Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ETIKA DALAM PERPAJAKAN

Disusun oleh kelompok 2:

MUHAMMAD RESKI DJAFAR C30021035

SATRIANI C30021038

IIN SHAKIRA C30021024

NURUL FADILA C30021032

WIDYA C30021021

WAHYUNI C30021001

PRODI D3 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TADULAKO

2022
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat allah SWT yang teelah
melimpahkan ramat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah etika bisnis dengan judul”ETIKA DALAM
PERPAJAKAN”

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang tulus memberikan doa,saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki,Oleh karena itu kami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.Akhirnya
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.

Palu,April 2022
DAFTAR ISI

BAB 1...........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................................4
C. Tujuan..................................................................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................5
A. Tanggung Jawab Akuntan Pajak..........................................................................................................5
B. Etika Akuntan Pajak.............................................................................................................................6
C. Kompleksitas Aturan Perpajakan Vs Tuntutan Klien............................................................................6
1.Pajak Ganda pada Dividen................................................................................................................6
2.Sengketa Pajak..................................................................................................................................7
3.Tarif Pajak Yang Tinggi......................................................................................................................7
BAB III..........................................................................................................................................................8
PENUTUP.....................................................................................................................................................8
A. Kesimpulan..........................................................................................................................................8
B. Saran....................................................................................................................................................9
DAFTRA PUSTAKA........................................................................................................................................9
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Etika adalah prinsip moral yang memberikan pegangan bagi tingkah laku seseorang.Seseorang
bertindak secara etis bila memperhatikan dampak dari tindakannya terhadap lingkungan
sosialnya.

Etika  merupakan sebuah nilai luhur yang wajib dimiliki oleh setiap individu. Berbicara perihal


etika, apapun bentuknya pastilah berkaitan dengan nilai. Etika adalah yang tak kasat mata,
namun memiliki pengaruh yang luar biasa dalam segala segi kehidupan.

Beberapa prinsip etika:

–        Menghindari penyimpangan etika yang kecil-kecil

–        Berfokus pada reputasi jangka panjang

–        Mau menerima konsekuensi pribadi demi mempertahankan etika

 
Ketika etika itu dikaitkan dengan perpajakan, maka akan banyak sekali pihak yang terlibat di
dalamnya. Bahkan bisa dikatakan semua pihak ada di dalamnya. Secara subyektif seluruh warga
Negara adalah wajib pajak. Dengan demikian artinya etika perpajakan ini wajib dimiliki,
dimengerti dan diamalkan oleh setiap individu seperti halnya etika berpakaian dan sebagainya.
Pendapatan terbesar Negara ini didapatkan dari sektor pajak, pajak inilah yang digunakan untuk
pembangunan baik sektor infrastukrtur maupun pembangunan dibidang lainnya. Alangkah
kecewanya begitu mendengar adanya sebuahpenyimpangan yang melibatkan antar institusi
dinegeri ini berkaitan dengan pengelolaan pendapatan tersebut. Bagaimana pembangunan
dinegara ini akan akan maju jikapendapatan untuk membangun disalahgunakan untuk
kepentingan pribadi. Apalagi penyimpangan ini sudah dianggap menjadi sebuah tradisi. Namun
sangatlah tidak bijak ketika kita membicarakan etika perpajakan, kita hanya menunjuk satu pihak
saja, misalnya pemerintah yang bertindak sebagai fiskus.Tidak dapat dipungkiri bahwa fiskus
merupakan salah satu actor utama dalam perpajakan. Namun ada dua actor utama lainnya, yaitu
konsultan pajak dan wajib pajak itu sendiri. Mari kita menengok kasus yang baru-baru ini
memerahkan telinga Dirjend Pajak.
Tertangkapnya Gayus di Singapura bukan berarti mematikan jalur penyelewangan pajak, justru
dengan ditangkapnya Gayus yang diharapkanmembongkar sindikat tradisi yang melembaga
dinegeri ini. Betapa tidak Gayus yang baru bergabung dengan institusinya selama 5 tahun
memiliki harta melebihi kekayaan seorang menteri, jangan heran jika ada atasan Gayus yang

