PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) merupakan bagian integrasi dari pelayanan
kesehatan paripurna rumah sakit dengan beberapa kegiatan antara lain Pelayanan Gizi
Rawat Jalan, Pelayanan Gizi Rawat Inap, Penyelenggaraan Makanan, serta penelitian dan
pengembangan Gizi Terapan. Pelayanan Gizi di rumah sakit adalah pelayanan yang
diberikan sesuai dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan
status metabolisme tubuh. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses
terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi pasien yang semakin buruk karena
tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi untuk perbaikan organ tubuh. Fungsi organ yang
terganggu akan lebih memburuk dengan adanya penyakit dan kekurangan gizi. Selain itu
masalah gizi lebih dan obesitas erat hubungannya dengan penyakit degeneratif, seperti
diabetus melitus, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan penyakit kanker, memerlukan
Terapi gizi atau terapi diet adalah bagian dari perawatan penyakit atau kondisi
klinis yang harus diperhatikan agar pemberiannya tidak melebihi kemampuan organ tubuh
untuk melaksanakan fungsi metabolisme. Terapi gizi harus selalu disesuaikan dengan
perubahan fungsi organ. Pemberian diet pasien harus dievaluasi dan diperbaiki sesuai
dengan perubahan keadaan klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium, baik pasein rawat
inap maupun rawat jalan. Upaya peningkatan status gizi dan kesehatan masyarakat baik di
dalam maupun di luar rumah sakit, merupakan tugas dan tanggung jawab tenaga
upaya penyembuhan dan pemulihan penyakit. Pengelolaan makanan rumah sakit sebagai
bagian dari sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai tugas mendukung
higienis dan sehat. Prinsip-prinsip dasar sanitasi penyelenggaraan makanan di rumah sakit
pada dasarnya tidak berbeda dengan tempat-tempat penyelenggaraan makanan lain, tetapi
standar kebersihan dan higiene pelayanan makanannya lebih tinggi karena rentannya
1
pasien yang masuk rumah sakit dan ancaman penyebaran kuman pathogen yang tinggi di
Pelayanan gizi yang bermutu di rumah sakit akan membantu mempercepat proses
penyembuhan pasien, yang berarti memperpendek lama hari rawat sehingga dapat
menghemat biaya pengobatan. Mutu penyelenggaraan makanan dapat dinilai dari keluaran
(output) yaitu makanan bermutu. Sistem penyelenggaraan makanan yang dipilih oleh
rumah sakit akan berpengaruh terhadap unsur masukan, unsur proses, dan unsur
Pelayanan gizi yang bermutu dan paripurna sangat penting utnuk membantu
mempercepat proses penyembuhan penyakit pasien. Namun demikian Instalasi Gizi RSUD
Sultan Syarif Mohamad Alkadrie belum mampu menyelenggarakan peleyanan gizi secara
optimal, sejak rumah sakit ini diresmikan sampai sekarang Instalasi Gizi baru bisa
melakukan Pelayanan Gizi Rawat Inap, dan penyelenggaraan makanan pasien yang
dilaksanakan oleh Jasaboga (pihak ketiga). Hal ini disebabkan oleh keterbatasan sarana
Instalasi Gizi belum bisa melaksanakan pelayanan Gizi rawat jalan atau konseling
gizi untuk pasien rawat jalan dan penelitian serta pengembangan, oleh karena itu mohon
dukungan semua pihak yang terkait untuk memenuhi keterbatasan tersebut sehingga
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan gizi rumah sakit Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak
3. Penyelenggaraan Makanan
2
BAB II
DATA DASAR UNIT PELAYANAN
A. DATA PERSONIL
Tenaga gizi dalam pelayanan gizi rumah sakit adalah profesi gizi yang terdiri dari
Registered Dietesien (RD) dan Teknikal Registered Dietesien (TRD). Registered dietesien
bertanggung jawab terhadap pelayanan asuhan gizi dan pelayanan makanan dan
dietetik, sementara TRD membantu RD dalam melakukan asuhan gizi dan pelayanan
Untuk melaksanakan kegiatan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Sultan Syarif Mohamad
Alkadrie Pontianak sampai saat ini memiliki jumlah dan jenis ketenagaan sebagai berikut :
STATUS
NO NAMA PEGAWAI PENDIDIKAN
PNS THL TERAKHIR
8. Rahmaniyah - √ SMK
Sumber: Data Primer Instalasi Gizi 2016
sakit di RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak, maka masih
memerlukan tenaga dengan kualifikasi RD. Meskipun dalam Pedoman Pelayanan Gizi
Rumah Sakit, jika rumah sakit belum memiliki tenaga RD namun memiliki tenaga
nutrisionis yang teregistrasi (NR), maka tenaga ini dapat diberi kewenangan sebagai
RD dan diberi kesempatan untuk memenuhi kualifikasi sebagai RD. Jumlah tenaga di
3
Gambar 1.
