Anda di halaman 1dari 12

Publikasi PATEN Dan HKI

FILSAFAT ILMU PPDS I FK UNUD


Prof Dr. Tjok GB Mahadewa, M.Kes, dr.,SpBS(K)Spinal, FICS, FINSS
SILABUS Filsafat Ilmu
Kompetensi Materi Pembelajaran Indikator
Mahasiswa •Paten •Menelaah definisi • Mahasiswa dapat
mampu •HKI dan pengertian membuat satu
memahami dan paten dan HKI contoh usulan
menjelaskan paten
tentang Paten
dan HKI
Paten

• adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada penemu atas hasil
penemuannya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu
melaksanakan sendiri Invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya
kepada pihak lain untuk melaksanakannya. (UU 14 tahun 2001, ps. 1, ay. 1)
• Sementara itu, arti Invensi dan Inventor (yang terdapat dalam pengertian di
atas, juga menurut undang-undang tersebut, adalah):
• Invensi adalah ide Inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah
yang spesifik di bidang teknologi dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan
dan pengembangan produk atau proses. (UU 14 tahun 2001, ps. 1, ay. 2)
• Inventor adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang secara bersama-
sama melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan Invensi.
(UU 14 tahun 2001, ps. 1, ay. 3)
• Adalah perlindungan HKI bagi karya intelektual yang bersifat teknologi, atau
dikenal juga dengan istilah invensi, dan mengandung pemecahan/solusi teknis
terhadap masalah yang terdapat pada teknologi yang telah ada sebelumnya.
HKI

• Kekayaan Intelektual atau Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Hak Milik
Intelektual
• adalah padanan kata yang biasa digunakan untuk Intellectual Property Rights (IPR) atau
Geistiges Eigentum, dalam bahasa Jermannya
• Istilah atau terminologi Hak Kekayaan Intelektual (HKI) digunakan untuk
pertama kalinya pada tahun 1790.
• Adalah Fichte yang pada tahun 1793 mengatakan tentang hak milik dari si pencipta ada
pada bukunya. Yang dimaksud dengan hak milik disini bukan buku sebagai benda, tetapi
buku dalam pengertian isinya.

• Istilah HKI terdiri dari tiga kata kunci, yaitu Hak, Kekayaan, dan Intelektual.
• Kekayaan merupakan abstraksi yang dapat dimiliki, dialihkan, dibeli, maupun
dijual.
APA SAJA YANG DAPAT DAN TIDAK DAPAT DIPATENKAN?

• Untuk bisa mendapatkan paten (patentable), suatu invensi harus memenuhi persyaratan
substantif, yaitu:
• BARU:
• Suatu invensi tidak boleh sudah diungkap/dipublikasikan dalam media manapun - paten/non paten,
nasional/internasional - sebelum permohonan patennya diajukan dan memperoleh Tanggal Penerimaan.
• MENGANDUNG LANGKAH INVENTIF:
• Paten hanya akan diberikan untuk invensi yang tidak dapat diduga, atau tidak obvious, bagi
orang yang memiliki keahlian di bidang terkait (person skilled in the art).
• Sebagai contoh, jika masalah teknis yang dihadapi adalah tutup bolpen yang kerap hilang saat dilepas,
maka sekadar menyambungkan tutup dan badan bolpen dengan seutas tali tidak akan dianggap
mengandung langkah inventif. Tapi solusi berupa mata bolpen yang bisa masuk dan keluar dari bagian
dalam badannya dengan menggunakan mekanisme pegas, mengandung suatu langkah inventif;
• DAPAT DITERAPKAN SECARA INDUSTRI:
• Suatu invensi harus dapat dilaksanakan berulang-ulang dengan tetap menghasilkan fungsi yang
konsisten dan tidak berubah-rubah.
• Formula penangkal flu dengan komposisi air perasan sebuah jeruk nipis diaduk bersama satu sendok teh
madu saja tidak bisa dikategorikan dapat diterapkan secara industri, melainkan harus diuraikan terlebih
dahulu komposisi kimiawinya, karena antara jeruk nipis yang berbeda ukuran, varietas, atau asal tanam
bisa saja menghasilkan efek atau khasiat yang berbeda.
Invensi tidak dapat dipatenkan
• pengumuman/penggunaan/pelaksanaannya bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
moralitas agama, ketertiban umum, atau kesusilaan;
• misalnya invensi yang kegunaannya secara spesifik adalah untuk
memakai narkoba;
• berupa metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan
dan/atau pembedahan yang diterapkan terhadap manusia
dan/atau hewan;
• misalnya metode operasi caesar, metode chemotherapy;
• teori dan metode di bidang ilmu pengetahuan dan
matematika; sehingga rumus matetmatika sehebat apapun
tidak bisa dipatenkan oleh siapapun;
• semua makhluk hidup, kecuali jasad renik; serta proses
biologis yang esensial untuk memproduksi tanaman atau
hewan, kecuali proses non-biologis atau proses mikrobiologis.
SIAPA YANG BERHAK MEMPEROLEH PATEN?

