Anda di halaman 1dari 15

86 - Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Volume 1 – Nomor 1, Maret 2014

PENDIDIKAN BERPERSPEKTIF GENDER PADA ANAK USIA DINI

GENDER PERSCPECTIVE EDUCATION TO EARLY CHILHOOD

Roziqoh, Suparno
Institut Studi Islam Fahmina Cirebon, Universitas Negeri Yogyakarta
rizkikoh@yahoo.com, suparno_plb@uny.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan berperspektif gen-
der, faktor pendukung dan penghambat, dan hasil dari pelaksanaan pendidikan berperspektif
gender pada anak usia dini di ECCD-RC Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif deskriptif. Subjek penelitian adalah direktur yayasan, kepala sekolah, pendidik, dan
peserta didik ECCD-RC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan berper-
spektif gender di ECCD-RC dilaksanakan melalui pembiasaan, keteladanan, dan bermain yang
tidak diskriminatif. Hasil dari pelaksanaan pendidikan berperspektif gender pada anak terlihat
dalam interaksi peserta dengan pendidik, dan interaksi antarpeserta didik di kelas, melalui
empat aspek analisis gender, yaitu akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat. Beberapa faktor
yang mendukung terlaksananya pendidikan berperspektif gender pada anak usia dini diantara-
nya adalah peserta didik masih bebas stereotype, pendidik yang pro keragaman, proses pem-
belajaran yang tidak diskriminatif, dan kerja sama yang baik antara pendidik dan orang tua.
Selain faktor pendukung, ada beberapa faktor yang menghambat diantaranya: penghambatnya
adalah: keterbatasan SDM, sarana prasarana yang belum 100% ramah dan aman, orang tua
pendidik memiliki pandangan yang berbeda dengan ECCD-RC, dan minimnya waktu interaksi
anak di ECCD-RC Yogyakarta.

Kata kunci: pendidikan, gender, anak usia dini

Abstract
This study aims to determine: the implementation of gender perspective education to early
childhood, the supporting factors and inhibiting factors, and the result of gender perspective
education to early childhood at ECCD-RC, Yogyakarta. This study used descriptive qualitative
approach. The subjects were director of the foundation, principal, educator, and school students
at ECCD-RC, Yogyakarta. The findings of the study are as follows: The implementation of gender
perspective education to early childhood conducted through repeated action, role modelling, and
indiscriminating play. The result of gender perspective education can be seen through interaction
between students and teachers and interaction among students viewed from four gender analysis
aspects, i. e. access, participation, control, and advantage. The supporting factors are: students
are free from stereotyping, teachers appreciate diversity, learning process is indiscriminating,
evaluation instrument is complete, and teachers and parents are being cooperative. Whereas, the
inhibiting factors are the limitation of human resources, medium and infrastructure which are
not 100 % children-friendly, different point of view between parents and staffs, and the minimum
time for children to interact with their teachers.

Keywords: education, gender, early childhood


Pendidikan Berperspektif Gender pada Anak Usia Dini 87
Roziqoh, Suparno

and in all levels of education no later than


PENDAHULUAN
2015 (UNFPA, 2002).
Pendidikan merupakan dasar bagi
Komitmen internasional lainnya
kehidupan manusia. Manusia memperoleh
yang menjadi rujukan MDG’s adalah Dek-
informasi dan pengetahuan untuk mengem-
larasi Dakar, tentang Kebijakan Pendidikan
bangkan dirinya melalui pendidikan, karena
untuk Semua (Education for All), Indonesia
misi utama pendidikan pada dasarnya ada-
sebagai salah satu anggota UNESCO juga
lah menyiapkan anak didik agar dapat
ikut meratifikasinya. Beberapa isi dari kese-
membuka mata hati untuk mampu hidup
pakatan tersebut yang berkaitan dengan
(to make a living), mengembangkan kehi-
pendidikan dan kesetaraan gender adalah:
dupan yang bermakna (to lead a meaningful
(1) menjamin bahwa menjelang tahun 2015
life), dan memuliakan kehidupan (to
semua anak khususnya perempuan, anak-
ennoble life) dengan kedalaman. Dalam Un-
anak dalam keadaan sulit dan mereka yang
dang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
termasuk etnik minoritas mempunyai akses
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 4 dan 5,
dalam menyelesaikan pendidikan dasar
disebutkan bahwa perlu dikembangkannya
yang bebas dan wajib dengan kualitas baik;
proses pendidikan sebagai proses pembu-
(2) mencapai perbaikan 50% pada tingkat
dayaan dan pemberdayaan.
literacy orang dewasa menjelang tahun 2015,
Undang-Undang Nomor 20 Tahun
terutama bagi kaum perempuan dan akses
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang adil pada pendidikan dasar dan ber-
dijelaskan bahwa pendidikan Indonesia ha-
kelanjutan bagi semua orang dewasa; (3)
rus mampu menjamin pemerataan kesem-
menghapus disparitas gender di bidang
patan pendidikan, peningkatan mutu serta
pendidikan dasar dan menengah menjelang
relevansi dan efisiensi manajemen pendidik-
tahun 2015 dengan suatu fokus jaminan bagi
an. Selanjutnya pada Pasal 4 ayat 1 dijelas-
perempuan atas akses penuh dan prestasi
kan bahwa pendidikan diselenggarakan se-
yang sama dalam pendidikan dasar yang
cara demokratis dan berkeadilan serta tidak
berkualitas.
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak
Secara nasional, Kementerian Pendi-
asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kul-
dikan Nasional telah menyusun kebijakan
tural, dan kemajemukan bangsa.
“Pengarusutamaan Gender (PUG) di bidang
Pada tingkat internasional, Indone-
pendidikan” sebagai strategi untuk meng-
sia telah menandatangani Deklarasi Mileni-
atasi kesenjangan gender di bidang pendi-
um (Millenium Declaration) pada pertemu-
dikan. Menurut Nurhaeni (2009, p.25) peng-
an tingkat tinggi PBB dan salah satu kese-
arusutamaan gender merupakan komitmen
pakatan yang dicapai adalah kepedulian
nasional maupun internasional yang dimak-
berdasarkan isu-isu hak asasi manusia, di-
sudkan untuk mencapai kesetaraan dan ke-
antaranya mencapai pendidikan dasar yang
adilan gender (KKG) Hal ini menunjukkan
universal dan mempromosikan kesetaraan
bahwa peningkatan kesetaraan dan keadilan
gender dan pemberdayaan perempuan. Hal
gender di bidang pendidikan sangat penting
ini tertuang dalam Millenium Development
untuk dilakukan agar lebih menjamin se-
Goals (MDGs) tujuan ke-2 dan ke-3 sebagai
mua warga negara baik laki-laki maupun
berikut:
perempuan agar dapat mengakses pelayan-
Goal 2, achive universal pimary education. an pendidikan, berpartisipasi aktif, dan
Target: ensure that, by 2015, children memunyai kontrol serta mendapat manfaat
everywhere, boys and girl alike, will be dari pembangunan pendidikan, sehingga
able to complete a full course of primary laki-laki dan perempuan dapat mengem-
schooling. Goal 3, promote gender equa- bangkan potensinya secara maksimal (Per-
lity and empowerment women. Target: mendiknas No.84 TH 2008).
eliminate gender disparity in primary and Menurut Faqih (2003, p.8) Gender
secondary education, preferably by 2005, merupakan perbedaan perilaku antara laki-
laki dan perempuan yang dikonstruksi se-

Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Volume 1 – Nomor 1, Maret 2014


