenanya mohonlah
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menghukum TERGUGAT untuk memenuhi
perjanjian pengembalian Sertifikat Tanah Hak Milik No.1054, Surat Ukur Nomor:
73/2008, tanggal 13 Juni 2008 dengan luas tanah 520 m2, atas nama
PENGGUGAT, dan terletak di Jl. Garuda No.27, Jakarta Selatan dan membayar
uang ganti kerugian materiel kepada PENGGUGAT.
29. Bahwa berdasarkan penjelasan di atas, TERGUGAT terbukti telah memenuhi
seluruh unsur Wanprestasi sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1243 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata atau Burgerlijk Wetboek. Oleh karena itu, sudah
sepatutnya Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Cq. Majelis Hakim pada
SHERREN LAURENCIA, S.H., M.H. LAW FIRM
Jl. H. Samali No.29, RT.10/RW.1, Kalibata, Kec. Pancoran,
Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12740
Telp. +62 (021) 2382203 Fax +61 (021) 1534682

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang memeriksa dan mengadili perkara


berkenan menyatakan TERGUGAT telah melakukan WANPRESTASI.
30. Bahwa demi mencegah perbuatan wanprestasi TERGUGAT yang merugikan
PENGGUGAT ini tidak dilakukan secara terus-menerus, di mana tidaklah adil jika
TERGUGAT tetap memegang Sertifikat Tanah Hak Milik No.1054, Surat Ukur
Nomor: 73/2008, tanggal 13 Juni 2008 dengan luas tanah 520 m2, atas nama
PENGGUGAT, dan terletak di Jl. Garuda No.27, Jakarta Selatan milik PENGGUGAT,
serta mencegah TERGUGAT untuk tidak melaksanakan isi putusan baik sebagian
maupun seluruhnya, maka kami mohon agar Ketua Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan Cq. Majelis Hakim Perkara pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang
memeriksa dan mengadili perkara ini berkenan:
 Memerintahkan TERGUGAT untuk status quo atau menghentikan seluruh
kegiatan usaha dan/atau kegiatan operasional TERGUGAT yang berkaitan
dengan Sertifikat Tanah Hak Milik No.1054, Surat Ukur Nomor: 73/2008,
tanggal 13 Juni 2008 dengan luas tanah 520 m2, atas nama PENGGUGAT,
dan terletak di Jl. Garuda No.27, Jakarta Selatan milik PENGGUGAT,
maupun yang berkaitan dengan Usaha Kontraktor (PT Bangun Sukses)
milik TERGUGAT sampai putusan perkara ini dijatuhkan.
31. Bahwa karena adanya kekhawatiran TERGUGAT tidak akan melaksanakan
kewajiban pembayaran ganti kerugian kepada PENGGUGAT dan agar gugatan
PENGGUGAT nantinya tidak hampa atau sia-sia hanya menang atas kertas
(illusoir), maka PENGGUGAT mohon agar Ketua Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan Cq. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang memeriksa
dan mengadili perkara ini berkenan untuk memblokir dan/atau meletakkan Sita
Jaminan (conservatoir beslag) terhadap seluruh harta kekayaan milik TERGUGAT
baik benda bergerak maupun tidak bergerak dengan rincian sebagai berikut:
 Rumah TERGUGAT di Jalan Cempaka Nomor 251, Slipi, Jakarta Barat.
 1 (satu) buah Sepeda Motor Supra dengan Nomor Polisi B 7438 PTK
SHERREN LAURENCIA, S.H., M.H. LAW FIRM
Jl. H. Samali No.29, RT.10/RW.1, Kalibata, Kec. Pancoran,
Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12740
Telp. +62 (021) 2382203 Fax +61 (021) 1534682

