Roziqoh, Suparno
Institut Studi Islam Fahmina Cirebon, Universitas Negeri Yogyakarta
rizkikoh@yahoo.com, suparno_plb@uny.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan berperspektif gen-
der, faktor pendukung dan penghambat, dan hasil dari pelaksanaan pendidikan berperspektif
gender pada anak usia dini di ECCD-RC Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif deskriptif. Subjek penelitian adalah direktur yayasan, kepala sekolah, pendidik, dan
peserta didik ECCD-RC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan berper-
spektif gender di ECCD-RC dilaksanakan melalui pembiasaan, keteladanan, dan bermain yang
tidak diskriminatif. Hasil dari pelaksanaan pendidikan berperspektif gender pada anak terlihat
dalam interaksi peserta dengan pendidik, dan interaksi antarpeserta didik di kelas, melalui
empat aspek analisis gender, yaitu akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat. Beberapa faktor
yang mendukung terlaksananya pendidikan berperspektif gender pada anak usia dini diantara-
nya adalah peserta didik masih bebas stereotype, pendidik yang pro keragaman, proses pem-
belajaran yang tidak diskriminatif, dan kerja sama yang baik antara pendidik dan orang tua.
Selain faktor pendukung, ada beberapa faktor yang menghambat diantaranya: penghambatnya
adalah: keterbatasan SDM, sarana prasarana yang belum 100% ramah dan aman, orang tua
pendidik memiliki pandangan yang berbeda dengan ECCD-RC, dan minimnya waktu interaksi
anak di ECCD-RC Yogyakarta.
Abstract
This study aims to determine: the implementation of gender perspective education to early
childhood, the supporting factors and inhibiting factors, and the result of gender perspective
education to early childhood at ECCD-RC, Yogyakarta. This study used descriptive qualitative
approach. The subjects were director of the foundation, principal, educator, and school students
at ECCD-RC, Yogyakarta. The findings of the study are as follows: The implementation of gender
perspective education to early childhood conducted through repeated action, role modelling, and
indiscriminating play. The result of gender perspective education can be seen through interaction
between students and teachers and interaction among students viewed from four gender analysis
aspects, i. e. access, participation, control, and advantage. The supporting factors are: students
are free from stereotyping, teachers appreciate diversity, learning process is indiscriminating,
evaluation instrument is complete, and teachers and parents are being cooperative. Whereas, the
inhibiting factors are the limitation of human resources, medium and infrastructure which are
not 100 % children-friendly, different point of view between parents and staffs, and the minimum
time for children to interact with their teachers.
cara sosial, yakni perbedaan yang diciptakan kepada anak didasarkan pada pembedaan
oleh manusia (bukan kodrat) melalui proses jenis kelamin misalnya, anak perempuan
sosial dan kultural yang panjang. Sedangkan akan diberikan pengawasan ekstra ketat,
menurut Thorne (1993, p.3) gender adalah mainan yang bersifat feminin, seperti bone-
konstruksi sosial, walaupun thorne merasa ka, rumah-rumahan dan lain sebagainya.
tidak puas dengan kerangka kerja sosialisasi Sedangkan kepada anak laki-laki, kadang-
gender (gender sosialization) dan 'pengem- kala orang tua sedikit memberikan peng-
bangan gender (gender development), kare- awasan yang longgar, diberikan mainan
na konsep sosialisasi kebanyakan hanya satu yang bersifat maskulin, seperti mobil-mobil-
arah. Pihak yang lebih berkuasa menyosia- an, pistol mainan dan lain sebagainya. Bah-
liasi pihak yang lebih lemah. kan menurut Karniol (2011, p.1) sejak bayi
Namun kenyataanya masih terdapat orang tua sudah memberikan warna ber-
ketidaksetaraan gender yang cukup besar dasarkan kesesuaian jenis kelamin, kalau
dalam bidang pendidikan di Indonesia. Ke- bayi laki-laki diberikan warna biru dan bayi
tidaksetaraan ini ditemukan tidak hanya perempuan warna pink. Hal itu akan ber-
melalui indikator yang dengan mudah di- dampak pada bangunan mental anak-anak
peroleh dari data sensus penduduk, seperti dalam berinteraksi secara sosial (Margi-
kemampuan membaca, penerimaan siswa yani,1999, p.69).
