Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pre Vokasional atg
Dosen : Hendri Abdul Qohar, M.Pd
Disusun Oleh :
NAADIA NURFALAH
41032102191016
BANDUNG
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
C. TUJUAN
D. SARAN
wawasan bagi pembaca serta meningkatkan pengetahuan penulis dalam Studi Kasus
PEMBAHASAN
bahwa anak tuna grahita menurut AAMD itu adalah IQ anak tunagrahita Berada di
bawah rata-rata minimal 2 standar deviasi, kemudian Tidak dapat mengerjakan tugas
“Ketunagrahitaan mengacu pada keterbatasan fungsi intelektual umum dan keterbatasan pada
keterampilan adaptif yang mencakup area: komunikasi, merawat diri, kehidupan di rumah,
keterampilan sosial, bermasyarakat, mengontrol diri, akademik fungsional, waktu luang dan
Layanan pendidikan bagi Anak Tunagrahita ini salah satunya adalah Sekolah
khusus (SLB-C)
a) Sekolah khusus harian;
b) Sekolah khusus dengan asrama;
c) Jenjang pendidikan yang ada di sekolah khusus: TKLB (3 tahun), SDLB (6
tahun), SLTPLB (3 tahun), SMALB (3 tahun);
d) Penerimaan murid dilakukan setiap saat;
e) Kenaikan kelas bidang studi & Kenaikan kelas biasa;
f) Dalam sistem ini anak tunagahita mengikuti pendidikan bersama–sama dengan
anak biasa tetapi mereka disediakan program yang disesuaikan dengan
kemampuan dan kebutuhan anak tunagrahita.
C. PELUANG PEKERJAAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA
Wilda Sepia adalah salah satu peserta didik lulusan dari Sekolah Luar Biasa
AL FALAH di tahun 2017. Namun karena keterbatasan ekonomi dan keterbatasan
lahan pekerjaan di daerah Sukamantri dalam pengembangan kerja anak disabilitas.
Maka sampai saat ini wilda belum juga bisa bekerja dan terjun langsung ke lapangan
untuk mendapat hak bekerja sebagaimana hak setiap manusia yanglainnya.
Akan tetapi setelah lulus dari SLB juga pun kemampuan vokasional Wilda
Sepia memang tidak berkembang maksimal, dikarenakan pada dulu kala stigma
masyarakat akan ABK masih pandangan jaman dulu, yang menganggap anak ABK itu
sebuah aib yang tidak boleh diketahui oleh orang orang dan masyyarakat umum.
Orang tuanya hanya cukup mengantar anaknya pergi ke sekolah itupun tidak full
karena memang konsini mental dan emosinya yang sering tidak stabil.
Tetapi pihak sekolah sudah berusa mengembangakan kemampuan ananda
Wilda Septia dengan semaksimal mungkin, dengan cara memberikan pelatihan
terhadap minatnya dalam bermakeup. Namun bagaimanapun keadaan yang serba
belum tersedia sampai saat ini dalam artian lapangan pekerjaan juga kesempatan yang
sempit juga di daerah sukamantri untuk anak disabilitas membuat ananda Wilda Sepia
yang sampai saat ini hanya duduk dan diam di rumah. Kemudian karena memang
mental dan emosi yang masih belum bisa dikendalikan membuat ia masih kesulitan
dengan beradaptadi dan menyesuaikan dilingkungan yang baru.
Wilda juga mengalami kesulitan untuk Mobilitas yang disebabkan
tertinggalnya proses perkembangannya di waktu kecil. Dan ia baru di masukan ke
SLB di usia sekolah SMALB, maka dari itu perkembangan- perkembangan motorik
nya yang tertinggal sulit untuk lebih dikejar juga.
Pada akhirnya ananda Wilda Sepia hanya bisa duduk dan ditemani
orangtuanya bermain dan mengerjakan pekerjaan rumah, itupun sangat sangat sulit
karena memang sangat perlu dampingan setiap saat.
BAB IV
KESIMPULAN
Pada salah satu kasus ini saya simpulkan bahwa Peluang pada saat ananda Wilda
Sepia lulus dari Sekolah menengah atas, ia masih kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan dan
kesempatan kerja di industri kecantikan dan perbusanaan sebagaimana mestinya. Lingkungan
dan aturan di daerah belum bisa mendukung pemanfaatan dan penyertaan anak disabilitas di
dalam ranah pekerjaan di masyarakat.