Jumlah tenaga di Instalasi Gizi berdasarkan Jenis Pendidikan
1
S 1 Kesmas
2 DIII Gizi
SMA/SMK
maka seorang ahli gizi harus mempunyai sertifikat pelatihan food service, Nutritient
Care Proses, dan HACCP. Di bawah ini dapat dilihat macam diklat yang pernah
Tabel 2.
Data Kegiatan Diklat Bersertifikat Yang Pernah Diikuti Oleh Tenaga Gizi RSUD
Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak
JENIS DIKLAT YG
NO NAMA PEGAWAI PERNAH DIIKUTI TAHUN TEMPAT JUMLAH
JAM
1. Nana Hairiyana, Mutu Pelayanan Gizi 15 - 17 Hotel 31
A.Md Gz Rumah Sakit Mercure
September
Pontianak
2014
4
B. STRUKTUR ORGANISASI DAN URAIAN TUGAS
Struktur organisasi instalasi gizi pada tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 2 dibawah ini:
Gambar 2.
STRUKTUR ORGANISASI INSTALANSI GIZI
RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK
Pramusaji
5
g. Melakukan pengawasan harian mutu makanan (standar resep, porsi, bumbu, menu,
dan keamanan)
a. Kegiatan persiapan
d. Mengolah data dan menganalisa data setiap bulan dengan menggunakan komputer
a. Melakukan kegiatan pendataan dan pencatatan laporan harian diet pasien ke dalam
buku ekpedisi gizi ruangan rawat inap dengan membaca rekam medis, catatan
b. Melakukan kegiatan penilaian diet pasien dan menentukan pasien yang akan diberi
konsultasi gizi.
c. Melakukan pencatatan diet pasien di buku diet ruangan atau papan diet pasien yang
6
e. Mengisi formulir anamnesa dan pengkajian data awal pasien yang akan diberi
konsultasi gizi.
leaflet.
g. Melakukan konsultasi gizi dengan metode wawancara dan diskusi tanya jawab
5. Pramusaji
d. Membagi sayuran
e. Membagi buah
7
C. DATA PERALATAN
Tabel. 3
Inventaris Peralatan Masak di Instalasi Gizi Tahun 2106
8
2. Inventaris Peralatan Makan
Tabel. 4
Inventaris Peralatan Makan di Instalasi Gizi Tahun 2106
9
3. Inventaris Peralatan Kantor
Tabel. 5
Inventaris Peralatan Kantor di Instalasi Gizi Tahun 2106
Jumlah Jumlah
No Nama Barang yang Ada Satuan Kebutuhan Satuan Keterangan
1. Meja ½ biro 2 Buah 5 buah
10
BAB III
JENIS-JENIS PELAYANAN YANG DIBERIKAN
Pelayanan gizi di rumah sakit meliputi : kegiatan asuhan gizi rawat jalan, asuhan
gizi rawat inap, penyelenggaraan makanan pasien, dan penelitian dan pengembangan gizi
terapan. Selama RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie ini berdiri kegiatan gizi yang
sudah dilaksanakan adalah: Asuhan Gizi Rawat Jalan, Asuhan Gizi Rawat Inap, dan
Visi pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi yang bermutu di rumah
C. MISI
tehnologi terapan.
Adapun tujuan pelayanan gizi rumah sakit adalah terciptanya sistem pelayanan gizi di
rumah sakit dengan memperhatikan berbagai aspek gizi dan penyakit, serta
a. Pengertian
Pelayanan gizi rawat jalan adalah serangkaian proses kegiatan asuhan gizi
11
diagnosis, intervensi gizi dan monitoring evaluasi kepada klien/pasien dirawat
jalan. Asuhan gizi rawat jalan pada umumnya disebut kegiatan konseling gizi
b. Tujuan
membentu mencari solusi masalah gizinya melalui nasihat gizi mengenai jumlah
asupan makanan yang sesuai, jenis diet, yang tepat, jadwal makan dan cara
c. Sasaran
rumah sakit
d. Mekanisme Kegiatan
konseling gizi untuk pasien dan keluarga serta penyuluhan gizi untuk kelompok
dokter dari poliklinikyang ada di rumah sakit atau dari luar rumah sakit.
makan, riwayat personal, membaca hasil pemeriksaan lab dan fisik klinis
kebutuhan gizi pasien serta menjelaskan tujuan diet, jadwal, jenis, jumlah
12
bahan makanan sehari menggunakan alat peraga Food Model,
evaluasi.