baru, prestasi dan tingkat pendidikan yang Padahal kita tahu bahwa pendidikan
dicapai, tetapi juga di beberapa aspek lain di anak usia dini menurut Ketentuan Umum
bidang pendidikan yang menjadikan keseta- Pasal 14 Undang-Undang Sistem Pendidikan
raan sebagai aspek yang cukup penting. Se- Nasional No XX Tahun 2003 dijelaskan
bagai contoh dalam proses pendidikan ma- bahwa pendidikan anak usia dini adalah
sih ada perlakuan yang tidak adil (unfair suatu upaya pembinaan yang ditujukan ke-
treatment) yang merugikan anak perempu- pada anak sejak lahir sampai dengan usia
an misalnya, kegiatan pembelajaran dan enam tahun, dilakukan melalui rangsangan
proses interaksi dalam kelas seringkali ber- pendidikan untuk membantu pertumbuhan
sifat merugikan murid perempuan. Guru dan perkembangan jasmani dan rohani agar
secara tidak sadar cenderung menaruh ha- anak memiliki kesiapan dalam memasuki
rapan dan perhatian yang lebih besar kepa- pendidikan yang lebih lanjut, karena pen-
da murid laki-laki dibanding murid perem- didikan anak usia dini mempunyai peran
puan. Para guru kadangkala cenderung yang sangat strategis untuk meningkatkan
berpikir ke arah "selffulfilling prophecy" ter- kualitas generasi bangsa yang akan datang.
hadap siswa perempuan karena meng- Pada masa ini, anak sedang mengalami per-
anggap perempuan tidak perlu memperoleh kembangan yang sangat cepat, yang disebut
pendidikan yang tinggi. Kadang guru juga dengan masa emas (golden age). Stimulasi
membedakan peran untuk anak laki-laki terhadap anak yang dilakukan oleh orang
dan anak perempuan (Giraldo, 2008, p.134). tua maupun orang lain di sekitar lingkung-
Anak laki-laki diberikan media bermain pe- an anak akan membekas kuat dan tahan
ran dengan peran yang maskulin misalnya, lama. Kesalahan sedikit dalam memberikan
menjadi polisi dengan sosok yang tegas, ga- stimulasi akan berdampak negatif jangka
gah dan berani, sedangkan anak perempuan panjang yang sulit diperbaiki, oleh karena
biasanya diminta memerankan sosok yang itu pendidikan anak usia dini harus di-
feminin, lemah lembut dan baik hati. orientasikan pada pemenuhan kebutuhan
Hal tersebut menunjukkan bahwa anak yang didasarkan pada minat, kebutuh-
pendidikan anak usia dini masih kurang an, dan kemampuan sang anak. Menurut
mendapatkan perhatian. Ditambah lagi bu- Trianto (2011, p.5) anak memiliki potensi
daya patriarki yang sudah mengakar kuat di untuk menjadi lebih baik di masa men-
masyarakat, semakin menguatkan pendi- datang, namun potensi tersebut hanya da-
dikan yang tidak adil dan setara untuk anak pat berkembang manakala diberi rangsang-
usia dini. Selama ini secara sadar atau tidak an, bimbingan, bantuan dan/atau perlakuan
sadar, para orang tua memberikan stimulasi yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan
Pendidikan Berperspektif Gender pada Anak Usia Dini 89
Roziqoh, Suparno
terhadap hak-hak anak, sosialisasi adil gen- dimulai pada bulan Maret sampai dengan
der, ramah lingkungan dan dan kearifan bulan Juni 2013. Subjek penelitian adalah di-
lokal; (2) Mengembangkan model pendidik- rektur yayasan, kepala sekolah, pendidik,
an anak usia dini yang mendukung nilai- dan peserta didik KB, TK, dan Pra-SD
nilai inklusivitas; (3) Mengadakan pelayanan ECCD-RC. Pengumpulan data dengan
kepada masyarakat untuk mengembangkan menggunakan wawancara, observasi, dan
pendidikan anak usia dini yang inklusif, adil dokumentasi. Analisis data menggunakan
gender, ramah lingkungan hidup dan ke- pengumpulan data, reduksi data dan pena-
arifan local rikan kesimpulan. Teknik keabsahan data
Tujuan dari penelitian ini adalah menggunakan teknik trianggulasi, perpan-
untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan jangan pengamatan dan meminta pendapat
berperspektif gender pada anak usia dini di ahli.
