Anda di halaman 1dari 12

1

MAKALAH

FISIOTERAPI PADA ASMA

Disusun oleh :

GALIH ADHI ISAK SETIAWAN

201410301127

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2016
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asma merupakan problem kesehatan di seluruh dunia, yang mempengaruhi kurang lebih 300
juta jiwa. Angka kematian di dunia akibat asma diperkirakan mencapai 250.00 orang per
tahun (Ikawati, 2011).

Penyakit asma merupakan penyakit misterius yang sukar disembuhkan dan cenderung
kambuh meski berobat secara teratur karena hanya bergantung pada obat-obatan yang
dimasukkan pada alat, seperti nebulizer, meski dengan menggunakan nebulizer, pasien sudah
merasakan lebih baik dan sesak napas berkurang, namun akan lebih efektif jika setelah
menggunakan nebulizer diberikan latihan pernapasan, untuk meningkatkan kualitas hidup
pada penderita asma (Barmawi, 2006).

Nebulizer merupakan suatu alat pengobatan dengan cara pemberian obatobatan dengan
menghirup, setelah obat-obatan tersebut terlatih dahulu dipecah menjadi partikel-partikel
yang lebih kecil melalui cara aerosol (Putri dan Soemarmo, 2013).

Menurut Nursalam (2003) dalam Utami (2014), breathing exercise atau latihan pernapasan
diafragma adalah suatu proses pernapasan secara konsentrasi mersakan udara masuk melalui
hidung kedalam tubuh kemudian keluarkan dari mulut yang dilakukan dalam posisi nyaman,
berbaring dengan rileks, serta melonggarkan pakaian di sekitar leher dan pinggang.
Pernapasan ini memerlukan keyakinan dan konsentrasi yang memusatkan perhatian hanya
dengan pernapasan diafragma yang bertujuan untuk mengurangi sesak napas (Utami, 2014).
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi asma

Asma adalah penyakit obstruktif saluran pernapasan akibat penyempitan saluran napas yang
sifatnya reversibel (penyempitan dapat hilang dengan sendirinya) yang ditandai oleh episode
obstruktif pernapasan diantara dua interval asimtomatik. Namun, ada kalanya sifat reversibel
ini berubah menjadi kurang reversibel (penyempitan baru hilang setelah mendapat
pengobatan) (Djojodibroto, 2007).

B. Etiologi

Beberapa faktor resiko terjadinya asma dapat dibagi menjadi dua, yaitu yang menyebabkan
berkembangnya asma pada individu dan yang memicu terjadinya gejala asma. Faktor yang
pertama dari faktor pasien, yang meliputi unsur genetik, obesitas dan jenis kelamin. Faktor
yang kedua adalah pemicu terjadinya gejala asma yang meliputi asap rokok, polusi udara baik
di dalam maupun diluar ruangan (Ikawati, 2011).

C. Klasifikasi

Klasifikasi asma (Ikawati, 2011) mencakup empat kategori, antara lain:

a. Mild Intermitent (ringan intermitent), dimana kondisi klien asma ringan yang sebentar.

b. Mild persisten, dimana kondisi klien dengan asma ringan yang terus menerus atau
menetap.

c. Moderate persisten, dimana kondisi klien dengan asma sedang yang terus menerus atau
menetap. 4

d. Severe persisten, dimana kondisi klien asma berat yang terus menerus atau menetap.

D. Tanda dan gejala

Menurt Ikawati (2011) untuk mendiagnosa adanya asma antara lain: adanya sesak napas,
mengi saat menghirup napas, riwayat batuk yang memburuk pada malam hari, dada sesak
4

yang terjadi berulang, dan napas tersenggal-senggal, adanya meningkatan gejala pada saat
olahraga dan terbangun malam-malam dengan gejala-gejala seperti di atas.