 Rekening Bank Central Asia (BCA) atas nama TERGUGAT dengan nomor
0882034451.
32. Bahwa berdasarkan tenggang waktu pengajuan sita yang diatur dalam Pasal 261
ayat (1) Rechtreglement voor de Buitengewesten atau disebut sebagai Reglemen
Hukum Daerah Seberang, maka kami mohon agar dilakukan pemblokiran
dan/atau sita jaminan (conservatoir beslag) terhadap harta kekayaan milik
TERGUGAT sebagaimana diuraikan di atas, sampai putusan dalam pokok perkara
berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde) dan/ atau sampai putusan
dapat dieksekusi.
33. Bahwa agar isi putusan ini dapat segera dilaksanakan sehingga PENGGUGAT
tidak menderita kerugian lebih lanjut, maka PENGGUGAT menimbang perlu agar
sekiranya terhadap TERGUGAT diberi tambahan kewajiban untuk membayar
uang paksa (dwangsom) yakni sebesar Rp.200.000,00- (dua ratus ribu rupiah)
perhari sejak diputusnya putusan perkara ini atas keterlambatan menyerahkan
objek sengketa berupa Sertifikat Tanah Hak Milik No.1054, Surat Ukur Nomor:
73/2008, tanggal 13 Juni 2008 dengan luas tanah 520 m2, atas nama
PENGGUGAT, dan terletak di Jl. Garuda No.27, Jakarta Selatan.
34. Bahwa karena Gugatan PENGGUGAT didasarkan pada bukti-bukti otentik surat
autentik atau surat tulisan tangan (handschrift) yang tidak dibantah kebenaran
tentang isi dan tanda tangannya, maka sesuai dengan ketentuan Surat Edaran
Mahakamah Agung (SEMA) No. 3 Tahun 2000, PENGGUGAT memohon agar
Putusan pada perkara ini dapat dijalankan terlebih dahulu secara serta merta,
walaupun TERGUGAT mengajukan upaya hukum, baik verzet, banding, kasasi
maupun upaya hukum lainnya (uitvoerbaar bij vooraad).
35. Bahwa oleh karena TERGUGAT telah melakukan Wanprestasi, telah patut dan
adil dihukum membayar ongkos-ongkos perkara yang timbul dalam perkara ini.

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, maka PENGGUGAT mohon kepada
Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan agar berkenan untuk memutuskan:
SHERREN LAURENCIA, S.H., M.H. LAW FIRM
Jl. H. Samali No.29, RT.10/RW.1, Kalibata, Kec. Pancoran,
Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12740
Telp. +62 (021) 2382203 Fax +61 (021) 1534682

DALAM PETITUM
Bahwa berdasarkan uraian dan fakta-fakta hukum tersebut di atas, dengan disertai alat
bukti sempurna (volledige bewijis), dengan ini PENGGUGAT memohon kepada Ketua
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Cq. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
yang memeriksa dan mengadili perkara ini berkenan untuk memutuskan:
DALAM POKOK PERKARA
1. Menerima dan mengabulkan gugatan PENGGUGAT seluruhnya.
2. Menyatakan Sertifikat Tanah Milik No.1054, Surat Ukur Nomor: 73/2008,
tanggal 13 Juni 2008 dengan luas tanah 520 m2, atas nama PENGGUGAT, dan
terletak di Jl. Garuda No.27, Jakarta Selatan milik PENGGUGAT.
3. Menyatakan bahwa TERGUGAT telah melakukan wanprestasi karena setelah
dilunasi pinjaman oleh PENGGUGAT ternyata TERGUGAT tidak menyerahkan
Sertifikat Tanah Hak Milik No.1054, Surat Ukur Nomor: 73/2008, tanggal 13
Juni 2008 dengan luas tanah 520 m2, atas nama PENGGUGAT, dan terletak di Jl.
Garuda No.27, Jakarta Selatan yang adalah milik PENGGUGAT.
4. Menghukum TERGUGAT membayar kerugian yang diderita oleh PENGGUGAT
berupa kerugian materiel akibat tidak dikembalikannya Sertifikat Tanah Hak
Milik dengan total sebesar Rp.25.000.000,-(dua puluh lima juta rupiah).
5. Memerintahkan TERGUGAT untuk status quo atau menghentikan seluruh
kegiatan usaha dan/atau kegiatan operasional TERGUGAT yang berkaitan
dengan Sertifikat Tanah Hak Milik No.1054, Surat Ukur Nomor: 73/2008,
tanggal 13 Juni 2008 dengan luas tanah 520 m2, atas nama PENGGUGAT, dan
terletak di Jl. Garuda No.27, Jakarta Selatan milik PENGGUGAT, maupun yang
berkaitan dengan Usaha Kontraktor (PT Bangun Sukses) milik TERGUGAT
sampai putusan perkara ini dijatuhkan.
6. Menyatakan sah dan berharga pemblokiran dan/atau sita jaminan (conservatoir
beslag) yang diletakkan terhadap seluruh harta kekayaan milik TERGUGAT baik
benda bergerak maupun tidak bergerak dengan rincian sebagai berikut:
 Rumah TERGUGAT di Jalan Cempaka Nomor 251, Slipi, Jakarta Barat.
SHERREN LAURENCIA, S.H., M.H. LAW FIRM
Jl. H. Samali No.29, RT.10/RW.1, Kalibata, Kec. Pancoran,
Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12740
Telp. +62 (021) 2382203 Fax +61 (021) 1534682