ECCD-RC Yogyakarta, mengetahui faktor
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
pendukung dan penghambatnya, dan me-
ngetahui hasil dari pelaksanaan pendidikan Hasil Penelitian
berperspektif gender pada anak usia dini di Berdasarkan hasil wawancara dan
ECCD-RC Yogyakarta. observasi bahwa labschool Rumah Citta
METODE sebagai sebuah lembaga yang memiliki visi
inklusivitas, yaitu visi yang menghargai ke-
Metode yang digunakan dalam pe-
beragaman, menghargai hak-hak anak, sen-
nelitian ini menggunakan pendekatan kua-
sitif gender, ramah lingkungan, dan kearifan
litatif deskriptif yang didasarkan pada fakta-
lokal, memiliki kurikulum yang dikembang-
fakat empirik yang ada. Moleong (2010:6)
kan sendiri dari kurikulum yang diterbitkan
menjelaskan bahwa penelitian kualitatif
oleh Kementerian Pendidikan Nasional.
merupakan proses untuk mencari data dan
Kurikulum yang dikembangkan oleh ECCD-
untuk memahami masalah sosial yang dida-
RC mengacu pada empat (4) aspek perkem-
sari pada penelitian yang menyeluruh (holis-
bangan anak, yaitu kognitif, fisik, bahasa,
tic), yang dibentuk oleh kata-kata, dan di-
dan sosial emosional. Keempat aspek terse-
peroleh dari situasi yang alamiah
but dijabarkan dalam tabel perkembangan
Penelitian dilaksanakan di ECCD-
anak sebagai berikut:
RC Yogyakarta dengan waktu penelitian
Tabel 1. Empat Aspek Perkembangan Anak
No Aspek Penjabaran
1 Kognitif perkembangan yang terkait dengan kemampuan berpikir seseorang,
atau bisa juga diartikan sebagai perkembangan intelektual
2 Fisik perkembangan dari kemampuan untuk mengontrol gerakan tubuh
melalui koordinasi aktif dari susunan syaraf pusat, syaraf-syaraf, dan
otot-otot. Kemampuan motorik anak meliputi perkembangan
motorik kasar dan motorik halus
3 Bahasa seperti mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis
4 Sosial Emosional seperti marah, takut, rasa ingin tahu, perasan gembira, riang, senang
dan rasa kasih sayang
(Sumber: kurikulum labschool Rumah Citta ECCD-RC
nal (biologis); (b) Identitas peran personal belajaran yang meliputi tujuan yang ingin
(budaya/norma) dicapai, konsep yang ingin dibangun, meto-
Berdasarkan data hasil observasi, de, sarana, dan rencana waktu pelaksanaan
bahwa dalam menanamkan pendidikan adil merupakan acuan bagi pendidik dalam
gender kepada anak usia dini, Labschool menjalankan kegiatan pembelajaran yang
Rumah Citta membedakannya berdasarkan sistematis.
tahapan usia anak. Untuk anak usia 2 tahun, Berdasarkan hasil wawancara, ren-
baru dikenalkan pada nama-nama tubuh cana pembelajaran yang dilakukan labschool
dan fungsinya secara sederhana, anak usia 3 Rumah Citta disesuaikan dengan kebutuhan
tahun, mulai dikenalkan pada identitas seks kelas yang disusun perminggu atau perdua
dan gender. Anak usia 4 tahun mulai dike- minggu dengan menentukan indikator ke-
nalkan bagaimana memahami laki-laki dan berhasilan anak berdasarkan 4 aspek per-
perempuan melalui penampilan, peran, dan kembangan yang ada di dalam kurikulum
perilaku yang nonsexis. Memasuki usia 5 ECCD-RC. Rencana pembelajaran Rumah
tahun anak sudah mulai dikenalkan pada Citta merupakan turunan dari kurikulum
kesehatan reproduksi dan tentang stereo- yang dimiliki rumah citta yang disebut
type serta norma-norma gender secara dengan SKM (Rencana Kerja Mingguan). Isi
umum. Dalam menanamkan nilai-nilai gen- rencana kerja mingguan yaitu: indikator,
der tersebut kepada peserta didik tidak ada area, kegiatan dan proses. Dan di bawah
materi yang secara khusus membahas ten- worksheet ada konsep, dan nilai. misalnya
tang tema gender tetapi semua nilai-nilai tema tentang SD, konsepnya bisa: seragam.
gender itu diintegrasikan dalam proses nilainya: mandiri, kerja, dan tangggung
pembelajaran yang dilakukan sehari-hari. jawab.
