Anda di halaman 1dari 19

JENIS-JENIS PENDIDIKAN DALAM PENDIDIKAN NON FORMAL

DISUSUN OLEH:

NAMA : IMELDA SARI DAULAY

NIM : 1223171025

KELAS : PENMAS REG B

Dosen Pengampu : Sani Susanti,S.Pd,M.Pd

PENDIDIKAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kegiatan yang berjudul "Menanam
Tanaman Obat di Rumah" dengan tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa laporan kegiatan ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karenanya, diharapkan saran dan kritik yang membangun agar penulis menjadi
lebih baik lagi di masa mendatang.Semoga laporan kegiatan ini menambah wawasan
dan memberi manfaat bagi pembaca..

Medan, September 2022

Imelda Sari Daulay

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah .....................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................1

1.3 Tujuan .................................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAAN........................................................................................................3

2.1 Jenis-Jenis dan Satuan Pendidikan………...........................................................................3

2.2 Keunggulan dan Kelemahan Pendidikan Non Formal...............................................11

BAB III PENUTUP..................................................................................................................15

3.1 Kesimpulan .......................................................................................................................15

3.2 Saran..................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesulitan dan tantangan dalam kehidupan manusia baik yang diakibatkan oleh
lingkungan maupun alam yang kurang bersahabat, sering memaksa manusia untuk
mencari cara yang memungkinkan mereka untuk keluar dari kesulitan yang
dialaminya. Masih banyaknya warga yang tidak melanjutkan pendidikan ke taraf
yang memungkinkan mereka menggeluti profesi tertentu, menuntut upaya-upaya
untuk membantu mereka dalam mewujudkan potensi yang dimilikinya agar dapat
bermanfaat bagi pembangunan bangsa. Sejauh ini, anggaran yang berkaitan dengan
pendidikan mereka masih terbatas, sehingga berbagai upaya untuk dapat terus
mendorong keterlibatan masyarakat dalam membangun pendidikan terus dilakukan
oleh pemerintah. Hal ini dimaksudkan agar makin tumbuh kesadaran akan pentingnya
pendidikan dan mendorong masyarakat untuk terus berpartisipasi aktif di
dalamnya.Penerapan pendidikan nonformal dengan memberikan bekal keterampilan
kepada warga belajar untuk dapat bekerja, atau mengembangkan usaha mandiri
sebagai wirausahawan dalam berbagai jenis keterampilan.

Mereka yang putus sekolah dan tidak sempat mengikuti pendidikan formal karena
berbagai kondisi, diberikan kesempatan kepada mereka untuk mengikuti pendidikan
nonformal, diantaranya program pendidikan kecakapan hidup (life skill) sehingga
mereka mampu meningkatkan taraf hidupnya.Sejalan dengan berbagai kemajuan
dalam bidang pendidikan khususnya pendidikan nonformal, terdapat masalah dan
kendala yang perlu dicarikan alternatif solusinya. Salah satu masalah yang cukup
menonjol adalah masalah pemerataan pendidikan, dimana masyarakat pedesaan,
masyarakat terpencil dan terisolir masih belum terjangkau oleh pendidikan formal

1
dan dapat dijangkau dengan pendidikan nonformal. Kelompok masyarakat ini perlu
mendapat perhatian, sehingga kualitas dan taraf hidupnya dapat ditingkatkan,
sehingga keberadaan mereka perlu diketahui untuk dapat merancang program-
program pendidikan nonformal yang relevan dengan kebutuhan belajar mereka.

1.2 Rumusan Masalah

1.Apa sajakah jenis-jenis dan satuan pendidikan nonformal ?


2.Apakah keunggulan dan kelemahan dari pendidikan nonformal ?