 1 (satu) buah Sepeda Motor Supra dengan Nomor Polisi B 7438 PTK
 Rekening Bank Central Asia (BCA) atas nama TERGUGAT (0882034451)
7. Menghukum TERGUGAT untuk membayar uang paksa (dwangsom) kepada
PENGGUGAT sebesar Rp.200.000,-(dua ratus ribu rupiah) perhari sejak
diputusnya putusan ini atas keterlambatan menyerahkan objek sengketa berupa
Sertifikat Tanah Hak Milik No.1054, Surat Ukur Nomor: 73/2008, tanggal 13
Juni 2008 dengan luas tanah 520 m2, atas nama PENGGUGAT, dan terletak di Jl.
Garuda No.27, Jakarta Selatan milik PENGGUGAT.
8. Menyatakan bahwa putusan perkara ini dapat dijalankan terlebih dahulu
walaupun terdapat verzet, banding, maupun kasasi dari pihak TERGUGAT.
9. Menghukum para TERGUGAT membayar biaya yang timbul atas perkara ini.

ATAU:
Apabila Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang memeriksa dan
mengadili perkara ini berpendapat yang lain, mohon untuk menjatuhkan putusan yang
seadil-adilnya (Ex Aequo Et Bono).

Demikian surat gugatan ini diajukan, semoga Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
berkenan mengabulkannya. Terima Kasih.

Jakarta, 12 November 2017


Hormat Kuasa Penggugat,

SHERREN LAURENCIA, S.H., M.H.


