I. Latar Belakang
Menurut Karl Menninger (Dewi 2012), individu yang sehat mentalnya
adalah mereka yang memiliki kemampuan untuk menahan diri, menunjukkan
kecerdasan, berperilaku dengan menenggang perasaan orang lain, serta memiliki
sikap hidup yang bahagia.
Pieper dan Uden (2006) mengatakan bahwa kesehatan mental adalah suatu
keadaan dimana seseorang tidak mengalami perasaan bersalah terhadap dirinya
sendiri, memiliki estimasi yang realistis terhadap dirinya sendiri dan dapat
menerima kekurangan dan kelemahannya, kemampuan menghadapi masalah-
masalah dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam kehidupan sosialnya serta
memiliki kebahagiaan dalam hidupnya.
World Health Organization (WHO, 2001), menyatakan bahwa kesehatan
mental merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu, yang di
dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan
yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta berperan serta
di komunitasnya. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa kesehatan mental adalah kemampuan seseorang untuk
mengembangkan potensi diri dan memiliki kepuasan dalam hidupnya.
Pada usia remaja (15-24 tahun) memiliki persentase depresi sebesar 6,2%.
Depresi berat akan mengalami kecenderungan untuk menyakiti diri sendiri
(selfharm) hingga bunuh diri. Sebesar 80 – 90% kasus bunuh diri merupakan
akibat dari depresi dan kecemasan. Kasus bunuh diri di Indonesia bisa mencapai
10.000 atau setara dengan setiap satu jam terdapat kasus bunuh diri. Menurut ahli
suciodologist 4.2% siswa di Indonesia pernah berpikir bunuh diri. Pada kalangan
mahasiswa sebesar 6,9% mempunyai niatan untuk bunuh diri sedangkan 3% lain
pernah melakukan percobaan bunuh diri.
Depresi pada remaja bisa diakibatkan oleh beberapa hal seperti tekanan
dalam bidang akademik, perundungan (bullying), faktor keluarga, dan
permasalahan ekonomi. Dari sekian banyak faktor yang memengaruhi gangguan
kesehatan mental pada remaja, yang menjadi mayoritas permasalahan gangguan
mental pada remaja adalah faktor keluarga, lingkungan dan pergaulan sosial.
Banyak sekali dampak negatif dari masalah ini jika tidak dicegah dan ditindak-
lanjuti dengan baik. Antara lain dapat menimbulkan efek ringan yaitu mudah
cemas sampai dengan efek berat yakni depresi yang berujung dengan kematian
atau bunuh diri.
Dampak yang sedang popular dikalangan remaja masa ini adalah Anxiety
dan Self Harming. Kecemasan berlebih atau Anxiety sering mengganggu pikiran
dan suasana hati sehingga individu sulit fokus dalam melakukan berbagai hal dan
mengganggu kosentrasi. Sedangkan melukai diri sendiri atau self harming sangat
sering kami jumpai pada remaja masa kini. Tindakan melukai diri menggunakan
benda tajam maupun mencari pelampiasan berupa rokok dan alcohol.
Hal ini sangat merugikan remaja dari segala sisi baik dari sisi psikologis,
menjadi kurang stabil dalam menghadapi masalah kehidupan dan sulit untuk
berkosentrasi maupun dari sisi fisik remaja yang memengaruhi kesehatan
jasmaninya.
II. Tujuan
IV. Metode
Metode ceramah, pemaparan power point, penayangan video dan tanya jawab
V. Media
Power point
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebut, kesehatan mental
mencakup kesejahteraan emosional, psikologis, dan sosial manusia. Hal-hal ini
membantu manusia untuk berpikir, merasa, dan bertindak, serta menghadapi
stres, berhubungan dengan orang lain, dan membuat keputusan yang tepat.
Oleh karena itu, penting bagi seseorang untuk memiliki mental yang sehat
sedari kecil. Dengan memiliki mental yang sehat, seseorang dapat merasakan
berbagai manfaat dalam menjalankan kehidupannya, seperti:
1. Lebih mampu mengatasi stres dan tekanan hidup.
2. Sehat secara fisik atau jasmani.
3. Dapat menjalin hubungan yang baik dengan sesama manusia.
4. Dapat berkontribusi di masyarakat.
5. Bekerja secara produktif.
6. Sadar potensi yang dimiliki.
Tak hanya itu, kesehatan mental dan fisik pun sangat berkaitan. Seseorang yang
memiliki gangguan mental, terutama depresi, dapat meningkatkan risiko
berbagai masalah fisik pada masa mendatang, seperti stroke, diabetes tipe 2, dan
penyakit jantung.
Sebaliknya, kondisi fisik yang kronis pun dapat meningkatkan risiko gangguan
mental (mental illness) pada seseorang. Oleh karena itu, menjaga mental dan
fisik yang sehat sangat penting dilakukan untuk mencegah berbagai penyakit
yang tentu akan mengganggu kehidupan Anda.
2. Jenis-jenis Gangguan Kesehatan Mental pada Remaja
1. Anxiety
yaitu kecemasan yang berlebihan akan suatu hal tentang masa depan,
menimbulkan perasaan bersalah dan menyebabkan stres.
