Anda di halaman 1dari 36

BOOK CHAPTER

Evaluasi Pembelajaran

Hadi Permana
2106712

1
1|Page
2|Page
3|Page
KATA
PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas karunia dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan chapterbook dengan judul Manajemen Evaluasi
Pembelajaran ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan chapterbook ini adalah untuk memenuhi tugas
dosenpada mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Bisnis. Selain itu,
chapterbook ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Manajemen
Evaluasi Pembelajaran bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Hj. B Lena Nuryanti
Sastradinata, M.Pd. dan Bapak Drs. H. Eded Tarmedi, MA selaku dosen mata kuliah
Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Bisnis yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan chapterbook
ini.

Penulis berharap penulisan ini dapat memberikan manfaat baik dalam kehidupandi
masyarakat, terutama di lingkungan kampus. Meski demikian, penulis menyadari
penuh kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran
serta penelitian lanjutan yang lebih mendalam mengenai isu-isu terkait.

Bandung, 20 Desember 2022

Hadi Permana

4|Page
DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................6
A. Metode Pemecahan Masalah.......................................................................6
B. Perencanaan Evaluasi..................................................................................7
C. Pelaksanaan Evaluasi.................................................................................10
D. Pengawasan Evaluasi.................................................................................12
E. Pengelolaan Hasil Pengawasan Evaluasi.................................................14
F. Publikasi Hasil Evaluasi............................................................................16
G. Pemanfaatan Hasil Evaluasi......................................................................20
BAB III PENUTUP........................................................................................................23
A. Kesimpulan.................................................................................................23
B. Soal...............................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................28

5|Page
BAB I

PENDAHULUA

A. Latar Belakang

Manajemen sering diartikan oleh beberapa ahli sebagai ilmu, kiat dan profesi. Luther
dan Gulick dalam Fattah (Badrudin, 2014:3), mengatakan “bahwasannyamanajemen
dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematikberusaha
mengetahui mengapa dan bagaimana orang bekerja sama”. Manajemensebagai kiat
dinyatakan oleh Polet, “karena manajemen dalam mencapai sasaran melalui cara-
cara dengan mengatur orang lain dalam menjalankan tugasnya. Jika dipandang
sebagai profesi karena manajemen dilandaskan keahlian khusus untuk mencapai
suatu prestasi manajer, dan profesional dituntut oleh suatu kode etik.”

Dalam konteks pendidikan manajemen merupakan sebuah upaya meningkatan kinerja


para tenaga pendidik baik itu kepala sekolah yang memiliki peran sebagai manajer
pendidik, guru maupun tenaga kependidikan yang memfokuskan setiap kegiatan
pembelajaran melalui pendekatan prinsip-prinsip manajemen untuk mencapaitujuan
yang sudah direncanakan (Haerana, 2016:9- 10). Manajemen merupakan disiplin ilmu
yang berkaitan erat dengan disiplin ilmu lainnya. Ilmu manajemen memberikan suatu
masukan teoritik dan fundemental terhadap pengelolaan pembelajaran dari segi teori
konsep dan pendekatan dalam manajemen pendidikan. Oleh sebab itu, secara konsep
teoritik ilmu manajemen menjadi landasan penting dalam pengelolaan pendidikan yang
berkaitan dengan pembelajaran.

Evaluasi dalam pendidikan merupakan salah satu komponen yang tak kalahpenting
dengan proses pembelajaran. Ketika proses pembelajaran dipandang sebagai proses
perubahan tingkah laku siswa, peran evaluasi proses pembelajaran menjadi sangat
penting. Evaluasi merupakan suatu proses untuk mengumpulkan, menganalisadan
menginterpretasi informasi untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan
pembelajaran oleh peseta didik. Sistem evaluasi yang baik akan mampu memberikan
gambaran tentang kualitas pembelajaran sehingga pada gilirannya akan mampu
membantu pengajar merencanakan strategi pembelajaran. Bagi peserta didik
sendiri,

6|Page
sistem evaluasi yang baik akan mampu memberikan motivasi untuk
selalumeningkatkan kemampuannya.

Pembelajaran merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan kualitas sumber daya
manusia khususnya di lembaga pendidikan. Pembelajaran mengarahkan peserta didik
untuk dapat membangun kemampuan berfikir serta kemampuan menguasasi materi
pelajaran, dimana pengetahuan itu sumbernya dari luar diri tetapi dikonstruksidalam
diri individu peserta didik (Sagala, 2013:63).

Dalam mencapai usaha dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut
tidaklah mudah, diperlukan usaha yang sungguh-sungguh, berkesinambungan, dan
kerja sama optimal dari berbagai unsur pendidikan. Diantaranya melaksanakan
pembelajaran efektif dengan dimulai dari perencanaan matang, kontrol, pengawasan,
dan evaluasi terus-menerus serta berkelanjutan. Sebagai contoh adalah manajemen
pembelajaran di sekolah.

Manajemen evaluasi pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran


yang berguna sebagai acuan dan evaluasi guru mengenai keberhasilan guru dalam
melaksanakan pembelajaran. Mengurai manajemen evaluasi pembelajaranharus
dimulai dari pengertian belajar dan pembelajaran. Belajar adalah proses perubahan
tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman. Pembelajaran
merupakan upaya penata lingkungan yang memberi nuansa program- program belajar
tumbuh dan berkembang secara optimal. Pembelajaran biasanyamenjadi perhatian
psikologi pendidikan. Pembelajaran dalam konteks pendidikan merupakan aktifitas
pendidikan berupa pemberian bimbingan dan bantuan rohani bagiyang masih
membutuhkan. Setiap pembelajaran menginginkan tercapainya tujuan yang berhasil
baik. Banyak contoh yang bisa diberikan utuk menunjukkan bagaimanapembelajaran
yang berhasil baik. Salah satunya adalah yang dilakukan oleh maslow dan para
teoritikus lainnya yang memiliki dampak penting pada semua tingkatan pendidikan.
Mustaji (2010) mengatakan bahwa pembelajaran dikatakan optimal apabila
pembelajaran mengalami dan menghadapi tantangan permasalah ilmu pengetahuan.
berfikir, membiasakan berfikir, melakuakan tindakan yang berhubungandengan usaha
yang memecahkan masalah.

7|Page
BAB II

PEMBAHASA

A. Metode Pemecahan Masalah


Menurut Hardini dan Puspitasari (2012: 86) bahwa pemecahan masalah
merupakan suatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat
diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru. Pemecahan masalah tidak
sekedar sebagai bentuk kemampuan menerapkan aturan-aturan yang telah dikuasai
melalui kegiatan-kegiatan belajar terdahulu, melainkan lebih dari itu, merupakan
proses untuk mendapatkan aturan pada tingkat yang lebih tinggi.

