Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

STUDI KASUS PERMASALAHAN


“PEKERJAAN ANAK TUNAGRAHITA”

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pre Vokasional atg
Dosen : Hendri Abdul Qohar, M.Pd

Disusun Oleh :

NAADIA NURFALAH
41032102191016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA

BANDUNG

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Diwaktu yang lalu orang-orang menyebut retardasi mental dengan istilah


dungu (dumb), bodoh (stupid), tidak masak (immature), cacat (defective), kurang
sempurna (deficient), dibawah normal (subnormal), tidak mampu (incompetent), dan
tumpul (dull). Istilah lainnya idiot, imbecile, moron, dan feebleminded digunakan
untuk melabel kelompok penyandang tersebut. Walaupun kata tolol (fool) menunjuk
ke orang sakit mental, dan kata idiot mengarah individu yang cacat berat, keduanya
sering digunakan secara bergantian. Istilah selanjutnya mental deficiency, mental
retardation atau developmental disability, dan mental subnormality, lalu Intellectually
disability.
Untuk tentang permasalahan dunia kerja bagi anak tunagrahita. Sebetulnya
Anak tunagrahita ringan masih mampu dan masih memiliki kemampuan non
akademik yang bisa dikembangkan atau dilatih. Arti kemampuan non akademik itu
sendiri adalah sebuah keterampilan vokasional yang dapat digunakan untuk bekal dia
terjun di dunia kerja. Namun sampai saat ini yang menjadi permasalahan ATG pasca
lulus dari jenjang SMALB ialah bagaimana ia mendapat pekerjaan dan hidup tidak
bergantung kepada oranglain. Pekerjaan itu penting bagi ATG sebagai penunjang dia
terjun kemasyarakat.
Dan yang menjadi permasalahan peluang yang minim dan mungkin seperti
menjadi batasan tersendiri bagi sebagian industri bisnis bahwa mempekerjakan ATG,
bisa karena tidak akan masuk ke dalam kriteria kepegawaian dan mungkin dalam
keterampilannya yang kurang. ATG memiliki kesulitan dalam accounting, jadi mereka
tidak akan secara luas bisa mengambil peluang yang berkaitan dengan accounting.
Tetapi jika ATG ringan yang keterampilan vokasionalnya sudah sekolah bina dan
siapkan mereka bisa bekerja di bagian pelayanan hotel sebagai clining servis, atau di
laundri yang tidak melibatkan kemampuan berpikir terlalu keras.
Akan tetapi, untuk anak dalam hambatan kecerdasan dijaman sekarang ini sudah bisa
masuk diindustri perbusanaan, Misal dijasa laudry atau toko- toko baju. Karena anak
tunagrahita memiliki stamina, disiplin waktu, dan kerapihan kerja. Meskipun memang butuh
penyesuaian dan waktu training yang cukup.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu Anak Tunagrahita?

2. Bagaimana pelayanan pendidikan bagi Anak Tunagrahita?

3. Bagaimana peluang pekerjaan bagi Anak Tunagrahita?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui itu Anak Tunagrahita

2. Untuk mengetahui bagaimana pelayanan bagi Anak Tunagrahita

3. Untuk mengetahui peluang pekerjaan bagi Anak Tunagrahita

D. SARAN

Disarankan dengan dibuatnya makalah Studi Kasus ini dapat menambah

wawasan bagi pembaca serta meningkatkan pengetahuan penulis dalam Studi Kasus

Masalah Pekerjaan pada Anak Tunagrahita ini.


BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI ANAK TUNAGRAHITA

American Association on Mental Defiency (AAMD) (1983), mendefinisakan:

“Ketunagrahitaan mengacu pada fungsi intelektual umum yang secara signifikan

berada di bawah rata-rata bersamaan dengan kekurangan dalam tingkah laku

penyesuaian dan berlangsung selama periode perkembangan”. Atau bisa diartikan

bahwa anak tuna grahita menurut AAMD itu adalah IQ anak tunagrahita Berada di

bawah rata-rata minimal 2 standar deviasi, kemudian Tidak dapat mengerjakan tugas

sesuai usianya dan Terjadi selama masa perkembangan usia 0 – 18 tahun.

American Association on Mental Retardation (AAMR) (1992)

“Ketunagrahitaan mengacu pada keterbatasan fungsi intelektual umum dan keterbatasan pada

keterampilan adaptif yang mencakup area: komunikasi, merawat diri, kehidupan di rumah,

keterampilan sosial, bermasyarakat, mengontrol diri, akademik fungsional, waktu luang dan

pekerjaan, dan ketunagrahitaan muncul sebelum usia 18 tahun.”

B. LAYANAN PENDIDIKAN ANAK TUNAGRAHITA

Layanan pendidikan bagi Anak Tunagrahita ini salah satunya adalah Sekolah
khusus (SLB-C)
a) Sekolah khusus harian;
b) Sekolah khusus dengan asrama;
c) Jenjang pendidikan yang ada di sekolah khusus: TKLB (3 tahun), SDLB (6
tahun), SLTPLB (3 tahun), SMALB (3 tahun);
d) Penerimaan murid dilakukan setiap saat;
e) Kenaikan kelas bidang studi & Kenaikan kelas biasa;
f) Dalam sistem ini anak tunagahita mengikuti pendidikan bersama–sama dengan
anak biasa tetapi mereka disediakan program yang disesuaikan dengan
kemampuan dan kebutuhan anak tunagrahita.
C. PELUANG PEKERJAAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA

Anak tunagrahita cenderung memiliki kecerdasan di bawah rata-rata normal.