Selain memiliki pedoman nilai-nilai Sedangkan dalam menentukan ma-
KHAS adil gender, Rumah Citta juga me- teri pembelajaran, Rumah Citta melibatkan
milki kurikulum yang disusun dan direvisi peserta didik melalaui workshop yang dise-
setiap tahunnya yang dilakukan di akhir but dengan webbing awal, yaitu menentu-
tahun dengan melibatkan kepala sekolah, kan tema yang diusulkan oleh peserta didik
pendidik dan staf Rumah Citta secara ke- dan dijadikan sebagai barometer awal pen-
seluruhan. Isi dari kurikulum labschool Ru- didik untuk melihat sejauh mana pemaham-
mah Citta adalah sbb: (1) Nilai kekhasan, an peserta didik tentang tema yang mereka
seperti: inklusi, berpusat pada anak, multi- usulkan, kemudian dilakukan weebing akhir
ple intelligence (kecerdasan jamak), pendi- yang dijadikan barometer pendidik untuk
dikan nilai, ramah lingkungan hidup, meng- melihat sejauhmana perubahan pemahaman
hormati kearifan lokal, mandiri dan kreatif, peserta didik tentang tema yang sudah di-
dan adil gender; (2) Aspek perkembangan, bahas dan didiskusikan di kelas.
seperti: aspek fisik, kognitif, bahasa, sosial Rata-rata tema ditentukan dalam 3
emosi, dan ditambah dengan aspek perkem- (tiga) bulan sekali, bentuk materi bisa ber-
bangan khusus; (3) Assesmen penilaian yang macam-macam sesuai kesepakatan yang di-
dilakukan rutin pada setiap anak yang di- buat oleh peserta didik. Berbagai macam
laporkan kepada orang tua setiap 3 bulan tema diusulkan peserta didik untuk dijadi-
(triwulan); (4) Anak berkebutuhan khusus, kan materi dalam pembelajaran, materi
diobservasi secara berkala untuk menemu- yang disulkan bisa tentang kodok, balok,
kan kebutuhannya agar dapat dilakukan sti- batu atau yang lainya. Di sini pendidik di-
mulasi yang sesuai dengan perkembang- tuntut harus kreatif untuk mencari banyak
annya. sumber dan informasi sebagai bahan diskusi
Dalam melaksanakan pendidikan bersama peserta didik. Dalam menentukan
berperspektif gender pada anak usia dini tema ECCD-RC tidak pernah menentukan
diperlukan perencanaan sebagai langkah tema khusus untuk mensosialisasikan gen-
awal untuk memberikan arah yang tepat der, karena gender dijadikan perspektif
dalam pelaksanaan proses pembelajaran. dalam pembelajaran yang terintegrasi dalam
Komponen-komponen dalam rencana pem- kurikulum secara keseluruhan.
kedalam SKM (satuan kerja mingguan) yang dan alat tersebut bebas dari stereotype dan
disebut dengan program Labschool Rumah tidak diskriminatif, dan dapat di akses oleh
Citta, yang berisi tentang indikator, area, semua peserta didik, baik peserta didik laki-
proyek, kegiatan dan proses, sedangkan di laki maupun perempuan, dan harus benar-
bawah worksheet berisi tengtang konsep benar aman dan nyaman digunakan oleh
dan nilai yang akan ditanamkan pendidik peserta didik, agar hak anak benar-benar
kepada peserta didik. Kemudian apabila da- terjaga dan tidak terlanggar, karena Rumah
lam webbing akhir di ketahui bahwa peserta Citta sangat mengjungung tinggi hak anak.
