Anda di halaman 1dari 3

Peran Penghulu Dalam Memperkuat Program Moderasi Beragama

Sebagaimana kita ketahui bahwa saat ini bahwa Kementerian Agama Republik
Indonesia mempunyai enam program utama yang menjadi prioritas, yaitu
penguatan moderasi beragama, transformasi digital, revitalisasi KUA, cyber
Islamic University, kemandirian pesantren dan regiousity Index. Salah satu
prioritas tersebut, adalah penguatan moderasi beragama, dan program tersebut
mesti dipahami seorang penghulu, Kepala KUA dan karyawan KUA, sebagai
bagian dari institusi Kementerian Agama.

Moderasi beragama merupakan cara pandang, sikap dan perilaku selalu


mengambil posisi di tengah-tengah, serta selalu bertindak adil, berimbang, dan
tidak ekstrim dalam beragama. Setiap individu pemeluk agama apapun, suku,
etnis, budaya, agama, dan pilihan politiknya harus mau saling mendengarkan
satu sama lain. Selain itu, pemeluk agama perlu  saling belajar melatih
kemampuan mengelola  dan mengatasi perbedaan pemahaman keagamaan
diantara mereka, karena esensi agama adalah untuk menjaga martabat manusia
dan moderasi agama adalah untuk mengembalikan esensi agama. Dengan
moderasi beragama sebagai strategi kita dalam merawat ke-Indonesiaan yang
multikurtural.

Dalam kaitannya dengan moderasi beragama, seorang penghulu dituntut untuk


meningkatkan kualitas keilmuan dan selalu bertindak menjaga akal dan budi
serta selalu bertindak adil dan menjaga keseimbangan dalam toleransi
beragama, karena moderasi bergama berupaya mewujudkan Indonesia yang
toleran, rukun dan damai.

Semenjak dahulu kala, Penghulu memiliki peran penting dan strategis sebagai
penjaga hukum agama dan pelayan masyarakat dalam soal-soal
keagamaan. Kiprahnya terentang dari masa kerajaan Islam sehingga sekarang,
dengan dinamikanya. Pada saat sekarang ini, seorang penghulu adalah PNS,
maka untuk memaksimalkan perannya, sangat dibutuhkan internalisasi, kontrol,
dan obyektifikasi terkait konsep dan model layanan keagaamaan yang prima.
Sebab, konsep dasar pelayanan prima terkait dengan pengembangan
kemampuan (ability), sikap (attitude), penampilan, perhatian (attention),
tindakan (action), dan pertanggung-jawaban. Di samping itu, penghulu juga
harus ikut mendorong tumbuhnya sikap dan model keberagamaan masyarakat
yang berkarakter moderat. 

Merujuk kepada Permenpan Nomor 9 tahun 2019 tentang jabatan fungsional


penghulu, Pasal 1 ayat (7): jabatan Fungsional Penghulu adalah jabatan sebagai
pegawai pencatat nikah atau perkawinan yang mempunyai ruang lingkup, tugas,
tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan pelayanan dan bimbingan
nikah atau rujuk, pengembangan kepenghuluan, dan bimbingan masyarakat
Islam.

Dalam hal pengembangan kepenghuluan dan bimbingan masyarakat Islam,


seorang penghulu fungsional dan Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) memiliki
kewajiban untuk menanamkan pemahaman tentang moderasi beragama
kepada masyarakat. Kearifan lokal bisa menjadi salah satu pintu masuk agar
masyarakat tahu tentang apa dan bagaimana moderasi beragama. Salah
satunya misalnya disampaikan pada saat penasihatan perkawinan.Untuk
caranya bisa menggunakan kearifan lokal, misalnya dijelaskan dalam bahasa
daerah yang lebih sederhana dan bisa dipahami langsung oleh masyarakat.