(13.00305)
2. Sehubungan dengan pelaksanaan putusan, apa yang Saudara ketahui terhadap
pengecualian dalam mengeksekusi putusan yang telah Berkekuatan Hukum
Tetap (BHT)? Tolong sebutkan macam pengecualiannya disertai dengan
menyebutkan dasar hukum.
Eksekusi merupakan tahapan akhir dari sengketa perdata. Tardapat 4 (empat)
syarat yang dapat mengakibatkan dilaksanakannya proses eksekusi, salah satunya yaitu
putusan yang telah inkracht atau telah Berkekuatan Hukum Tetap. Pada dasarnya di
dalam melakukan eksekusi harus berdasarkan putusan yang telah Berkekuatan Hukum
Tetap. Putusan yang telah Berkekuatan Hukum Tetap artinya tidak ada lagi upaya
hukum yang diajukan oleh para pihak. Putusan Berkekuatan Hukum Tetap yang dapat
dilakukan eksekusi tidak harus pada tingkat Kasasi maupun tingkat Peninjauan kembali
saja. Namun meskipun putusan tersebut berada pada tingkat pertama maupun Banding,
selama tidak terdapat upaya hukum lain maka dapat dilakukan proses eksekusi. Selain
itu jika terdapat putusan verstek yang tidak ada upaya perlawanan, maka juga dapat
dilakukan proses eksekusi.
Namun disamping yang telah dijelaskan sebelumnya, terdapat juga beberapa
pengecualian yang dapat menyebabkan dilaksanakannya proses eksekusi. Pengecualian
yang pertama yaitu merupakan putusan yang dapat dijalankan terlebih dahulu
(Uitvoerbaar bij Vooraad). Putusan yang dapat dijalankan terlebih dahulu yaitu seperti
putusan serta-merta maupun putusan hakim. Putusan serta merta dapat dilakukan
proses eksekusi terlebih dahulu meskipun belum Berkekuatan Hukum Tetap. Selain
putusan serta-merta, putusan hakim yang masih dimungkinkan untuk dilakukan upaya
hukum juga dapat dilakukan proses eksekusi terlebih dahulu. Umumnya Sebagian besar
lawyer dalam petitumnya akan meminta agar putusan tersebut dapat diputus dengan
putusan serta merta. Pengecualian yang kedua yaitu di dalam putusan provisi atau
putusan sela. Putusan provisi atau putusan sela diajukan di tengah proses persidangan,
yang dilakukan dengan intervensi dari pihak ketiga. Putusan provisi merupakan
putusan pendahuluan sebelum dilakukannya pemeriksaan terhadap pokok perkara.
Selain itu, tujuannya yaitu untuk menjaga agar aset-aset tergugat tidak dijual. Tujuan
tersebut diwujudkan dengan diberlakukannya sita jaminan, yang diajukan melalui
permohonan di dalam surat gugatan. Jika permohonan tersebut dikabulkan maka
disebut dengan putusan sela, yang tidak dapat dilakukan upaya hukum kembali. Jika
berbicara mengenai pengecualian putusan yang dapat dijalankan terlebih dahulu
(Uitvoerbaar bij Vooraad) atau pengecualian karena adanya putusan provisi atau
putusan sela, maka dasar hukumnya yaitu menggunakan Pasal 180 Ayat (1) Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Perdata atau Herzien Inlandsch Reglement (HIR) yang
mengatakan bahwa “Ketua pengadilan negeri dapat memerintahkan supaya keputusan
itu dijalankan dahulu biarpun ada perlawanan atau bandingan, jika ada surat yang syah,
suatu surat tulisan yang menurut aturan yang berlaku dapat diterima sebagai bukti atau
jika ada hukuman lebih dahulu dengan keputusan yang sudah mendapatkan kekuasaan
pasti, demikian juga jika dikabulkan tuntutan dahulu, lagi pula di dalam perselisihan
tentang hak kepunyaan”
Pengecualian yang ketiga yaitu adanya akta perdamaian atau akta van dading.
Dengan dikeluarkannya akta perdamaian berarti telah terdapat kesepakatan antara
pihak yang berperkara untuk menyelesaikan perkaranya secara damai. Pada saat
terjadinya perdamaian diantara pihak yang berperkara, maka proses eksekusi dapat
langsung dilaksanakan. Jika berbicara mengenai pengecualian karena adanya akta