memiliki harta berlimpah, tanah berhektar-hektar dan sejumlah rumah mewah diberbagai


wilayah dan alangkah lebih mengagetkan lagi jika mereka melaporkan kekayaan tersebut didapat
dari hasil hibah sebab seorang Gayus saja bisa terbebas dari jeratan hukum apa lagi
atasanya.  Begitu luasnya mata rantai sindikat pengelapan pajak ini membuat pemerintah
dalam hal ini aparat penegak hukum harus bekerja lebih ekstra keras untuk mengungkap.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka kode etik profesi perlu diterapkan dalam setiap jenis
profesi. Kode etik ini menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus diterapkan
oleh setiap individu.

Dalam etika profesi, sebuah profesi memiliki komitmen moral yang tinggi yang biasanya
dituangkan dalam bentuk aturan khusus yang menjadi pegangan bagi setiap orang yang
mengembangkan profesi yang bersangkutan. Aturan ini merupakan aturan main dalam
menjalankan atau mengemban profesi tersebut yang biasanya disebut sebagai kode etik yang
harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi. Menurut Chua dkk (1994) menyatakan bahwa
etika professional juga berkaitan dengan perilaku moral yang lebih terbatas pada kekhasan pola
etika yang diharapkan untuk profesi tertentu.

Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus memiliki kode etik yang
merupakan seperangkat moral-moral dan mengatur tentang etika profesional.

Di dalam kode etik terdapat muatan-muatan etika yang pada dasarnya untuk melindungi
kepentingan masyarakat yang menggunakan jasa profesi. Terdapat dua sasaran pokok dalam dua
kode etik ini yaitu Pertama, kode etik bermaksud melindungi masyarakat dari kemungkinan
dirugikan oleh kelalaian baik secara disengaja maupun tidak disengaja oleh kaum profesional.
Kedua, kode etik bertujuan melindungi keseluruhan profesi tersebut dari perilaku-perilaku buruk
orang tertentu yang mengaku dirinya profesional.

Menurut Hunt & Vitell [1986, dalam Khomsiyah & Nur Indriantoro (1998)], bahwa kemampuan
seorang profesional untuk dapat mengerti dan peka akan adanya masalah etika dalam profesinya,
sangat dipengaruhi oleh lingkungan budaya atau masyarakat dimana profesi itu berada,
lingkungan profesinya, lingkungan organisasi atau tempat ia bekerja serta pengalaman
pribadinya.
Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti juga dengan semua standar dalam masyarakat
terbuka, tergantung terutama sekali pada pemahaman dan tindakan sukarela anggota. Di
samping itu, kepatuhan anggota juga ditentukan oleh adanya pemaksaan oleh sesama
anggota dan oleh opini publik

KODE ETIK PEGAWAI DIRJEND PAJAK


Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak (Kode Etik) adalah pedoman sikap,tingkah
laku, dan perbuatan, yang mengikat Pegawai Direktorat Jenderal Pajak(Pegawai) dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya serta dalam pergaulan hidup sehari-hari. Dengan Kode
Etik, segenap jajaran Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dituntut untuk mengetahui, memahami,
menghayati, dan melaksanakan tugas sesuai prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good
governance). Keberhasilan pelaksanaan Kode Etik tidak hanya bergantung pada badan atau unit
yang berwenang mengawasi Kode Etik, tetapi juga ditentukan oleh faktor-faktor seperti
pengawasan melekat dan keteladanan dari atasan dan tanggung jawab seluruhPegawai DJP. Oleh
karena itu Pegawai diharapkan memiliki inisiatif untuk menjaga agar Kode Etik dapat
dipatuhi antara lain dengan saling mengingatkan sesama Pegawai, berkonsultasi dengan atasan,
atau melaporkan apabila terjadi pelanggaran Kode Etik di lingkungan kerja masing-masing.