Penghulu fungsional harus mendorong pemahaman keagamaan yang kuat bagi


calon pengantin, dan di sisi yang sama, harus diberikan pemahaman bahwa
pemahaman keagamaan itu tidak lantas membuat pasangan suami istri
mengambil sikap menyalahkan orang lain yang memiliki pemahaman
keagamaan yang berbeda. Sebab, moderasi beragama adalah sikap kita dalam
menghadapi perbedaan keagamaan itu di posisi tengah-tengah. Tidak bebas
menafsirkan ajaran agama, dan tidak pula kaku.

Seorang penghulu harus memahami bahwa dalam indikatornya, moderasi


beragama bukan hal absurd yang tak bisa diukur. Keberhasilan moderasi
beragama dalam kehidupan masyarakat Indonesia dapat terlihat dari tingginya
empat indikator utama berikut ini serta beberapa indikator lain yang selaras dan
saling bertautan, yaitu: (1) komitmen kebangsaan, yaitu adanya penerimaan
terhadap prinsip-prinsip berbangsa yang tertuang dalam konstitusi UUD 1945
dan regulasi di bawahnya, (2) toleransi, yaitu dengan menghormati perbedaan
dan memeberi ruang orang lain untuk keyakinan, mengekspresikan
keyakinannya dan menyampaikan pendapat. Menghargai kesetaraan dan sedia
bekerja sama, (3) anti kekerasan, yaitu menolak tindakan seseorang atau
kelompok tertentu yang menggunakan cara-cara kekerasan, baik secara fisik
mauun verbal, dalam mengusung perubahan yang diinginkan, dan (4)
penerimaan terhadap tradisi, yaitu ramah dalam penerimaan tradisi dan budaya
lokal dalam perilaku keagamaannya, sejauh tidak bertentangan dengan pokok
ajaran agama.

Selain itu pula, peningkatan kualitas pelayanan kehidupan beragama


merupakan kegiatan prioritas Kementerian Agama dalam penguatan moderasi
beragama. Salah satu program prioritas nasionalnya, yaitu peningkatan
pelayanan bimbingan perkawinan dan keluarga. Disinilah peren penting Kantor
Urusan Agama Kecamatan sebagai institusi beserta penghulu sebagai
elemennya merupakan aktor penting untuk memperkuat terwujudnya moderasi
beragama di tengah masyarakat, melalui peningkatan pelayanan bimbingan
perkawinan dan keluarga. Disinilah sebenarnya peran penghulu bersentuhan
sejak dini dalam lembaga sosial terkecil di negara namun memiliki peran besar,
yaitu keluarga. 

Tidak dapat disangkal peran penghulu penting dalam pembentukan awal


keluarga sakinah, sedangkan keluarga memiliki potensi sangat besar untuk
menanamkan dan menyemai praktik moderasi beragama. Praktik moderasi
beragama tidak dapat diandaikan terjadi begitu saja secara alamiah, melainkan
harus disemai sejak nilai-nilai setiap individu warga bangsa dibentuk. Sebagai
umat Muslim mengetahui bahwa salah satu maqashid syariah adalah hifdzu an-
nasl (memelihara keturunan).

 Konsep keluarga sakinah, sebagai keluarga damai yang menentramkan anggota


keluarganya, serta memberi manfaat besar bagi masyarakat, bangsa dan
negara, haruslah dibangun di atas landasan nilai keadilan, kesalingan, dan
keseimbangan, yang selaras dengan prinsip-prinsip moderasi beragama. Apalagi
saat ini peran penghulu dan KUA sekarang semakin ditingkatkan kapasitanya,
terutama mengawal program revitalisasi KUA. Tujuan utamanya sebagaimana
dikemukakan oleh Direktur Bina KUA dan Keluarga Sakinah Kemenag RI,
Muhammad Adib Machrus bahwa peningkatan kapasitas penghulu berbasis
moderasi beragama yang merupakan bagian dari program Revitalisasi KUA, dan
diharapkan para penghulu dapat memberikan layanan prima, kredibel, dan
moderat kepada seluruh masyarakat.  Prima itu artinya produk layanan KUA itu
benar-benar unggul, berkualitas tinggi, sangat memuaskan, tidak ada yang
komplain karena layanan yang diterima di KUA. Itulah prima kata beliau. 

Anda mungkin juga menyukai