perdamaian, dasar hukumnya akan menggunakan Pasal 130 Ayat (2) Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Perdata atau Herzien Inlandsch Reglement (HIR) mengatakan
bahwa "Jika perdamaian yang demikian itu dapat dicapai, maka pada waktu bersidang,
diperbuat sebuah surat (akte) tentang itu, dalam mana kedua belah fihak dihukum akan
menepati perjanjian yang diperbuat itu, surat mana akan berkekuatan dan akan
dijalankan sebagai putusan yang biasa".
Pengecualian yang terakhir yaitu dengan adanya grosse akta. Di dalam beberapa
jenis akta notaris memiliki irah-irah, yang berisikan kalimat yaitu berdasarkan keadilan
berdasarkan ketuhanan yang maha esa maupun atas nama undang-undang. Jenis akta
notaris ini dapat langsung dilaksanakan proses eksekusi. Salah satu contohnya yaitu di
dalam akta pengakuan hutang, yang di dalamnya berisi janji-janji mengenai hal apa saja
yang akan terjadi jika pihak yang melakukan pinjaman tidak membayar hutangnya
dengan tepat waktu. Jika pihak yang melakukan pinjaman tidak membayar hutangnya
dengan tepat waktu, maka proses eksekusi dapat langsung dilaksanakan, serta pihak
yang melakukan pinjaman tidak dapat melakukan gugatan jika pihak yang memberikan
hutang memiliki akta pengakuan hutang tersebut. Jika berbicara mengenai
pengecualian karena adanya grosse akta, maka dasar hukumnya akan menggunakan
Pasal 224 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata atau Herzien Inlandsch
Reglement (HIR) yang mengatakan bahwa "Surat asli dari pada surat hipotek dan surat
hutang, yang diperkuat di hadapan notaris di Indonesia dan yang kepalanya memakai
perkataan "Atas nama Undang-Undang" berkekuatan sama dengan putusan hakim, jika
surat yang demikian itu tidak ditepati dengan jalan damai, maka perihal menjalankannya
dilangsungkan dengan perintah dan pimpinan ketua pengadilan negeri yang dalam
daerah hukumnya orang yang berhutang itu diam atau tinggal atau memilih tempat
tinggalnya dengan cara yang dinyatakan pada pasal-pasal di atas dalam bagian ini, akan
tetapi dengan pengertian, bahwa paksaan badan itu hanya dapat dilakukan, jika sudah
diizinkan dengan keputusan hakim. Jika hal menjalankan keputusan itu harus dijalankan
sama sekali atau sebahagian di luar daerah hukum pengadilan negeri, yang ketuanya
memerintahkan menjalankan itu, maka peraturan-peraturan pada pasal 195 ayat kedua
dan yang berikutnya dicuruti". Umumnya jika ingin melakukan permohonan eksekusi,
maka harus melampirkan Salinan akte grosse sebagai dasar atau bukti bahwa terdapat
perjanjian untuk melakukan eksekusi. Dengan adanya bukti tersebut, maka tidak perlu
melalui proses persidangan atau menunggu putusan yang berkekuatan hukum tetap.
Sehingga dari penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa
pengecualian dalam mengeksekusi putusan yang telah Berkekuatan Hukum Tetap
(BHT). Pengecualian yang pertama yaitu karena merupakan putusan yang dapat
dijalankan terlebih dahulu (Uitvoerbaar bij Vooraad). Pengecualian yang kedua yaitu
karena terdapat putusan provisi atau putussn sela. Dasar hukum dari kedua
pengecualian tersebut yaitu pada Pasal 180 Ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Perdata atau Herzien Inlandsch Reglement (HIR). Pengecualian yang ketiga yaitu
karena adanya akta perdamaian atau akta van dading, dengan dasar hukum Pasal 130
Ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata atau Herzien Inlandsch Reglement
(HIR). Pengecualian yang keempat yaitu karena adanya grosse akta, dengan dasar
hukum Pasal 224 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata atau Herzien Inlandsch
Reglement (HIR).