Setiap pegawai pajak wajib:

1. Menghormati agama, kepercayaan, budaya, dan adapt istiadat orang lain.


2. Bekerja secara profesional, transparan, dan akuntabel.Bekerja secara profesional meliputi:
 Integritas, yaitu ukuran kualitas moral Pegawai yang diwujudkan dalam sikap jujur, bersih
dari tindakan tercela, dan senantiasa mengutamakan kepentingannegara;
 Disiplin, yaitu pencerminan ketaatan Pegawai terhadap setiap ketentuan yangberlaku;
 Kompetensi, yaitu ukuran tingkat pengetahuan, kemampuan dan penguasaanatas
bidang tugas Pegawai sehingga mampu melaksanakan tugas secaraefektif dan efisien.

 Bekerja secara transparan, yaitu setiap Pegawai bersikap terbuka dalammelaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya sesuai dengan ketentuan yangberlaku. Namun demikian, kerahasiaan
jabatan sesuai dengan peraturanperundang-undangan yang berlaku, tetap harus diterapkan.-
Bekerja secara akuntabel artinya Pegawai harus bertanggungjawab danbersedia untuk
diperiksa oleh pihak yang berwenang atas setiap keputusanatau tindakan yang diambil dalam
rangka pelaksanaan tugas.
3. Mengamankan data dan atau informasi yang dimiliki Direktorat Jenderal Pajak.
4. Memberikan pelayanan kepada wajib pajak, sesama pegawai, atau pihak laindalam
pelaksanaan tugas dengan sebaik-baiknya.
5. Mentaati perintah kedinasan.Perintah kedinasan adalah perintah yang diberikan oleh atasan
yangberwenang mengenai atau yang ada hubungannya dengan kedinasan
6. Bertanggung jawab dalam penggunaan barang inventaris milikDirektorat Jenderal Pajak.
7. Mentaati ketentuan jam kerja dan tata tertib kantor.
8. Menjadi panutan yang baik bagi masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakan.
9. Bersikap, berpenampilan, dan bertutur kata secara sopan. .

Dalam buku kode etik pegawai Dirjed Pajak di atas jelas disebutkan bahwapegawai harus
bekerja dengan jujur, bersih dari tindakan tercela, dan senantiasa mengutamakan kepentingan
Negara. Namun lagi-lagi apalah arti buku kode etik tersebut tanpa adanya moral yang baik dari
pelaksananya.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dalam makalah ini dibahas mengenai:
1.Tanggung Jawab Akuntan Pajak
2.Etika Akuntan Pajak
3.Kompleksitas Aturan Perpajakan Vs Tuntutan Klien

C. Tujuan

Tujuan dari makalah ini ialah untuk menunjukkan bagaimana menjalankan profesi yang baik
sesuai dengan kode etik profesi masing – masing. Secara khusus pada profesi praktisi pajak yang
berhubungan langsung dengan masyarakat agar dapat melayani masyarakat dan negara sesuai
dengan etika  yang berlaku untuk para praktisi pajak.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tanggung Jawab Akuntan Pajak

Tanggung jawab utama praktisi pajak adalah sistem pajak. Suatu sistem pajak yang baik
dan kuat harus terdiri dari entitas administrasi pajak, kongres, administrasi dan komunitas
praktisi. Selain itu ketika secara umum menyetujui bahwa praktisi pajak mempunyai kewajiban
atas kemampuan, loyalitas dan kerahasiaan klien, hal ini disebut juga tanggung jawab praktisi
atas sistem pajak yang baik.
Tanggung jawab praktisi pajak yangg terakhir adalah
pentingnya pervasive(peresapan). Dalam hubungan antara praktisi dan klien yang normal, kedua
tanggung jawab dikenali dan dilaksanakan. Namun, situasi ini sulit. Dalam beberapa situasi
praktisi diperlukan untuk memutuskan kewajiban yang berlaku dan dalam pelaksanaannya dapat
disimpulkan bahwa kewajiban atas sistem pajak yang tertinggi. Praktisi pajak membantu dalam
mengatur hukum pajak dengan jujur dan adil dalam pelayanan dan pengembangan kepercayaan
klien dalam integritas dan kepatuhan terhadap sistem pajak.
Praktisi lebih baik melayani publik dengan mengadopsi suatu sikap. Aturan etika yang
fundamental dalam praktik perpajakan pada tingkat etika personal adalah praktisi pajak harus
mengijinkan klien untuk membuat keputusan final. Disamping itu praktisi harus bertanggung
jawab tidak menyediakan informasi yang salah untuk pemerintah.

