Makalah Profesi Pendidik Dan Kependidikan Penmas (Imelda)
Makalah Profesi Pendidik Dan Kependidikan Penmas (Imelda)
DISUSUN OLEH:
NIM : 1223171025
PENDIDIKAN MASYARAKAT
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kegiatan yang berjudul "Menanam
Tanaman Obat di Rumah" dengan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa laporan kegiatan ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karenanya, diharapkan saran dan kritik yang membangun agar penulis menjadi
lebih baik lagi di masa mendatang.Semoga laporan kegiatan ini menambah wawasan
dan memberi manfaat bagi pembaca..
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAAN........................................................................................................3
3.2 Saran..................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Kesulitan dan tantangan dalam kehidupan manusia baik yang diakibatkan oleh
lingkungan maupun alam yang kurang bersahabat, sering memaksa manusia untuk
mencari cara yang memungkinkan mereka untuk keluar dari kesulitan yang
dialaminya. Masih banyaknya warga yang tidak melanjutkan pendidikan ke taraf
yang memungkinkan mereka menggeluti profesi tertentu, menuntut upaya-upaya
untuk membantu mereka dalam mewujudkan potensi yang dimilikinya agar dapat
bermanfaat bagi pembangunan bangsa. Sejauh ini, anggaran yang berkaitan dengan
pendidikan mereka masih terbatas, sehingga berbagai upaya untuk dapat terus
mendorong keterlibatan masyarakat dalam membangun pendidikan terus dilakukan
oleh pemerintah. Hal ini dimaksudkan agar makin tumbuh kesadaran akan pentingnya
pendidikan dan mendorong masyarakat untuk terus berpartisipasi aktif di
dalamnya.Penerapan pendidikan nonformal dengan memberikan bekal keterampilan
kepada warga belajar untuk dapat bekerja, atau mengembangkan usaha mandiri
sebagai wirausahawan dalam berbagai jenis keterampilan.
Mereka yang putus sekolah dan tidak sempat mengikuti pendidikan formal karena
berbagai kondisi, diberikan kesempatan kepada mereka untuk mengikuti pendidikan
nonformal, diantaranya program pendidikan kecakapan hidup (life skill) sehingga
mereka mampu meningkatkan taraf hidupnya.Sejalan dengan berbagai kemajuan
dalam bidang pendidikan khususnya pendidikan nonformal, terdapat masalah dan
kendala yang perlu dicarikan alternatif solusinya. Salah satu masalah yang cukup
menonjol adalah masalah pemerataan pendidikan, dimana masyarakat pedesaan,
masyarakat terpencil dan terisolir masih belum terjangkau oleh pendidikan formal
1
dan dapat dijangkau dengan pendidikan nonformal. Kelompok masyarakat ini perlu
mendapat perhatian, sehingga kualitas dan taraf hidupnya dapat ditingkatkan,
sehingga keberadaan mereka perlu diketahui untuk dapat merancang program-
program pendidikan nonformal yang relevan dengan kebutuhan belajar mereka.
1.3 Tujuan
1.Untuk mengetahui ketenagaan dalam pendidikan nonformal
2.Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan dari pendidikan nonformal
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
nonformal, dan/atau informal. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan
nonformal berbentuk:
a.Kelompok Bermain (KB) adalah salah satu bentuk layanan PAUD bagi anak usia 3
– 6 tahun, yang berfungsi untuk meletakkan dasar-dasar ke arah perkembangan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan bagi anak usia dini dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta
perkembangan selanjutnya, sehingga siap memasuki pendidikan dasar.
b.Taman Penitipan Anak (TPA) adalah wahana pendidikan dan pembinaan
kesejahteraan anak yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka waktu
tertentu selama orangtuanya berhalangan atau tidak memiliki waktu yang cukup
dalam menagsuh anaknya karena bekerja atau sebab lain.
3. Pendidikan Kepemudaan
Pendidikan kepemudaan perlunya pendidikan kepemudaan merupakan usaha dari
pemerintahan untuk mencetak generasi-generasi yang berkualitas dan unggul dalam
banyak hal. Pendidikan kepemudaan bias diwujudkan melalui kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan organisasi kepemudaan sebagai lembaga kependidikan.