Ciri ciri diantaranya yaitu :
- sulit berkosentrasi
- merasa khawatir setiap saat
- sering merasa gelisah saat tidur
2. Bipolar
yaitu menyerang kondisi pikiran seseorang yang menyebabkan perubahan suasana
hati dan sikap secara tiba-tiba
Ciri-ciri diantaranya yaitu :
- merasa gembira dan sedih berlebihan
- emosi mudah terpancing
- berbicara sangat cepat
3. Skizofrenia
yaitu gangguan mental kronis yang menyerang pikiran, menyebabkan halusinasi,
delusi dan perubahan perilaku secara ekstrim
Ciri-ciri diantaranya yaitu :
- emosi datar dan sulit ditebak
- meracau saat berbicara
- sulit membedakan pikiran dan kenyataan
5. Depresi
yaitu gangguan suasana hati yang dapat berpengaruh terhadap pola pikir dan
perasaan
Ciri-ciri diantaranya yaitu :
- sering merasa sedih
- merasa tidak berguna
- menyalahkan diri sendiri
6. Eating Disorder
yaitu gangguan tingkah laku pola makan seperti anoreksia & bulimia. Anoreksia
adalah obsesi berat badan kecil hingga rela kelaparan sedangkan Bulmia adalah
kelainan yang membuat seseorang memuntahkan makanan setelah dikonsumsi
agar berat badan tidak berubah
Ciri-ciri diantaranya yaitu :
- tidak nafsu makan
- selalu merasa dirinya gemuk
- memuntahkan makanan setelah makan
Faktor-faktor kesehatan mental secara garis besar ada dua yaitu faktor internal
dan eksternal.
Faktor internal ini antara lain meliputi:
1. Kepribadian
Kepribadian memengaruhi cara kerja seseorang dalam kinerja otak untuk
menentukan perilaku dan hubungan sosialnya. Dua faktor utama yang
dinilai sangat berperan besar dalam terbentuknya kepribadian adalah gen
yang diwariskan oleh orang tua (temperamen) dan lingkungan. Macam
sikap yang dimiliki oleh orang dengan gangguan kepribadian diantaranya
implusif, suka berkhayal, suka menyendiri, tidak bisa dikendalikan,
menyakiti diri sendiri, gila kendali dan lain sebagainya.
2. Kondisi fisik,
Kesehatan fisik yang buruk dapat berdampak negatif untuk Kesehatan
mental. Adapun contohnya yakni dengan mengalami kecacatan fisik,
mengidap penyakit, mudah sakit, juga memiliki fisik yang berbeda dengan
orang lain di tempat tersebut akan menurunkan rasa percaya diri dan sulit
bersosialisasi.
3. Perkembangan dan kematangan,
Kedewasaan dalam berpikir, dan bertindak sangat berpengaruh dalam
membentuk karakter individu sehingga dapat menyelesaikan problematika
hidup dengan baik. Anak kecil akan lebih mudah menangis daripada orang
dewasa. Anak-anak akan fokus dalam bermain daripada bekerja.
Begitupun orang dengan mental yang belum siap akan selalu merasa
terpojok dan sukar menemukan solusi.
4. Kondisi psikologis,
Kondisi psikologis yang stabil akan memunculkan emosi yang stabil dan
terkendali sehingga lebih mampu menyikapi suatu masalah. Orang dengan
psikologis yang stabil umumnya tidak mudah marah, tenang, sabar, dan
tidak cepat bertukar mood.
5. Kondisi spiritual
Agama sebagai keyakinan dan Kesehatan jiwa, terletak pada sikap
penyerahan diri seseorang terhadap kekuasaan YME. Sikap tersebut
memberikan rasa optimis pada diri seseorang sehingga muncul perasaan
positif seperti bahagia, merasa dicintai dan merasa aman.
6. Cara berfikir
Orang-orang yang memiliki pekerjaan yang memicu stres, seperti dokter
dan pengusaha dan orang yang mengalami kegagalan dalam hidup, seperti
sekolah atau kehidupan kerja akan lebih mudah stress dalam menghadapi
hidup. Namun berbeda halnya jika mereka memiliki kesenangan ataupun
pemikiran yang luas dalam hal itu. Mereka tidak akan mudah stress dan
dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.
1. Memperkuat spiritualitas
Spiritualitas mengandung nilai-nilai yang bersifat rohani, seberti
kejujuran, keindahan, dan kebahagiaan. Beberapa penelitian
menunjukkan spiritualitas memiliki pengaruh terhadap kondisi
kesehatan mental individu. Spiritualitas dan religiusitas mampu
memberikan kekuatan bagi individu yang mengalami emosi negatif
dan keinginan untuk bunuh diri, serta meningkatkan resiliensi
ketika menghadapi tekan hidup (Hodapp & Zwingmann, 2019;
Dangel, 2019; Koenig & Al Shohaib, 2019).
Hal ini dikarenakan spiritualitas mengajarkan bagaimana kita untuk
tetap bersyukur atas segala masalah dan bagi orang yang beriman,
mereka akan percaya bahwa mereka tidak sendiri. Ada Tuhan yang
membantu mereka di segala kondisi sehingga hati menjadi lebih
tenang dan emosi menjadi lebih stabil.
Semua spiritualitas sejatinya mengajarkan hal yang baik, namun
hanya berbeda dengan cara penyampaiannya. Bentuk-bentuk
spiritualitas ini tergantung dengan agama yang dianut. Seperti
Islam yang biasa mengaji dan shalat, Kristen dan Katolik yang
selalu menjalankan ibadah gereja, Hindu, Buddha dan Konghucu
yang selalu sembayang sesuai ajaran agamanya masing-masing.