3. Sebut dan jelaskan secara lengkap tahapan-tahapan proses eksekusi dalam


sebuah perkara perdata! Berikan dasar hukumnya!
Terdapat 5 (lima) tahapan yang harus dipenuhi untuk melakukan proses eksekusi
dalam sebuah perkara perdata. Kelima tahapan tersebut yaitu adanya Surat
Permohonan Eksekusi, Aanmaning, Permohonan Sita Eksekusi, Penetapan Sita
Eksekusi, dan Lelang. Proses pelaksanaan eksekusi dimulai ketika terdapat pihak
berperkara yang menang dalam persidangan. Jika dalam jangka waktu 14 (empat belas)
hari pihak yang kalah tidak mengajukan upaya hukum seperti banding, maka dilihat
terlebih dahulu apakah pihak yang kalah tersebut ingin melakukan pembayaran ganti
rugi secara sukarela atau tidak. Jika pihak yang kalah tidak terdapat tanda-tanda untuk
ingin membayar ganti rugi secara sukarela, maka dapat dilakukan proses eksekusi.
Tahapan pertama yang harus dilakukan untuk mengajukan proses eksekusi adalah
dengan mengajukan surat permohonan eksekusi ke Ketua Pengadilan Negeri yang
memutus perkara tersebut. Berdasarkan Pasal 195 Ayat (1) Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Perdata mengatakan bahwa “Hal menjalankan keputusan pengadilan
negeri, dalam perkara yang pada tingkat pertama diperiksa oleh pengadilan negeri,
adalah atas perintah dan dengan pimpinan ketua pengadilan negeri yang pada tingkat
pertama memeriksa perkara itu”. Pasal tersebut mempertegas bahwa surat permohonan
eksekusi diajukan ke pengadilan negeri yang memutus perkara tersebut. Surat
permohonan yang dikirimkan harus formal, yang mencantumkan bahwa putusan
tersebut telah berkekuatan hukum tetap namun pihak yang kalah tidak menjalankan
secara sukarela. Kamudian setelah surat permohonan tersebut diterima, maka Ketua
Pengadilan Negeri akan mempertimbangkan. Jika Ketua Pengadilan Negeri setuju, maka
ia akan menunjuk PIC (Panitera atau Juru Sita) yang akan mengurus proses eksekusi.
Sebelum masuk ke tahapan permohonan sita eksekusi, biasanya akan melalui
tahapan aanmaning. Di dalam tahapan aanmaning ini biasanya akan diberikan surat
terguran kepada pihak yang kalah, untuk memberikan kesempatan sebelum proses sita
eksekusi dimohonkan. Dasar hukum mengenai aanmaning di atur di dalam Pasal 196
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata yang mengatakan bahwa “Jika pihak yang
dikalahkan tidak mau atau lalai untuk memenuhi isi keputusan itu dengan damai, maka
fihak yang menang memasukkan permintaan, baik dengan lisan, maupun dengan surat,
kepada ketua pengadilan negeri yang tersebut pada ayat pertama pasal 195, buat
menjalankan keputusan itu. Ketua menyuruh memanggil fihak yang dikalahkan itu serta
memperingatkan, supaya ia memenuhi keputusan itu di dalam tempo yang ditentukan
oleh ketua, yang selama-lamanya delapan hari”. Pasal tersebut menjelaskan bahwa jika
pihak yang kalah tetap tidak ingin memenuhi kewajibannya, maka akan dikeluarkan
surat peringatan sebelum dijalankannya permohonan sita eksekusi. Di dalam proses
aanmaning harus dibentukkan berita acara berupa bukti administrasi atau dokumentasi
secara yuridis dalam melakukan teguran.
Jika sudah 8 (delapan) hari masih belum ada kejelasan dari pihak yang kalah, maka
akan masuk ke tahapan permohonan sita eksekusi. Permohonan sita eksekusi
diajukan ke ketua pengadilan negeri, yang kemudian akan menunjuk PIC (Panitera atau
Juru Sita) yang bertugas untuk melihat aset-aset dari pihak yang kalah. PIC (Panitera
atau Juru Sita) akan melihat aset-aset apa saja yang dapat disita untuk dijual, sehingga
hasil penjualannya dapat dibayarkan ke pihak pemenang (hasil lelang). Kemudian PIC
(Panitera atau Juru Sita) akan membuat surat permohonan ke Ketua Pengadilan Negeri,
agar terhadap aset-aset milik pihak yang kalah dapat diletakkan sita eksekusi. Pihak
panitera akan melihat aset barang bergerak kemudian dilanjutkan dengan melihat aset
barang tidak bergerak. Sebagai contoh yaitu jika nilai perkaranya sebesar 1 (satu)
miliar, maka PIC (Panitera atau Juru Sita) akan meletakkan sita eksekusi terhadap aset
yang mencapai 1 (satu) miliar. Karena berdasarkan Pasal 197 Ayat (2) Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Perdata mengatakan bahwa “Penyitaan dijalankan oleh panitera
pengadilan negeri”. Pasal tersebut mempertegas bahwa proses eksekusi berupa