B. Etika Akuntan Pajak

Dalam kaitannya dengan etika akuntan pajak, AICPA mengeluarkan Statemet on


Responsibilities in Tax Practice (SRTP). Adapun isinya adalah sebagai berikut:
 SRTP (Revisi 1988) No.1: Posisi Pengembalian Pajak
 SRTP (Revisi 1988) No.2: Jawaban Pertanyaan atas Pengembalian
 SRTP (Revisi 1988) No.3: Aspek prosedur tertentu dalam menyiapkan Pengembalian
 SRTP (Revisi 1988) No.4: Penggunaan Estimasi
 SRTP (Revisi 1988) No.5: Keberangkatan dari suatu posisi yang sebelumnya disampaikan di
dalam suatu kelanjutan administrative atau keputusan pengadilan
 SRTP (Revisi 1988) No.6: Pengetahuan Kesalahan: Persiapan Kembalian
 SRTP (Revisi 1988) No.7: Pengetahuan Kesalahan: Cara kerja administrasi
 SRTP (Revisi 1988) No.8: Format dan isi nasihat pada klien
C. Kompleksitas Aturan Perpajakan Vs Tuntutan Klien

Pajak secara klasik memiliki dua fungsi. Pertama, fungsi budgetair. Kedua, fungsi


reguleren. Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 23  ayat 2, disebutkan bahwa “segala
pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang.” Dari hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa pajak memiliki fungsi yang luas antara lain sebagai sumber pendapatan negara yang
utama, pengatur kegiatan ekonomi, pemerataan pendapatan masyarakat, dan sebagai sarana
stabilisasi ekonomi. Kalau kita lihat APBN, pajak selalu dituntut untuk bertambah dan
bertambah.
Pemerintah harus memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara.  Dalam struktur
anggaran negara, seperti halnya negara kita bisa mencapai 75% diperoleh dari pajak. Kondisi
inilah yang memicu pemerintah untuk membuat aturan-aturan perpajakan. Aturan perpajakan
merupakan masalah yang sebaiknya menjadi prioritas bagi pemerintah supaya tidak terjadi tax
avoidance.

Berikut ini beberapa kasus yang mencerminkan kompleksitas aturan perpajakan vs tuntutan klien
:

1.Pajak Ganda pada Dividen

Secara teori Indonesia menganut klasikal sistem. Artinya, ada pembedaan subyek pajak yaitu
subyek pajak badan dan subjek pajak perseorangan. Yang bermasalah dalam pajak dividen
adalah terjadi economic double taxation yang artinya ialah bahwasebelum dividen dibagi kepada
pengusaha, laba tersebut merupakan laba perusahaan yang dikenakan pajak, atau disebut Pajak
Korporat. Namun, ketika dibagi lagi kepada pemegang saham di korporat, pemegang saham itu
harus dikenakan pajak lagi. Inilah yang disebut sebagai pajak ganda.
Sebagai perbandingan,Malaysia dan Singapura tidak lagi menggunakan pajak atas dividen.
Mereka menggunakan kredit sistem yakni  pajak yang bisa dikreditkan kepada para pemegang
saham di korporat. Sehingga, korporat hanya dimaknai sebagai sarana. Subyek pajak tetap
melekat pada pribadi. Tak ada lagi pajak ganda yang membebani.

2.Sengketa Pajak
Kalau terjadi DISPUTE, yakni hitungan wajib pajak (WP) dengan petugas pajak berbeda.
Pada UU KUP 2000 kewenangan aparat fiscus terlalu luas. Jika terjadi sengketa SPT, maka
apapun yang akan dipakai adalah hitungan aparat pajak, dan hitungan itu harus dibayar lebih
dahulu oleh WP sebesar 50 persen dari hitungan petugas pajak sebelum bisa dibawa kepada
pengadilan pajak. Kalau hitungan WP yang dinyatakan pengadilan benar maka WP berhak
menerima restitusi. Namun, uang restitusi itu kenyataannya tidak segera dibayarkan oleh fiscus.