E. Anatomi fisiologi
      1. Anatomi Saluran Pernafasan
Fungsi utama pernafasan adalah pertukaran gas, dimana O2 akan diambil dari  alveolus
dan dibawa oleh hemoglobin menuju ke jaringan yang akan diperlukan dalam
proses  metabolisme, CO2  sebagai  hasil dari  sisa metabolisme akan dibuang saat ekspirasi.
Secara anatomi pernafasan dimulai dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus,
bronkeolus, paru-paru.
           1.1. Hidung
Merupakan saluran nafas pertama yang dilapisi oleh membran mukosa yang bersilia dan
juga selaput lendir. Saluran ini dilapisi dengan epithelium silinder dan sel epitel berambut,
yang mana udara akan disaring, dihangatkan dan dilembabkan.Ketiga proses tersebut
merupakan fungsi utama rongga hidung sebagai bagian dari respirasi.
1.2. Faring
Sebuah pipa musculo membranosa, panjangnya 12-14 cm membentang dari basis cranial
sampai setinggi verterbra servikalis. Lebar faring dibagian superior ± 3,5 cm. Faring terdiri
dari : Nasofaring (bagian yang berbatasan dengan rongga hidung), Orofaring (bagian yang
berbatasan dengan rongga mulut), Hipofaring (bagian  yang berbatasan dengan  laring, yakni
pemisahan antara udara dan makanan)
           1.3. Larynx (tekak)
Larynx merupakan saluran udara yang bersifat sphingter dan juga organ pembentuk suara,
yang membentang antara lidah sampai trakea. Letak larynx didepan  bagian  terendah  faring
yang memisahkan dari kolumna vertebra, berjalan dari farynx sampai ketinggian vertebra
servikalis dan masuk kedalam trakea di bawahnya. Fungsi larynx sebagai jalan udara dan
celah suara diantara pita suara sebagai pelindung dari jalan udara. Diantara pita suara terdapat
glotis yaitu pemisah antara saluran pernafasan dan pencernaan. 
1.4. Trakea
Trakea merupakan pipa udara yang terbentuk dari tulang rawan dan selaput fibro
muscular, panjang trakea ± 10-11 cm, tebal 4-5 mm, diameter 2,5 cm dan luas permukaan 5
cm2. Bagian belakang trakea terdapat 16 -20 cincin tulang rawan yang    membentuk huruf ”
U”. Adanya cincin tersebut menyebabkan trakea selalu terbuka, sehingga dapat bernafas
dengan leluasa. Trakea bercabang menjadi 2 yaitu bronkus kiri dan bronkus kanan.
5

1.5. Bronkus
Bronkus merupakan percabangan dari trakea yang membentuk bronkus
kanan dan  bronkus kiri, antara bronkus kanan dan bronkus kiri tidak sama, karena bronkus
kanan lebih pendek dan lebar dari pada bronkus kiri, kemudian bronkus kanan
bercabang  menjadi  tiga  bronkus  sedangkan  bronkus kiri bercabang menjadi dua bronkus.
1.6.  Bronkeolus
Cabang-cabang yang lebih kecil dan keluar dari bronkus,bronkeolus
tidak diperkuat  oleh  cincin  tulang  rawan tetapi otot polos sehingga dapat berubah
ukurannya. (2,7)

1.7.  Paru-paru
Paru-paru adalah organ yang berbentuk kerucut dengan puncak (apex) diatas dan muncul
sedikit lebih tinggi dari klavikula didalam dasar leher. Paru-paru dibungkus oleh pleura, paru-
paru di bagi menjadi 2: paru kanan dan paru kiri, paru kanan lebih besar dari paru kiri, karena
paru kanan terdapat 3 lobus dan 10 segment,sedangkan paru kiri terdapat 2 lobus dan 8
segment yaitu :
1). Paru kanan
a). Lobus Superior
(1). Segment Apikal
(2). Segment Posterior                            
(3). Segment Anterior
b). Lobus Medius
(1). Segment Lateralis
(2). Segment Medialis
c). Lobus Inferior
(1). Segment Superior
(2). Segment Mediobasal
(3). Segment Anterobasal
(4). Segment Laterobasal
(5). Segment Posterobasal

2). Paru kiri


a). Lobus Superior
(1). Segment Apicoposterior
6

(2). Segment Anterior


(3). Segment Lingula Superior
(4). Segment Lingula Inferior
b). Lobus Inferior
(1). Segment Superior
(2). Segment Anteromediobasal
(3). Segment Laterobasal
(4). Segment Posteriorbasal 