Dalam kegiatan atau suatu program akan mengalami dinamika yang bisa
mendukung atau bahkan menghambat berjalannya suatu kegiatan atau pun suatu
program. Oleh karena itu, agar dapat berjalan dengan baik, evaluasi perlu dijalankan
dengan pemikiran yang terukur, terencana, dan sistematis. Karena itu, evaluasi
pembelajaran membutuhkan manajemen khusus agar proses evaluasi dapat
memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan dan sesuai dengan tujuan
yangtelat dibuat dan direncanakan.

Dalam proses manajemen, biasanya mengikuti prosedur POAC, yaitu planning,


organizing, actuiting, dan controlling. Karena itulah, dalam evaluasi pembelajaran ini
akan mengikuti prosedur tersebut, yang itu berarti ada perencanaan (planning),
pengaturan (organizing), pelaksanaan (actuiting), dan pengawasan (controlling)
terhadap kegiatan evaluasi ini.

B. Perencanaan Evaluasi
Menurut Wendell French, perencanaan adalah pembentukan tujuan-tujuan dan
sasaran-sasaran serta penentuan berbagai aktivitas dan sumber daya agar bisa
mencapai berbagai sasaran tersebut. Lalu pandangan lain dari M.J. Riley
mengemukanan bahwa perencanaan merupakan penentuan tujuan-tujuan dan
aktivitas-aktivitas yang akan datang dan juga menentukan instrumen-instrumen
dalampencapaian tujuannya.
Adapun menurut Sanjaya (2013:23) menjelaskan perencanaan dimulai dari
penetapan tujuan yang akan dicapai melalui analisis kebutuhan serta dokumen
8|Page
yang

9|Page
lengkap, kemudian menetapkan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan tersebut. Ketika merencanakan maka pola pikir diarahkan
bagaimanaagar tujuan itu dapat dicapai secara efektif dan efisien. Perencanaan dalam
teori manajemen adalah awal dari semua proses yang rasional dan mengandung
sifatoptimisme yang didasarkan atas suatu kepercayaan bahwa akan dapat mengatasi
berbagai macam permasalahan.
Dalam pandangan yang lain perencanaan adalahproses yang sistematis dalam
pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang
akan datang.
Perencanaan ini adalah hal yang sangat penting, karena akan sangat
memengaruhi langkah-langkah selanjutnya, bahkan akan memengaruhi
keefektifan prosedur evaluasi secara menyeluruh.
Bahkan dalam prinsip evaluasi pembelajaran pada dasarnya pelaksanaannya
harus valid, dalam artian memiliki akurasi dan ketepatan yang tinggi. Kevalidan ini
antara lain dipengaruhi oleh penggunaan teknik dan instrumen yang tepat dan baik.
Oleh karena itu, sangat penting bagi seorang evaluator untuk membuat perencanaan
sebelum melakukan kegiatan evaluasi itu sendiri.
Dari pandangan tentang perencanaan tersebut, bisa dinyatakan bahwa
perencanaan merupakan kegiatan yang harus didasarkan pada fakta, data, dan
keterangan yang konkret. Selain itu, perencanaan merupakan suatu pekerjaan mental
yang memerlukan pemikiran, imajinasi, dan kesanggupan melihat ke masa yang akan
datang, sehingga bisa direncanakan tindakan apa yang bisa dilakukan terhadap
berbagai gangguan dan hambatan yang bisa mengganggu jalannya kegiatan atau
program. Jika dikaitkan dengan evaluasi pembelajaran, maka perencanaan kegiatan
evaluasi pembelajaran merupakan langkah awal dalam melakukan suatu kegiatan
evaluasi.
Keberhasilan suatu kegiatan evaluasi banyak dipengaruhi oleh seberapa
baikperencanaan yang dilakukan, terutama dalam kaitannya dengan penyiapan
instrumen evaluasi.
Instrumen evaluasi ini tentu saja harus disesuaikan dengan kebutuhan yang ada di
lapangan, yakni terkait dengan proses pembelajaran di dalam proses belajar
mengajar.

Menurut Dini, Ada beberapa fungsi perencanaan, yaitu: (1) sebagai

10 | P a g e
pengarah, yang berupaya untuk meraih dan mendapatkan tujuan yang diharapkan
secara lebih terkoordinasi dan terarah. (2) sebagai minimalisasi ketidakpastian.
Dalam setiap

11 | P a g e
kegiatan pasti akan mengalami ketidakpastian terkait dengan suatu program, karena
itulah dengan perencanaan suatu kegiatan sudah divisualisasikan sehingga bisa
meminimalisasi ketidakpastian tersebut. (3) sebagai minimalisasi pengeluaran sumber
daya. Setiap kegiatan pasti akan mengerahkan sumber daya yang ada untuk bisa
digunakan dan dimanfaatkan. Namun, agar pengerahan sumber daya itu efektif dan
efisien, tentu saja perencanaan menjadi sangat berperan, sehingga tidak terjadi
pemborosan. (4) sebagai penetapan standar dalam pengawasan kualitas. Perencanaan
juga menjadi standar atau ukuran yang akan membuat suatu kegiatan atau program itu
terarah dan memenuhi tujuan yang telah ditetapkan. Itu artinya, dengan perencanaan
akan terkoordinasi secara sistematis dan otomatis terkait dengan pengawasan akan
kualitas atau standardisasi suatu program tersebut. (5) sebagai persyaratan
perencanaan. Perencanaan yang baik tentu harus dirumuskan dan memenuhi syarat:
faktual atau realistis, logis dan rasional, fleksibel, komitmen, dan komprehensi.

Robert H. Davis, dkk., seperti yang dikutip Zainal Arifin, mengemukakan


pendapat bahwa ada tiga kegunaan dari perencanaan evaluasi, yaitu: (1)
perencanaan evaluasi membantu menentukan apakah kita sudah menyatakan tujuan
atau sasaran dalam istilah-istilah perilaku. Dengan kondisi demikian, perilaku atau
standar-standar atau tujuan itu telah dinyatakan secara ambigu, maka akan terjadi
kesulitan dalam mendesain sebuah tes untuk mengukur prestasi anak didik. (2)
perencanaan evaluasi pada proses awalnya akan membuat kita bersiap
mengumpulkan informasi yang dibutuhkan ketika ia tesedia. (3) perencanaan
evaluasi memberikan cukup waktu untuk membuat desain tes.

C. Pelaksanaan Evaluasi

Pelaksanaan evaluasi pembelajaran adalah suatu cara untuk melaksanakan suatu


evaluasi sesuai dengan apa yang telah direncanakan dalam perencanaan evaluasi.Semua
yang berkaitan dengan evaluasi pembelajaran harus disiapkan dalam perencanaan yang
akan diimplementasikan dalam proses pelaksanaan evaluasi ini. Apalagi pelaksanaan
evaluasi ini sangat bergantung pada jenis evaluasi yang akan digunakan, sedangkan
jenis evaluasi yang digunakan akan memengaruhi evaluator dalam menentukan
prosedur, metode, instrumen, waktu pelaksanaan, sumber data, dansemacamnya.

