Anda di halaman 1dari 17

2

Pondok Kebon Jambu Al – Islamy mengajarkan kitab – kitab klasik atau

kitab kuning (al- kutub as- safra’) dengan metode bandongan atau sorogan yang

berpegang pada prinsip “asal selesai dibacakan (Jawa : hatam)” baru kemudian

diulang kembali atau dilanjutkan pada kitab kitab selanjutnya.

Salah satu faktor alasan orang tua memilih pendidikan pesantren adalah

keyakinan akan kemampuan lembaga pendidikan ini dalam membekali anak

dengan ilmu agama Islam.

Pondok pesantren sendiri memiliki berbagai tradisi yang berkembang

dilingkungannya, yang kemudian menjadikan tradisi – tradisi tersebut sebagai

budaya. Budaya sendiri dimaknai sebagai suatu cara hidup milik bersama yang

akan terus berkembang dan akan diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya.

Manusia akan selalu melahirkan, menciptakan, menumbuhkan, dan

mengembangkan budaya, tidak ada manusia tanpa kebudayaan, serta tidak ada

kebudayaan tanpa manusia. (Nurdien : 2015)

Tentunya terdapat perbedaan antara budaya pesantren dengan budaya

sekolah pada umumnya, terdapat tujuh unsur dari kebudayaan, yaitu bahasa,

sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi,

sistem mata pencarian hidup, sistem religi, dan sistem kesenian. Sehingga antara

budaya satu dan lainnya belum tentu sama, dikarenakan setiap budaya memiliki

karakteristiknya sendiri.

Bagi beberapa santri perbedaan yang ada dapat menimbulkan

ketidaknyamanan. Perbedaan budaya yang ada harusnya menjadi pembelajaran

bagi peserta didik untuk dapat hidup bersama, menerima perbedaan, tanpa harus
3

membenci. Beberapa santri merasa tidak nyaman dengan perbedaan yang ada dan

menjadikan mereka cemas serta merasa tertekan dengan lingkungan yang

memiliki budaya berbeda dengan lingkungan sebelumnya, keadaan ini yang

kemudian dikenal dengan istilah culture shock.

Culture shock didefinisikan sebagai kondisi cemas, tidak nyaman dan

tertekannya individu ketika memasuki lingkungan dengan budaya baru yang

berbeda dari budaya yang lama, hal ini mengakibatkan individu tidak mengetahui

harus bagaimana bertindak di lingkungannya yang baru, bahkan bisa berdampak

penarikan diri. (Frandawati: 2009)

Menurut (Adler: 1975) ketika seseorang mengalami culture shock, maka

akan muncul beberapa reaksi sebagai berikut :

a. Memusuhi lingkungan baru

b. Merasa kehilangan arah

c. Rasa penolakam

d. Merindukan lingkungan yang lama

e. Merindukan orang orang dilingkungan yang lama

f. Merasa hilang status

g. Menarik diri

Dengan fenomena tersebut maka dari itu dilakukan penelitian ini guna

mengkaji lebih lanjut santri yang mengalami culture shock, dan bagaimana para

santri dapat beradaptasi dari budaya lama ke budaya baru.


4

Adaptasi budaya sendiri diartikan oleh Kim (dalam Martin dan Nakayama,

2010 : 321) sebagai suatu proses jangka panjang hingga seseorang merasa

nyaman dengan lingkungannya yang baru.

Berdasarkan urgensi tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul Culture Shock Adaptasi Budaya Santri Baru di Pondok Kebon

Jambu Al – Islamy Babakan Ciwaringin Cirebon.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah

yang akan dikaji adalah “Culture Shock Adaptasi Budaya Santri Baru Di Pondok

Pesantren Kebon Jambu Al – Islamy Babakan Ciwaringin Cirebon”

3. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di paparkan, maka terdapat

beberapa masalah yang diidentifikasi memiliki hubungan dengan kajian ini, yaitu:

1. Bagaimana terjadinya culture shock santri baru di Pondok Kebon

Jambu.

2. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian diri santri

baru di Pondok Kebon Jambu.

3. Bagaimana cara santri baru dalam beradaptasi menyesuaikan diri

terhadap budaya yang ada di Pondok Kebon Jambu.


5

4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yakni untuk mengetahui bagaimana santri baru

yang mengalami culture shock dan mengetahui bagaimana proses santri baru

dalam menyesuaikan diri dengan budaya pesantren yang harus dijalani selama

belajar di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al – Islamy.

5. Kegunaan Penelitian

Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan hasil yang bermanfaat

yang sesuai dengan tujuan penelitian diatas. Hasil dari penelitian ini juga

diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun secara praktis.

5.1 Kegunaan Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

pemikiran dan pengembangaan dibidang Ilmu Komunikasi.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi

untuk penelitian penelitian yang serupa.

5.2 Kegunaan Praktis

a. Bagi Pesantren

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan bisa memberikan

informasi untuk berbagai sekolah mengenai fenomena culture

shock yang dialami peserta didiknya.

b. Bagi Peneliti

Penelitian ini berguna sebagai syarat untuk menyelesaikan

perkuliahan Strata satu pada program study Ilmu Komunikasi.

c. Bagi Universitas
6

Sebagai referensi bagi peneliti atau mahasiswa selanjutnya yang

membutuhkan data mengenai tema yang telah peneliti kaji.

6. Kerangka Pemikiran

Menurut Widayat dan Amirullah (2002), kerangka pemikiran merupakan

model konseptual tentang hubungan antara teori dengan berbagai faktor yang

diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

Kerangka berpikir dibuat berdasarkan pertanyaan penelitian (research

question), dan merepresentasikan suatu himpunan dari beberapa konsep serta

hubungan diantara konsep – konsep tersebut (Polancik 2009).

Dalam penelitian ini peneliti memperoleh data dan informasi terkait proses

culture shock dan bagaimana cara penyesuaian diri santri baru pada budaya

pesantren dengan menggunakan teori adaptasi antar budaya oleh Young Yun Kim

yakni teori Cross Cultural Adaptation yang menjelaskan bahwa proses adaptasi

yang dialami oleh seorang asing melalui empat proses utama, pertama proses

optimistik (honeymoon), stres (frustation), pemulihan (recovery), penyesuaian

(resolution). Cross Cultural Adaptation Theory menggunakan asumsi bahwa

terdapat perbedaan jangka waktu bagi tiap individu dalam beradaptasi.

Oberg (1960) dalam Mulyana (2007: 236) model proses utama culture

shock digambarkan dengan curve. Kurva ini diawali dengan perasaan Optimistik

(Honeymoon) dimana ini diawali dengan perasaan optimis atau bahkan

kegembiraan yang akhirnya memberi jalan kepada fase stres (frustation),

ketengangan dan kecemasan invidu tidak dapat berinteraksi secara efektif dengan

lingkungan baru mereka.


7

Secara spesifik Kurva U melewati empat tingkatan, yaitu fase optimistik

dimana fase ini digambarkan berada pada bagian kiri atas dari kurva U. Fase ini

berisi kegembiraan, rasa penuh harapan, dan euphoria sebagai antisipasi individu

sebelum memasuki budaya baru.

Masalah kultural, fase kedua dimana masalah dengan lingkungan telah

berkembang misalnya, karena kesulitan bahasa, sistem lalu lintas baru, dan

sebagainya. Fase ini biasanya ditandai dengan rasa kecewa dan ketidakpuasan. Ini

adalah periode krisis dalam culture shock. Orang menjadi bingung dan tercengang

dengan sekitarnya, dan menjadi frustasi bahkan mudah tersinggung.

Fase recovery, fase dimana orang mulai mengerti mengenai budaya

barunya. Pada tahap ini orang secara bertahap membuat penyesuaian dan

perubahan dengan caranya menanggulangi budaya baru.