Diantaranya melalui, organisasi pemuda-pemudi di desa-desa, perkumpulan olahraga
dan organisasi kesenian. Organisasi kepemudaan adalah organisasi sosial wadah
pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran
dan tanggung jawab sosial dari, oleh, dan untuk masyarakat terutama generasi muda
di desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat yang bergerak dibidang usaha
kesejahteraan sosial. Sebagai institusi sosial yang menjadi sumber daya sosial paling
potensial di masyarakatnya, organisasi kepemudaan diorientasikan untuk menjadi
organisasi pelayanan kemanusiaan penyelenggaraan usaha kesejahteraan sosial yang
memiliki pendekatan dan standar pada pendekatan pekerjaan sosial yang memadai,
karena organisasi kepemudaan adalah juga volunteer. Organisasi kepemudaan adalah
4
lembaga nonformal yang tumbuh dan eksis dalam masyarakat antara lain ikatan
remaja mesjid, kelompok pemuda (karang taruna), dan sebagainya. Pendidikan
kepemudaan dipandang sangat perlu dikembangkan lagi karena pada hakikatnya
dalam diri pemuda itu terdapat berbagai potensi yang apabila tidak dikelola dengan
baik maka kemampuan/bakat tersebut akan sia-sia.
5
e. Memiliki kemampuan kreatif dan inovatif
f. Berorientasi ke masa depan
Dengan demikian maka sebaiknya dalam pengembangan sumber daya
perempuan sebaiknya diarahkan untuk membentuk manusia yang (1) memiliki
motivasi dan etos kerja yang tinggi, (2) menguasai banyak ilmu dan keterampilan, (3)
memiliki sikap mental yang konsisten yang diwujudkan dalam komitmennya pada
bidang pekerjaan tertentu (profesional), (4) memiliki semangat dan kemampuan
bersaing (kompetitif), dan (5) memiliki budaya yang didasari pada nilai-nilai agama
dan humanisme.
5. Pendidikan Keaksaraan
Pendidikan keaksaraan sebagai salah satu layanan pendidikan non formal
untuk membelajarkan warga masyarakat buta aksara, dan sebagai suatu pendekatan
pembelajaran, merupakan cara untuk mengembangkan kemampuan seseorang dalam
menguasai dan menggunakan keterampilan membaca, menulis, berhitung, mengamati
dan menganalisis, yang berorientasi pada kehidupan sehari-hari serta memanfaatkan
potensi yang ada di lingkungan sekitar.
Untuk mencapai hal tersebut, pendidikan keaksaraan diselengarakan dengan prinsip ;
1) Konteks lokal, adalah bahwa pembelajaran pendidikan keaksaraan dilaksanakan
berdasarkan minat, kebutuhan, pengalaman, permasalahan dan situasi lokal serta
potensi yang ada di sekitar warga belajar.
2) Desain lokal, tutor bersama warga belajar perlu merancang kegiatan pembelajaran
di kelompok belajar, sebagai jawaban atas permasalah, minat dan kebutuhanwarga
belajar
3) Partisipatif, tutor perlu melibatkan warga belajar berpartisipasi secara aktif, dari
mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil warga belajar .
6
4) Fungsionalisasi hasil belajar, dari hasil pembelajarannya warga belajar diharapkan
dapat memecahkan masalah keaksaraannya dan meningkatkan mutu dan taraf
hidupnya.
Strategi pembelajaran pendidikan keaksaraan
Dalam rangka mengembangkan kemampuan warga belajar dalam menguasai
dan menggunakan keterampilan membaca, menulis, berhitung, mengamati dan
menganalisis, yang berorientasi pada kehidupan sehari-hari serta memanfaatkan
potensi yang ada di lingkungan sekitar, maka strategi pembelajaran yang diterapkan
adalah; membaca, menulis, berhitung, diskusi dan aksi (Calistungdasi). Kegiatan aksi
dalam strategi pembelajaran pendidikan keaksaraan adalah merupakan pemanfaatan
hasil belajar warga belajar atau fungsionalisasi hasil belajar.
7
dengan pendidikan formal yaitu mereka bias melanjutkan ke jenjang berikutnya yang
lebih tinggi.
Diluar hal itu pengelolaan pendidikan kesetaraan di Indonesia sekarang begitu
menjamur, minat masyarakat mengikuti program inipun semakin meningkat. Program
Paket B pun memberi sumbangsih terhadap program wajar diknas secara nasional
mencapai sekitar 3% lulusan Paket A, B dan C terus meningkat.
Sejalan dengan perkembangan zaman, karakteristik sasaran, maka pendidikan
kesetaraanpun mulai memberikan variasi layanan untuk memberikan layanan bagi
masyarakat yang memang membutuhkan layanan pendidikan nonformal. Kini
pendidikan kesetaraanpun memberikan alternatif layanan seperti Pembelajaran
Langsung, Lumbung Belajar, Layanan Jemput Bola, Home schooling, dan E-
Learning.
Pembelajaraan langsung adalah tatap muka langsung antara tutor dan warga baik
secara perorangan maupun kelompok di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
atau lembaga penyelenggaraan lainnya.