12 | P a g e
Dalam pelaksanaannya, harus ada pengawas yang akan mengawasi jalannya
evaluasi, sehingga tidak muncul kecurangan dalam proses pelaksanaannya. Namun,
kehadiran pengawas tidak boleh sampai mengganggu jalannya tes tersebut. Apabila
peserta merasa terganggu, maka hal itu akan memengaruhi keakuratan hasil
testersebut. Oleh karena itulah, pelaksanaan tes harus dilakukan secara hati-hati agar
tujuan tes tersebut bisa tercapai dengan baik. Dalam pelaksanaannya, evaluator bisa
menggunakan bentuk tes (tes tulis, tes lisan, dan tes perbuatan) maupun bentuk non-
tes seperti angket, observasi, portofolio, wawancara, atau yang lainnya. Dalam
pelaksanaan tes maupun non-tes tersebut akan berbeda satu dengan lainnya, sesuai
dengan tujuan dan fungsinya masing-masing.

D. Pengawasan Evaluasi
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, dalam pasal 19 tentang standar proses dan pasal 55 mengenai standar
pengelolaan menyebutkan bahwa setiap satuan pendidikan dalam melakukan
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran dan penilaian hasil
pembelajaran, serta pengawasan proses pembelajaran yang efektif dan efisien
diperlukan kegiatan pemantauan, supervisi, evaluasi dan pelaporan, serta
pengambilanlangkah tindak lanjut hasil pengawasan. Tugas ini dipercayakan kepada
pengawas satuan pendidikan yang bertanggung jawab membina, memantau, dan
menilai satuan pendidikan.

Pengawasan evaluasi dilakukan agar standar kualitas dari hasil evaluasi itu bisa
terjaga dan terimplementasikan dengan baik serta dapat dipertanggungjawabkan
sebagaimana mestinya. Selain itu, langkah ini dilakukan untuk melihat apakah
pelaksanaan evaluasi pembelajaran tersebut telah sesuai dengan perencanaan yang
telah dibuat sebelumnya ataukah tidak.

Zainal Arifin mengungkapkan ada dua tujuan utama pengawasan, yaitu: (1)
untuk melihat relevansi pelaksanaan evaluasi dengan perencanaan evaluasi. (2) untuk
melihat hal-hal apa yang terjadi selama pelaksanaan evaluasi. Jika dalam pelaksanaan
evaluasi itu terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, maka evaluator harus mencatat,
melaporkan, dan menganalisis faktor-faktor penyebabnya. Dalam pelaksanaan
penilaian hasil belajar sering terjadi anak didik mencontek jawaban temannya,

13 | P a g e
mendapatkan bocoran soal, ada anak didik yang tiba-tiba sakit ketika mengerjakan
soal, dan sebagainya. Dengan demikian, pengawasan evaluasi menjadi sesuatu yang
sangat penting untuk dilakukan agar bisa menjaga hasil tes tersebut tetap objektif,
valid, dan proporsional.

Dalam membuat program perencanaan pengawasan, evaluator hendaknya


memperhatikan lima kriteria yang disingkat dengan “SMART” (Specific, Measurable,
Achievable, Realistic and Time Bound). Specific, berarti program yang
disusunmemiliki fokus yang jelas dan mencakup bidang tertentu secara khusus.
Measureable,berarti program-program dan kegiatan-kegiatan yang dipilih dapat diukur
pencapaiannya.
Achieveable, berarti program-program yang dirancang terjangkau untuk dicapai,
baik dari segi waktu, biaya maupun kondisi yang ada. Realistics, berartiprogram
tersebut benar-benar didasarkan pada data atau kondisi dan kebutuhan riil sekolah-
sekolah binaan serta tidak mengada-ada. Sedangkan Time Bound, berarti program
yang dirancang memiliki batasan waktu pencapaian atau pelaksanaan yang jelas.

E. Pengolahan Hasil Pengawasan Evaluasi

Pengolahan data hasil evaluasi pembelajaran merupakan materi yang berkaitan


dengan masalah evaluasi pembelajaran, bahkan dapat dikatakan bahwa pengelolahan
hasil evaluasi pembelajaran merupakan materi kegiatan evaluasi yang
akandilaksanakan dalam kegiatan proses pengambilan skor peserta didik.

Mengolah data hasil evaluasi berarti ingin memberikan nilai dan makna terhadapdata
yang sudah dikumpulkan. Jika datanya tentang prestasi belajar, berarti pengolahandata
tersebut akan memberikan nilai kepada peserta didik berdasarkan kualitas hasil
pekerjaannya. Hal ini dimaksudkan agar semua data yang diperoleh dapat memberikan
makna tersendiri.

Berdasarkan pada hasil pengelolahan data yang akan diperoleh, pada suatu informasi,
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan.Ada
beberapa kegiatan yang akan dilakukan dalam pengelolahan hasil evaluasi
berupapensekoran dan pemberian nilai. Pensekoran merupakan proses untuk
14 | P a g e
mengubah

15 | P a g e
jawaban menjadi angka. Sedangkan nilai merupakan hasil ubahan dari skor nilai yang
disesuaikan dengan nilai yang standar.

Data yang didapatkan dari hasil evaluasi harus dikumpulkan berdasarkan kelas atau
kelompok atau urutan. Hal ini dilakukan agar tidak tercampur satu sama lain danbisa
membingungkan proses pengolahannya nanti. Pada saat sudah terkumpul denganbaik
dan rapi, hasil evaluasi tersebut kemudian diolah sedemikian rupa sehingga
datatersebut bisa tersaji dengan baik dan memiliki makna tertentu yang bisa berbentuk
kualitatif maupun kuantitatif. Data yang berbentuk kualitatif harus diolah dan
dianalisis secara kualitatif juga, dan begitu juga sebaliknya, data kuantitatif harus
diolah dan dianalisis secara kuantitatif juga, yakni bisa menggunakan statistika
deskriptif maupun statistika inferensial.

Data dalam bentuk nilai-nilai tersebut kemudian disusun dalam tabel distribusi
frekuensi, lalu dibuatkan tabel atau daftar, diagram atau gambar, sehingga data nilai
tersebut menarik untuk disajikan dan dapat dimaknai. Dari tabel atau daftar
distribusi frekuensi, dapat dihitung persentase, ratarata kelompok, nilai median,
nilai modus, peringkat, dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan. Hasil dari data ini
akan menunjukkan hasil dari evaluasi tersebut yang akan menjadi penanda akan
prestasi belajar anak didik, dan inilah yang dimaksudkan dengan data yang diolah
sehingga menjadi bermakna.