1.3 Tujuan
1.Untuk mengetahui ketenagaan dalam pendidikan nonformal
2.Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan dari pendidikan nonformal

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jenis-Jenis dan Satuan Pendidikan Non Formal


A. Jenis-Jenis Pendidikan Nonformal
Jenis pendidikan nonformal meliputi:
1.Pendidikan Kecakapan Hidup (lifeskill)
Pendidikan kecakapan hidup adalah pendidikan kemampuan, kesanggupan, dan
keterampilan yang diperlukan oleh seseorang untuk menjalankan kehidupan. Tujuan
pendidikan kecakapan hidup adalah menyiapkan peserta didik agar yang
bersangkutan mampu, sanggup dan terampil menjaga kelangsungan hidup, dan
perkembangannya di masa datang. Kecakapan hidup mencakup kecakapan dasar dan
kecakapan instrumental. Kecakapan dasar meliputi : (i) kecakapan belajar mandiri;
(ii) kecakapan membaca, menulis, dan menghitung; (iii) kecakapan komunikasi; (iv)
kecakapan berpikir ilmiah, kritis, nalar, nasional, lateral, sistem kreatif eksploratif
reasoning, pengambil keputusan, dan pemecahan masalah; (vi) kecakapan mengelola
raga; (vii) kecakapan merumuskan kepentingan dan upaya-upaya untuk mencapainya;
(viii) kecakapan berkeluarga dan sosial. Kecakapan instrumental meliputi : (i)
kecakapan memanfaatkan teknologi; (ii) kecakapan mengelola sumber daya; (iii)
kecakapan bekerja sama dengan orang lain; (iv) kecakapan memanfaatkan informasi;
(v) kecakapan menggunakan sistem; (vi) kecakapan berwirausaha; (vii) kecakapan
kejuruan; (viii) kecakapan memilih, menyiapkan, dan mengembangkan karir; (ix)
kecakapan menjaga harmoni dengan lingkungan; (x) kecakapan menyatukan bangsa.

2. Pendidikan Anak Usia Dini


Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar.
Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal atau

3
nonformal, dan/atau informal. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan
nonformal berbentuk:
a.Kelompok Bermain (KB) adalah salah satu bentuk layanan PAUD bagi anak usia 3
– 6 tahun, yang berfungsi untuk meletakkan dasar-dasar ke arah perkembangan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan bagi anak usia dini dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta
perkembangan selanjutnya, sehingga siap memasuki pendidikan dasar.
b.Taman Penitipan Anak (TPA) adalah wahana pendidikan dan pembinaan
kesejahteraan anak yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka waktu
tertentu selama orangtuanya berhalangan atau tidak memiliki waktu yang cukup
dalam menagsuh anaknya karena bekerja atau sebab lain.

3. Pendidikan Kepemudaan
Pendidikan kepemudaan perlunya pendidikan kepemudaan merupakan usaha dari
pemerintahan untuk mencetak generasi-generasi yang berkualitas dan unggul dalam
banyak hal. Pendidikan kepemudaan bias diwujudkan melalui kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan organisasi kepemudaan sebagai lembaga kependidikan.
Diantaranya melalui, organisasi pemuda-pemudi di desa-desa, perkumpulan olahraga
dan organisasi kesenian. Organisasi kepemudaan adalah organisasi sosial wadah
pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran
dan tanggung jawab sosial dari, oleh, dan untuk masyarakat terutama generasi muda
di desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat yang bergerak dibidang usaha
kesejahteraan sosial. Sebagai institusi sosial yang menjadi sumber daya sosial paling
potensial di masyarakatnya, organisasi kepemudaan diorientasikan untuk menjadi
organisasi pelayanan kemanusiaan penyelenggaraan usaha kesejahteraan sosial yang
memiliki pendekatan dan standar pada pendekatan pekerjaan sosial yang memadai,
karena organisasi kepemudaan adalah juga volunteer. Organisasi kepemudaan adalah

4
lembaga nonformal yang tumbuh dan eksis dalam masyarakat antara lain ikatan
remaja mesjid, kelompok pemuda (karang taruna), dan sebagainya. Pendidikan
kepemudaan dipandang sangat perlu dikembangkan lagi karena pada hakikatnya
dalam diri pemuda itu terdapat berbagai potensi yang apabila tidak dikelola dengan
baik maka kemampuan/bakat tersebut akan sia-sia.