• Orang yang menghasilkan suatu invensi, baik sendirian maupun beberapa


orang bersama-sama, disebut dengan istilah inventor.
• Inventor inilah yang paling pertama berhak mendapatkan hak paten atas
invensi yang dihasilkannya.
• Siapapun di luar inventor yang ingin memiliki hak paten atas invensi
tersebut harus terlebih dahulu memperoleh pengalihan hak secara
tertulis dari sang inventor.

Baik Inventor maupun pihak lain yang menerima pengalihan hak dari
inventor merupakan Pemilik/Pemegang Hak Paten (Patentee), yang
memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan invensi yang dipatenkan
tersebut selama 20 tahun dihitung dari Tanggal Penerimaan.
Kapan invensi dipatenkan?

• Dalam paten berlaku prinsip first to file, di mana hak paten hanya akan
diberikan kepada yang pertama kali mengajukan permohonan paten yang
setidaknya sudah dilengkapi syarat minimum pengajuannya, sehingga
berhak mendapatkan Tanggal Penerimaan (filing date). Dengan demikian,
paten bersifat sangat time-sensitive sehingga waktu pengajuan
permohonan menjadi faktor yang sangat krusial.
• Konon dalam sejarah, Alexander Graham Bell diakui sebagai inventor telefon
hanya karena ia mengajukan permohonan paten setengah jam lebih awal
daripada kompetitornya.

• Apalagi syarat substantif paten dari sisi kebaruan (novelty) membuat suatu
invensi tidak akan dapat dipatenkan manakala invensi tersebut sudah terlanjur
terungkap ke publik sebelum Tanggal Penerimaan permohonannya
DIMANAKAH SAJAKAH PERLINDUNGAN PATEN BERLAKU?

• Paten menganut prinsip teritorial, yang artinya perlindungan paten


hanya berlaku di negara di mana permohonan paten diajukan dan
diberi.
• Untuk memperoleh perlindungan paten di wilayah hukum
Indonesia, maka sang inventor harus mengajukan permohonan
paten di Indonesia, dalam hal ini ke Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual (DJHKI).
• Di sisi lain inventor yang hanya mematenkan invensinya di
Indonesia, tidak memiliki hak paten di negara lain
Hal-hal yang sebaiknya dilakukan oleh seorang Inventor sebelum
mengajukan permohonan Paten ?

• a. Melakukan penelusuran.
• Tahapan ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi tentang teknologi
terdahulu dalam bidang invensi yang sama (state of the art) yang
memungkinkan adanya kaitannya dengan invensi yang akan diajukan.
• b. Melakukan Analisis.
• tahapan ini dimaksudkan untuk menganalisis apakah ada ciri khusus dari invensi
yang akan diajukan permohonan Patennya dibandingkan dengan Invensi
terdahulu.

c. Mengambil Keputusan.
• Jika invensi yang dihasilkan tersebut mempunyai ciri teknis dibandingkan
dengan teknologi terdahulu, maka invensi tersebut sebaiknya diajukkan
permohonan Patennya.
Pengajuan Paten

• Judul Invensi;
• Latar Belakang Invensi, yang menerangkan teknologi yang ada sebelumnya serta masalah yang
terdapat pada teknologi tersebut, yang coba ditanggulangi oleh invensi;
• Uraian Singkat Invensi, yang menerangkan secara ringkas mengenai fitur-fitur yang terkandung
dalam, dan menyusun, invensi;
• Uraian Lengkap Invensi, yang menerangkan mengenai bagaimana cara melaksanakan invensi;
• Gambar Teknik, jika diperlukan untuk menerangkan invensi secara lebih jelas;
• Uraian Singkat Gambar, untuk menerangkan mengenai Gambar Teknik yang disertakan;
• Abstrak, ringkasan mengenai invensi dalam satu atau dua paragraf;
• Klaim, yang memberi batasan mengenai fitur-fitur apa saja yang dinyatakan sebagai baru dan
inventif oleh sang inventor, sehingga layak mendapatkan hak paten.
Rujukan

1. Hukum Tentang Perlindungan Hak Milik Intelektual Dalam Menghadapi Era


Globalisasi. Syafrinaldi. 2010. UIR Press. ISBN 979-8885-40-6
2. Hukum Tentang Perlindungan Hak Milik Intelektual Dalam Menghadapi Era
Globalisasi hal 13. Syafrinaldi. 2010. UIR Press. ISBN 979-8885-40-6
3. Sutedi, A. Hak Atas Kekayaan Intelektual, halaman 38. Sinar Grafika, 2009
4. Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual, halaman 7. Ditjen HKI, 2006
5. Locke, Two Treatises of Government, edited and introduced by Peter Laslett,
1988, hal. 285 dalam Hukum Tentang Perlindungan Hak Milik Intelektual
Dalam Menghadapi Era Globalisasi hal 7. Syafrinaldi. 2010. UIR Press. ISBN
979-8885-40-6
6. Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual, halaman 9-12. Ditjen HKI, 2006
7. PP No 2 tahun 2005 Tentang Konsultan Hak Kekayaan Intelektual

Anda mungkin juga menyukai