Menurut Zainal Arifin, ada empat langkah dalam mengolah data: pertama,
memberikan skor pada hasil evaluasi yang dapat dicapai oleh peserta didik. Alat
bantunya ada tiga, yaitu kunci jawaban, kunci skoring, dan pedoman konversi.
Kedua,mengubah skor mentah menjadi skor standar sesuai dengan norma tertentu.
Ketiga, mengonversikan skor standar ke dalam nilai, baik berupa huruf ataupun
angka.Keempat, melakukan analisis soal untuk mengetahui derajat validitas dan
reliabilitas soal, tingkat kesukaran soal, dan daya pembedanya. Namun langkah ini
dilakukan jikamemang diperlukan.

Dalam proses pengolahan ini, menskor dan menilai merupakan pekerjaan yang
menuntut ketekunan yang luar biasa dari evaluator, yang kemudian ditambah
dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan tertentu. Nama lain dari menskor adalah
memberi angka. Menurut Suharsimi Arikunto, yang dimaksud dengan kunci
jawaban adalah deretan
16 | P a g e
jawaban yang dipersiapkan untuk pertanyaan atau soal-soal yang disusun.
Sedangkan kunci skoring adalah alat yang kita gunakan untuk mempercepat
pekerjaan skoring.

Pemberian skor merupakan suatu proses mengubah jawaban menjadi angka,sedangkan


skor adalah suatu hasil pekerjaan menskoran yang diperoleh dengan menjumlahkan
angka-angka bagi setiap butir soal tes yang dijawab dengan benar olehpeserta didik.
Dan hasil skor maksimum juga tidak selalu tetap karena dapat ditentukanberdasarkan
pada banyak bobot soal tes tersebut.

Ada beberapa macam alat bantu yang dapat menentukan angka dan menskoran,
dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Dapat membantu untuk menentukan jawaban yang benar, yang disebut


dengan kunci jawaban.
2. Dapat membantu menyeleksi jawaban yang benar dan salah, ini disebut
dengan kunci skor.
3. Agar dapat membantu dalam menentukan angka, yang disebut dengan
pedoman nilai.

Ada beberapa cara dalam pemberian skor pada hasil evaluasiyang dapat
dibedakandengan cara bentuk soal butir yang digunakan diantaranya:

1. Cara dalam pemberian skor pada hasil ujian bentuk uraian.

Suatu pemberian skor pada hasil pekerjaan bentuk butir soal uraian yang harus di
munculkan pada beberapa aspek pada jawaban, dan kemudian itu ada beberapa
bobot dalam tiap aspek. Dan setelah itu dapat dicocokkan dengan kuci jawaban,
kemudian dihitung ada beberapa skor yang diperoleh oleh peserta tes dan skor yamg
diperoleh baru dapat dikonversi kedalam nilai.

Sehingga butir yang digunakan memiliki bobot yang berbeda-beda, dan juga dapat
mengetahui bobot butir soal agar dapat memilih butir soal yang sudah di
selesaikan dengan cara terlebih dahulu.

2. Ada dua cara pemberian skor pada hasil ujian bentuk obyektif, yaitu :
 Pada setiap jawaban yang benar dari butir soal dapat diberi skor satu,
dan sehingga skor total akan sama dengan seluruh jawaban yang benar.

17 | P a g e
 Memperhatikan adanya peluang terjadinya tebakan dan skor yang
diperoleh sama dengan jumlah jawaban yang benar dikoreksi dengan
besarnya tebakan..

Menurut Suharsimi, dalam menentukan angka (skor) untuk tes objektif bentuk B-S,
bisa menggunakan dua cara, yaitu: (1) tanpa hukuman atau tanpa denda, dan (2)
dengan hukuman atau dengan denda. Tanpa hukuman terjadi apabila banyaknya
angkayang diperoleh siswa sebanyak jawaban yang cocok dengan kunci. Sedangkan
dengan hukuman terjadi jika ada keraguan adanya unsur tebakan, sehingga digunakan
2 macam rumus tapi hasilnya sama.

Rumus pertama adalah S = R – W di mana S adalah skor, R adalah jawaban benar,dan


W adalah jawaban salah. Dengan demikian, skor yang diperoleh siswa sebanyak
jumlah soal yang benar dikurangi dengan jumlah soal yang salah. Contohnya adalah:
jika banyaknya soal adalah 10, sedangkan jawaban benar adalah 8 soal dan jawaban
salah berjumlah 2 soal, maka angka skornya yang didapatkan adalah 6. Rumus
keduaadalah S
= T – 2W, di mana T adalah total jumlah soal dalam tes. Dari contoh di
rumuspertama, kita bisa mendapatkan bahwa banyaknya soal adalah 10 sedangkan
yang salah adalah 2 soal, maka dapat dihitung dengan rumus kedua ini adalah 10 – (2
x 2)
= 10 – 4 = 6.

Selain mengolah data dalam bentuk tes yang dicontohkan dengan tes objektif bentuk B
– S di atas, dalam kesempatan ini juga diketengahkan cara mengolah data untuk non-
tes.
Untuk hasil evaluasi dalam bentuk non-tes pada dasarnya merupakan hasil data
kualitatif yang bisa berisi narasi verbal dalam bentuk transkripsi rekaman ungkapan
pikiran dan perasaan dalam wawancara, ungkapan pikiran dan perasaan dalam
bentuk perilaku atau situasi dari hasil pengamatan, atau pun bentuk-bentuk tes dari
evaluasi non-tes lainnya.

Dalam hal ini, ada tiga tahap penting dalam mengolah data kuantitatif ini, yaitu:
pertama, tahap pengodean. Inti kegiatan pada tahap ini adalah membubuhkan kode
pada materi atau data mentah yang diperoleh. Kedua, tahap analisis tematik. Inti
kegiatan pada tahap ini adalah melakukan apa yang disebut dengan pengodean
18 | P a g e
terbuka(open coding), yaitu menemukan kata kunci atau tema dalam data mentah
berupa transkrip narasi hasil wawancara atau observasi. Kata kunci atau tema bisa
muncul secara manifest atau secara latent. Kata kunci yang manifest adalah kata
kunci atau

19 | P a g e
tema yang secara langsung eksplisit muncul dalam narasi sehingga evaluator tinggal
mengambil dan mencatatnya. Sedangkan kata kunci atau tema yang latent tidakmuncul
secara eksplisit, namun hadir mendasari, membayangi, atau mewarnai narasi secara
implisit atau tersembunyi. Karena itulah, evaluator harus peka atau jeli dalam melihat
hal itu. Ketiga, tahap interpretasi. Inti dari kegiatan ini adalah memahami datayang
sudah diperas ke dalam kata-kata kunci atau tema-tema tersebut secara lebih mendalam
dan luas. Setelah mendapatkan kata-kata kunci atau tema-tema sebagai hasil penerapan
pengodean terbuka, langkah berikutnya adalah melakukan pengodeanaksial (axial
coding) dan pengodean selektif (selective coding). Dalam pengodean aksial, evaluator
menyusun kembali kata-kata kunci atau tema-tema tersebut dengan cara menemukan
hubungan-hubungan antar tema, antara tema dengan subtema, dan sebagainya,
sehingga diperoleh pola atau pola-pola baru yang lebih padat dalam arti lebih ringkas
dan lebih bermakna. Sedangkan dalam pengodean selektif, evaluator memilih pola
yang paling mendasar sebagai bentuk interpretasi atau kesimpulan akhir.Pola paling
mendasar yang layak digunakan sebagai interpretasi atau kesimpulan finalsemacam ini
antara lain akan ditandai oleh tidak adanya disconfirmatory data atau datapenyangkal
atau kasus negatif yang melemahkan interpretasi atau kesimpulan final tersebut.