penyitaan terhadap asset-aset dari pihak yang kalah dilakukan oleh panitera.
Setelah proses permohonan sita eksekusi dikabulkan, maka masuk ke tahapan
penetapan sita eksekusi. Di dalam penetapan sita eksekusi, telah terdapat kepastian
daftar barang sitaan dari pihak yang kalah. Di dalam sita eksekusi terbagi menjadi 2
(dua) jenis, yaitu secara langsung maupun tidak langsung. Sita eksekusi secara langsung
dilakukan terhadap barang bergerak dan barang tidak bergerak milik pihak yang kalah.
Sedangkan sita eksekusi secara tidak langsung dilakukan terhadap sita eksekusi atau
sita jaminan yang telah dinyatakan sah dan berharga. Di dalam melakukan sita eksekusi,
tidak dapat dilakukan terhadap aset-aset yang menjadi mata pencaharian utama dari
pihak yang kalah. Hal tersebut didukung oleh Pasal 197 Ayat (8) Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Perdata yang mengatakan bahwa “Penyitaan barang yang tidak tetap
kepunyaan orang yang berutang, termasuk juga dalam bilangan itu uang tunai dan surat-
surat yang berharga uang dapat juga dilakukan atas barang berwujud, yang ada
ditangan orang lain, akan tetapi tidak dapat dijalankan atas hewan dan perkakas yang
sungguh-sungguh dipergunakan menjalankan pencaharian orang yang terhukum itu”.
Namun jika yang harus dikembalikan ke pihak yang menang adalah berupa barang,
maka tidak perlu dilakukan proses lelang. Tetapi jika ganti rugi kepada pihak yang
menang berupa uang, maka akan dilakukan proses lelang. Proses lelang dilakukan oleh
kantor lelang yang mendapatkan permohonan dari pengadilan, dengan menunjuk juru
lelang. Hal tersebut didasari oleh Pasal 200 Ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Perdata yang mengatakan bahwa “Penjualan barang yang disita dilakukan dengan
perantaraan kantor lelang, atau menurut keadaan, menurut pertimbangan ketua, oleh
orang yang melakukan penyitaan itu atau orang lain yang cakap dan dapat dipercaya,
yang ditunjuk barang yang tetap maka syarat-syarat yang tersebut pada ayat di atas ini,
dipakai bagi penjualan itu”. Untuk pelelangan barang yang tidak bergerak diumumkan
satu kali melalui surat kabar selambat-lambatnya 14 hari sebelum hari penjualan (Pasal
200 Ayat (9) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata). Sedangkan dalam
pelelangan barang bergerak jika bersamaan serentak dengan barang yang tidak
bergerak, pengumumannya harus dilakukan 2 kali berturut-turut dengan selang
minimum 15 hari (Pasal 200 Ayat (7) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata).
Pada umumnya dalam melakukan proses lelang akan diambil harga tertinggi dari
pembeli. Jika uang hasil dari lelang terdapat kelebihan, maka akan dikembalikan kepada
pihak yang kalah. Namun jika uang hasil lelang masih kurang, maka pihak yang menang
dapat menuntut kekurangan tersebut kepada pihak yang kalah. Jika terdapat banyak
pihak yang menang, maka akan digunakan asas Passu Pro Rata Parte, yaitu dibagi secara
pro rata dengan memperhatikan adanya kreditur preferen maupun kreditur konkuren.
Kreditur preferen dibayar lunas dahulu, kemudian sisanya dibagi kepada kreditur
konkuren Yang paling terpenting dari proses lelang yaitu adanya risalah lelang yang
dilakukan oleh juru lelang. Risalah lelang atau berita acara lelang merupakan landasan
otentik penjualan lelang, yang mencatat seluruh peristiwa penjualan lelang. Lelang yang
dilakukan akan dianggap tidak sah jika tidak adanya risalah lelang.
Sehingga dari penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa terdapat 5 (lima)
proses tahapan eksekusi dalam sebuah perkara perdata. Tahapan pertama yang harus
dilakukan yaitu dengan mengajukan surat permohonan eksekusi ke pengadilan negeri
yang memutus perkara tersebut. Tahapan kedua yaitu aanmaning berupa pemberian
surat terguran kepada pihak yang kalah. Tahapan ketiga yaitu Permohonan sita
eksekusi diajukan ke ketua pengadilan negeri. Tahapan keempat yaitu penetapan sita
eksekusi yang di dalamnya telah terdapat kepastian daftar barang sitaan dari pihak
yang kalah. Tahapan kelima yaitu proses lelang oleh kantor lelang yang mendapatkan
permohonan dari pengadilan, dengan menunjuk juru lelang. Di dalam prosesnya akan
diambil harga tertinggi dari pembeli.

Anda mungkin juga menyukai