Fase penyesuaian, fase terakhir pada puncak kanan U, orang telah mengerti

elemen kunci dari budaya barunya (nilai-nilai, adaptasi khusus, pola komunikasi,

keyakinan, dan lain lain). Kemampuan untuk hidup dalam dua budaya yang

berbeda, biasanya juga disertai dengan rasa puas dan menikmati.

Gambar 1

Kurva U (Sumber : Oberg, 1960)


8

Berikut gambar bagan penelitian culture shock adaptasi budaya santri baru

di Pondok Kebon Jambu Al – Islamy sebagai berikut :

Gambar 2

Kerangka Pemikiran

Santri Baru

Memasuki Budaya Baru di


Pondok

Fase Fase Adaptasi Budaya


Cross Cultural Adaptation
Young Yun Kim (Littlejhon &
Theory
Foss, 2009 :243)

Optimistik Frustasion Recovery Resolution

Adaptasi Budaya Santri Baru di Pondok


Kebon Jambu Al – Islamy

7. Definisi dan Operasionalisasi Konsep Penelitian

7.1 Definisi Konsep Penelitian

a. Culture shock menurut Adler (1975, dalam Abbasian and Sharifi,

2013) mengemukakan bahwa gegar budaya merupakan reaksi

emosional terhadapat perbedaan budaya yang tak terduga dan

kesalapahaman pengalaman yang berbeda sehingga dapat


9

menyebabkan perasaan tidak berdaya, mudah marah, dan

ketakutan akan ditipu, dilukai, ataupun diacuhkan.

b. Santri berasal dari bahasa sanskerta yaitu sastri yang artinya

melek huruf atau bisa membaca. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI), kata santri setidaknya mengandung dua

makna. Arti pertama adalah orang yang mendalami agama islam,

dan arti kedua adalah orang yang beribadah dengan sungguh

sungguh atau orang yang saleh.

c. Budaya menurut Edward Spranger, seorang filsuf menyatakan

bahwa kebudayaan adalah segala bentuk atau ekspresi dari

kehidupan batin masyarakat.

d. Adaptasi budaya menurut Young Yun Kim adalah proses jangka

panjang yang menyesuaikan diri dengan lingkungannya melalui

pembelajaran dan pertukaran komunikatif hingga dirinya merasa

nyaman dilingkungan yang baru.

7.2 Definisi Operasional Konsep Penelitian

Definisi operasional oleh Sugiyono (2015, h.38) merupakan sebuah

atribut dari kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan.

Berikut tabel operasional konsep penelitian yang peneliti buat dengan

meliputi aspek kajian, dimensi, dan parameter, sebagai berikut :


10

Tabel 1

Operasionalisasi Konsep Penelitian

Aspek Kajian Dimensi Parameter

Optimistik Menjelaskan kemampuan

(Perasaan optimis) berpikir orang dalam


Proses Adaptasi
memandang sesuatu untuk
Seorang Asing
memberikan rasa tenang.
Menghadapi Culture
Frustation Untuk mengetahui dampak
Shock (AFS
( Perasaan frustasi) psikologi apa saja yang dialami
intercultural
para santri baru
Program, 2013:1)
Recovery Untuk mengetahui cara

(Pemulihan) penyesuaian yang dilakukan

santri baru menghadapi culture

shock.

Resolution Menjelaskan sejauh mana

(Penyesuaian) seoseorang sudah merasa

nyaman dengan lingkungan

barunya.

8. Metodelogi Penelitian

8.1 Metode Penelitian Yang Digunakan


11

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualititatif dengan

teknik penelitian observasi. Penelitian kualitatif dimaknai sebagai penelitian yang

menghasilkan data dalam bentuk deskriptif.

8.2 Teknik Pemilihan Informan

Teknik yang digunakan dalam pemilihan informan, peneliti menggunakan

teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sample dimana peneliti

mengandalkan penilaiannya sendiri ketika memilih anggota populasi untuk

berpartisipasi dalam penelitian dan memiliki tujuan untuk menghasilan sample

yang secara logis dapat dianggap mewakili populasi. Informan yang dibutuhkan

untuk mengetahui kondisi yang sesuai dengan fenomena Culture Shock pada

santri baru di Pondok Kebon Jambu Al –Islamy.