4.Pendidikan Pemberdayaan Perempuan


Salah satu penyebab ketidakberdayaan perempuan adalah ketidakadilan gender
yang mendorong terpuruknya peran dan posisi perempuan di masyarakat. Perbedaan
gender seharusnya tidak menjadi masalah sepanjang tidak menghadirkan
ketidakadilan gender. Namun perbedaan gender tersebut justru melahirkan berbagai
ketidakadilan, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Manifestasi ketidakadilan itu
antara lain (1) Marginalisasi karena diskriminasi terhadap pembagian pekerjaan
menurut gender, (2) Subordinasi pekerjaan (3) Stereotiping terhadap pekerjaan
perempuan, (4) Kekerasan terhadap perempuan, dan (5) Beban kerja yang
berlebihan.Oleh karena itu, ada beberapa komponen penting yang perlu diperhatikan
dalam upaya memberdayakan perempuan, yaitu (1) Organisasi dan kepemimpinan
yang kuat, (2) Pengetahuan masalah hak asasi perempuan, (3) Menentukan strategi,
(4) Kelompok peserta atau pendukung yang besar, dan (5) Komunikasi dan
pendidikan. Sementara itu, salah satu upaya dalam memberdayakan sumber daya
manusia, khususnya perempuan, adalah melalui penanaman dan penguatan jiwa dan
praktek kewirausahaan. Secara umum, ciri dan watak seorang wirausahawan adalah
(Kartini, 2001):
a. Memiliki kepercayaan diri dan optimis
b. Berorientasi pada kerja dan hasil
c. Berani mengambil resiko dengan perhitungan yang jelas
d. Memiliki jiwa dan sikap kepemimpinan

5
e. Memiliki kemampuan kreatif dan inovatif
f. Berorientasi ke masa depan
Dengan demikian maka sebaiknya dalam pengembangan sumber daya
perempuan sebaiknya diarahkan untuk membentuk manusia yang (1) memiliki
motivasi dan etos kerja yang tinggi, (2) menguasai banyak ilmu dan keterampilan, (3)
memiliki sikap mental yang konsisten yang diwujudkan dalam komitmennya pada
bidang pekerjaan tertentu (profesional), (4) memiliki semangat dan kemampuan
bersaing (kompetitif), dan (5) memiliki budaya yang didasari pada nilai-nilai agama
dan humanisme.

5. Pendidikan Keaksaraan
Pendidikan keaksaraan sebagai salah satu layanan pendidikan non formal
untuk membelajarkan warga masyarakat buta aksara, dan sebagai suatu pendekatan
pembelajaran, merupakan cara untuk mengembangkan kemampuan seseorang dalam
menguasai dan menggunakan keterampilan membaca, menulis, berhitung, mengamati
dan menganalisis, yang berorientasi pada kehidupan sehari-hari serta memanfaatkan
potensi yang ada di lingkungan sekitar.
Untuk mencapai hal tersebut, pendidikan keaksaraan diselengarakan dengan prinsip ;
1) Konteks lokal, adalah bahwa pembelajaran pendidikan keaksaraan dilaksanakan
berdasarkan minat, kebutuhan, pengalaman, permasalahan dan situasi lokal serta
potensi yang ada di sekitar warga belajar.
2) Desain lokal, tutor bersama warga belajar perlu merancang kegiatan pembelajaran
di kelompok belajar, sebagai jawaban atas permasalah, minat dan kebutuhanwarga
belajar
3) Partisipatif, tutor perlu melibatkan warga belajar berpartisipasi secara aktif, dari
mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil warga belajar .

6
4) Fungsionalisasi hasil belajar, dari hasil pembelajarannya warga belajar diharapkan
dapat memecahkan masalah keaksaraannya dan meningkatkan mutu dan taraf
hidupnya.
Strategi pembelajaran pendidikan keaksaraan
Dalam rangka mengembangkan kemampuan warga belajar dalam menguasai
dan menggunakan keterampilan membaca, menulis, berhitung, mengamati dan
menganalisis, yang berorientasi pada kehidupan sehari-hari serta memanfaatkan
potensi yang ada di lingkungan sekitar, maka strategi pembelajaran yang diterapkan
adalah; membaca, menulis, berhitung, diskusi dan aksi (Calistungdasi). Kegiatan aksi
dalam strategi pembelajaran pendidikan keaksaraan adalah merupakan pemanfaatan
hasil belajar warga belajar atau fungsionalisasi hasil belajar.