88 - Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Volume 1 – Nomor 1, Maret 2014

cara sosial, yakni perbedaan yang diciptakan kepada anak didasarkan pada pembedaan
oleh manusia (bukan kodrat) melalui proses jenis kelamin misalnya, anak perempuan
sosial dan kultural yang panjang. Sedangkan akan diberikan pengawasan ekstra ketat,
menurut Thorne (1993, p.3) gender adalah mainan yang bersifat feminin, seperti bone-
konstruksi sosial, walaupun thorne merasa ka, rumah-rumahan dan lain sebagainya.
tidak puas dengan kerangka kerja sosialisasi Sedangkan kepada anak laki-laki, kadang-
gender (gender sosialization) dan 'pengem- kala orang tua sedikit memberikan peng-
bangan gender (gender development), kare- awasan yang longgar, diberikan mainan
na konsep sosialisasi kebanyakan hanya satu yang bersifat maskulin, seperti mobil-mobil-
arah. Pihak yang lebih berkuasa menyosia- an, pistol mainan dan lain sebagainya. Bah-
liasi pihak yang lebih lemah. kan menurut Karniol (2011, p.1) sejak bayi
Namun kenyataanya masih terdapat orang tua sudah memberikan warna ber-
ketidaksetaraan gender yang cukup besar dasarkan kesesuaian jenis kelamin, kalau
dalam bidang pendidikan di Indonesia. Ke- bayi laki-laki diberikan warna biru dan bayi
tidaksetaraan ini ditemukan tidak hanya perempuan warna pink. Hal itu akan ber-
melalui indikator yang dengan mudah di- dampak pada bangunan mental anak-anak
peroleh dari data sensus penduduk, seperti dalam berinteraksi secara sosial (Margi-
kemampuan membaca, penerimaan siswa yani,1999, p.69).
baru, prestasi dan tingkat pendidikan yang Padahal kita tahu bahwa pendidikan
dicapai, tetapi juga di beberapa aspek lain di anak usia dini menurut Ketentuan Umum
bidang pendidikan yang menjadikan keseta- Pasal 14 Undang-Undang Sistem Pendidikan
raan sebagai aspek yang cukup penting. Se- Nasional No XX Tahun 2003 dijelaskan
bagai contoh dalam proses pendidikan ma- bahwa pendidikan anak usia dini adalah
sih ada perlakuan yang tidak adil (unfair suatu upaya pembinaan yang ditujukan ke-
treatment) yang merugikan anak perempu- pada anak sejak lahir sampai dengan usia
an misalnya, kegiatan pembelajaran dan enam tahun, dilakukan melalui rangsangan
proses interaksi dalam kelas seringkali ber- pendidikan untuk membantu pertumbuhan
sifat merugikan murid perempuan. Guru dan perkembangan jasmani dan rohani agar
secara tidak sadar cenderung menaruh ha- anak memiliki kesiapan dalam memasuki
rapan dan perhatian yang lebih besar kepa- pendidikan yang lebih lanjut, karena pen-
da murid laki-laki dibanding murid perem- didikan anak usia dini mempunyai peran
puan. Para guru kadangkala cenderung yang sangat strategis untuk meningkatkan
berpikir ke arah "selffulfilling prophecy" ter- kualitas generasi bangsa yang akan datang.
hadap siswa perempuan karena meng- Pada masa ini, anak sedang mengalami per-
anggap perempuan tidak perlu memperoleh kembangan yang sangat cepat, yang disebut
pendidikan yang tinggi. Kadang guru juga dengan masa emas (golden age). Stimulasi
membedakan peran untuk anak laki-laki terhadap anak yang dilakukan oleh orang
dan anak perempuan (Giraldo, 2008, p.134). tua maupun orang lain di sekitar lingkung-
Anak laki-laki diberikan media bermain pe- an anak akan membekas kuat dan tahan
ran dengan peran yang maskulin misalnya, lama. Kesalahan sedikit dalam memberikan
menjadi polisi dengan sosok yang tegas, ga- stimulasi akan berdampak negatif jangka
gah dan berani, sedangkan anak perempuan panjang yang sulit diperbaiki, oleh karena
biasanya diminta memerankan sosok yang itu pendidikan anak usia dini harus di-
feminin, lemah lembut dan baik hati. orientasikan pada pemenuhan kebutuhan
Hal tersebut menunjukkan bahwa anak yang didasarkan pada minat, kebutuh-
pendidikan anak usia dini masih kurang an, dan kemampuan sang anak. Menurut
mendapatkan perhatian. Ditambah lagi bu- Trianto (2011, p.5) anak memiliki potensi
daya patriarki yang sudah mengakar kuat di untuk menjadi lebih baik di masa men-
masyarakat, semakin menguatkan pendi- datang, namun potensi tersebut hanya da-
dikan yang tidak adil dan setara untuk anak pat berkembang manakala diberi rangsang-
usia dini. Selama ini secara sadar atau tidak an, bimbingan, bantuan dan/atau perlakuan
sadar, para orang tua memberikan stimulasi yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan
Pendidikan Berperspektif Gender pada Anak Usia Dini 89
Roziqoh, Suparno

dan perkembangannya. Sedangkan menurut Menurut Astutiningsih (2005, p.52)


Buccheri (2011, p.173) guru (atau orang tua) upaya untuk meningkatkan kesetaraan dan
sangat menentukan minat dan bakat penge- keadilan gender dalam bidang pendidikan,
tahuan seseorang, informasi dan pengalam- bisa dilakukan dengan: (1) Menetapkan sis-
an yang beragam yang diterima sejak usia tem pendidikan yang sensitif gender untuk
dini akan menentukan pengetahuan mereka menjamin persamaan kesempatan pendidik-
dimasa yang akan datang. an dan pelatihan; (2) Menghapus disparitas
Perkembangan anak dalam pen- gender dalam memperoleh kesempatan
didikan anak usia dini memiliki lima fungsi pendidikan; (3) Memperbaiki mutu pendi-
dasar, salah satunya adalah pembentukan dikan dan meningkatkan kesempatan bagi
dan pembiasaan perilaku yang diharapkan perempuan untuk menjamin bahwa perem-
agar tujuan dalam pembentukan perilaku puan memperoleh pengetahuan, ketrampil-
yang diharapkan ini dapat tercapai. Upaya an kapasitas, sehingga diharapkan dapat ter-
yang penting dilakukan adalah membangun wujud kesetaraan dan keadilan gender.
pondasi yang kuat bagi perkembangan pola Upaya untuk meningkatkan keseta-
pribadi dan perilaku anak selanjutnya. Pem- raan dan keadilan gender dalam bidang
bentukan perilaku pada masa usia dini pendidikan dapat dikembangkan sejak usia
terutama dilakukan melalui pembiasaan dan dini baik melalui pendidikan formal di seko-
interaksi langsung daripada melalui cera- lah maupun nonformal di rumah dengan
mah atau penyampaian informasi tentang menciptakan kondisi belajar yang meng-
standar-standar perilaku yang diharapkan. hargai kesetaraan gender serta mengkritisi
Penjelasan sederhana tentang nilai kesetara- bentuk permainan dan media ajar yang ma-
an dan keadilan memang perlu dilakukan, sih bias gender, agar nilai-nilai kesetaraan
tetapi yang lebih penting lagi adalah contoh dan keadilan gender terinternalisasi sampai
perwujudan dari nilai-nilai kesetaraan dan ahir hayat. Menurut Sujiono (2009, p.6)
keadilan yang langsung ditujukan kepada bahwa anak usia dini adalah sosok individu
anak melalui interaksi langsung. Cara demi- yang sedang menjalani proses perkembang-
kian akan lebih memungkinkan anak untuk an dengan pesat dan fundamental bagi
membentuk perilaku yang diharapkan kehidupan selanjutnya. Anak usia dini me-
secara lebih kokoh dan menginternalisasi miliki rentang usia yang sangat berharga
nilai-nilai yang mendasari perilaku tersebut dibandingkan usia-usia selanjutnya karena
secara lebih terintegrasi. perkembangan kecerdasannya sangat luar
Menurut Nugroho (2008, p.60) ke- biasa.
setaraan gender berarti adanya kesamaan Berdasarkan permasalahan tersebut,
kondisi bagi laki-laki maupun perempuan penelitian ini akan fokus membahas “pen-
dalam memperoleh kesempatan serta hak- didikan berprespektif gender pada anak usia
haknya sebagai manusia, agar mampu dini” di Labschool Rumah Citta Early
berperan dan berpartispasi dalam kegiatan Childhood Care and Development Resource
politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, Centre (ECCD-RC) Yogyakarta, yaitu sebuah
pendidikan, dan pertahanan & keamanan lembaga independen dengan status badan
nasioanl serta kesamaan dalam menikmati hukum perkumpulan, yang memfokuskan
hasil pembangunan. Sedangkan keadilan diri pada pelayanan anak usia dini, agar
gender (gender equity) adalah suatu proses anak usia dini mendapatkan dunianya yang
dan perlakuan adil terhadap perempuan. menghargai nilai inklusivitas, terutama hak-
Menurut Mulia (2006, p.54) dalam konteks hak anak, keadilan gender, ramah ling-
hubungan laki-laki dan perempuan, keadil- kungan hidup dan kearifan lokal sehingga
an meniscayakan tidak adanya diskriminasi, tumbuh dan berkembang optimal. Lab-
tidak adanya kecondongan kearah jenis school Rumah Cita ECCD-RC Yogyakarta
kelamin tertentu dan pengabaian jenis memiliki misi sebagai berikut: (1) Mengikut-
kelamin yang lain tapi justru memberikan sertakan masyarakat, mempromosikan nilai-
bobot yang yang sepadan antara hak dan nilai inklusivitas, yaitu nilai-nilai yang
kewajiban laki-laki dan perempuan. menghargai keberagaman, pengharagaan

Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Volume 1 – Nomor 1, Maret 2014


90 - Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Volume 1 – Nomor 1, Maret 2014

terhadap hak-hak anak, sosialisasi adil gen- dimulai pada bulan Maret sampai dengan
der, ramah lingkungan dan dan kearifan bulan Juni 2013. Subjek penelitian adalah di-
lokal; (2) Mengembangkan model pendidik- rektur yayasan, kepala sekolah, pendidik,
an anak usia dini yang mendukung nilai- dan peserta didik KB, TK, dan Pra-SD
nilai inklusivitas; (3) Mengadakan pelayanan ECCD-RC. Pengumpulan data dengan
kepada masyarakat untuk mengembangkan menggunakan wawancara, observasi, dan
pendidikan anak usia dini yang inklusif, adil dokumentasi. Analisis data menggunakan
gender, ramah lingkungan hidup dan ke- pengumpulan data, reduksi data dan pena-
arifan local rikan kesimpulan. Teknik keabsahan data
Tujuan dari penelitian ini adalah menggunakan teknik trianggulasi, perpan-
untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan jangan pengamatan dan meminta pendapat
berperspektif gender pada anak usia dini di ahli.
ECCD-RC Yogyakarta, mengetahui faktor
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
pendukung dan penghambatnya, dan me-
ngetahui hasil dari pelaksanaan pendidikan Hasil Penelitian
berperspektif gender pada anak usia dini di Berdasarkan hasil wawancara dan
ECCD-RC Yogyakarta. observasi bahwa labschool Rumah Citta
METODE sebagai sebuah lembaga yang memiliki visi
inklusivitas, yaitu visi yang menghargai ke-
Metode yang digunakan dalam pe-
beragaman, menghargai hak-hak anak, sen-
nelitian ini menggunakan pendekatan kua-
sitif gender, ramah lingkungan, dan kearifan
litatif deskriptif yang didasarkan pada fakta-
lokal, memiliki kurikulum yang dikembang-
fakat empirik yang ada. Moleong (2010:6)
kan sendiri dari kurikulum yang diterbitkan
menjelaskan bahwa penelitian kualitatif
oleh Kementerian Pendidikan Nasional.
merupakan proses untuk mencari data dan
Kurikulum yang dikembangkan oleh ECCD-
untuk memahami masalah sosial yang dida-
RC mengacu pada empat (4) aspek perkem-
sari pada penelitian yang menyeluruh (holis-
bangan anak, yaitu kognitif, fisik, bahasa,
tic), yang dibentuk oleh kata-kata, dan di-
dan sosial emosional. Keempat aspek terse-
peroleh dari situasi yang alamiah
but dijabarkan dalam tabel perkembangan
Penelitian dilaksanakan di ECCD-
anak sebagai berikut:
RC Yogyakarta dengan waktu penelitian
Tabel 1. Empat Aspek Perkembangan Anak
No Aspek Penjabaran
1 Kognitif perkembangan yang terkait dengan kemampuan berpikir seseorang,
atau bisa juga diartikan sebagai perkembangan intelektual
2 Fisik perkembangan dari kemampuan untuk mengontrol gerakan tubuh
melalui koordinasi aktif dari susunan syaraf pusat, syaraf-syaraf, dan
otot-otot. Kemampuan motorik anak meliputi perkembangan
motorik kasar dan motorik halus
3 Bahasa seperti mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis
4 Sosial Emosional seperti marah, takut, rasa ingin tahu, perasan gembira, riang, senang
dan rasa kasih sayang
(Sumber: kurikulum labschool Rumah Citta ECCD-RC

Tujuan pendidikan adil gender


Kurikulum yang dikembangkan
adalah: (a) Anak memahami identitas gen-
ECCD-RC mengintegrasikan nilai-nilai
dernya; (b) Anak mengembangkan sikap
KHAS ECCD-RC, seperti nilai adil gender,
dan perilaku adil gender; (c) Untuk anak
nilai ramah lingkungan dan nilai keragaman
usia dini, fokus pendidikan adil gender
yang disesuaikan dengan visi misi dari
adalah pada identitas gender. Identitas gen-
Rumah Citta sendiri. Adapun nilai KHAS
der ini meliputi: (a) Identitas sexual perso-
adil gender tersebut adalah sebagai berikut:
Pendidikan Berperspektif Gender pada Anak Usia Dini 91
Roziqoh, Suparno

nal (biologis); (b) Identitas peran personal belajaran yang meliputi tujuan yang ingin
(budaya/norma) dicapai, konsep yang ingin dibangun, meto-
Berdasarkan data hasil observasi, de, sarana, dan rencana waktu pelaksanaan
bahwa dalam menanamkan pendidikan adil merupakan acuan bagi pendidik dalam
gender kepada anak usia dini, Labschool menjalankan kegiatan pembelajaran yang
Rumah Citta membedakannya berdasarkan sistematis.
tahapan usia anak. Untuk anak usia 2 tahun, Berdasarkan hasil wawancara, ren-
baru dikenalkan pada nama-nama tubuh cana pembelajaran yang dilakukan labschool
dan fungsinya secara sederhana, anak usia 3 Rumah Citta disesuaikan dengan kebutuhan
tahun, mulai dikenalkan pada identitas seks kelas yang disusun perminggu atau perdua
dan gender. Anak usia 4 tahun mulai dike- minggu dengan menentukan indikator ke-
nalkan bagaimana memahami laki-laki dan berhasilan anak berdasarkan 4 aspek per-
perempuan melalui penampilan, peran, dan kembangan yang ada di dalam kurikulum
perilaku yang nonsexis. Memasuki usia 5 ECCD-RC. Rencana pembelajaran Rumah
tahun anak sudah mulai dikenalkan pada Citta merupakan turunan dari kurikulum
kesehatan reproduksi dan tentang stereo- yang dimiliki rumah citta yang disebut
type serta norma-norma gender secara dengan SKM (Rencana Kerja Mingguan). Isi
umum. Dalam menanamkan nilai-nilai gen- rencana kerja mingguan yaitu: indikator,
der tersebut kepada peserta didik tidak ada area, kegiatan dan proses. Dan di bawah
materi yang secara khusus membahas ten- worksheet ada konsep, dan nilai. misalnya
tang tema gender tetapi semua nilai-nilai tema tentang SD, konsepnya bisa: seragam.
gender itu diintegrasikan dalam proses nilainya: mandiri, kerja, dan tangggung
pembelajaran yang dilakukan sehari-hari. jawab.
Selain memiliki pedoman nilai-nilai Sedangkan dalam menentukan ma-
KHAS adil gender, Rumah Citta juga me- teri pembelajaran, Rumah Citta melibatkan
milki kurikulum yang disusun dan direvisi peserta didik melalaui workshop yang dise-
setiap tahunnya yang dilakukan di akhir but dengan webbing awal, yaitu menentu-
tahun dengan melibatkan kepala sekolah, kan tema yang diusulkan oleh peserta didik
pendidik dan staf Rumah Citta secara ke- dan dijadikan sebagai barometer awal pen-
seluruhan. Isi dari kurikulum labschool Ru- didik untuk melihat sejauh mana pemaham-
mah Citta adalah sbb: (1) Nilai kekhasan, an peserta didik tentang tema yang mereka
seperti: inklusi, berpusat pada anak, multi- usulkan, kemudian dilakukan weebing akhir
ple intelligence (kecerdasan jamak), pendi- yang dijadikan barometer pendidik untuk
dikan nilai, ramah lingkungan hidup, meng- melihat sejauhmana perubahan pemahaman
hormati kearifan lokal, mandiri dan kreatif, peserta didik tentang tema yang sudah di-
dan adil gender; (2) Aspek perkembangan, bahas dan didiskusikan di kelas.
seperti: aspek fisik, kognitif, bahasa, sosial Rata-rata tema ditentukan dalam 3
emosi, dan ditambah dengan aspek perkem- (tiga) bulan sekali, bentuk materi bisa ber-
bangan khusus; (3) Assesmen penilaian yang macam-macam sesuai kesepakatan yang di-
dilakukan rutin pada setiap anak yang di- buat oleh peserta didik. Berbagai macam
laporkan kepada orang tua setiap 3 bulan tema diusulkan peserta didik untuk dijadi-
(triwulan); (4) Anak berkebutuhan khusus, kan materi dalam pembelajaran, materi
diobservasi secara berkala untuk menemu- yang disulkan bisa tentang kodok, balok,
kan kebutuhannya agar dapat dilakukan sti- batu atau yang lainya. Di sini pendidik di-
mulasi yang sesuai dengan perkembang- tuntut harus kreatif untuk mencari banyak
annya. sumber dan informasi sebagai bahan diskusi
Dalam melaksanakan pendidikan bersama peserta didik. Dalam menentukan
berperspektif gender pada anak usia dini tema ECCD-RC tidak pernah menentukan
diperlukan perencanaan sebagai langkah tema khusus untuk mensosialisasikan gen-
awal untuk memberikan arah yang tepat der, karena gender dijadikan perspektif
dalam pelaksanaan proses pembelajaran. dalam pembelajaran yang terintegrasi dalam
Komponen-komponen dalam rencana pem- kurikulum secara keseluruhan.

Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Volume 1 – Nomor 1, Maret 2014


92 - Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Volume 1 – Nomor 1, Maret 2014

Berdasarkan hasil wawancara, dapat gerak dan bereksplorasi, menentukan dan


disimpulkan bahwa perencanaan pembel- menemukan sendiri. Pendidik berperan se-
ajaran di ECCD-RC sudah sensitif gender. bagai fasilitator bagi peserta didik, yaitu
Hal ini dapat dilihat dari awal penentuan berperan untuk mendorong dan mengem-
tema pembelajaran yang dilakukan melalui bangkan informasi yang ingin peserta didik
webbing, yang melibatkan semua peserta ketahui. Dalam proses pendidikan berper-
didik untuk turut aktif berpartisipasi dalam spektif gender, yang lebih ditekankan ada-
merencanakan dan menentukan tema pem- lah memberi kesempatan yang sama kepada
belajaran, semua anak mempunyai hak un- anak laki-laki dan perempuan baik dalam
tuk mengungkapkan pendapatnya tanpa berpendapat maupun dalam bermain.
membedakan apakah dia anak laki-laki, Proses implementasi pendidikan
anak perempuan atau anak berkebutuhan anak usia dini di labschool Rumah Citta
khusus lainya. Selain itu dalam perencanaan dilaksanakan 5 (lima) hari dalam seminggu
pembelajaran tidak ada materi atau tema untuk kelas TK Kecil, TK besar dan Pra SD,
khusus yang membahas tentang gender, yaitu Senin sampai Jum’at. sedangkan untuk
karena semua nilai-nilai gender sudah ter- Play Group 3(tiga) hari dalam seminggu,
integrasi dalam proses pembelajaran. yaitu hari Senin, Rabu dan Jum’at. Lama
Sedangkan metode yang di gunakan proses pendidikan 2 jam untuk kelas Play
dalam proses pendidikan berperspektif gen- Group, TK Kecil dan TK besar, sedangkan
der di ECCD-RC bervariasi dengan proses Pra SD 3 jam, yaitu mulai dari pukul 08.00-
yang fleksibel, seperti metode demonstrasi, 10.00 dan 08-11.00.
ceramah, drama, bermain peran, area, pro- Proses pembelajaran pendidikan
yek, dan melalui pembiasaan, serta ketela- anak usia dini selalu menggunakan kaca-
danan, dengan menanamkan kepada peserta mata gender sebagai alat untuk mereview
didik bahwa mereka memiliki kesempatan bahan ajar yang digunakan, apakah bahan
yang sama, dan hak sama. ajar tersebut mengandung bias gender atau
Metode yang digunakan disesuaikan tidak, hal ini dilakukan untuk menghindari
dengan karakteristik anak dan prinsip bel- adanya pengaruh diskriminatif terhadap
ajar anak usia dini yaitu metode yang me- pola perilaku peserta didik
mungkinkan bagi anak untuk banyak ber-
Tabel 2. Tahap-tahap pembelajaran
Tahap AktifitaS Tujuan
Tahap 1 - Senam bersama yang dilakukan di luar kelas de- - agar anak-anak dapat me-
(transisi dari ngan diiringi musik dan lagu yang bervariasi ngeluarkan energi mereka
rumah ke sekolah) - Senam bersama diikuti oleh seluruh anak didik, dan siap untuk bermain
mulai dari kelas Play Group, TK Kecil, TK besar, bersama di sekolah
Pra SD, dan juga para pendidik - untuk menghindari rasa
- Senam bersama diselingi dengan kegiatan ber- jenuh pada anak, sehing-
main bebas ga kegiatan juga tidak
monoton
Tahap II - Peserta didik masuk kelas masing-masing - agar anak merasa nyaman
(transisi di kelas) - Peserta didik diberi waktu untuk minum dan disekolah dan untuk se-
buang air kecil mentara bisa melupakan
- Guru mengajak anak didik untuk duduk me- bermain di rumah bersa-
lingkar kemudian dilanjutkan dengan bernyanyi ma dengan orang tuanya,
- Guru mengucapkan salam dengan 3 bahasa, kakaknya adiknya atau
bahasa Indonesia, Inggris dan Jawa, yaitu selamat teman-temannnya yang
pagi, Good Morning dan sugeng enjing lain di rumah.
- Peserta didik diberi kebebasan untuk memilih
lagu atau permainan yang dikehendaki dengan
cara diskusi dan voting
- Peserta didik dan guru bermain permainan yang
Pendidikan Berperspektif Gender pada Anak Usia Dini 93
Roziqoh, Suparno