a. Persiapan penyuluhan
b. Pelaksanaan Penyuluhan
- Tanya jawab
a. Pengertian
Pelayanan Gizi rawat inap merupakan pelayanan gizi yang dimulai dari proses
pengkajian gizi/ asesmen gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi, meliputi perencanaan,
b. Tujuan
13
Memberikan pelayanan gizi kepada pasien rawat inap agar memperoleh asupan
c. Sasaran
d. Mekanisme Kegiatan
1) Skrining Gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan penapisan /skrining gizi oleh
perawat ruangan dan penetapan order diet awal (preskripsi diet awal) oleh
(MST). Bila hasil skrening gizi menunjukkan pasien berisiko malnutrisi, maka
asuhan gizi terstandar oleh dietisien. Pasien dengan status gizi baik atau tidak
hasil skrining ulang beresiko malnutrisi maka dilakukan proses asuhan gizi
terstandar. Sedangkan pasien sakit kritis yang berisiko gangguan gizi berat
Proses asuhan gizi terstandar dilakukan pada pasien yang berisiko kurang gizi,
sudah mengalami kurang gizi dan atau kondisi khusus dengan penyakit
sebagai berikut:
Gambar. 3
Proses Asuhan Gizi Terstandar
Pasien
masuk
Tidak berisiko
tujuan tercapai
Skrining gizi Diet normal STOP Pasien
(Standar) pulang
komposisi, pola makan, diet saat ini dan data lain yang terkait.
pengukuran tinggi badan (TB), berat badan (BB), Panjang badan (PB),
Tinggi Lutut, Lingkar Lengan Atas (LILA), Tebal lipatan kulit untuk
masalah gizi.
riwayat penyakit, dan data umum pasien antara lain umur pekerjaan dan
tingkat pendidikan.
Pada langkah ini dicari pola hubungan antar data yang terkumpul dan
Perencanaan intervensi
Meliputi penetapan tujuan intervensi dan preskripsi diet yang terdiri dari
kepada pasien dan tenaga kesehatan atau tenaga lain yang terkait.
3. Penyelenggaraan Makanan
a. Pengertian
kualitasnya baik sesuai dengan kebutuhan gizi, biaya, aman, dan dapat diterima
Adalah suatu pedoman yang ditetapkan pimpinan rumah sakit sebagai acuan
sekurang-kurangnya mencakup:
2. Makanan lunak
3. Makanan saring
9. Diet pra-bedah
Rumah sakit belum menyediakan diet untuk pemeriksaan, oleh karena itu
b. Kandungan gizi
Tabel. 6
Standar porsi dan Kandungan Gizi menu makanan di RSUD Sultan Syarif
Mohamad Alkadrie Kota Pontianak
BAHAN MAKANAN BERAT (gr) URT
17
BUAH 200 2 ptg sdg
MINYAK 30 3 Sdm
Pola Menu Makanan Pasien RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie adalah:
- Makanan pokok
- Lauk Hewani
- Lauk Nabati
- Sayur
- Buah
d. Jenis menu
Susunan menu untuk makan minum pasien rawat inap di rumah sakit
Sultan syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak terdiri dari siklus 10 hari,
Tabel. 7
Susunan Menu Pasien Rawat Inap RSUD Sultan Syarif Mohamad
Alkadrie Tahun 2016
18
AYAM UNGKEP SUWIR GULAI IKAN/OTAK-OTAK KARE AYAM
SOP WORTEL + SEMUR TAHU TEMPE ASAM MANIS
BUNCIS+ KEMBANG BENING BAYAM + TEMPE BACEM (Diet)
KOL WORTEL + JAGUNG CAPCAY WORTEL +
MANIS BUNCIS + JAGUNG
BUAH SEMANGKA MUDA
PUKUL 14.00 WIB
SNACK
gizi pasien yang tercantum dalam penuntun diet dan disesuaikan dengan
Perencanaan kebutuhan bahan makanan ini dilakukan oleh pihak jasa boga
selaku penyelenggara makanan untuk pasien, karena sampai saat ini rumah
penuh).
Pengadaan bahan makanan rumah sakit ini dilakukan oleh pihak jasa boga
Pemesanan dan pembelian bahan makanan rumah sakit ini dilakukan oleh
pihak ketiga. Bahan makanan dibedakan menjadi dua yaitu bahan makanan
basah dan bahan makanan kering. Bahan makanan basah dipesan setiap hari
dengan tenaga bersertifikat dan diawasi oleh ahli gizi jasa boga.
diperlukan data atau informasi yang diperoleh dari catatan dan laporan terkait dengan
pelayanan gizi yang dilaksanakan di instalasi gizi. Pencatatan dilakukan pada setiap
1) Buku laporan timbang terima antara pergantian rotasi yang berisi pesan-pesan
yang penting)
22
2) Buku laporan pasien baru/yang berdiet khusus.
setahun.