Hasil evaluasi data non-tes juga bisa berbentuk data kuantitatif juga, karena
penialain non-tes sering kali juga melibatkan kegiatan pengukuran baik secara
langsung melalui penggunaan skala penilaian, maupun secara tidak langsung melalui
penerapan rubrik penskoran. Pengolahan data kuantitatif semacam ini memerlukan
penerapan teknik statistik, khususnya statistika deskriptif.

Dari pembahasan tentang pengolahan data hasil evaluasi, baik data dari hasil evaluasi
bentuk tes maupun yang non-tes, pada dasarnya bertujuan untuk bisa mengetahui
sampai di mana tingkat kemampuan anak didik dalam menguasai dan memahami
pembelajaran yang diikutinya. Tujuan akhirnya adalah bagaimana hasil pembelajaran
itu bisa memunculkan berbagai skill atau keterampilan, baik itu keterampilan akademis
dalam ranah kognitif, maupun keterampilan lainnya dalam ranah afektif dan
psikomotorik.

20 | P a g e
Menurut Zainal Arifin, ada dua jenis penafsiran data, yaitu: penafsiran kelompokdan
penafsiran individual. Penafsiran kelompok adalah penafsiran yang dilakukan untuk
mengetahui karakteristik kelompok berdasarkan data hasil evaluasi, seperti prestasi
kelompok, ratarata kelompok, sikap kelompok terhadap guru dan materi pelajaran
yang diberikan, dan distribusi nilai kelompok. Tujuan utamanya adalah sebagai
persiapan untuk melakukan penafsiran kelompok, untuk mengetahui sifatsifattertentu
pada suatu kelompok, dan untuk mengadakan perbandingan antarkelompok.
Sedangkan penafsiran individual adalah penafsiran yang hanya dilakukan
secaraperseorangan. Misalnya, dalam kegiatan bimbingan dan penyuluhan atau situasi
klinislainnya. Tujuan utamanya adalah untuk melihat tingkat kesiapan anak didik,
pertumbuhan fisik, kemajuan belajar, dan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya
dalamproses pembelajaran.

Selain itu, Arifin juga mengemukakan bahwa dalam melakukan penafsiran data, guru
atau evaluator harus menggunakan norma-norma standar sehingga data yang diperoleh
dapat dibandingkan dengan norma-norma tersebut. Berdasarkan penafsiranini, dapat
diputuskan bahwa anak didik mencapai taraf kesiapan yang memadai atau tidak, ada
kemajuan yang berarti atau tidak, ada kesulitan atau tidak dalam prosesnya.Bahkan
jika ingin menggambarkan pertumbuhan anak didik, penyebaran skor, dan
perbandingan antarkelompok, guru perlu menggunakan garis (kurva), grafik, atau
dalam beberapa hal diperlukan profil dan bukan dengan daftar angka-angka. Daftar
angka-angka biasanya digunakan untuk melukiskan posisi atau kedudukan anak
didikbaik secara perseorangan maupun kelompok.

F. Publikasi Hasil Evaluasi

Hasil evaluasi yang didapatkan dari tes yang dilakukan oleh anak didik harus
dipublikasikan kepada berbagai pihak yang memang berkompeten untuk
mendapatkannya. Hal ini sebagai bentuk pertanggungjawaban terkait dengan
perkembangan dan kemajuan anak didik pada saat mengikuti program pembelajaran
di kelas. Apalagi pada zaman sekarang ini akuntabilitas sistem pengajaran dan
pembelajaran di sekolah sangatlah diperhatikan oleh masyarakat pendidikan terkait
dengan tingkat kemajuan dan perkembangan pembelajaran anak didik di sekolah.

21 | P a g e
Hal ini terkait dengan manajemen berbasis sekolah yang menuntut adanya partisipasi
masyarakat, transparansi dan akuntabilitas publik, sehingga publikasi hasilevaluasi
menjadi salah satu bentuk pertanggungjawaban manajemen sekolah tersebutkepada
berbagai pihak yang memang berkompeten untuk mendapatkannya. Atas dasarhal
itulah laporan kemajuan hasil belajar anak didik dibuat sebagai pertanggungjawaban
lembaga sekolah kepada orangtua/wali, komite sekolah, masyarakat, dan instansi
terkait lainnya. Laporan tersebut merupakan sarana komunikasi dan kerja sama antara
sekolah, orangtua, dan masyarakat yang bermanfaatbagi kemajuan belajar anak didik
maupun pengembangan sekolah.

Pelaporan hasil pembelajaran hendaknya memenuhi unsur berikut:

1. Memerinci hasil belajar anak didik berdasarkan kriteria yang telah ditentukan
dan dikaitkan dengan penilaian yang bermanfaat bagi pengembangan peserta
didik.
2. Memberikan informasi yang jelas, komprehensif, dan akurat.
3. Menjamin orangtua mendapatkan informasi yang secepatnya bila anaknya
bermasalah dalam belajar.

Pada dasarnya, pelaporan hasil evaluasi pembelajaran ini sangat penting baik itu
bagi anak didik maupun pihak pendidik itu sendiri. Hal ini akan sangat membantu
untuk mengembangkan kebijakan selanjutnya terkait dengan bagaimana sebaiknya
pembelajaran itu dilangsungkan. Dari sini kemudian, kualitas pembelajaran dan
pengajaran akan semakin ditingkatkan sesuai dengan kondisi dan situasi yang
didapatkan dari hasil evaluasi sebelumnya.