Lumbung Belajar adalah tempat disebut gudang ilmu, tempat yang dapat
disinggahi oleh warga belajar yang ingin mendapatkan pengetahuan dan
keterampilan. Jenis lumbung belajar juga di Nunukan, Entikong, dan Hongkong.
Layanan jemput bola adalah layanan pendidikan yang bersifat aktif, yang
bergerak mendatangi dan menjangkau peserta didik yang mengalami hambatan atau
kesulitan untuk datang ke tempat pembelajaran, biasanya juga tutor kunjungan. Tugas
tutor disini sangat berat, ia harus mendatangi warga yang ingin belajar yang lokasinya
cukup jauh, bahkan tutor menggunakan para layang untuk mencapai sasaran karena
letak geografis yang bergunung dan berlembahseperti di kawasan Indonesia Timur.
Home schooling adalah proses layanan pendidikan yang dilakukan secara teratur,
terarah, dan terencana dilakukan oleh orang tua/ keluarga di rumah atau di tempat-
8
tempat lain, dimana proses belajar berlangsung dalam suasana kondusif dengan
tujuan agar semua potensi anak yang unik dapat berkembang secara maksimal.
E-Learning merupakan situs percontoh penggunaan teknologi komunikasi untuk
alternatif sistem belajar.
Diverifikasi layanan ini dilakukan sebenarnya untuk memberikan layanan
kepada masyarakat yang memiliki keterbatasan dalam hal keterbatasan dari sisi
waktu, keterbatasan ekonomi, dan keterbatasan sosial.
Tugas Tutor (tenaga pengajar) dan penyelenggaraan pendidikan nonformal
sangat berat, bila melihat karakteristik sasaran pendidikan nonformal yang beragam,
apalagi anggaran untuk pendidikan nonformal di Indonesia cenderung tidak
sebanding dengan anggaran untuk pendidikan formal. Padahal pendidikan nonformal
sendiri memiliki andil besar dalam membantu pembangunan pendidikan di Indonesia.
Seperti dikatakan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nonformal sebagai
penambah, pengganti dan pelengkap pendidikan formal, tetapi pendidikan nonformal
memberikan warna tersendiri bagi lulusannya yaitu bagaimana memberdayakan diri,
untuk menolong diri sendirinya. Meskipun tantangannya kini semakin beragam dan
begitu kompleks.
9
melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Satuan Lembaga kursus dan
pelatihan biasanya menyelenggarakan program pendidikan kecapakapan hidup,
program pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, dan program pendidikan
kepemudaan.
2.Kelompok Belajar
Kelompok belajar adalah medium bagi anggota masyarakat yang tergabung
dalam program pendidikan nonformal untuk belajar dan saling membelajarkan sesuai
dengan tujuan dan target program. Beberapa program pendidikan nonformal yang
mengelompokkan sasaran/warga belajar dalam kelompok belajar antara lain
pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan, dan PAUD. Biasanya anggota
kelompok belajar memiliki kesamaan tujuan dan motivasi untuk belajar bersama,
nilai dan norma yang diakui bersama sebagai pengikat dalam kelompok.
4. Majelis Taklim
Majelis Taklim merupakan satuan pendidikan nonformal yang
memfokuskan pada pendidikan Islam melalui ceramah umum atau pengajian Islam.
10
Tempat kegiatan majelis taklim dapat dilakukan di halaman masjid atau kantor-kantor
atau di tempat lain yang dikhususkan untuk itu. Prinsip kegiatan majelis taklim adalah
kemandirian dan swadaya masyarakat dari masing-masing anggotanya. Dengan kata
lain, majelis taklim adalah lembaga pengajian Islam yang memiliki ciri-ciri tersendiri
dilihat dari sudut metode dan buku pegangan yang digunakan jama’ah, pengajar
(ustaz/ustadzah),
materi yang diajarkan, sarana, dan tujuan. Peran strategis majelis taklim adalah
mewujudkan learning society, yakni masyarakat yang memiliki tradisi belajar tanpa
dibatasi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan menjadi wahana relajar serta
menyampaikan pesan-pesan keagamaan, wadah mengembangkan silaturahmi, dan
berbagai kegiatan keagamaan lainnya, bagi semua lapisan masyarakat.
11
dominasi sekolah dan pengaruh pendidik (guru), serta pengawasan yang seragam
secara nasional.