1) Buku catatan makanan pasien berisi nama pasien dan diet dibuat setiap hari
Kegiatan konseling gizi belum kita laksanakan sehingga pencatatan dan pelaporan
23
BAB IV
SARANA YANG DIMILIKI
Kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit dapat berjalan dengan optimal bila didukung
dengan sarana dan prasarana yang memadai untuk melaksanakan pelayanan gizi rawat
Konseling gizi dilakukan di lantai 2, bergabung dengan kegiatan gizi yang lain.
Ruangan yang seharusnya minimal 3x5 m2 . Peralatan kantor dan peralatan penunjang
Sarana ruang untuk pelayanan gizi rawat inap masih bergabung dengan ruang
perawatan, seharusnya diberi ruangan atau tempat duduk untuk ahli gizi ruangan yang
kegiatan asuhan gizi. Sedangkan untuk peralatan untuk assesmen gizi antara lain,
timbangan, microtoice, LILA, Alat ukur tinggi lutut, dan food model. Namun semua
peralatan tersebut belum memadahi, seperti alat ukur tinggi lutut sama sekali belum ada.
menempati gedung sementara. Dengan jumlah ruangan yang terbatas sehingga tidak
sesuai dengan standar dapur yang ada dalam pedoman pelayanan gizi rumah sakit
24
Gambar . 5 Alur Kebutuhan Ruangan Penyelenggaraan Makanan Pasien Rumah
Sakit
R. Penyimpanan Bahan
Makanan Bersih
Ruang Persiapan
R. Pengolahan dan
R. Penyimpanan
Penghangatan Makanan
Perlengkapan
Ruang Pencucian
R. Penyajian Makanan Peralatan
25
Tabel 8.
Sarana / Ruangan Instalasi Gizi RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota
Pontianak Tahun 2016
26
BAB V
HASIL KEGIATAN PELAYANAN GIZI
Pelayanan gizi rawat jalan yang sudah dilaksanakan berupa konseling gizi untuk
pasien dan keluarga sedangkan penyuluhan gizi untuk kelompok tidak bisa dilaksanakan
karena banyaknya kegiatan yang ada belum ditunjang oleh jumlah tenaga yang
memadahi. Respon pasien terhadap kegiatan konseling gizi ini ternyata sangat baik, hal
ini terbukti dari bertambahnya jumlah pasien yang berkunjung untuk konseling gizi.
Kegiatan konseling gizi dimulai sejak bulan mei 2016 dengan menggunakan fasilitas
ruangan yang tersedia di Instalasi gizi lantai 2. Jumlah pasein yang sudah berkunjung ke
instalasi gizi untuk konseling gizi dari bulan Mei s/d Desember berjumlah 42 orang,
dengan jaminan pembayaran umum sebanyak 2 orang, dan JKN sebanyak 40 orang.
Hampir semua pasien yang datang untuk konseling gizi berasal dari rujukan poli penyakit
dalam. Sedangkan pola penyakit pasein yang telah di konseling gizi adalah sebagai
berikut:
Gambar. 6
Jumlah Kunjungan Pasien Untuk Konseling Gizi
RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie
Tahun 2016
20 16
15 10
7
10 5
1 1 2
5
0
us si D ia ut r is
ilit ika CK m Go epa as
M pl ide H lel
iti
tes kom sli
p
osis Ko
ab
e + Di Sir
Di DM
Pasien yang konseling gizi mayoritas menderita penyakit Diabetus Militus dengan
persentase 61,90 %, dan 61,54% penderita Diabetus Militus sudah dengan komplikasi.