didik masih ada yang belum paham tentang Berdasarkan deskripsi hasil peneli-
tema yang sudah didiskusikan, maka pen- tian diperoleh bahwa pelaksanaan pendidik-
didik akan mengulas kembali pada perte- an gender pada anak usia dini di Labschool
muan yang akan datang. Rumah Citta ECCD-RC dilakukan melalui
Metode yang digunakan dalam pro- pembiasaan, keteladanan, dan bermain yang
ses pembelajaran di Rumah Citta sangat be- tidak membeda-bedakan jenis dan media
ragam, seperti metode demonstrasi, cera- mainan untuk laki-laki dan perempuan. Di
mah, drama, bermain peran, dan pembiasa- sini semua anak-anak laki-laki dan perem-
an. Semua metode tersebut digunakan da- puan diberi kesempatan dan peran yang
lam proses pembelajaran yang disesuaikan sama dalam bermain, karena kegiatan ter-
dengan karakteristik anak dan prinsip bel- sebut akan melatih emosi kasing sayang
ajar anak yang memungkinkan bagi anak seorang anak.
untuk banyak bergerak dan berekplorasi, Proses pelaksanaan pembelajaran di
menentukan dan menemukan sendiri du- Labschool Rumah Citta ECCD-Rumah Citta
nianya yang bebas dari stereotipe gender. (KB, TK, Pra SD) di mulai sejak peserta
Semua metode yang digunakan dalam pro- didik datang sampai mereka pulang, diatur
ses pembelajaran di Rumah Citta mendo- sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan,
rong semua peserta didik baik laki-laki yaitu mulai pukul 08.00-10.00. Hasil peng-
maupun perempuan dapat berinteraksi dan amatan dilapangan, pendidik melakakukan
berpartsisipasi secara aktif, setara, dan komunikasi dan interaksi dengan anak sejak
seimbang. mereka datang, dengan sapaan “Selamat
Sedangkan dalam menumbuhkan pagi, bagaimana kabarmu hari ini? Saat
sekolah yang memiliki perspektif gender, menyambut kedatangan anak, pendidik
Rumah Citta mengembangkan media atau selalu selalu bersikap riang dan gembira.
alat pendidikan yang responsif gender agar pendidik juga selalu berinteraksi dengan
semua komponen yang ada disekolah dan anak dan lingkungan di sekitarnya, hal ini
yang terlibat di dalamnya memiliki akses agar anak terlatih cara bercerita kepada
yang sama untuk mendayagunakannya de- orang lain, dan anak juga merasa dihargai
ngan tanpa membedakan jenis kelamin. dan diperhatikan. Selanjutnya pendidik
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan membimbing anak untuk menaruh tas dan
media atau alat yang digunakan untuk jaket di loker yang ada di dalam ruangan.
mensosialisasikan pendidikan berperspektif Desain ruangan kelas di Labschool
gender di Rumah Citta beragam. Di Rumah Rumah Citta ECCD-RC mengarah pada sti-
Citta semua media atau alat yang ada di mulasi perkembangan anak dengan peren-
sekitar digunakan untuk mensosialisasikan canaan ruang dan peralatan main yang
pendidikan gender kepada peserta didik, sederhana dengan memanfaatkan media
seperti buku, mainan, orang tua peserta di- yang ada di sekitar. Desain ruangan kelas di
dik, pedagang, dan semua pengalaman yang Lab School ECCD-RC memberikan kebe-
dimiliki orang dewasa yang berada di sekitar basan anak untuk berekspresi. Ruang kelas
Rumah Citta, dengan metode demonstrasi tidak menggunakan kursi namun saat anak
agar anak dapat secara langsung menge- belajar melibatkan anak untuk menyiapkan
tahui dan memahaminya. Dalam pembel- alas duduk masing-masing dengan meng-
ajaran ini peran pendidik sangat menen- gunakan alat duduk dari permainan huruf
tukan untuk memastikan agar semua media yang terbuat dari karet.