6. Pendidikan Keterampilan dan Pelatihan Kerja


Pendidikan seperti ini biasanya dilaksanakan oleh suatu lembaga atau
organisasi tertentu yang ingin menciptakan tenaga-tenaga kerja yang terampil . Saat
ini kursus dan/atau pelatihan yang paling banyak bagi masyarakat yang memerlukan
bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan
diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan
pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.

7. Pendidikan Kesetaraan, Serta


Ditujukan bagi peserta didik yang berasal dari masyarakat yang kurang
beruntung, tidak pernah sekolah, putus sekolah dan putus lanjut, serta usia produktif
yang ingin meningkatkanpengetahuan dan kecakapan hidupnya.
Definisi mengenai setara adalah sepadan dalam civil effect, ukuran, pengaruh, fungsi,
dan kedudukan. Lulusan program pendidikan kesetaraan memiliki hak yang sama

7
dengan pendidikan formal yaitu mereka bias melanjutkan ke jenjang berikutnya yang
lebih tinggi.
Diluar hal itu pengelolaan pendidikan kesetaraan di Indonesia sekarang begitu
menjamur, minat masyarakat mengikuti program inipun semakin meningkat. Program
Paket B pun memberi sumbangsih terhadap program wajar diknas secara nasional
mencapai sekitar 3% lulusan Paket A, B dan C terus meningkat.
Sejalan dengan perkembangan zaman, karakteristik sasaran, maka pendidikan
kesetaraanpun mulai memberikan variasi layanan untuk memberikan layanan bagi
masyarakat yang memang membutuhkan layanan pendidikan nonformal. Kini
pendidikan kesetaraanpun memberikan alternatif layanan seperti Pembelajaran
Langsung, Lumbung Belajar, Layanan Jemput Bola, Home schooling, dan E-
Learning.
Pembelajaraan langsung adalah tatap muka langsung antara tutor dan warga baik
secara perorangan maupun kelompok di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
atau lembaga penyelenggaraan lainnya.
Lumbung Belajar adalah tempat disebut gudang ilmu, tempat yang dapat
disinggahi oleh warga belajar yang ingin mendapatkan pengetahuan dan
keterampilan. Jenis lumbung belajar juga di Nunukan, Entikong, dan Hongkong.
Layanan jemput bola adalah layanan pendidikan yang bersifat aktif, yang
bergerak mendatangi dan menjangkau peserta didik yang mengalami hambatan atau
kesulitan untuk datang ke tempat pembelajaran, biasanya juga tutor kunjungan. Tugas
tutor disini sangat berat, ia harus mendatangi warga yang ingin belajar yang lokasinya
cukup jauh, bahkan tutor menggunakan para layang untuk mencapai sasaran karena
letak geografis yang bergunung dan berlembahseperti di kawasan Indonesia Timur.
Home schooling adalah proses layanan pendidikan yang dilakukan secara teratur,
terarah, dan terencana dilakukan oleh orang tua/ keluarga di rumah atau di tempat-

8
tempat lain, dimana proses belajar berlangsung dalam suasana kondusif dengan
tujuan agar semua potensi anak yang unik dapat berkembang secara maksimal.
E-Learning merupakan situs percontoh penggunaan teknologi komunikasi untuk
alternatif sistem belajar.
Diverifikasi layanan ini dilakukan sebenarnya untuk memberikan layanan
kepada masyarakat yang memiliki keterbatasan dalam hal keterbatasan dari sisi
waktu, keterbatasan ekonomi, dan keterbatasan sosial.
Tugas Tutor (tenaga pengajar) dan penyelenggaraan pendidikan nonformal
sangat berat, bila melihat karakteristik sasaran pendidikan nonformal yang beragam,
apalagi anggaran untuk pendidikan nonformal di Indonesia cenderung tidak
sebanding dengan anggaran untuk pendidikan formal. Padahal pendidikan nonformal
sendiri memiliki andil besar dalam membantu pembangunan pendidikan di Indonesia.
Seperti dikatakan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nonformal sebagai
penambah, pengganti dan pelengkap pendidikan formal, tetapi pendidikan nonformal
memberikan warna tersendiri bagi lulusannya yaitu bagaimana memberdayakan diri,
untuk menolong diri sendirinya. Meskipun tantangannya kini semakin beragam dan
begitu kompleks.