Dan kasus terbanyak kedua adalah dislipidemia sebesar 16,67% dari jumlah kunjungan
yang ada. Setelah dilakukan skrining dan asesmen gizi terhadap pasien yang konseling
gizi hampir semua disebakan oleh riwayat pola hidup yang kurang sehat, terutama pola
27
makan yang tidak teratur, pemilihan jenis makanan yang kurang tepat serta jumlah
Gambar. 7
Persentase Pencapaian Hasil Skrining Lanjut Pasien Baru
DI RSUD SSMA Pontianak Bulan Januari s/d Desember 2016
93 %
100 83,17 %
50
3,29 %
0
Rawat Inap
ICU
Kebidanan
Semua pasien yang baru masuk dilakukan skrining awal oleh perawat kemudian
dari hasil skrining awal apabila diperoleh skor lebih atau sama dengan 2 dilanjutkan
skrining lanjut oleh petugas gizi. Skrining awal gizi ini sangat berguna untuk untuk
menentukan adanya indikasi kasus malnutrisi atau tidak malnutrisi serta untuk
menentukan rencana intervensi dan monitoring gizi selanjutnya. Akan tetapi petugas
Perawat sampai akhir tahun 2016 belum melakukan skrining awal gizi, sehingga
petugas gizi harus melakukan skrining gizi pada setiap pasien yang baru masuk agar
diperoleh gambaran perskripsi diet awal pasien. Pasien yang baru masuk belum
semua dilakukan skrining gizi, terutama di ruang kebidanan semua pasien belum bisa
dilakukan skrining gizi, dengan pertimbangan bahwa pasien di ruang kebidanan rata-
Skrining gizi di rawat inap sudah mencapai 93%, ICU mencapai 83,17%, dan
Kebidanan mencapai 3,29%. Dengan demikian di rawat inap dan di ICU sudah hampir
28
b. Assesmen Gizi
Gambar. 8
Persentase Pencapaian Assesmen Gizi Terhadap Pasien Baru
Di RSUD SSMA Pontianak Bulan Januari s/d Desember 2016
93% 83,17 %
100
80
60
40 3,29 %
20
0
Rawat Inap ICU Kebidanan
Assesmen gizi atau pengkajian gizi terhadap pasien seharusnya dilakukan pada
pasien baru yang dari hasil skrining awal menunjukkan indikasi malnutrisi, tetapi untuk
tahun 2016 ini petugas gizi melakukan asesmen gizi terhadap semua pasien yang
telah dilakukan skrining gizi, untuk mempermudah menentukan terapi gizi yang sesuai
dengan kondisi penyakitnya. Kegiatan assesmen gizi dirawat inap baru mencapai 93%
atau 3.369 orang, assesmen gizi di ICU mencapai 83,17%, tetapi di ruang kebidanan
kegiatan assesmen gizi baru mencapai 3,29%. Assesmen gizi dikelompokkan dalam 5
kategori yaitu 1) Anamnesis riwayat gizi; 2) Data biokimia, test medis dan prosedur
Riwayat personal. Dari hasil assesmen gizi yang terdiri dari 5 kategori ini kemudian
c. Diagnosis Gizi
Pada diagnosis gizi ini mencari hubungan antar data yang terkumpul dan
menyatakan masalah gizi secara singkat dan jelas menggunakan termonologi yang
ada. Penulisan diagnosa gizi terstruktur dengan konsep PES atau Problem Etiologi
dan Signs/Symptoms. Kegiatan diagnosis gizi dirawat inap sudah mencapai 93%, di
ICU mencapai 83,17%, sedangkan di kebidanan baru mencapai 3,29%. Seperti yang
29
Gambar. 9
Persentase Pasien yang Sudah Mendapat Diagnosis Gizi
Di RSUD SSMA Pontianak Bulan Januari s/d Desember 2016
93 %
100 83,17 %
80
60
40
20
3,29 %
0
Rawat Inap
ICU
Kabidanan
Kegiatan diagnosis gizi ini merupakan kegiatan yang sangat penting dalam
proses asuhan gizi terstandar karena akan menentukan jenis intervensi yang akan
diberikan kepada pasien sesuai dengan kondisi pasien. Dengan intervensi gizi yang
4. Inervensi Gizi
Kegiatan intervensi gizi meliputi terapi diet yang diberikan, bentuk makanan,
Kebutuhan kalori, protein, karbohidrat, dan lemak setiap pasien sampai memberikan
konsultasi gizi jika diperlukan. Terdapat dua komponen intervensi gizi yaitu
perencanaan intervensi dan implementasi. Intervensi gizi yang dibuat merujuk pada
diagnosis gizi yang ditegakkan, tetapkan tujuan dan prioritas intervensi berdasarkan
(Etiologi) atau bila penyebab tidak dapat diintervensi maka strategi intervensi
30
ditunjukkan untuk mengurangi gejala/tanda (Sign dan Symptom). Tentukan pula
jadwal dan frekuensi asuhan. Output dari intervensi ini adalah tujuan yang terukur,
Januari yaitu sebanyak 6.733 porsi atau 2.245 orang. Dan jumlah terkecil yang
mendapatkan pelayanan makan pada bulan Desember yaitu sebanyak 4.792 porsi
atau 1597 orang. Sedangkan untuk rata-rata pasien yang mendapatkan pelayanan
makan pada tahun 2016 sebesar 5.582 porsi atau 1.861 orang. Pemesanan makanan
pasien ke pihak ketiga berdasarkan satuan, atau berdasarkan waktu makan yaitu
makan pagi, makan siang, dan makan sore. Pasien diberi makan sesuai dengan
Gambar 10
Jumlah Pasien Yang Mendapatkan Pelayanan Makan Dari Bulan Januari s/d
Desember 2016
6733
7000
6145 6278 6085
Porsi
6000
5000 5551
4913 5237 5569
4000
4972 5427 5288
4792
3000
2000
1000
0
I
U AR AR
I
ET
U IL
JA
N
BR AR R EI NI
FE M AP M
JU LI
JU US R
U ST BE ER R
AG TEM
TOB BE BE
R
M
SE
P OK VE
SEM
NO DE
Porsi
Sedangkan gambaran diet pasien rawat inap di RSUD Sultan Syarif Mohamad
Alkadrie Kota Pontianak pada tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 11.