2.  Rongga Dada dan Fisiologi Pernafasan

2.1. Rongga dada


Thorax atau dada merupakan bagian tubuh yang terletak antara leher dan
abdomen.  Rongga  dada  bagian  posterior  terdiri  dari  12 vertebra thorakalis, 12 pasang
costa. Sedangkan bagian depan anterior terdiri dari sternum dan cartilago costa. Rongga dada
memiliki akses masuk ke dalam lewat  pintu atas dan pintu bawah thorax. Pintu atas thorax
yang sempit, terbuka dan berkesinambungan dengan leher sedangkan pintu bawah yang
relatif  luas  tertutup  oleh   diafragma.  Fungsi thorax melindungi organ       internal dan
memberi ruang untuk proses respirasi.(2,3)         

           2.2. Fisiologi Pernafasan


Proses pernafasan dapat di bagi dalam tiga proses utama :
1. Ventilasi pulmonal, keluar masuknya udara antara dari luar ke alviole paru-paru.
2.  Difusi O2 dan CO2 antara alviole dan darah.
3.  Transportasi O2 dan CO2  dalam dan cairan tubuh ke dan dari sel-sel.

F. Biomekanik

1. Gerakan pernafasan
Saat bernafas gerak dinding thorax dan diafragma menghasilkan perubahan diameter dan
volume rongga thorax. Saat inspirasi adalah proses aktif kontraksi otot-otot. Inspirasi terjadi
bila diafragma telah dapat rangsangan dari n. Prenikus lalu mengerut datar. Rongga dada
7

membesar udara di dalamnya berkurang dan masukan udara di dorong keluar. Jadi proses
respirasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.

2. Otot pernafasan
a. Otot inspirasi utama
- Diafragma
- External intercostalis
- Internal intercostalis
b. Otot bantu inspirasi
- Sternocleidomastoideus
- Trapezius
- Seratus
- Pectoralis mayor dan minor
- Latismus dorsi
- Scaleni
c. Otot expirasi utama
- Internal obliq
- External obliq
- Rectus abdominis
- Tranversus abdominis
d. Otot bantu expirasi
- Latismus dorsi
- Iliocostalis lumborum
- Quadratus lumborum
G. Patologi
  Pada saat pertama kali masuk kedalam tubuh, alergan akan merangsang sistem
pertahanan tubuh untuk menghasilkan zat anti yang lebih di kenal dengan nama
imunoglobulin E (IgE) tubuh penderita alergi sangat rendah memproduksi IgE yang sangat
spesifik terhadap alergan yang merangsangnya.
        Pada saat penderita alergi IgE selain beredar dalam darah juga menempel pada basofil
(sejenis sel darah putih) dan mastosid ( terdapat dalam jaringan terutama pada saluran napas,
serna dan kulit), jika suatu saat penderita berhubungan lagi dengan alergan tadi akan
berkaitan dengan IgE yang telah menempel pada mastosid, mastosid akan mengeluarkan zat
kimia yang disebut mediator ke jaringan sekitarnya. Mediator inilah yang menyebabkan
8

berbagai gejala alergi, jika mediator ini di lepaskan pada saluran napas maka akan
menyebabkan penyempitan saluran napas (obstruksi) dan dapat menimbulkan serangan asma

H. Gambaran klinik
         Di tandai dengan :
- Adanya sesak nafas
- Adanya wheezing (batuk yang di sertai mengi )
- Sputum yang sulit di keluarkan
- Cemas, gelisah, banyak keringat, rasa mual, pucat
- Postural yang buruk
- Frekuensi pernapasan yang meningkat.
9

I. Modalitas Fisioterapi

     1.  Postural drainage
Merupakan suatu teknik untuk mengalirkan sekresi dari berbagai segmen menuju saluran
nafas yang lebih besar, dengan menggunakan pengaruh gravitasi dan  pengaruh   posisi
pasien yang sesuai dengan letak sputumnya. Sebelum dilakukan PD memperbanyak minum
dahulu, ± 1 jam sebelum dilakukan PD.

2.  Tapotement
Tapotement adalah teknik cupping yang dilakukan dengan menepuk-nepuk telapak
tangan secara ritmik dan berirama pada dinding thorax, punggung dan daerah costa samping
kanan dan kiri. Tapotement diberikan bersamaan dengan PD dan dapat juga selama
penyinaran IR dengan ± 10-15 mnt. Tujuannya untuk memindahkan sputum ke cabang
bronkus utama yang kemudian pasien disuruh         untuk batuk.