8.Pendidikan Lain Yang Ditujukan Untuk Mengembangkan Kemampuan Peserta


Didik.

B.Satuan Pendidikan Nonformal


1.Lembaga Kursus dan Pelatihan
Lembaga Kursus dan pelatihan adalah satuan pendidikan nonformal yang
berfungsi menyelenggarakan kursus dan/atau pelatihan bagi masyarakat yang
memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk
mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau

9
melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Satuan Lembaga kursus dan
pelatihan biasanya menyelenggarakan program pendidikan kecapakapan hidup,
program pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, dan program pendidikan
kepemudaan.
2.Kelompok Belajar
Kelompok belajar adalah medium bagi anggota masyarakat yang tergabung
dalam program pendidikan nonformal untuk belajar dan saling membelajarkan sesuai
dengan tujuan dan target program. Beberapa program pendidikan nonformal yang
mengelompokkan sasaran/warga belajar dalam kelompok belajar antara lain
pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan, dan PAUD. Biasanya anggota
kelompok belajar memiliki kesamaan tujuan dan motivasi untuk belajar bersama,
nilai dan norma yang diakui bersama sebagai pengikat dalam kelompok.

3.Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat


Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) adalah suatu wadah yang
menampung berbagai kegiatan pembelajaran masyarakat diarahkan pada
pemberdayaan potensi untuk menggerakkan pembangunan di bidang pendidikan,
sosial, ekonomi dan budaya. Tujuan PKBM adalah untuk memperluas kesempatan
warga masyarakat, khususnya yang tidak mampu untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri dan
bekerja mencari nafkah. Karena itu PKBM dapat menyelenggarakan berbagai
program pendidikan nonformal sesuai dengan kebutuhan dan potensi masyarakat
disekitarnya.

4. Majelis Taklim
Majelis Taklim merupakan satuan pendidikan nonformal yang
memfokuskan pada pendidikan Islam melalui ceramah umum atau pengajian Islam.

10
Tempat kegiatan majelis taklim dapat dilakukan di halaman masjid atau kantor-kantor
atau di tempat lain yang dikhususkan untuk itu. Prinsip kegiatan majelis taklim adalah
kemandirian dan swadaya masyarakat dari masing-masing anggotanya. Dengan kata
lain, majelis taklim adalah lembaga pengajian Islam yang memiliki ciri-ciri tersendiri
dilihat dari sudut metode dan buku pegangan yang digunakan jama’ah, pengajar
(ustaz/ustadzah),
materi yang diajarkan, sarana, dan tujuan. Peran strategis majelis taklim adalah
mewujudkan learning society, yakni masyarakat yang memiliki tradisi belajar tanpa
dibatasi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan menjadi wahana relajar serta
menyampaikan pesan-pesan keagamaan, wadah mengembangkan silaturahmi, dan
berbagai kegiatan keagamaan lainnya, bagi semua lapisan masyarakat.

2.2 .Keunggulan Dan Kelemahan Pendidikan Nonformal


1.Keunggulan Pendidikan Nonformal
Kehadiran pendidikan nonformal, terutama di negara-negara sedang
berkembang, dipandang telah memberikan berbagai manfaat. Pendidikan ini
dipandang memiliki beberapa keunggulan bila dibandingkan dengan pendidikan
formal. Penyelenggaraan program pendidikan formal pada umumnya memperoleh
kritik dalam tiga segi yaitu biayanya yang mahal, kurangnya relevansi dengan
kebutuhan masyarakat, dan fleksibilitasnya kurang.
Mahalnya biaya penyelenggaraan program pendidikan formal disebabkan oleh waktu
belajar yang lama dan terus menerus, pengelolaan pendidikan yang sentralistik, dan
penggunaan sumber daya secara intensif. Kurangnya relevensi pendidikan dengan
kebutuhan masyarakat disebabkan oleh kurikulum yang lebih bersifat akademis,
menyamaratakan peserta didik, dan cenderung terpisah dari kehidupan masyarakat
sekitar. Rendahnya fleksibilitas pendidikan formal disebabkan oleh bentuk dan isi
programnya yang konvensional, kepercayaan yang berlebih-lebihan terhadap