31
Gambar. 11
Jenis dan Jumlah Diet Pasien Rawat Inap RSUD Sultan Syarif Moamad Alkadrie
Kota Pontianak Bulan Januari s/d Desember 2016
5000 4692
3329
4000 2791
3000 2932
2000 1420 1582 20242022
1000 549
0 389 293
292 102
sa k g 0 121
a a r
Bi Lun arin Cai nak TP G
S TK R ung M
A
nt D RP TP RP
Ja DM DM ng at k
bu Ser ema
m . L
La R
R.
Dari gambar 11 di atas dapat dilihat bahwa dari bulan Januari s/d Desember
2016 ada beberapa jenis diet yang jumlahnya cukup signifikan diantaranya diet
rendah garam, diet lunak, diet Jantung, diet DM dan diet TKTP (Tinggi Kalori Tinggi
Protein). Kelompok empat besar adalah diet rendah garam yaitu sebesar 4.692 orang,
diet anak sebanyak 2932, diet jantung sebanyak 2024, dan diet DM sebanyak 2022.
Jumlah diet RG disini terdiri dari murni diet RG ditambah diet RG dengan komplikasi
penyakit yang lain. Pasein dengan diet DM merupakan pasien ulangan, dengan jenis
penyakit DM tipe 2.
Intervensi yang dilakukan ke pasien rawat inap selain pemberian makan/ diet
juga dilakukan konseling gizi baik yang atas permintaan sendiri atau inisiatif petugas
pemberi pelayanan. Jumlah pasien rawat inap yang di konseling berjumlah 2.124
orang baru sebatas diet DM dan Rendah Protein aja, karena jumlah tenaga gizi yang
belum memadahi. Semoga hal ini akan menjadi perhatian dari pihak manajemen
Di bawah ini hasil dokumentasi kegiatan konseling gizi pasien rawat inap.
Dokumentasi kegiatan intervensi berupa konseling gizi pada pasien rawat inap
32
5. Monitoring dan Evaluasi Gizi
yang sudah dilaksanakan dalam kegiatan monitoring dan evaluasi gizi adalah:
yang terjadi sesuai yang diharapkan oleh klien maupun tim. Yang diamati
rencana diet awal, menentukan apakah status gizi pasien tetap atau berubah,
mengidentifikasi hasil lain baik yang positif maupun yang negatif, dan
intervensi gizi.
- Dampak asupan makanan dan zat gizi merupakan asupan makanan dan zat
- Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait gizi yaitu pengukuran
fisik/klinis.
kualitas hidupnya.
Mengingat sangat banyaknya kegiatan yang harus dilakukan oleh tenaga gizi
di ruang rawat inap, maka sampai saat ini monitoring respon gizi dan evaluasi gizi
inilah yang menjadi salah satu temuan surveyor akreditasi bulan November 2016,
bahwa monitoring dan evaluasi respon nutrisi pasien belum maksimal, oleh karena
33
semoga keadaan ini akan menjadi perhatian pihak manajemen untuk menambah
Survei ketepatan waktu pemberian makan pasien ini dilakukan setiap hari pada
waktu makan pasien, pengambilan sampel dilakukan secara acak sebanyak 10-20
orang, dan dianalisa setiap tiga bulan sekali. Adapun hasil survei ketepatan waktu
pemberian makan kepada pasien dapat di lihat pada gambar 12 dibawah ini:
Gambar. 12
Persentase Ketepatan Waktu Pemberian Makan Kepada Pasien
Bulan Januari s/d Desember 2016
100 100
100 100 100
100 100 100
100 100 100 100
100 100
100 100
80
60
40
20
Makan Sore
0
Tri wulan I Makan Siang
Tri Wulan II
Tri Wulan III Makan Pagi
Tri Wulan IV
Rata-Rata
Dari gambar 12. diatas dapat dilihat bahwa pasien mendapatkan makan
setiap harinya tidak pernah mengalami keterlambatan. Makan pagi ke pasien pukul
06.30 – 07.30 WIB, makan siang pukul 11.00 – 12.00 WIB, dan makan sore pukul
16.30 – 17.30 WIB. Sehingga dari hasil survei ketepatan waktu pemberian makan
Survei sisa makanan yang tidak dimakan oleh pasien dilakukan setiap bulan
selama 3 hari pada waktu makan pagi, siang, sore, dan dianalisa setiap 3 bulan.