Selain itu, tujuan publikasi hasil evaluasi ini sangat terkait dengan tujuan
pemakaiannya. Pada evaluasi formatif, tujuan utamanya adalah memperbaiki dan
mengembangkan program, dan laporannya harus diserahkan kepada pihak yang
memprogram, serta diinformasikan juga tentang bagaimana program berfungsi dan
perubahan-perubahan apa yang harus dilakukan untuk tujuan tersebut. Jika evaluasi
yang dilakukan adalah evaluasi sumatif, maka laporan harus berisi informasi dan
penilaian tentang kegunaan program yagn dilaporkan kepada: (1) pihak yang akan
memakainya; (2) pihak yang akan menentukan alokasi sumber-sumber untuk
melanjutkan program; dan (3) pihak yang berhak mengetahui tentang program untuk
tujuan-tujuan yang lain.
22 | P a g e
G. Pemanfaatan Hasil Evaluasi

Evaluasi hasil belajar menjadi hal yang sangat urgen dalam proses belajar mengajar
dan strategi pengembangan evaluasi kurikulum, karena tanpa eveluasi hasilbelajar
akan susah sekali untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa. Dengan demikian,
evaluasi dijadikan kebtuhan oleh siswa, sebab dengan evaluasi siswa akan tahu tentang
keberhasilan pembelajaran yang dilakukannya.8 Evaluasi hasil belajar merupakan
sistematis dalam mengukur tingkat kemajuan yang dicapai oleh siswa, baikditinjau dari
segi norma, tujuan, maupun dari kelompok serta sangat menentukan siswayang
mengalami kemajuan kearah pencapaian tujuan pengajaran yang diharapkan, karena
itu, evalusi merupkan komponen integral dalam program pengajaran di samping tujuan
instruksional dan meteri serta metode pengajaran.

Setiap hasil evaluasi yang didapatkan dari tes yang dilakukan oleh anak didik dalam
rangka menguji tingkat kemajuan dan pemahaman dirinya saat mengikuti pembelajaran
di kelas akan membawa manfaat yang sangat luar biasa. Dari hasil evaluasi tersebut,
akan didapatkan seberapa jauh keberhasilan dari proses belajar mengajar yang
dilakukan guru dan diikuti oleh anak didik itu sendiri.

Salah satu manfaat hasil evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik (feedback)
kepada semua pihak yang terlibat dalam pembelajaran, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Menurut QCA, seperti yang dikutip Zainal Arifin, umpan balik dapat
dijadikan sebagai alat bagi guru untuk membantu anak didik agar kegiatan belajarnya
menjadi lebih baik dan meningkatkan kinerjanya. Anak didik akan dapat mengukur
sejauh mana tingkat penguasaannya terhadap materi, jika hasil pekerjaan mereka
mendapat umpan balik dari gurunya. Umpan balik tersebut dapat dilakukan secara
langsung, tertulis, atau demonstrasi. Dalam memberikan umpan balik,guru hendaknya
memperhatikan kualitas pekerjaan anak didik dan tidak membandingkannya dengan
hasil pekerjaan anak didik yang lain. Hal ini dapat membuat perasaan minder bagi anak
didik yang memiliki kemampuan kurang. Umpan balik sifatnya memberikan saran dan
perbaikan, sehingga anak didik termotivasi untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas proses belajar serta hasil pekerjaannya.

Pada dasarnya pemanfaatan atau penggunaan hasil evaluasi yang diperoleh adalah
bergantung pada tujuan yang hendak dicapai dalam mengadakan evaluasi itu sendiri,

23 | P a g e
atau bergantung pada jenis-jenis tes yang dilakukan. Beberapa contoh pemanfaatan
atau penggunaan hasil evaluasi antara lain adalah:

a. Menentukan naik tidaknya atau lulus tidaknya seorang siswa. Hal ini kita
dasarkan pada interpretasi kita terhadap taraf kesiapan siswa tersebut, Dalam
penggunaan ini, tes yang dimaksud adalah tes sumatif. Penentuan ini dilakukan
setelah hasil tes tersebut dipadukan dengan hasil tes-tes formatif atau sub
sumatif sebelumnya.
b. Mengadakan diagnosa atau remedial. Dari hasil tes yang telah kita lakukan kita
dapat mengetahui kelemahan-kelemahan siswa, maka langkah berikutnya
adalah mencari sebab-sebab kelemahan tersebut, kemudian melakukan remedial
(penyembuhan). Dalam penggunaan ini, tes yang dimaksud adalah tes
diagnostik.
c. Perlu tidaknya suatu pelajaran diulang kembali atau tidak. Hal ini kita dasarkan
pada interpretasi terhadap prestasi kelompok. Dalam penggunaan ini, tes yang
dimaksud adalah tes formatif
d. Membangkitkan motif siswa. Ketika hasil tes ditunjukkan, biasanya siswa
berminat sekali untuk mengetahuinya, guru dapat memanfaatkan minat yang
besar tersebut untuk memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar lebih
giat. Dalam penggunaan ini, tes yang dimaksud adalah tes formatif.
e. Memberikan laporan kepada orang tua. Dengan tujuan agar dia memiliki
gambaran yang obyektif tentang perkembangan anaknya, untuk kemudian
menyikapinya. Dalam penggunaan ini, tes yang dimaksudkan adalah tes
sumatif. Pemberian hasil laporan ini dilakukan setelah hasil tes tersebut
dipadukan dengan hasil tes-tes formatif atau sub sumatif sebelumnya.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan dapat dilakukan
melalui pemanfaatan data hasil penilaian. Hasil penilaian, baik melalui tes maupun
bukan tes besar sekali manfaatnya bila dikaji dan digunakan untuk upaya perbaikan
proses belajar mengajar. Kajian hasil penilaian hasil formatif dan sumatif
dapatmemberikan gambaran tentang hasil belajar yang dicapai siswa setelah ia
menempuh proses belajar mengajar. Data hasil penilaian proses belajar mengajar
sangat bermanfaat bagi guru, siswa dan kepala sekolah. Bagi guru ialah dapat
mengetahui kemampuan dirinya sebagai pengajar, baik kekurangan maupun
kelebihannya. Guru juga dapat mengetahui pendapat dan aspirasi para siswanya dalam
24 | P a g e
berbagai hal yang berkenaan dengan proses belajar mengajar. Berdasarkan informasi
ini guru dapat

25 | P a g e
memperbaiki dan menyempurnakan kekurangannya dan mempertahankan
atau meningkatkan kelebihan-kelebihannya.

Demikian juga bagi para siswa, data hasil penilaian mengenai cara belajar, kesulitan
belajar dan hubungan sosial dapat dijadikan bahan untuk meningkatkan upaya dan
motivasi belajar yang lebih baik lagi. Pada pokok lain, kepala sekolah dapat
memikirkan upaya-upaya pembinaan para guru dan siswa berdasarkan pendapat,
saran,aspirasi dari berbagai pihak (guru, siswa, orang tua). Jenis-jenis penilaian di
sekolah sebenarnya formatif dan sumatif, seperti penilaian diagnostik (yang berfungsi
untuk membantu memecahkan masalah/kesulitan belajar peserta didik), Demikian
juga penilaian penempatan/placement test (yang berfungsi untuk menempatkan
peserta didik pada situasi belajar mengajar yang sesuai dengan program pendidikan
atau tingkat kemampuan dan/atau karasteristik peserta didik, serta jenis-jenis
penilaian lainnya).