telah disepakati bersama-sama


- Sebelum permainan di mulai guru mengingatkan
kepada peserta didik tentang kesepakatan yang
boleh dan tidak boleh dilakukan dalam per-
mainan.
- Kesepakatan dibuat bersama antara pendidik dan
murid yang ditempel dalam ruangan kelas, se-
hingga anak-anak dapat mengetahui dan saling
mengingatkan temannya apabila ada yang me-
langgar kesepakatan tersebut.
Tahap III - Berdo’a dipimpin oleh peserta didik berdasarkan - Untuk mengembangkan
(Do’a) kesiapan dan kemauan anak nilai-nilai keagamaan
Tahap IV - Pendidik menjelaskan tentang tema yang akan - Untuk mengeksplorasi
(Kegiatan inti) dibahas sesuai dengan kesepatan yang di buat pemahaman anak-anak
oleh anak-anak sendiri tentang tema yang di
- Kegiatan inti bisa dilakukan dengan bermain area, bahas
proyek, sharing dan diskusi
- Pendidik mengajak anak didik untuk mengambil
kesimpulan dari materi yang telah di bahas
bersama-sama
- Pendidik memberi kesempatan kepada anak didik
untuk bertanya atau berpendapat
Tahap V - Peserta didik yang datang terlambat menyiapkan - Untuk menanankam ke-
(Makan bekal tempat untuk makan bekal mandirian dan rasa tang-
bersama) - Pendidik mengajak peserta didik untuk mencuci gung jawab kepada anak
tangan didik
- Peserta didik mengambil bekal yang di bawa dari
rumah
- Peserta didik duduk melingkar
- Berdo’a sebelum mulai makan yang dipimpin oleh
peserta didik yang bertugas
- Pendidik membagikan snack yang disiapkan oleh
pihak sekolah
- Makan bersama
- Peserta didik membereskan tempatnya masing-
masing
- Peserta didik mencuci tangan
Tahap VI - Peserta didik bermain bebas, baik di kelas mau- - Memberi kebebasan ke-
(Istirahat) pun di luar kelas pada anak untuk bermain
Tahap VII - Peserta didik masuk ke kelas masing-masing - Untuk mengevaluasi pro-
(Penutup) - Peserta didik duduk melingkar ses pembelajaran yang su-
- Pendidik mengajak peserta didik untuk meng- dah dilakukan pada hari
evaluasi bersama-sama proses belajar yang sudah itu
dilakukan sejak anak-anak datang sampai mereka
duduk kembali
- Pendidik penutup pembelajaran dengan mengajak
berdo’a bersama-sama yang dipimpin oleh peserta
didik

kembangan anak yang terjadi pada hari itu


Bentuk evaluasi yang dilakukan oleh
yang ditulis dalam buku penghubung yang
labschool Rumah Citta adalah evaluasi hari-
diberikan kepada anak setiap anak masuk
an, dan evaluasi semestaran yang dilakukan
kelas. Untuk TK Besar evaluasi harian dila-
tiga bulanan dan enam bulanan.Untuk Kelas
kukan dalam bentuk catatan perkembangan
Play Group evaluasi harian dilakukan de-
anak, di sini semua aktifitas dan perkem-
ngan mencatat semua aktifitas dan per-
bangan anak setiap harinya dicatat secara

Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Volume 1 – Nomor 1, Maret 2014


94 - Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Volume 1 – Nomor 1, Maret 2014

detail berdasarkan indikator-indikator per- dikembangkan di ECCD-RC; (2) orang tua


kembangan anak, sedangkan evaluasi harian tidak memberikan stimulus di rumah pada
yang dilakukan Kelas Pra-SD dilakukan se- peserta didik sehingga penanaman nilai-ni-
cara bersama-sama dengan peserta didik lai gender tidak dapat berkesinambungan
melalui sharing dan diskusi. baik di lingkungan keluarga maupun masya-
Selain evaluasi harian, Rumah Citta rakat.
juga melakukan evaluasi semestaran tiga Hasil dari pelaksanaan pendidikan
bulanan dan enam bulanan, yaitu evaluasi berperspektif yang dikembangkan oleh lab-
tentang pertumbuhan dan perkembangan school Rumah Citta sudah mulai terlihat
anak yang dilaporkan kepada orang tua pada anak-anak baik disisi kognitif, afektif
anak didik berupa narasi panjang yang dan psikomotorik. Nilai nilai gender yang di
menjabarkan indikator-indikator yang ada tanamankan oleh pendidik sudah dipahami
di dalam kurikulum. pada evaluasi enam oleh peserta didik sesuai dengan tahap per-
bulanan ada tambahan kekuatan & kele- kembangan mereka, seperti anak usia 2-3
mahan serta ada rekomendasi yang dijadi- tahun sudah dapat memahami tentang na-
kan acuan bagi pendidik dan orang tua ma dan fungsi tubuh, serta dapat mema-
untuk mendampingi perkembangan anak hami bahwa ketika harus buang air kecil
selanjutnya. atau air besar harus pada tempatnya dan
Dalam melaksanakan suatu program harus sesuai dengan jenis kelamin, artinya
tidak terlepas adanya faktor yang mendu- anak perempuan dan laki-laki tidak bisa
kung sebagai kekuatan. Dalam pendidikan bersama-sama buang air kecil di tempat
berperspektif gender pada anak usia dini yang sama dalam waktu bersamaan.
yang menjadi kekuatan adalah (1) peserta Berdasarkan hasil wawancara de-
didik yang bebas stereotype, sehingga sangat ngan pendidik, nilai-nilai gender sudah mu-
tepat sekali jika pendidkan gender ditanam- lai tertanam dan terinternalisasi dalam ke-
kan sejak usia dini agar ketika dewasa anak- hidupan sehari-hari peserta didik, anak-
anak dapat berlaku adil dan tidak diskrimi- anak sudah mampu mengungkapkan penda-
natif; (2) pendidik yang mendukung kera- pat dan mempertahankan argumentasinya
gaman termasuk di dalamnya keragaman dalam setiap diskusi maupun dialog yang
gender, hal ini dapat membantu pendidik dilakukan baik di dalam kelas maupuan di
dalam memberikan teladan dan pembiasaan rumah, baik dengan pendidik, teman, orang
yang adil dalam proses pembelajaran; (3) tua atau dengan yang lainya, walaupun hal
komunikasi yang baik antara pendidik dan tersebut sering membuat orang tua menjadi
orang tua dalam menanamkan nilai-nilai khawatir.
gender kepada anak. Interaksi yang dilakukan peserta di-
Di samping memiliki faktor yang dik saat mereka bermain, tidak membeda-
mendukung terealisasinya pendidikan ber- bedakanya berdasarkan jenis kelamin, me-
perspektif gender pada anak usia dini, lab- reka tidak menganggap bahwa masak-ma-
school Rumah Citta juga mempunyai faktor sakan adalah mainan untuk anak perem-
internal dan eksternal yang menjadi peng- puan, dan mereka juga menganggap bahwa
hambat, misalnya: faktor internalnya ada- peran publik seperti sopir yang selama ini di
lah: (1) keterbatasan Sumber daya manusia. stereotip kan sebagai pekerjaan laki-laki
Seperti pemahaman pendidik tentang gen- ternyata juga bisa dilakukan oleh perem-
der masih kurang, dan kadang pendidik ma- puan.
sih mengalami kesulitan saat harus menyi- Hasil pendidikan berperspektif gen-
apkan media atau alat bantu yang sesuai der (PPG) tidak hanya membuat anak sadar
dengan tema pembelajaran; (2) sarana pra- gender tetapi juga dapat membuat anak
sarana yang masih belum 100% ramah dan untuk saling menghargai dan menghormati
aman untuk anak perempuan dan laki-laki. perbedaan baik perbedaan yang disebabkan
Sedangkan faktor eksternalnya yaitu: (1) karena agama, ras, gender maupun fisik.
orang tua peserta didik yang memiliki pan-
dangan berbeda dengan nilai-nilai yang
Pendidikan Berperspektif Gender pada Anak Usia Dini 95
Roziqoh, Suparno