34
Gambar. 13
Persentase Hasil Survei Sisa Makanan Pasien Rawat Inap
RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak Tahun 2016
18.97
19 18.8
18.5 18.04
18 18.035
17.5
17
16.5 16.33
16
15.5
15
Tri wulan I
Tri wulan II
Tri Wulan III
Tri Wulan IV
Rata-Rata
Rata-rata sisa makanan pasien yang tidak dimakan oleh pasien pada tahun
2016 sebanyak 18,035%. Hal ini masih memenuhi standar pelayanan minimal yang
ditentukan yaitu ≤ 20%. Banyak faktor yang menentukan jumlah sisa makanan
pasien ini, diantaranya menu makanan, standar porsi, cita rasa, dan yang terpenting
adalah kondisi umum pasien itu sendiri saat dirawat. Pasien dengan gangguan
korelasi antara jumlah pasien yang menderita dispepsia dengan jumlah sisa makan
pasien ini. Penyakit Dispepsia ini menunjukkan urutan ke 3 dari 10 besar penyakit
Audit ketepatan diet kepada pasien ini dilakukan setian bulan selama 3 hari
dan dianalisa setiap 3 bulan sekali. Hasil audit tersebut dapat dilihat pada gambar
14.
Gambar. 14
Persentase Ketepatan Diet Pasien Rawat Inap
RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak Tahun 2016
97.78
98 97.3
97.5
97
96.5
96.06 % ketepatan diet
96.5
96
95.5 94.88
95
94.5
94
93.5
93
Tri Wulan I Tri Wulan II Tri Wulan III Tri Wulan IV Rata-rata
inap rata-ratanya sebesar 96,50%. Hal ini menunjukkan bahwa ada kesalahan
dalam memberikan diet kepada pasien rawat inap sebesar 3,5%, artinya belum
semua sesuai dengan permintaan diet yang dipesan sebelumnya. Hal ini
disebabkan oleh adanya beberapa perubahan diet yang terjadi disaat waktu
distribusi makanan sudah dekat, selain itu memang ada diet dari dokter yang tidak
bisa kita penuhi seperti contoh permintaan diet cair 2000 kkal. Diet cair yang ada
Cuma 1250 kkal dengan 6 pemberian selama 24 jam atau sehari. Oleh karena itu
untuk menghindari kesalahan diet lagi dianjurkan untuk segera melaporkan jika
terjadi perubahan diet pada pasien rawat inap. Karena Dalam standar pelayanan
minimal kita tidak boleh ada kesalahan dalam pemberian diet ke pasien rawat inap
Sedangkan hasil capaian SPM indikator mutu pelayanan gizi instalasi gizi
selama 3 (tiga) tahun rumah sakit berdiri dapat dilihat dilihat pada tabel 9 di bawah ini.
Tabel. 9
Hasil Capaian SPM Instalasi Gizi RSUD Sultan Syarif Mohamad
Alkadrei Kota Pontianak
Indikator mutu pelayanan gizi terdiri dari ketepatan waktu pemberian makan
kepada pasien, sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien, dan ketepatan diet
pasien. Sejak tahun 2013 sampai dengan tahun 2016 cenderung mengalami peningkatan
meskipun nilainya tidak terlalu besar. Banyak faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan
gizi ini, seperti halnya indikator ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien akan
sangat tergantung dengan ketepatan pengiriman makanan dari jasa boga juga. Jika terjadi
36
Ketidak tepatan terjadi karena makanan sampai di Instalasi Gizi juga sudah telat yaitu
diatas pukul 06.00 wib. Indikator mutu tidak adanya kesalahan pemberian diet cenderung
mengalami penurunan mutu, hal ini disebabkan oleh pemesanan pergantian diet terjadi
mendekati waktu makan sehingga pemesanan makanan tidak bisa dibatalkan lagi, dan
pasien masih mendapatkan diet lama dan beberapa diet dokter yang memang tidak bisa
disediakan.
C. Penyelenggaraan Makanan
Kegiatan penyelenggaraan makan dan minum pasien sebagian besar kegiatannya
ada di catering atau jasa boga selaku pengolah makanan. Makanan yang sudah selesai
diolah di bawa ke rumah sakit dan diserahkan ke bagian pantry/instalasi gizi untuk
Pelayanan makan pasien saat ini masih difokuskan ke tiga ruangan yaitu
keperawatan, kebidanan, dan ICU. Dan jumlah terbesar ada di keperawatan karena
pasien penyakit dalam, syaraf, bedah, dan anak masih bergabung menjadi satu
pembagian shift pagi 2 orang, shift siang 2 orang, dan 1 orang libur. Untuk saat ini
jumlah pramusaji masih cukup dengan 3 ruangan yang saling berdekatan, tetapi jika
sudah dibagi menjadi ruangan-ruangan yang lebih kecil maka jumlah pramusaji ini
persiapan alat makan, pemorsian, dan distribusi ke pasien dilakukan oleh petugas
37
Dokumentasi pemorsian makanan sesuai dengan diet pasien di Instalasi gizi
Pagu anggaran untuk kegiatan makan dan minum pasien tahun 2016 sebesar
biaya untuk kegiatan makan minum pasien selama satu tahun adalah Rp.