Menurut Hamzah B. Uno dan Satria Koni, ada tiga pihak yang bisa memanfaatkanhasil
evaluasi tersebut, yaitu: pertama, anak didik yang memerlukan remedial. Dalamhal ini,
guru harus yakin bahwa setiap anak didik itu akan mampu mencapai nilai ketuntasan
belajar dari setiap kompetensinya bila mereka mendapatkan bantuan yangtepat. Karena
itulah, dalam program remedial pada saat nilai dari hasil evaluasi tersebut tidak sesuai
standar yang diharapkan, guru harus mampu memberikan bantuankepada anak didik,
dan sebaiknya guru tersebut mengetahui kekurangan anak didik atau memiliki
kemampuan untuk memberikan bantuan kepada anak didik.

Kedua, anak didik yang memerlukan pengayaan. Pengayaan dilakukan bagipeserta


didik yang memiliki penguasaan lebih cepat dibandingkan anak didik lainnya,atau anak
ddik yang mencapai ketuntasan belajar ketika sebagian besar anak didik yang lain
belum mencapainya. Anak didik yang berprestasi baik perlu mendapatkan pengayaan
agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Dan salah satu kegiatan
pengayaan adalah memberikan materi tambahan, latihan tambahan, atau tugas
individual yang bertujuan untuk memperkaya kompetensi yang telah dicapainya.

Ketiga, bagi guru. Guru dapat memanfaatkan hasil evaluasi ini untuk memperbaiki
program dan kegiatan pembelajaran. Dalam hal inilah, program yang telah
dirancang, strategi pembelajaran yang telah disiapkan, dan bahan yang telah
disiapkan perlu
26 | P a g e
direvisi, dievaluasi, atau bahkan diganti apabila memang ternyata tidak efektif
membantu anak didik dalam mencapai penguasaan kompetensi.

Dari penjelasan di atas, berarti hasil evaluasi pembelajaran ini sangatlah bermanfaat,
terutama bagi anak didik dan guru, serta pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
Informasi hasil penilaian dapat dimanfaatkan untuk melakukan perbaikan atau
penyempurnaan sistem, proses atau kegiatan belajar mengajar, ataupun sebagai
data untuk mengambil keputusan atau menentukan kebijakan.

Dari penjelasan di atas pula, berikut ini berbagai manfaat yang bisa didapatkan
oleh berbagai pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran itu sendiri yang
diambildari pandangan Zainal Arifin.

Pertama, bagi anak didik. Hasil evaluasi dapat dimanfaatkan untuk: (1)
Membangkitkan minat dan motivasi belajar. (2) Membentuk sikap yang positif
terhadap belajar dan pembelajaran. (3) Membantu pemahaman peserta didik menjadi
lebih baik. (4) Membantu anak didik dalam memilih metode belajar yang baik dan
benar. (5) Mengetahui kedudukan anak didik dalam kelas.

Kedua, bagi guru atau pendidik, hasil evaluasi dapat dimanfaatkan untuk: (1) Promosi
anak didik, seperti kenaikan kelas atau kelulusan. (2) Mendiagnosis anak didik yang
memiliki kelemahan atau kekurangan, baik secara perorangan maupun kelompok. (3)
Menentukan pengelompokan dan penempatan anak didik berdasarkan prestasi masing-
masing. (4) Feedback dalam melakukan perbaikan terhadap sistem pembelajaran. (5)
Menyusun laporan kepada orang tua guna menjelaskan pertumbuhan dan
perkembangan anak didik. (6) Dijadikan dasar pertimbangan dalammembuat
perencanaan pembelajaran. (7) Menentukan perlu tidaknya pembelajaran remedial.

Ketiga, bagi orang tua, hasil evaluasi dapat dimanfaatkan untuk: (1) Mengetahui
kemajuan belajar anak didik. (2) Membimbing kegiatan belajar anak didik di rumah.
(3) Menentukan tindak lanjut pendidikan yang sesuai dengan kemampuan anaknya.
(4) Memprakirakan kemungkinan berhasil tidaknya anak tersebut dalam bidang
pekerjaannya.

27 | P a g e
Keempat, bagi administrator sekolah, hasil evaluasi dapat dimanfaatkan untuk: (1)
Menentukan penempatan anak didik. (2) Menentukan kenaikan kelas. (3)
Pengelompokan anak didik di sekolah mengingat terbatasnya fasilitas pendidikan yang
tersedia serta indikasi kemajuan anak didik pada waktu mendatang.

28 | P a g e
BAB III

PENUTU

A. Kesimpulan

Dalam proses manajemen, biasanya mengikuti prosedur POAC, yaitu planning,


organizing, actuiting, dan controlling. Evaluasi pembelajaran pun mengikuti
prosedur tersebut, yang itu berarti ada perencanaan (planning), pengaturan
(organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling) terhadap
kegiatan evaluasi.

Wendell French mengemukakan bahwa perencanaan adalah pembentukan tujuan-


tujuan dan sasaran-sasaran serta penentuan berbagai aktivitas dan sumber daya agar
bisa mencapai berbagai sasaran tersebut. Lalu Dini mengungkapkan ada beberapa
fungsi perencanaan, yaitu: (1) sebagai pengarah, yang berupaya untuk meraih dan
mendapatkan tujuan yang diharapkan secara lebih terkoordinasi dan terarah. (2)sebagai
minimalisasi ketidakpastian. (3) sebagai minimalisasi pengeluaran sumber daya. (4)
sebagai penetapan standar dalam pengawasan kualitas, dan (5) sebagai persyaratan
perencanaan.

Pelaksanaan evaluasi pembelajaran adalah suatu cara untuk melaksanakan


suatu evaluasi sesuai dengan apa yang telah direncanakan dalam perencanaan
evaluasi.Semua yang berkaitan dengan evaluasi pembelajaran harus disiapkan dalam
perencanaan yang akan diimplementasikan dalam proses pelaksanaan evaluasi ini.

Pengawasan evaluasi dilakukan agar standar kualitas dari hasil evaluasi itu bisa
terjaga dan terimplementasikan dengan baik serta dapat dipertanggungjawabkan
sebagaimana mestinya. Selain itu, langkah ini dilakukan untuk melihat apakah
pelaksanaan evaluasi pembelajaran tersebut telah sesuai dengan perencanaan yang
telah dibuat sebelumnya ataukah tidak.

Pengolahan data hasil evaluasi pembelajaran merupakan materi yang berkaitan dengan
masalah evaluasi pembelajaran, bahkan dapat dikatakan bahwa pengelolahan hasil
evaluasi pembelajaran merupakan materi kegiatan evaluasi yang akandilaksanakan
dalam kegiatan proses pengambilan skor peserta didik. Zainal Arifin mengungkapkan

29 | P a g e
ada empat langkah dalam mengolah data: (1) memberikan skor padahasil evaluasi yang
dapat dicapai oleh peserta didik. Alat bantunya ada tiga, yaitu kunci

30 | P a g e
jawaban, kunci skoring, dan pedoman konversi. (2) mengubah skor mentah menjadi
skor standar sesuai dengan norma tertentu. (3) mengonversikan skor standar ke
dalamnilai, baik berupa huruf ataupun angka. (4) melakukan analisis soal untuk
mengetahuiderajat validitas dan reliabilitas soal, tingkat kesukaran soal, dan daya
pembedanya. Namun langkah ini dilakukan jika memang diperlukan.