Pendidikan Berperspektif Gender pada Anak Usia Dini 97
Roziqoh, Suparno
Evaluasi dalam proses pembelajaran bebas stereotipe; (2) pendidik yang men-
perlu dilakukan oleh pendidik untuk dukung keragaman termasuk keragaman
mengetahui perkembangan peserta didik, gender yang menungjung tinggi hak-hak
baik peserta didik laki-laki maupun perem- anak secara keseluruhan; (3) proses pem-
puan sesuai dengan tahap perkembangan belajaran yang memungkinkan anak laki-
dan tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi laki dan anak perempuan turut aktif dan
perkembangan peserta didik di labschool berpartisipasi dalam pembelajaran; (4) ke-
Rumah Citta dilakukan dengan dua cara lengkapan instrumen penilaian untuk me-
yaitu: evaluasi harian dan evaluasi semes- mantau perkembangan siswa; dan (5) ko-
teran. munikasi yang baik antara pendidik dan
Evaluasi harian dilakukan melalui orang tua dalam menanamkan nilai-nilai
hasil kerja, observasi, dan penilaian diri, gender kepada anak.
anecdotal record, pemberian tugas, dan Selain banyak faktor yang men-
portopolio. dukung ada juga beberapa faktor internal
Evaluasi harian Kelas Play Group di- dan faktor eksternal yang menghambat
lakukan dengan mencatat semua aktifitas dalam merealisasikanya. Adapun faktor
yang dilakukan peserta didik dan perkem- internalnya adalah: (1) keterbatasan Sumber
bangan peserta didik yang terjadi pada hari daya manusia. Seperti pemahaman pendidik
itu berupa catatan dan pernyataan umum tentang gender masih kurang; (2) sarana
yang diamati oleh pendidik. Sedangkan eva- prasarana yang masih belum 100% ramah
luasi harian kelas TK besar dilakukan dalam dan aman untuk anak perempuan dan laki-
bentuk catatan perkembangan anak yang laki. Sedangkan faktor eksternalnya adalah
dijadikan pedomana bagi pendidik dalam sbb: (1) orang tua peserta didik yang me-
mengevaluasi peserta didik dalam bentuk miliki pandangan berbeda dengan nilai-nilai
evaluasi 3(tiga) bulanan. yang dikembangkan di ECCD-RC; (2) waktu
Berbeda dengan Kelas Play Group interaksi anak minim sehingga sangat ter-
dan TK besar. Evaluasi harian Kelas Pra SD batas melakukan penanaman nilai-nilai
dilakukan secara bersama-sama antara pen- yang dapat berkesinambungan baik di
didik dan peserta didik yang dilakukan me- lingkungan keluarga maupun masyarakat; 3)
lalui sharing dan diskusi, untuk menge- tidak adanya stimulus dari orang tua yang
tahui secara jelas tentang kondisi dirinya dilakukan orang tua untuk penanaman
sendiri, mencakup tentang nilai, minat nilai-nilai gender yang berkesinambungan.
kepribadian, ketrampilan yang mereka Hasil dari Pelaksanaan Pendidikan
miliki. berperspektif gender yang dilakukan di
Selain evaluasi harian, Labschool labschool Rumah Citta bisa dilihat dari:
Rumah Citta melakukan evaluasi semester- interaksi peserta didik di kelas, interkasi
an 3 (tiga) bulanan dan 6 (enam) bulanan. antara peserta didik dengan pendidik,
Evaluasi 3 (tiga) bulanan berisi penjabaran interaksi antar peserta didik, yang dilakukan
dari indikator-indikator dalam kurikulum, melalui 4 aspek analisis gender yaitu aspek
seperti aspek bahasa, motorik kasar, moto- partisipasi, akses, kontrol, dan manfaat.