Menurut Arikunto pemilihan sample secara purposive pada penelitian ini

akan berpedoman pada syarat – syarat yang harus dipenuhi sebagai berikut :

1. Pengambilan sample harus didasarkan atas ciri – ciri dan karakteristik

tertentu yang merupakan ciri populasi.

2. Subjek yang diambil merupakan subjek yang paling banyak mengandung

ciri – ciri yang terdapat pada populasi.

3. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat didalam studi

pendahuluan.

Seperti yang disebutkan bahwa penelitian informan pertama merupakan hal

yang sangat utama maka harus dilakukan secara cermat, maka dari itu peneliti
12

memutuskan informan pertama atau informasi kunci yang paling sesuai adalah

Dewi Atika Firdayanti selaku pengurus pusat di Pondok Kebon Jambu Al –

Islamy. Dari informan kunci ini selanjutnya akan dilakukan wawancara dengan

orang - orang santriwati baru yang berada ditingkat satu aliyah ataupun

tsanawiyah di Pondok Kebon Jambu Al – Islamy

8.3 Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai

sumber, dan berbagai cara (Sugiyono 2012 : 224). Dan teknik pengambilan data

yang digunakan peneliti adalah teknik observasi, teknik wawancara (interview),

dan dokumentasi

Observasi sendiri merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

melalui sesuatu pengamatan, dengan disertai pencatatan pencatatan terhadap

keadaan atau perilaku objek sasaran. Menurut Nana Sudjana observasi adalah

pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala gejala yang diteliti.

Sedangkan teknik wawancara adalah suatu penelitian yang bertujuan

mengumpulkan keterangan, merupakan suatu pembantu dari teknik observasi

(Burhan Bugin 2005). Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini melibatkan

beberapa pengurus dan santriwati di Pondok Kebon Jambu Al- Islamy.

Teknik dokumentasi menurut Burhan Bugin adalah teknik yang digunakan

untuk menelusuri data historis.


13

8.4 Teknik Pengujian Keabsahan Data

Untuk memperkuat kesimpulan dari penelitian diperlukan verifikasi ulang

atau menambahkan data baru yang mendukung kesimpulan tersebut sehingga

kesimpulan akan menjadi data yang valid. Uji keabsahan data dalam penelitian

kualitatif meliputi uji, credibility, transferability, dependability, confirmability

(Sugiyono, 2007: 207).

Agar data dalam penelitian kualitatif dapat dipertanggung jawabkan sebagai

penelitian ilmiah perlu dilakukan uji keabsahan data. Adapun uji keabsahan data

yang dapat dilaksanakan.

1. Credibility

Uji kredibilitas atau uji kepercayaan terhadap data hasil penelitian

yang disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang dilakukan tidak

meragukan sebagai sebuah karya ilmiah yang dilakukan.

1. Perpanjangan Pengamatan

Perpanjang pengamatan dapat meningkatkan kredibilitas

data. Dengan perpanjangan pengamatan berarti penelitian

kembali kelapangan, melakukan penelitian, pengamatan, agar

informasi yang didapatkan semakin banyak dan lengkap.

2. Meningkatkan kecermatan dalam penelitian

Meningkatkan kecermatan dalam penelitian merupakan

salah satu cara mengontrol pekerjaan apakah data yang telah

dikumpulkan, di buat sudah benar atau belum.


14

3. Tringulasi

William Wiersma (1986) mengatakan tringulasi dalam

pengujian kredibilias diartikan sebagai pengecekan data dari

berbagai sumber denganberbagai waktu. Dengan demikian

terdapat tringulasi sumber, tringulasi teknikpengumpulan data,

dan tringulasi waktu (Sugiyono, 2007 : 273).

a. Tringulasi sumber dilakukan dengancara mengecek data yang

telah diperoleh melalui beberapa sumber.

b. Tringulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data

kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Misalnya dengan wawancarara, observasi, dokumentasi.

c. Tringulasi waktu

Data yang dilakukan dengan teknik wawancara dipagi hari

pada saat narasumber lebih segar, akan memberikan data yang

lebih valid. Selanjutnya dapat dilakukan dengan pengecekan

dengan wawancara, observasi, atau teknik lainnya dengan

waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil penelitian

menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara

berulang – ulang sehingga sampai ditemukan kepastian

datanya.

2. Transferability
15

Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian

kualitatif. Validitas eskternal menunjukan derajat ketepatan atau dapat

diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut

diambil (Sugiyono, 2007:276).

3. Dependability

Uji dependability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap

keseluruhan proses penelitian. Dengan cara auditor yang independen

atau pembimbing mengaudit keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh

peneliti dalam melakukan penelitian.

4. Confirmability

Penelitian bisa dikatakan objektif apabila hasil penelitian telah

disepakati oleh banyak orang. Uji ini memiliki arti menguji penelitian

yang dikaitkan dengan proses yang telah dilakukan.

8.5 Teknik Analisa Data

Analisis data kualitatif (Lexy Moloeng: 1990) adalah upaya mengolah data

dengan mengumpulkan data, memilah, dan menemukan pola (finding a patter),

menemukan apa yang penting dan apa yang diperlukan, menguji kembali

(verification), dan memutuskan kesimpulan (tentative conclusion).

Analisa data yang digunakan penulis dalam penelitan ini yakni berupa

reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan dan verifikasi.

1. Reduksi data
16

Data yang diperoleh dari lapangan dari lapangan dikumpulkan

kemudian direduksi untuk memilah data pokok yang penting yaitu yang

berkaitan dengan fokus penelitian.

2. Data Display

Data display adalah data yang telah mengalami proses reduksi

yang langkah selanjutnya adalah melakukan penyajian data. Tujuan

penyajian data disini adalah untukmempermudah dalam memahami hal

yang terjadi, berdasarkan hal hal yang telah dipahami.

3. Menarik Kesimpulan dan Verifikasi

Penarikan kesimpulan didasarkan atas rumusan masalah yang

difokuskan lebih spesifik dan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasil

analisis merupakan jawaban dari persoalan penelitian yang telah

ditetapkan.

9 Lokasi Rencana Jadwal penelitian

9.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-

Islamy Babakan Ciwaringin Cirebon.

9.1 Rencana Jadwal Penelitian


17

Tabel 2

Jadwal Rencana Penelitian

Jenis Kegiatan April Mei Juni Juli Agustus

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pengajuan judul

Pembuatan proposal

Seminar proposal

Penelitian

Bimbingan laporan

Seminar laporan

Proses perbaikan

laporan

Pendaftaran sidang

skripsi

Sidang Skripsi

DAFTAR PUSTAKA
18

Darli, Ahmad. 2017. Hakikat Pendidikan Islam : Telaah Antara Hubungan

Pendidikan Informal, Non Formal, dan Formal. Jurnal Tarbiyah. Vol.24

No.1. Hal.85

Al Mahmudi, Muhammad Fauzan Adzim, Apriadi, dan Ofi Hidayat. 2020. Pola

Komunikasi Lintas Budaya Santri di Pondok Pesantren. Jurnal Kaganga

Komunika. Vol.2 N.2. Hlm. 79

Akarowhe, Kingsley. 2018. Effect and Remedies to Culture Shock On The

Adolescent Students. MedCrave : Sosiology International Journal. Vol. 2

No. 4. Hml 307

Afika, Alfi Aulia. 2019. Hubungan antara Culture Shock dengan Penyesuaian

Diri Santriwati Kelas VII MTS NU Putri 3 Buntet Pesantren Cirebon.

Malang : etheses.uin-malang.ac.id

Anda mungkin juga menyukai