Pembahasan ramah lingkungan hidup, menghormati ke-


arifan lokal, mandiri dan kreatif, dan adil
Kurikulum pendidikan anak usia
gender.
dini merupakan seperangkat kegiatan bel-
Nilai-nilai tersebut yang kemudian
ajar melalui bermain yang sengaja diren-
digunakan oleh pendidik untuk mengem-
canakan untuk dapat dilaksanakan dalam
bangkan proses pembelajaran yang disesuai-
rangka menyiapkan dan meletakkan dasar-
kan dengan perkembangan anak dan visi
dasar bagi pengembangan diri anak usia
misi dari lembaga itu sendiri, hal itu sesuai
dini. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa
dengan ungkapan Segal (2012, p.63) bahwa
kurikulum yang dikembangkan ECCD-RC
kurikulum yang tematik harus di buat un-
bersifat inklusi dan sensitif gender sesuai
tuk memudahkan pendidik dalam menentu-
dengan visi misi lembaga dan menyesuaikan
kan aspek pembelajaran.
dengan kebutuhan dan tahap perkembang-
Dalam pembelajaran, perencanaan
an anak, dengan tujuan untuk memberikan
diperlukan untuk mengelola dan memberi-
akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat yang
kan pendidikan dan perhatian kepada anak
sama antara peserta didik laki-laki dan pe-
didik, karena perencanaan merupakan salah
rempuan dalam proses pembelajaran yang
satu faktor kunci dalam proses pembelajar-
aktif, kreatif, dan efektif. Hal ini bisa dilihat
an yang berdampak pada kualitas hasil
dari isi kurikulum, metode dan sarana pra
belajar peserta didik. Begitu pula Lab School
sarana.dalam kurikulum indikator-indikator
ECCD-RC juga merencanakan pembelajaran
yang ada masih bersifat netral gender, se-
seperti: (1) Menentukan materi pembelajar-
hingga masih bisa dikembangkan kearah
an yang disebut dengan (Webbing awal); (2)
responsif gender. Sehingga dalam meng-
Menentukan Indikator-indikator yang ingin
integrasikannya dibutuhkan peran pendidik
dicapai baik untuk peserta didik secara
yang memiliki perspektif gender agar tujuan
umum maupun untuk peserta didik dengan
yang diharapkan ECCD-RC dapat terwujud.
kebutuhan Khusus, mengembangkan renca-
Tujuan ECCD-RC mengembangkan
na pembelajaran yang di sesuaikan dengan
pendidikan berperspektif gender pada anak
visi misi ECCD-RC; (3) Mencari bahan baca-
usia dini adalah untuk meningkatkan peran
an (Browsing internet, buku, Koran, dll)
dan fungsi pendidikan dalam mewujudkan
untuk pengembangan proses pembelajaran;
keadilan dan kesetaraan gender. Menurut
(4) Menyiapkan fasilitas pendukung dalam
Mulia (2006, p.54) keadilan keadilan menis-
pelaksanaan pembelajaran di ECCD-RC,
cayakan tidak adanya diskriminasi, tidak
seperti APE, area, dan yang lainnya.
adanya kecondongan kearah jenis kelamin
Materi pembelajaran disusun di
tertentu dan pengabaian jenis kelamin yang
awal semester dengan melibatkan peserta
lain tapi justru memberikan bobot yang
didik melalui diskusi yang disebut dengan
yang sepadan antara hak dan kewajiban
weebing awal. Webbing awal ini dilakukan
laki-laki dan perempuan. Sedangkan keseta-
untuk menentukan tema-tema pembelajar-
raan menurut Nugroho (2008, p.60) berarti
an berdasarkan keinginan peserta didik un-
adanya kesamaan kondisi bagi laki-laki
tuk dijadikan sebagai barometer awal pen-
maupun perempuan dalam memperoleh ke-
didik untuk melihat sejauh mana pema-
sempatan serta hak-haknya sebagai manu-
haman peserta didik tentang tema yang
sia, agar mampu berperan dan berpartispasi
peserta didik usulkan. Selain webbing awal
dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi,
dilakukan weebing akhir yang dijadikan
sosial budaya, pendidikan, dan pertahanan
barometer pendidik untuk melihat sejauh-
& keamanan nasional serta kesamaan dalam
mana perubahan pemahaman peserta didik
menikmati hasil pembangunan.
tentang tema yang sudah dibahas dan
Berdasarkan deskripsi hasil peneliti-
didiskusikan di kelas.
an bahwa kurikulum yang dikembangkan
Apabila webbing awal sudah selesai
labschool Rumah Citta memiliki kekhasan:
dilakukan dan sudah terumuskan beberapa
Inklusi, berpusat pada anak, multiple intelli-
tema yang diusulkan oleh peserta didik, ma-
gence (kecerdasan jamak), pendidikan nilai,
ka pendidik akan menyusun tema tersebut

Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Volume 1 – Nomor 1, Maret 2014


96 - Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Volume 1 – Nomor 1, Maret 2014

kedalam SKM (satuan kerja mingguan) yang dan alat tersebut bebas dari stereotype dan
disebut dengan program Labschool Rumah tidak diskriminatif, dan dapat di akses oleh
Citta, yang berisi tentang indikator, area, semua peserta didik, baik peserta didik laki-
proyek, kegiatan dan proses, sedangkan di laki maupun perempuan, dan harus benar-
bawah worksheet berisi tengtang konsep benar aman dan nyaman digunakan oleh
dan nilai yang akan ditanamkan pendidik peserta didik, agar hak anak benar-benar
kepada peserta didik. Kemudian apabila da- terjaga dan tidak terlanggar, karena Rumah
lam webbing akhir di ketahui bahwa peserta Citta sangat mengjungung tinggi hak anak.
didik masih ada yang belum paham tentang Berdasarkan deskripsi hasil peneli-
tema yang sudah didiskusikan, maka pen- tian diperoleh bahwa pelaksanaan pendidik-
didik akan mengulas kembali pada perte- an gender pada anak usia dini di Labschool
muan yang akan datang. Rumah Citta ECCD-RC dilakukan melalui
Metode yang digunakan dalam pro- pembiasaan, keteladanan, dan bermain yang
ses pembelajaran di Rumah Citta sangat be- tidak membeda-bedakan jenis dan media
ragam, seperti metode demonstrasi, cera- mainan untuk laki-laki dan perempuan. Di
mah, drama, bermain peran, dan pembiasa- sini semua anak-anak laki-laki dan perem-
an. Semua metode tersebut digunakan da- puan diberi kesempatan dan peran yang
lam proses pembelajaran yang disesuaikan sama dalam bermain, karena kegiatan ter-
dengan karakteristik anak dan prinsip bel- sebut akan melatih emosi kasing sayang
ajar anak yang memungkinkan bagi anak seorang anak.
untuk banyak bergerak dan berekplorasi, Proses pelaksanaan pembelajaran di
menentukan dan menemukan sendiri du- Labschool Rumah Citta ECCD-Rumah Citta
nianya yang bebas dari stereotipe gender. (KB, TK, Pra SD) di mulai sejak peserta
Semua metode yang digunakan dalam pro- didik datang sampai mereka pulang, diatur
ses pembelajaran di Rumah Citta mendo- sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan,
rong semua peserta didik baik laki-laki yaitu mulai pukul 08.00-10.00. Hasil peng-
maupun perempuan dapat berinteraksi dan amatan dilapangan, pendidik melakakukan
berpartsisipasi secara aktif, setara, dan komunikasi dan interaksi dengan anak sejak
seimbang. mereka datang, dengan sapaan “Selamat
Sedangkan dalam menumbuhkan pagi, bagaimana kabarmu hari ini? Saat
sekolah yang memiliki perspektif gender, menyambut kedatangan anak, pendidik
Rumah Citta mengembangkan media atau selalu selalu bersikap riang dan gembira.
alat pendidikan yang responsif gender agar pendidik juga selalu berinteraksi dengan
semua komponen yang ada disekolah dan anak dan lingkungan di sekitarnya, hal ini
yang terlibat di dalamnya memiliki akses agar anak terlatih cara bercerita kepada
yang sama untuk mendayagunakannya de- orang lain, dan anak juga merasa dihargai
ngan tanpa membedakan jenis kelamin. dan diperhatikan. Selanjutnya pendidik
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan membimbing anak untuk menaruh tas dan
media atau alat yang digunakan untuk jaket di loker yang ada di dalam ruangan.
mensosialisasikan pendidikan berperspektif Desain ruangan kelas di Labschool
gender di Rumah Citta beragam. Di Rumah Rumah Citta ECCD-RC mengarah pada sti-
Citta semua media atau alat yang ada di mulasi perkembangan anak dengan peren-
sekitar digunakan untuk mensosialisasikan canaan ruang dan peralatan main yang
pendidikan gender kepada peserta didik, sederhana dengan memanfaatkan media
seperti buku, mainan, orang tua peserta di- yang ada di sekitar. Desain ruangan kelas di
dik, pedagang, dan semua pengalaman yang Lab School ECCD-RC memberikan kebe-
dimiliki orang dewasa yang berada di sekitar basan anak untuk berekspresi. Ruang kelas
Rumah Citta, dengan metode demonstrasi tidak menggunakan kursi namun saat anak
agar anak dapat secara langsung menge- belajar melibatkan anak untuk menyiapkan
tahui dan memahaminya. Dalam pembel- alas duduk masing-masing dengan meng-
ajaran ini peran pendidik sangat menen- gunakan alat duduk dari permainan huruf
tukan untuk memastikan agar semua media yang terbuat dari karet.
Pendidikan Berperspektif Gender pada Anak Usia Dini 97
Roziqoh, Suparno