Hasil evaluasi yang didapatkan dari tes yang dilakukan oleh anak didik harus
dipublikasikan kepada berbagai pihak yang memang berkompeten untuk
mendapatkannya. Hal ini sebagai bentuk pertanggungjawaban terkait dengan
perkembangan dan kemajuan anak didik pada saat mengikuti program pembelajaran
di kelas.

Evaluasi hasil belajar merupakan sistematis dalam mengukur tingkat kemajuan yang
dicapai oleh siswa, baik ditinjau dari segi norma, tujuan, maupun dari kelompokserta
sangat menentukan siswa yang mengalami kemajuan kearah pencapaian tujuan
pengajaran yang diharapkan, karena itu, evalusi merupkan komponen integral dalam
program pengajaran di samping tujuan instruksional dan meteri serta metode
pengajaran.

31 | P a g e
Soal :

1. Kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya


informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil
keputusan, suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan
menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak ukur untuk
memperoleh suatu kesimpulan, proses untuk melihat apakah perencanaan yang sedang di
bangun berhasil sesuai dengan harapan awal atau tidak, dan suatu proses atau kegiatan yang
sistematis dan menentukan kualiatas (nilai atau arti) daripada sesuatu berdasarkan
pertimbangan dan kriteria tertentu. Uraian tersebut merupakan pengertian-pengertian dari..
a. Evaluasi
b. Perencanaan
c. Pelaksanaan
d. Hasil

2. Berikut yang bukan tujuan evaluasi adalah


a. Untuk mengetahui tingkat efektifitas dari metode-metode pengajaran yang telah
dipergunakan
b. Memotivasi siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan prestasinya
c. untuk mengetahui jumlah siswa yang ada
d. Untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan dan ketidak
berhasilan peserta didik

3. Apa saja model-model dari evaluasi pembelajaran?


a. Model kesesuaian
b. Model pengukuran
c. Model yang berorientasi pada tujuan
d. a,b,c benar

32 | P a g e
4. Suatu proses atau kegiatan yang sistematis, berkelanjutan dan menyeluruh dalam rangka
pengendalian, penjaminan dan penetapan kualitas (nilai atau arti) berbagai komponen
pembelajaran berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu sebagai bentuk
pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan pembelajaran..
a. Evaluasi pembelajaran
b. Evalusi produk
c. Evaluasi input
d. Evaluasi ouput

5. Untuk mengetahui kadar pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran, melatih
keberanian dan mengajak peserta didik untuk mengingat kembali materi yang disajikan,
mengetahui tingkat perubahan prilakunya, dan mengetahui siapa di antara peserta didik yang
cerdas dan yang lemah, sehingga yang lemah diberi perhatian khusus agar ia dalam mengejar
kekurangannya...
a. Manfaat evaluasi pembelajaran
b. Tujuan evaluasi pembelajaran
c. Prinsip evaluasi pembelajaran
d. Jenis evaluasi pembelajaran

6. Penilaian yang bertujuan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa serta faktor-faktor


penyebabnya. Pelaksanaan penilaian semacam ini biasanya bertujuan untuk keperluan
bimbingan belajar, pengajaran remedial, menemukan kasus-kasus dan lain-lain merupakan...
a. Evaluasi Sumatif
b. Evaluasi Formatif
c. Evaluasi Diagnostik
d. Evaluasi Selektif LK

7. Salah satu kelebihan asesmen alternatif dalam penilaian , karena dapat menyajikan
penilaian yang lebih lengkap, yang berarti
a. Mampu menyajikan nilai pretest dan post-tes
b. Mampu menilai aspek kognitif, afektif dan psikomotor
c. Dapat digunakan untuk berbagai jenis tes
d. Disertai dengan kunci jawaban yang objektif

33 | P a g e
8. Dari 25 soal ulangan umum untuk mata pelajaran bahasa Indonesia, Ali mengerjakan 17 butir
soal dengan benar. Sementara kawan yang terpandai hanya 1 butir soal yang salah, dan anak
yang terbodoh di kelas itu hanya mampu mengerjakan 5 butir soal dengan benar. Jika
pendekatan kriteria dengan skala 100 yang digunakan, maka nilai ulangan umum bahasa
Indonesia yang diperoleh Ali adalah
a. 17,00
b. 24,00
c. 68,00
d. 96,00

9. Suatu pencapaian yang diperoleh oleh siswa dalam proses pembelajaran yang dituangkan
dengan angka maupun dalam pengaplikasian pada kehidupan sehari-hari atas ilmu yang
didapat merupakan...
a. Hasil belajar
b. Metode belajar
c. Model belajar

d. Evaluasi belajar

10 . Penilaian terhadap karya-karya siswa selama proses pembelajaran yang tersusun secara
sistematis dan terorganisir yang dikumpulkan selama periode tertentu dan digunakan untuk
memantau perkembangan siswa baik mengenai pengetahuan, keterampilan, maupun sikap
siswa terhadap mata pelajaran yang bersangkutan merupakan
a. Observasi
b. Wawancara
c. Penilaian produk
d. Penilaian portopolio

34 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Hadi, S., & Radiyatul, R. (2014). Metode pemecahan masalah menurut polya
untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah
matematis di sekolah menengah pertama. EDU-MAT: Jurnal Pendidikan
Matematika, 2(1).

Ananda, R., & Amiruddin, A. (2019). Perencanaan pembelajaran.

Haryanto, M. P. (2020). Evaluasi Pembelajaran (Konsep Dan Manajemen). UNY


Press.

Pauji, R., Trisna, B. N., & Atsnan, M. F. (2016). Pemanfaatan hasil evaluasi
pembelajaran matematika SMA di kota Banjarmasin. Math Didactic: Jurnal
Pendidikan Matematika, 2(3), 164-170.

Sabariah, S. (2020). PEMANFAATAN HASIL EVALUASI DAN REFLEKSI


PELAKSANAAN EVALUASI BELAJAR. TAZKIYA: JURNAL
PENDIDIKANISLAM, 9(2), 122-133.

Mif Ullah, S. (2018). Pengelolaan Hasil Evaluasi. Universitas Muhammadiyah


Sidoarjo.

Arumsari, S. (2020). Manajemen evaluasi pembelajaran dalam implementasi


kurikulum 2013 revisi: Studi pengelolaan penilaian harian untuk
meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas IXA di MTs Putra-Putri
Simo Kabupaten Lamongan (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim).

35 | P a g e
36 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai