Kaidah hukum dilihat dari isinya dapat dibagi menjadi 3 (tiga) : 1. Kaidah hukum yang berisi "Perintah", yang mana mau tidak mau harus dijalankan dan ditaati. 2. Kaidah hukum yang berisi "Larangan". 3. Kaidah hukum yang berisi "Perkenan", yang mana hanya mengikat sepanjang para pihak yang bersangkutan tidak menentukan lain dalam perjanjian. Ditinjau dari sifatnya, kaidah hukum ada 2 (dua) macam :
1. Kaidah hukum yang bersifat imperatif,
Kaidah hukum itu imperatif apabila kaidah hukum itu bersifat apriori harus ditaati, bersifat mengikat atau memaksa. Contoh ketentuan yang bersifat imperatif, Pasa 1334 ayat 2 BW.
2. Kaidah hukum yang bersifat fakultatif.
Kaidah hukum itu fakultatif apabila kaidah hukum itu tidak secara apriori mengikat. Kaidah hukum fakultatif ini sifatnya melengkapi, subsidiair atau dispositif.
Kaidah hukum yang isinya perintah dan larangan bersifat imperatif, sedangkan yang isinya perkenan bersifat fakultatif.
Bentuk kaidah hukum ada 2 (dua) :
1. Kaidah hukum tidak tertulis,
Kaidah hukum tidak tertulis itu tumbuh di dalam dan bersama masyarakat secara spontan dan mudah menyesuaikan dengan perkembangan masyarakat. Karena tidak dituangkan dalam bentuk tulisan, maka seringkali tidak mudah untuk diketahui.
2. Kaidah hukum tertulis,
Kaidah hukum tertulis yaitu yang dituangkan dalam bentuk tulisan, dalm bentuk undang- undang dan sebagainya, mudah dikatahui dan lebih menjamin kepastian hukum. Konon kaidah hukum dalam bentuk tulisan pertama yang dikenal manusia dalam sejarah adalah "Undang-Undang Raja Hamurabi" dari babilon yang hidup antara tahun 1955 sampai 1913 SM.