11
dominasi sekolah dan pengaruh pendidik (guru), serta pengawasan yang seragam
secara nasional.
Berawal dari kelemahan pendidikan formal tersebut. Maka di sini peranan dari
pendidikan nonformal menjadi sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas
pendidikan dan kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia. Pendidikan nonformal
hadir dengan struktur program yang lebih luwes, biaya lebih murah, lebih berkaitan
dengan kebutuhan masyarakat, serta memiliki program yang fleksibel. Sehingga
pendidikan nonformal memiliki peranan yang sangat besar bagi mereka yang tidak
berkesempatan memenuhi kebutuhan pendidikannya melalui jalur persekolahan atau
jalur formal. Sehingga pendidikann nonformal juga memiliki kedudukan dalam
sistem pendidikan nasional yaitu sebagai subsistem dari sistem pendidikan nasional
bersama dengan pendidkan formal dan informal untuk tercapainya tujuan dari sistem
pendidikan nasional.

2. Kelemahan Pendidikan Nonformal


Di samping berbagai keunggulan ,perlu dikemukakan di sini bahwa
pendidikan nonformal bukan tanpa kelemahan. Kelemahan yang terdapat dalam
program pendidikan ini antara lain: kurangnya koordinasi, kelangkaan pendidik
profesional, dan motivasi belajar yang relatif rendah.
a).Kelemahan pertama, kurangnya koordinasi disebabkan oleh keragaman dan
luasnya program yang diselenggarakan oleh berbagai pihak. Semua lembaga
pemerintah, baik yang berstatus departemen maupun non departemen,
menyelenggarakan program-program pendidikan nonformal. Berbagai lembaga
swasta, perorangan, dan masyarakat menyelenggarakan program pendidikan
nonformal yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan lembaga tersebut atau untuk
pelayanan kepada masyarakat. Dengan adanya variasi program yang dilakukan oleh
berbagai pihak itu akan memungkinkan terjadinya program-program yang tumpang

12
tindih. Program yang sama mungkin akan digarap oleh berbagai lembaga, sebaliknya
mungkin suatu program yang memerlukan penggarapan secara terpadu kurang
mendapat perhatian dari berbagai lembaga. Oleh karena itu koordinasi antar pihak
penyelenggara program pendidikan nonformal sangat diperlukan untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program serta untuk
mendayagunakan sumber-sumber dan fasilitas dengan lebih terarah sehingga program
tersebut mencapai hasil yang optimal.
b). Kelemahan kedua, tenaga pendidik atau sumber belajar yang profesional masih
kurang. Penyelenggara kegiatan pembelajaran dan pengelolaan program pendidikan
nonformal sampai saat ini sebagian terbesar dilakukan oleh tenaga-tenaga yang tidak
mempunyai latar belakang pengalaman pendidikan nonformal. keterlibatan mereka
dalam program pendidikan didorong oleh rasa pengabdian kepada masyarakat atau
kerena tugas yang diperoleh dari lembaga tempat mereka bekerja, dan mereka pada
umumnya berlatar belakang pendidikan formal. Kenyataan ini sering mempengaruhi
cara penampilan mereka dalam proses pembelajaran anatara lain dengan menerapkan
pendekatan mengajar pada pendidikan formal di dalam pendidikan nonformal
sehingga pendekatan ini pada dasarnya tidak sesuai dengan prinsip-prinsip
pembalajaran dalam pendidikan nonformal. Pengelolaan program pendidikan
nonformal memerlukan pendekatan dan keterampilan yang relatif berbeda dengan
pengelolaan program pendidikan formal. Untuk mengatasi kelemahan itu maka
diperlukan upaya peningkatan kemampuan tenaga pendidik yang ada dalam
pengadaan tenaga profesional pendidikan nonformal.
c).Kelemahan ketiga, motivasi belajar peserta didik relatif rendah. Kelemahan ini
berkaitan dengan:
1.Adanya kesan umum bahwa lebih rendah nilainya daripada pendidikan formal yang
peserta didiknya memiliki motivasi kuat untuk perolehan ijazah.