Evaluasi dalam proses pembelajaran bebas stereotipe; (2) pendidik yang men-
perlu dilakukan oleh pendidik untuk dukung keragaman termasuk keragaman
mengetahui perkembangan peserta didik, gender yang menungjung tinggi hak-hak
baik peserta didik laki-laki maupun perem- anak secara keseluruhan; (3) proses pem-
puan sesuai dengan tahap perkembangan belajaran yang memungkinkan anak laki-
dan tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi laki dan anak perempuan turut aktif dan
perkembangan peserta didik di labschool berpartisipasi dalam pembelajaran; (4) ke-
Rumah Citta dilakukan dengan dua cara lengkapan instrumen penilaian untuk me-
yaitu: evaluasi harian dan evaluasi semes- mantau perkembangan siswa; dan (5) ko-
teran. munikasi yang baik antara pendidik dan
Evaluasi harian dilakukan melalui orang tua dalam menanamkan nilai-nilai
hasil kerja, observasi, dan penilaian diri, gender kepada anak.
anecdotal record, pemberian tugas, dan Selain banyak faktor yang men-
portopolio. dukung ada juga beberapa faktor internal
Evaluasi harian Kelas Play Group di- dan faktor eksternal yang menghambat
lakukan dengan mencatat semua aktifitas dalam merealisasikanya. Adapun faktor
yang dilakukan peserta didik dan perkem- internalnya adalah: (1) keterbatasan Sumber
bangan peserta didik yang terjadi pada hari daya manusia. Seperti pemahaman pendidik
itu berupa catatan dan pernyataan umum tentang gender masih kurang; (2) sarana
yang diamati oleh pendidik. Sedangkan eva- prasarana yang masih belum 100% ramah
luasi harian kelas TK besar dilakukan dalam dan aman untuk anak perempuan dan laki-
bentuk catatan perkembangan anak yang laki. Sedangkan faktor eksternalnya adalah
dijadikan pedomana bagi pendidik dalam sbb: (1) orang tua peserta didik yang me-
mengevaluasi peserta didik dalam bentuk miliki pandangan berbeda dengan nilai-nilai
evaluasi 3(tiga) bulanan. yang dikembangkan di ECCD-RC; (2) waktu
Berbeda dengan Kelas Play Group interaksi anak minim sehingga sangat ter-
dan TK besar. Evaluasi harian Kelas Pra SD batas melakukan penanaman nilai-nilai
dilakukan secara bersama-sama antara pen- yang dapat berkesinambungan baik di
didik dan peserta didik yang dilakukan me- lingkungan keluarga maupun masyarakat; 3)
lalui sharing dan diskusi, untuk menge- tidak adanya stimulus dari orang tua yang
tahui secara jelas tentang kondisi dirinya dilakukan orang tua untuk penanaman
sendiri, mencakup tentang nilai, minat nilai-nilai gender yang berkesinambungan.
kepribadian, ketrampilan yang mereka Hasil dari Pelaksanaan Pendidikan
miliki. berperspektif gender yang dilakukan di
Selain evaluasi harian, Labschool labschool Rumah Citta bisa dilihat dari:
Rumah Citta melakukan evaluasi semester- interaksi peserta didik di kelas, interkasi
an 3 (tiga) bulanan dan 6 (enam) bulanan. antara peserta didik dengan pendidik,
Evaluasi 3 (tiga) bulanan berisi penjabaran interaksi antar peserta didik, yang dilakukan
dari indikator-indikator dalam kurikulum, melalui 4 aspek analisis gender yaitu aspek
seperti aspek bahasa, motorik kasar, moto- partisipasi, akses, kontrol, dan manfaat.
rik halus, dan psikososial yang ditulis dalam Berdasarkan deskripsi hasil wawan-
narasi panjang, dan ini merupakan ring- cara dan pengamatan di lapangan, nilai-nilai
kasan dari evaluasi harian yang dilakukan gender sudah terinternalisasi dengan baik
oleh pendidik. Sedangkan untuk evaluasi 6 pada peserta didik di ECCD-RC, ini bisa
bulanan, selain penjabaran dari indikator dilihat dalam interkasi yang terjadi di kelas,
yang ada dalam kurikulum juga ada narasi baik antar peserta didik mapun dengan
tentang kekuatan, kelemahan dan rekomen- pendidik, Contohnya di Kelas Kelompok
dasi. Bermain, di dalam kelompok bermain jum-
Beberapa faktor yang mendukung lah peserta didik yang hadir saat peneliti
terlaksananya pendidikan berprespektif observasi berjumlah 11 orang, yang terdiri
gender untuk anak usia dini di ECCD-RC dari 9 peserta didik laki-laki dan 2 peserta
antara lain: (1) Peserta didik yang masih didik perempuan dengan di dampingi 1

Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Volume 1 – Nomor 1, Maret 2014


98 - Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Volume 1 – Nomor 1, Maret 2014

pendidik 1 pendidik pendamping, di situ numpang mobil bus, penyebrang jalan, dan
terlihat walaupun jumlah peserta didik pe- polisi. Kemudian saat bermain rumah-
rempuan hanya 2 orang mereka sangat aktif rumahan, terlihat peserta didik laki-laki
dalam mengungkapkan pendapat-pendapat- tidak canggung bermaian dengan boneka-
nya, dan bercerita tentang pengalaman yang bonekaan, masakan-masakan, bahkan disitu
dilakukannya di rumah, mulai dari sebelum terlihat ada anak didik laki-laki yang me-
berangkat ke sekolah sampai sudah berada nyiapkan hidangan untuk tamu. Dari situ
di sekolah. Di sini peserta didik laki-laki dapat disimpulkan bahwa pemahaman anak
maupun perempuan sudah mampu meng- tentang peran (dometik dan publik) dan
ungkapkan pendapat baik kepada pendidik profesi tidak hanya bisa dilakukan oleh-laki-
maupun kepada teman-teman yang lainya laki, perempuan bisa juga menjadi polisi,
di kelas dengan kondisi yang sangat akrab sopir mobil dan pekerjaan lainya yang
dan saling menghargai satu sama lain, mere- selama ini dianggap sebagai pekerjaan yang
ka tidak saling mengganggu atau mengolok- pastas untuk laki-laki.
olok peserta didik lain hanya karena beda Di kelas KB, TK, dan Pra terlihat
jenis kelamin. Bahkan saat bermain peran sama, interaksi peserta didik di dalam kelas
lalu lintas, peserta didik perempuan meng- terlihat setara dan seimbang. Hal ini dapat
ambil peran sebagai sopir Bus dan polisi, dilihat melalui 4 aspek indikator analisis
sedangkan peserta didik laki-laki ada yang gender, yaitu partisipasi, akses, kontrol dan
berperan sebagai pengendara motor, pe- manfaat (PAKM).
Tabel 3. Indikator Internalisasi Nilai Gender
Aspek Deskripsi Indikator
Partisipasi Keikutsertaan atau - peserta didik laki-laki dan perempuan mampu mengutarakan
partisipasi seseorang/ pendapat dan argumentasinya di dalam kelas
kelompok dalam - peserta didik laki-laki dan perempuan terlibat dalam semua
suatu kegiatan dan jenis permainan
atau dalam - peserta didik laki-laki dan perempuan mengerjakan tugas yang
pengambilan sama dalam di dalam kelas
keputusan. - peserta didik laki-laki dan perempaun bermain bersama tenpa
membedakan berdasarkan jenis kelamin
Akses Peluang atau --
kesempatan dalam - peserta didik laki-laki maupun perempuan mampu memimpin
memperoleh atau kelas, seperti berdo’a, mengerjakan tugas piket harian dan
menggunakan lainya
sumber daya tertentu - peserta didik laki-laki maupun perempuan menggunakan fasi-
litas atau sarana prasana untuk bermain tanpa membedakan
berdasarkan jenis kelamin
- peserta didik laki-laki dapat memecahkan masalah secara
bersama-sama