rik halus, dan psikososial yang ditulis dalam Berdasarkan deskripsi hasil wawan-
narasi panjang, dan ini merupakan ring- cara dan pengamatan di lapangan, nilai-nilai
kasan dari evaluasi harian yang dilakukan gender sudah terinternalisasi dengan baik
oleh pendidik. Sedangkan untuk evaluasi 6 pada peserta didik di ECCD-RC, ini bisa
bulanan, selain penjabaran dari indikator dilihat dalam interkasi yang terjadi di kelas,
yang ada dalam kurikulum juga ada narasi baik antar peserta didik mapun dengan
tentang kekuatan, kelemahan dan rekomen- pendidik, Contohnya di Kelas Kelompok
dasi. Bermain, di dalam kelompok bermain jum-
Beberapa faktor yang mendukung lah peserta didik yang hadir saat peneliti
terlaksananya pendidikan berprespektif observasi berjumlah 11 orang, yang terdiri
gender untuk anak usia dini di ECCD-RC dari 9 peserta didik laki-laki dan 2 peserta
antara lain: (1) Peserta didik yang masih didik perempuan dengan di dampingi 1
pendidik 1 pendidik pendamping, di situ numpang mobil bus, penyebrang jalan, dan
terlihat walaupun jumlah peserta didik pe- polisi. Kemudian saat bermain rumah-
rempuan hanya 2 orang mereka sangat aktif rumahan, terlihat peserta didik laki-laki
dalam mengungkapkan pendapat-pendapat- tidak canggung bermaian dengan boneka-
nya, dan bercerita tentang pengalaman yang bonekaan, masakan-masakan, bahkan disitu
dilakukannya di rumah, mulai dari sebelum terlihat ada anak didik laki-laki yang me-
berangkat ke sekolah sampai sudah berada nyiapkan hidangan untuk tamu. Dari situ
di sekolah. Di sini peserta didik laki-laki dapat disimpulkan bahwa pemahaman anak
maupun perempuan sudah mampu meng- tentang peran (dometik dan publik) dan
ungkapkan pendapat baik kepada pendidik profesi tidak hanya bisa dilakukan oleh-laki-
maupun kepada teman-teman yang lainya laki, perempuan bisa juga menjadi polisi,
di kelas dengan kondisi yang sangat akrab sopir mobil dan pekerjaan lainya yang
dan saling menghargai satu sama lain, mere- selama ini dianggap sebagai pekerjaan yang
ka tidak saling mengganggu atau mengolok- pastas untuk laki-laki.
olok peserta didik lain hanya karena beda Di kelas KB, TK, dan Pra terlihat
jenis kelamin. Bahkan saat bermain peran sama, interaksi peserta didik di dalam kelas
lalu lintas, peserta didik perempuan meng- terlihat setara dan seimbang. Hal ini dapat
ambil peran sebagai sopir Bus dan polisi, dilihat melalui 4 aspek indikator analisis
sedangkan peserta didik laki-laki ada yang gender, yaitu partisipasi, akses, kontrol dan
berperan sebagai pengendara motor, pe- manfaat (PAKM).
Tabel 3. Indikator Internalisasi Nilai Gender
Aspek Deskripsi Indikator
Partisipasi Keikutsertaan atau - peserta didik laki-laki dan perempuan mampu mengutarakan
partisipasi seseorang/ pendapat dan argumentasinya di dalam kelas
kelompok dalam - peserta didik laki-laki dan perempuan terlibat dalam semua
suatu kegiatan dan jenis permainan
atau dalam - peserta didik laki-laki dan perempuan mengerjakan tugas yang
pengambilan sama dalam di dalam kelas
keputusan. - peserta didik laki-laki dan perempaun bermain bersama tenpa
membedakan berdasarkan jenis kelamin
Akses Peluang atau --
kesempatan dalam - peserta didik laki-laki maupun perempuan mampu memimpin
memperoleh atau kelas, seperti berdo’a, mengerjakan tugas piket harian dan
menggunakan lainya
sumber daya tertentu - peserta didik laki-laki maupun perempuan menggunakan fasi-
litas atau sarana prasana untuk bermain tanpa membedakan
berdasarkan jenis kelamin
- peserta didik laki-laki dapat memecahkan masalah secara
bersama-sama
Kontrol Penguasaan atau - Peserta didik laki-laki dan perempuan terlibat dalam penyu-
wewenang atau sunan materi proses belajar-mengajar
kekuatan untuk - Peserta didik laki-laki dan perempuan terlibat dalam meng-
mengambil evaluasi proses belajar mengajar
keputusan - Peserta didik laki-laki dan perempuan bersama-sama menen-
tukan aturan dan kesepakatan di dalam proses belajar meng-
ajar
Manfaat Kegunaan sumber - Peserta didik laki-laki maupun perempuan dapat menegikuti
daya yang dapat proses belajar mengaar yang dilakukan di ECCD-RC sesuai
dinikmati secara dengan tahap perkembanganya
optimal
Pendidikan Berperspektif Gender pada Anak Usia Dini 99
Roziqoh, Suparno