     3.  Batuk efektif
Batuk merupakan suatu gerakan reflek untuk mengeluarkan benda asing atau sputum
dari dalam saluran pernafasan. Dalam latihan batuk harus di lakukan        dengan benar yaitu
dengan pengembangan daerah perut dan pinggang secara perlahan-lahan yang bertujuan
untuk pengisian udara pada daerah bronkiolus   tanpa menyebabkan sekresi tersebut terbawa
masuk lebih dalam pada saluran bronkiolus.
Posisi  pasien pada  batuk efektif yang benar adalah posisi pasien duduk
dengan badan  agak  condong   ke depan   agar  memudahkan kontraksi otot    dinding perut
dan dada sehingga menghasilkan tekanan abdominal yang benar. Teknik pelaksanaan batuk
efektif yaitu pasien tarik nafas lewat hidung pelan dan dalam, kemudian menahan
nafas   beberapa saat (2-3dtk) selanjutnya pasien disuruh mengontraksikan otot perut sambil
mengeluarkan nafas dengan dibatukan. Batuk dilakukan sebanyak 2 kali dengan mulut
terbuka dan dilakukan setelah respirasi sebanyak 2-3 kali, batuk yang
pertama  akan melepaskan sputum dari tempat perlengketannya dan batuk yang kedua akan
membantu mengeluarkan sputum dari saluran pernafasan.
10

4.  Breathing exercise
                 Latihan ini meliputi latihan pernafasan dada dan perut. Melakukan latihan yang benar
adalah tarik nafas lewat hidung dan hembuskan lewat mulut. Latihan ini bertujuan untuk
memperbaiki ventilasi udara, melatih pernafasan diafragma, memelihara elastisitas jaringan
paru-paru dan menjaga expansi thorax.

     5.  Mobilisasi sangkar thorax


                 Latihan ini meliputi gerakan-gerakan pada trunk dan anggota gerak
atas,dapat dilakukan  bersamaan  dengan  breathing  exercise. Sehingga otot-otot pernafasan
dan otot bantunya yang mengalami ketegangan akan menjadi rilex

     6.  IR (infra red)


                 Penyinaran  diberikan  pada  daerah  dada dan punggung atas. Lamanya penyinaran ± 15
mnt, dibagi 2 = bagian dada 7,5 mnt dan bagian punggung atas 7,5 mnt. Tujuan penyinaran
untuk mendapatkan relaksasi lokal pada daerah dada dan punggung juga untuk memperbaiki
sirkulasi darah (fasodilatasi pmbuluh darah).
11

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

a.       Rehabilitasi untuk penderita asma mempunyai tujuan meningkatkan fungsi dan


memperbaiki kualitas hidup.
b.      Teknologi fisioterapi yang digunakan untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh
asma brochiale adalah IR dan Terapi Latihan.

B. SARAN

1.      Fisioterapi
a.       Memahami dan mengerti tentang fisiologi pernapasan.
b.      Memberikan latihan secara bertahap dan continyu.
c.       Mengikuti perkembangan fisioterapi

2.      Penderita 
a.       Mau bekerjasama dengan terapis.
b.      Menghindari factor pencetus yang memperberat asma brochiale.
c.       Menghindari polusi khususnya asap rokok ataupun cuaca yang tidak mendukung.

3.       Keluarga
a.        Beri dukungan mental ke penderita.
b.      Menjaga kebersihan lingkungan setempat.
c.       Mengawasi semua kativitas penderita.
12

DAFTAR PUSTAKA

       Association Indonesia. 1984. Majalah Ikatan Dokter Paru Indonesia.Vol 4 no 4.


Jakarta : Rs Persahabatan.
      Harahap, Yunus.2003. Pertemuan Ilmiah Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi.
Jakarta : Rs Persahabatan Jakarta Timur.
    Rab. Tabrani H.1996. Ilmu Penyakit Paru-paru. Jakarta : Hipocrates
Syaifudin.1992. Anatomi Fisiologi untuk siswa perawat.edisi revisi.Jakarta : EGC.
Soenarno, P.2000.” Peranan Fisioterapi dan Indonesia Sehat 2010 “. Dalam Temu
Ilmiah Tahunan Fisioterapi (TITAFI)XV.Semarang
  Putz, R dan R Pabst.1995.Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC
  http://www.google.com/penataksanaan fisioterapi pada kasus asma brochiale.

Anda mungkin juga menyukai