13
2.Pendekatan yang dilakukan oleh pendidik yang mempunyai latar belakang
pengalaman pendidikan formal dan menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran
pendidikan nonformal pada umumnya tidak kondusif untuk mengembangkan minat
peserta didik.
3.Masih terdapat program pendidikan, yang berkaitan dengan upaya membekali
peserta didik untuk mengembangkan kemampuan dibidang ekonomi, tidak
dilengkapai dengan masukan lain (other input) sehingga peserta didik atau lulusan
tidak dapat menerapkan hasil belajarnya.
4.Para lulusan pendidikan nonformal dianggap lebih rendah statusnya dibandingkan
status pendidikan formal, malah sering terjadi para lulusan pendidikan yang disebut
pertama berada dalam pengaruh lulusan pendidikan nonformal.
Dengan demikian, kelemahan-kelemahan di atas merupakan beberapa contoh
yang muncul di lapangan. Namun pendidikan nonformal makin lama makin diakui
pentingnya dan kehadirannya sebagai pendidikan yang berkaitan erat dengan
kebutuhan masyarakat dan bangsa serta sebagai bagian penting dari kebijakan dan
program pembangunan.(Sudjana, 2004: 41-42)

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1.Jenis pendidikan nonformal meliputi:
a.Pendidikan kecakapan hidup
b.Pendidikan anak usia dini
c.Pendidikan kepemudaan
d.Pendidikan pemberdayaan perempuan
e.Pendidikan keaksaraan
f.Pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja
g.Pendidikan kesetaraan,serta
h. Pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

2. Satuan Pendidikan Nonformal


a.Lembaga Kursus
b.Lembaga Pelatihan
c.Kelompok Belajar
d. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
e.Majelis Taklim
3.2 Saran
Menurut saya, warga masyarakat lebih meningkatkan peranan pendidikan
nonformal dilingkungannya karena tingkat pengangguran di Indonesia semakin
meningkat. Selain itu, tingkat masyarakat yang buta aksarapun semakin banyak
sehingga melalui pendidikan nonformal masyarakat Indonesia diharapkan dapat
mengenyam pendidikan walau hanya pendidikan baca-tulis.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ade Suparman, S.Sos,MM. 2011. Konsep Dasar Pendidikan Nonformal. Diakses


melalui http://supermen-tea.blogspot.com/2011/03/konsep-dasar-pendidikan-non-
formal.html, (diakses 15 Desember 2011)
Kompas. 2008. Tujuan Pembangunan Pendidikan Nonformal. Diakses melalui
http://lpknesscera.blogspot.com/2008/11/tujuan-pembangunan-pendidikan-non.html.
(diakses 15 Desember 2011)

Mars Imadiklus. 2011. Kelemahan Pendidikan Nonformal. Diakses melalui


http://imadiklus.com/2011/07/kelemahan-pendidikan-nonformal.html, (diakses 18
Desember 2011)

Mars Imadiklus. 2011. Peranan Pendidikan Nonformal Dalam Pendidikan Anak Usia
Dini. diakses melalui http://imadiklus.com/2011/11/peranan-pendidikan-non-formal-
dalam-pendidikan-anak-usia-dini.html, (diakses 15 Desember 2011)

Rachmad Revanz. 2011. Asas-Asas Pendidikan Nonformal. Diakses melalui


http://rachmadrevanz.com/2011/asas-asas-pendidikan-nonformal.html, (diakses 18
Desember 2011)

Ririniest. 2010. Kelebihan Pendidikan Nonformal. Diakses melalui


http://ririniest.wordpress.com/2010/06/01/kelebihan-pendidikan-nonformal/, (diakses
15 Desember 2011

16

Anda mungkin juga menyukai