Jika uang restitusi jumlahnya milyaran, jelas saja mengganggu cash flow para pengusaha. Inilah
persoalan dalam dispute antara WP dengan aparat pajak. Untungnya, dalam UU KUP 28/2007
perhitungan SPT ditentukan secara bersama-sama. Jika ada perbedaan klaim angka, maka yang
lebih dahulu dipakai adalah klaim WP. Sebelum masuk ke pengadilan pajak, WP hanya cukup
membayar sebesar 50 persen dari klaim hitungan WP sendiri.

3.Tarif Pajak Yang Tinggi

Ketua Tax Centre UI, Tafsir Nurchamid dan pengusaha Anton J Supit mengatakan bahwa
tarif yang tinggi kalau diturunkan punya dampak pada seretnya penerimaan negara. Padahal
disaat yang sama pendapatan negara itu sebagian besar ditujukan untuk membayar hutang dan
obligasi rekap. Meskipun semestinya menurut Anton J Supit penerimaan dari pajak itu
digunakan untuk membangun infrastruktur.
Banyak kalangan perpajakan seperti Permana Agung, Gunadi, dan Haula Rusdiana mengatakan
sebaiknya ada kebijakan untuk membuat tarif menjadi lebih rendah.

Selain lebih kompetitif bagi dunia usaha, pajak yang rendah dianggap justru akan meningkatkan
penerimaan negara karena semakin banyaknya potensi pajak yang terjaring. Satu triliun dari
seratus orang jauh lebih baik ketimbang satu triliun hanya dari sepuluh pembayar pajak. Tarif
yang tinggi membuat yang bayar menjadi sedikit. Sehingga membuat banyak orang yang lain
lebih sering menghindar dan kucing-kucingan dengan petugas pajak. Dalam pikiran mereka,
sekali Anda punya NPWP sampai mati Anda akan dikejar oleh aparat pajak. Prinsip ini membuat
mereka kalau bisa selalu main belakang dengan fiscus.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus memiliki kode etik
yang mengatur tentang etika profesional. Dalam menjalankan profesi apapun itu sangat
diperlukan ketaatan terhadap etika dan prinsip – prinsip yang sudah diatur dalam setiap profesi
agar  tugas pokok dan fungsi dari profesi itu sendiri dapat terlaksana sesuai dengan ketentuan
yang berlaku dan agar semua pihak yang terkait dengan profesi itu sendiri baik masyarakat
maupun para penyedia layanan tidak ada yang dirugikan sebagai akibat dari ketidaktaatan para
penyedia layanan pada kode etik profesi mereka sendiri.

Adapun profesi sebagai praktisi pajak yang secara langsung melayani masyarakat di bidang
perpajakan memiliki tanggung jawab untuk menjalankan sistem pajak yang baik dan kuat yang
terdiri dari entitas administrasi pajak, kongres, administrasi dan komunitas praktisi. Selain itu
juga praktisi pajak memiliki tanggung jawab untuk melayani publik dengan penuh loyalitas dan
tetap menjaga kerahasiaan kliennya, serta tidak menyajikan informasi yang salah pada
pemerintah.

B. Saran
Diharapkan kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan lagi masalah – masalah yang
terkait dengan Kompleksitas Aturan Perpajakan agar tidak menyebabkan kerugian terhadap
pihak – pihak yang terkait.Selain itu juga diharapkan kepada Dirjend Pajak, Badan Pengawas
Keuangan, para penegak hukum, beserta seluruh pihak yang berwenang agar mengawasi dengan
sebaik – baiknya jalannya pelaksanaan pembayaran pajak agar tidak terjadi pelanggaran –
pelanggaran yang tentunya akan sangat merugikan negara dan masyarakat, dan juga agar
bersikap tegas terhadap para penggelap – penggelap pajak yang memakan uang rakyat tersebut,
dan jalankanlah hukum  sesuai dengan aturan dan Undang – undang yang berlaku tanpa pandang
bulu.
DAFTRA PUSTAKA

Alan kasdjan.co.id(2014 november)”etika dalam


perpajakan”https://datakata.wordpress.com/2014/11/12/etika-dalam-perpajakan/(diakses 13 april
2022).

Anda mungkin juga menyukai