Berawal dari kelemahan pendidikan formal tersebut. Maka di sini peranan dari
pendidikan nonformal menjadi sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas
pendidikan dan kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia. Pendidikan nonformal
hadir dengan struktur program yang lebih luwes, biaya lebih murah, lebih berkaitan
dengan kebutuhan masyarakat, serta memiliki program yang fleksibel. Sehingga
pendidikan nonformal memiliki peranan yang sangat besar bagi mereka yang tidak
berkesempatan memenuhi kebutuhan pendidikannya melalui jalur persekolahan atau
jalur formal. Sehingga pendidikann nonformal juga memiliki kedudukan dalam
sistem pendidikan nasional yaitu sebagai subsistem dari sistem pendidikan nasional
bersama dengan pendidkan formal dan informal untuk tercapainya tujuan dari sistem
pendidikan nasional.
12
tindih. Program yang sama mungkin akan digarap oleh berbagai lembaga, sebaliknya
mungkin suatu program yang memerlukan penggarapan secara terpadu kurang
mendapat perhatian dari berbagai lembaga. Oleh karena itu koordinasi antar pihak
penyelenggara program pendidikan nonformal sangat diperlukan untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program serta untuk
mendayagunakan sumber-sumber dan fasilitas dengan lebih terarah sehingga program
tersebut mencapai hasil yang optimal.
b). Kelemahan kedua, tenaga pendidik atau sumber belajar yang profesional masih
kurang. Penyelenggara kegiatan pembelajaran dan pengelolaan program pendidikan
nonformal sampai saat ini sebagian terbesar dilakukan oleh tenaga-tenaga yang tidak
mempunyai latar belakang pengalaman pendidikan nonformal. keterlibatan mereka
dalam program pendidikan didorong oleh rasa pengabdian kepada masyarakat atau
kerena tugas yang diperoleh dari lembaga tempat mereka bekerja, dan mereka pada
umumnya berlatar belakang pendidikan formal. Kenyataan ini sering mempengaruhi
cara penampilan mereka dalam proses pembelajaran anatara lain dengan menerapkan
pendekatan mengajar pada pendidikan formal di dalam pendidikan nonformal
sehingga pendekatan ini pada dasarnya tidak sesuai dengan prinsip-prinsip
pembalajaran dalam pendidikan nonformal. Pengelolaan program pendidikan
nonformal memerlukan pendekatan dan keterampilan yang relatif berbeda dengan
pengelolaan program pendidikan formal. Untuk mengatasi kelemahan itu maka
diperlukan upaya peningkatan kemampuan tenaga pendidik yang ada dalam
pengadaan tenaga profesional pendidikan nonformal.
c).Kelemahan ketiga, motivasi belajar peserta didik relatif rendah. Kelemahan ini
berkaitan dengan:
1.Adanya kesan umum bahwa lebih rendah nilainya daripada pendidikan formal yang
peserta didiknya memiliki motivasi kuat untuk perolehan ijazah.
13
2.Pendekatan yang dilakukan oleh pendidik yang mempunyai latar belakang
pengalaman pendidikan formal dan menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran
pendidikan nonformal pada umumnya tidak kondusif untuk mengembangkan minat
peserta didik.
3.Masih terdapat program pendidikan, yang berkaitan dengan upaya membekali
peserta didik untuk mengembangkan kemampuan dibidang ekonomi, tidak
dilengkapai dengan masukan lain (other input) sehingga peserta didik atau lulusan
tidak dapat menerapkan hasil belajarnya.
4.Para lulusan pendidikan nonformal dianggap lebih rendah statusnya dibandingkan
status pendidikan formal, malah sering terjadi para lulusan pendidikan yang disebut
pertama berada dalam pengaruh lulusan pendidikan nonformal.
Dengan demikian, kelemahan-kelemahan di atas merupakan beberapa contoh
yang muncul di lapangan. Namun pendidikan nonformal makin lama makin diakui
pentingnya dan kehadirannya sebagai pendidikan yang berkaitan erat dengan
kebutuhan masyarakat dan bangsa serta sebagai bagian penting dari kebijakan dan
program pembangunan.(Sudjana, 2004: 41-42)
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.Jenis pendidikan nonformal meliputi:
a.Pendidikan kecakapan hidup
b.Pendidikan anak usia dini
c.Pendidikan kepemudaan
d.Pendidikan pemberdayaan perempuan
e.Pendidikan keaksaraan
f.Pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja
g.Pendidikan kesetaraan,serta
h. Pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
15
DAFTAR PUSTAKA
Mars Imadiklus. 2011. Peranan Pendidikan Nonformal Dalam Pendidikan Anak Usia
Dini. diakses melalui http://imadiklus.com/2011/11/peranan-pendidikan-non-formal-
dalam-pendidikan-anak-usia-dini.html, (diakses 15 Desember 2011)
16