1.059.874.275 (Satu Milyar Lima Puluh Sembilan Juta Delapan Ratus Tujuh Puluh
Empat Ribu Dua Ratus Tujuh Puluh Lima Rupiah). Jika dibandingkan penggunaan
dana pada tahun sebelumnya maka belanja makan minum pasien tahun 2016 ini
BAB VI
38
HAMBATAN / MASALAH YANG DIHADAPI
Adapun hambatan dan masalah yang dihadapi selama ini, antara lain :
1. Kegiatan pelayanan gizi rawat jalan sudah bisa dilaksanakan, akan tetapi kendalanya
adalah kurangnya tenaga gizi serta sarana dan prasarana yang memadahi seperti
ruangan khusus konseling belum ada, food model yang ada belum standar, dan leaflet
3. Kegiatan pelayanan gizi rawat inap berupa asuhan gizi terstandar (PAGT) sudah dapat
monitoring dan evaluasi karena kegiatan ini membutuhkan waktu cukup lama, maka
dengan adanya tenaga ahli gizi yang terbatas kegiatan monitoring dan evaluasi ini tidak
bisa dilaksananakan sampai selesai terhadap semua pasien. (cakupannya < 100%)
4. Tenaga gizi yang sudah mengikuti pelatihan NCP berjumlah 1 orang, sedangkan
seharusnya tenaga gizi yang melakukan kegiatan proses asuhan gizi terstandar adalah
5. Sarana dan prasaran untuk menunjang asuhan gizi di rawat inap belum ada, selama ini
semua peralatan yang diperlukan diperoleh dengan meminta bantuan dari dinas kota
Pontianak.
6. Cakupan tidak adanya kesalahan dalam pemberian diet menurun menjadi 96,50%
(standar 100%), hal ini disebabkan karena perubahan diet terjadi pada waktu
mendekati waktu makan dan beberapa diet dokter yang tidak bisa dipenuhi.
7. Belum adanya pengawasan yang lebih intensif dari pihak rumah sakit khususnya tim
PPI terhadap kinerja jasaboga sebagai pihak penyelenggara makanan pasien di rumah
sakit.
8. Belum adanya monitoring dan evaluasi dari catering pada saat proses menyiapkan
9. Belum maksimalnya pelaksanaan monitoring respon nutrisi terhadap terapi nutrsi yang
diberikan.
10. Belum tersedianya sarana dan prasarana penyelenggaraan makanan untuk pasien,
khususnya tempat untuk penyajian dan pembagian makanan pasien yang sesuai
standar.
39
11. Belum terpasangnya tirai plastik pada pintu masuk ruang penyajian sesuai dengan
12. Tempat mencuci peralatan makanan pasien belum dilengkapi dengan sterilsasi alat
yang sesuai standar, ruangan yang ada sekarang juga sangat sempit.
13. Belum tersedianya almari alat sebagai tempat menyimpan peralatan makan pasien
yang sesuai dengan standar, ruangan yang ada sekarang juga masih jadi satu dengan
14. Belum adanya wastafel yang standar di ruang gizi sementara sehingga untuk kegiatan
BAB VII
PENUTUP
40
A. KESIMPULAN
1. Perlunya penambahan poli untuk kegiatan konseling gizi sebagai Asuhan Gizi
2. Perlunya segera penambahan tenaga gizi guna mendukung kegiatan asuhan gizi
Mohamad Alkadrie Kota Pontianak, sejak pertama kali dilaksanakan pada tanggal
23 April 2013 sampai tahun 2016 dilakukan oleh pihak ketiga (diborongkan ke jasa
ditingkatkan lagi.
7. Monitoring respon nutrisi pasien yang telah dirawat perlu segera dilakukan.
8. Perlunya peningkatan cakupan indikator mutu pelayanan gizi tahun 2016 sesuai
cuci tangan.
11. Perlunya pembangunan tempat cuci alat makan/plato dengan alat sterilisasi serta
12. Perlunya segera adanya pembangunan dapur instalsi gizi yang sesuai dengan
permenkes karena dapur yang ada belum sesuai standar baik ukuran, jumlah, tata
letak ruangannya.
13. Perlunya penambahan tenaga pramusaji agar pelayanan bisa berjalan dengan
lancar, semua pasien makan tepat waktu, sesuai dengan standar minimal
pelayanan.
B. SARAN
41
Untuk meningkatkan pelayanan instalasi gizi, perlu adanya : penambahan
tenaga gizi, pelatihan bagi tenaga gizi dan pelatihan / pengarahan bagi tenaga
Daryati, SKM
NIP. 19740904 200012 2 002
42