Kontrol Penguasaan atau - Peserta didik laki-laki dan perempuan terlibat dalam penyu-
wewenang atau sunan materi proses belajar-mengajar
kekuatan untuk - Peserta didik laki-laki dan perempuan terlibat dalam meng-
mengambil evaluasi proses belajar mengajar
keputusan - Peserta didik laki-laki dan perempuan bersama-sama menen-
tukan aturan dan kesepakatan di dalam proses belajar meng-
ajar
Manfaat Kegunaan sumber - Peserta didik laki-laki maupun perempuan dapat menegikuti
daya yang dapat proses belajar mengaar yang dilakukan di ECCD-RC sesuai
dinikmati secara dengan tahap perkembanganya
optimal
Pendidikan Berperspektif Gender pada Anak Usia Dini 99
Roziqoh, Suparno

SIMPULAN DAN SARAN memungkinkan anak laki-laki dan anak pe-


rempuan turut aktif dan berpartisipasi da-
Simpulan
lam pembelajaran Sistem dan pemecahan
Kurikulum yang dikembangkan masalah yang fokus secara personal; (4)
ECCD-RC adalah kurikulum yang inklusi Komunikasi yang baik antara pendidik dan
dan sensitive gender sesuai dengan visi misi orang tua. Adapun faktor penghambat pen-
lembaga dan menyesuaikan dengan kebu- didikan berperspektif gender pada anak usia
tuhan dan tahap perkembangan anak, agar dini di ECCD-RC Yogyakarta antara lain
dapat memberikan partisipasi, akses, kon- sebagai berikut: (1) Keterbatasan Sumber
trol, dan manfaat yang sama kepada peserta daya manusia; (2) Sarana Prasarana yang
didik laki-laki dan perempuan dalam proses masih belum 100% ramah dan aman; (3)
pembelajaran yang aktif, kreatif, dan efektif, orang tua peserta didik yang memiliki pan-
Perencanaan pendidikan di ECCD- dangan berbeda; (4) Waktu interaksi yang
RC dilakukan dengan melibatkan peserta minim untuk menanamkan nilai-nilai yang
didik melalui diskusi yang disebut dengan dapat berkesinambungan.
webbing awal. Hasil Pelaksanaan Pendidikan ber-
Proses pelaksanaan pendidikan ber- perspektif gender yang dilakukan di lab-
perspektif gender pada anak usia dini dilak- school Rumah Citta ECCD-RC dapat dilihat
sanakan melalui pembiasaan, keteladanan, dari: interaksi peserta didik di kelas, inter-
dan bermain yang tidak membeda-bedakan kasi antara peserta didik dengan pendidik,
jenis dan media mainan untuk laki-laki dan interaksi antar peserta didik. Melalui empat
perempuan. Desain ruangan kelas di Lab aspek analisis gender yaitu pertisipasi,akses,
School ECCD-RC mengarah pada stimulasi kontrol dan manfaat.
perkembangan anak dengan perencanaan
Saran
ruang dan peralatan main yang sederhana
dengan memanfaatkan media yang ada di Capacity Building tentang pendidik-
sekitar, dan tetap harus memberikan kebe- an berperspektif gender untuk pendidik
basan anak untuk berekpresi. Setting ruang- perlu dilakukan terus menerus agar proses
an pun dibuat agar peserta didik mampu pembelajaran sesuai dengan visi misi yang
mengembangkan ketrampilan bekerja sama, dikembangkan ECCD-RC
bersosialisasi antarteman, bermain peran Dibutuhkan buku panduan pendi-
dan bermain yang tidak diskriminatif, baik dikan berperspektif gender untuk pendidik,
untuk peserta didik laki-laki maupun agar pelaksanaan pendidikan pendidikan
perempuan. berperspektif gender dapat berjalan labih
Evaluasi perkembangan peserta di- efektif dan hasil yang didapatkan lebih opti-
dik labschool Rumah Citta dilakukan de- mal
ngan dua cara yaitu: evaluasi harian dan Kegiatan Parenthing tentang pendi-
evaluasi semesteran, melalui observasi, dikan berperspektif gender perlu dilakukan
anecdotal record, pemberian tugas, porto- untuk mewujudkan pendidikan pendidikan
polio, dan penilaian diri, dengan prinsip- berperspektif gender yang berkesinam-
prinsip berbasis gender, menggunakan alat bungan.
penilaian yang beragam, menggunakan indi-
DAFTAR PUSTAKA
kator kesetaraan gender untuk menjaga
validitasnya (partisipasi, akses, kontrol, dan Astuningsih, dkk. (2008). Menuju etika pen-
manfaat). didikan kesetaraan: Membendung
Faktor pendukung pendidikan ber- bias gender, mencari perspektif hu-
perspektif gender pada anak usia dini di manis. Musawa Jurnal Studi gender
ECCD-RC Yogyakarta antara lain sebagai dan islam. Vol.6 No.I, Januari 2008.
berikut: (1) Peserta didik yang masih bebas Buccheri, G. (2011) The impact of gender on
stereotipe; (2) pendidik yang menghargai interest in science topics and the
keragaman termasuk di dalamnya keragam- choice of scientific and technical
an gender; (3) proses pembelajaran yang

Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Volume 1 – Nomor 1, Maret 2014


100- Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Volume 1 – Nomor 1, Maret 2014

vocations. International Journal of Mulia, M. (2006). Dawroh Fiqh Perempuan:


Science Education, 1, 159-178. modul kursus islam dan gender.
Cirebon: Fahmina institute.
Depdiknas. (2003). Undang-Undang RI No-
mor 20, Tahun 2003, tentang Sistem Nugroho, R. (2008). Gender dan adminis-
Pendidikan Nasional trasi publik:studi tentang kualitas
kesetaraan dalam administrasi pub-
Fakih, M. (2003). Analisis gender dan trans-
lik indonesia pasca reformasi 1998-
formasi sosial. Yogyakarta: Pustaka
2002. Yogyakarta. Pustaka pelajar.
Pelajar
Nurhaeni, I.D.A.P. (2009). Reformasi ke-
Giraldo, E. (2008). Uncovering Gender Rela-
bijakan pendidikan menuju kesetara-
tions and Interactions Promoted by
an dan keadilan gender. Surakarta:
Early Childhoof Curricula. Diser-
LPP UNS
tation. ProQuest. UMI Microform:
Ann Arbor. Segal, M, et al.(2012). All about child care
and early education:A comprehensive
Karniol, R. (11, Mei 2011). The Color of
resource for child care professionals.
Children’s Gender stereotypes, Ori-
second edition. United States of
ginal article: Published online. Di-
Amerika: Pearson Education,Inc.
akses pada tanggal 12 Desember
2012, dari Sujiono, Y.N. (2009). Konsep dasar pen-
http://link.springer.com/article/10.10 didikan anak usia dini. Jakarta:
07/s11199-011-9989-1. Indeks
Kemendiknas. (2008). Peraturan Menteri Thorne, B.(1993). Gender play: Girls and boys
Pendidikan Nasional No 84, Tahun in school. Buckingham: Open
2008, tentang Pedoman Pelaksanaan Univerity Press.
Pengarusutamaan Gender Bidang
Trianto. (2011). Desain pengembangan
Pendidikan.
pembelajaran tematik bagi anak usia
Margiyani, L. (1999). Sosialisasi gender: dini TK/RA & anak usia dini kelas
menjinakkan takdir mendidik anak awal SD/MI.Jakarta: Kencana Pre-
secara adil. Yogyakarta: lembaga nada Media Group.
studi dan pengembangan perem-
Unesco (2002). Panduan Perencanaan Pen-
puan dan anak-The Ford
didikan untuk semua (PUS) Asia
Foundation.
Timur & Asia Tenggara. Jakarta.
Moleong, L. J (2010). Metodologi penelitian
UNFPA (2002). Population, Reproductive
kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
health and Millenium Developmen
Karya
Goal’s.

Anda mungkin juga menyukai