Mengingat keterbatasan intelektual dan potensi yang dimiliki anak tunagrahita,
mengakibatkan mereka kurang mampu memenuhi kebutuhannya sendiri, dan kurang
memiliki keterampilan untuk bekerja yang memadai. Anak tunagrahita ringan masih
memiliki kemampuan non-akademik yang masih bisa dikembangkan. Kemampuan
non-akademik yang dimaksud yaitu sebuah keterampilan vokasional. Keterampilan
vokasional yang dapat digunakan sebagai bekal untuk memasuki dunia kerja. Dengan
bekal keterampilan vokasional tersebut diharapkan anak tunagrahita dapat
memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan minat anak.
Peluang kerja anak tunagrahita diartikan sebagai kesempatan yang dimiliki
oleh anak tunagrahita dalam memperoleh pekerjaan untuk menunjang kehidupan yang
akan datang. Anak tunagrahita akan lebih mengalami kesulitan dalam memperoleh
kesempatan kerja jika dibandingkan dengan anak normal. Dan untuk anak dalam
hambatan kecerdasan dijaman sekarang ini sudah bisa masuk diindustri perbusanaan, Misal
dijasa laudry atau toko- toko baju. Karena anak tunagrahita memiliki stamina, disiplin waktu,
dan kerapihan kerja. Meskipun memang butuh penyesuaian dan waktu training yang cukup.
BAB III

STUDI KASUS MASALAH

A. IDENTITAS PESERTA DIDIK

1. Nama Lengkap PD : Wilda Sepia


2. Nomor Induk Siswa : 151617
3. Tempat Tanggal Lahir : Ciamis, 1998-06-08
4. Jenis Kelamin (L/P) : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Status dalam Keluarga : Anak
7. Anak ke : 1
8. Alamat Peserta Didik : Dsn. Bojongsari Rt 41/ Rw 14 Ds. Cibeureum
Kec. Sukamantri Kab. Ciamis
9. Nomor Telepon Rumah : -
10. Sekolah Asal : SLB AL FALAH
11. Diterima di Sekolah
Di Kelas : 1 SMALB
12. Nama Orang Tua
a. Ayah : Acum
b. Ibu : Oom
13. Alamat Orang Tua : Dsn. Bojongsari Rt 41/ Rw 14 Ds. Cibeureum
Kec. Sukamantri Kab. Ciamis
14. Pekerjaan Orang Tua
a. Ayah : Buruh tani
b. Ibu : Tidak bekerja
B. DESKRIPSI KEADAAN ANAK

Wilda Sepia adalah salah satu peserta didik lulusan dari Sekolah Luar Biasa
AL FALAH di tahun 2017. Namun karena keterbatasan ekonomi dan keterbatasan
lahan pekerjaan di daerah Sukamantri dalam pengembangan kerja anak disabilitas.
Maka sampai saat ini wilda belum juga bisa bekerja dan terjun langsung ke lapangan
untuk mendapat hak bekerja sebagaimana hak setiap manusia yanglainnya.
Akan tetapi setelah lulus dari SLB juga pun kemampuan vokasional Wilda
Sepia memang tidak berkembang maksimal, dikarenakan pada dulu kala stigma
masyarakat akan ABK masih pandangan jaman dulu, yang menganggap anak ABK itu
sebuah aib yang tidak boleh diketahui oleh orang orang dan masyyarakat umum.
Orang tuanya hanya cukup mengantar anaknya pergi ke sekolah itupun tidak full
karena memang konsini mental dan emosinya yang sering tidak stabil.
Tetapi pihak sekolah sudah berusa mengembangakan kemampuan ananda
Wilda Septia dengan semaksimal mungkin, dengan cara memberikan pelatihan
terhadap minatnya dalam bermakeup. Namun bagaimanapun keadaan yang serba
belum tersedia sampai saat ini dalam artian lapangan pekerjaan juga kesempatan yang
sempit juga di daerah sukamantri untuk anak disabilitas membuat ananda Wilda Sepia
yang sampai saat ini hanya duduk dan diam di rumah. Kemudian karena memang
mental dan emosi yang masih belum bisa dikendalikan membuat ia masih kesulitan
dengan beradaptadi dan menyesuaikan dilingkungan yang baru.
Wilda juga mengalami kesulitan untuk Mobilitas yang disebabkan
tertinggalnya proses perkembangannya di waktu kecil. Dan ia baru di masukan ke
SLB di usia sekolah SMALB, maka dari itu perkembangan- perkembangan motorik
nya yang tertinggal sulit untuk lebih dikejar juga.
Pada akhirnya ananda Wilda Sepia hanya bisa duduk dan ditemani
orangtuanya bermain dan mengerjakan pekerjaan rumah, itupun sangat sangat sulit
karena memang sangat perlu dampingan setiap saat.
BAB IV

KESIMPULAN

Pada salah satu kasus ini saya simpulkan bahwa Peluang pada saat ananda Wilda
Sepia lulus dari Sekolah menengah atas, ia masih kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan dan
kesempatan kerja di industri kecantikan dan perbusanaan sebagaimana mestinya. Lingkungan
dan aturan di daerah belum bisa mendukung pemanfaatan dan penyertaan anak disabilitas di
dalam ranah pekerjaan di masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai