DI SUSUN OLEH;
KHADIJAH, S. Ag.
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT hingga saat ini masih
memberikan nafas kehidupan dan anugrah akal, sehingga kami dapat menyelesaikan
pembuatan makalah ini tepat waktunya. Makalah sederhana ini dibuat untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Dasar-Dasar pendidikan.
Akhirnya, tidak ada manusia yang luput dari kesalahan dan kekurangan. Dengan
segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami
harapkan dari para pembaca guna peningkatan kualitas makalah ini dan makalah-
makalah lainnya pada waktu yang akan datang.
Penulis
Kadijah, S. Ag.
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL MAKALAH
Mengetahui
Hj. ROSMAWATI, S. Pd
NIP. 19660725 199303 2 003
LEMBAR PUBLIKASI
Nomor Registrasi :
Tanggal : Agustus 2019
Pengelola Perpustakaan
SMPN 2Tembilahan Hulu,
KATA PENGANTAR...............................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................
LEMBAR PUBILAKSI.............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
A. LATAR BELAKANG...................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................
C. TUJUAN........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................
A. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam........................................................
1. Pengertian peranan guru Pendidikan Agama Islam.................................
2. Keutamaan Peranan Guru Pendidikan Agama Islam..............................
3. Macam-Macam Peranan Guru Pendidikan Agama Islam.......................
4. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembentukan Karakter
B. Pembentukan Karakter Peserta Didik............................................................
1. Pengertian Karakter.................................................................................
2. Dasar-Dasar Pembentukan Karakter.......................................................
3. Pembentukan Karakter Menurut Para Ahli.............................................
4. Metode Pembentukan Karakter...............................................................
5. Fungsi,Tujuan,Dan Nilai-Nilai Pembentukan Karakter .........................
C. Implementasi Peran Guru Pendidikan Agama Islam.....................................
1. Mengoptmalkan Pendidikan Agama Islam.............................................
2. Integrasi Ajaran Islam Kedalam Kegiatan Ekstrakulikuler.....................
3. Kerjasama Antara Orang Tua Dan Guru` ..............................................
BAB III PENUTUP....................................................................................................
A. KESIMPULAN..............................................................................................
B. SARAN-SARAN...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kajian tentang pendidikan karakter bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan
di Indonesia. Sejak lama pendidikan karakter ini telah menjadi bagian penting dalam
misi pendidikan nasional walaupun dengan penekanan dan istilah yang berbeda. Saat
ini urgensi pendidikan karakter kembali menganut dan menjadi bahan perhatian,
sebagai respons atas berbagai persoalan bangsa terutama masalah dekadensi moral;
seperti korupsi, kekerasan, perkelahian antar pelajar, sopan santun peserta didik
terhadap orang tua dan guru, rendanya nilai kejujuran, tidak disiplin menjalankan
tugas, bentrok antar etnis dan perilaku seks bebas dikalangan pelajar yang cenderung
meningkat.
Karakter adalah sebagai kondisi watak yang merupakan identitas pribadi
seseorang. Sedangkan doni koesoema A (2007:80) memahami bahwa karakter sama
dengan kepribadian. Kepribadian di anggap sebagai ciri atau karakteristik ,atau
gaya,atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang
diterima dari lingkungan,misalnya lingkungan keluarga pada masa kecil dan juga
bawaan seseorang sejak lahir.
Sementara Winnie memahami bahwa istilah karakter diambil dari bahasa yunani
yang berarti to mark (menandai). Istilah ini lebih fokus pada tindakan atau tingkah
laku. Apabila seseorang berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus, tentulah orang
tersebut memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku
jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan karakter mulia.
Seseorang baru bisa disebut orang yang berkarakter apabila tingkah lakunya sesuai
kaidah moral.
Imam Ghazali (tokoh Sufi) menganggap bahwa karakter lebih dekat dengan
akhlaq, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau melakukan perbuatan yang
telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa karakter itu berkaitan dengan
kekuatan moral, berkonotasi positif, bukan netral. Jadi, orang berkarakter adalah
orang yang mepunyai kualitas moral positif. Dengan demikian, pendidikan
membangun karakter, secara implisit mengandung arti membangun sifat atau pola
perilaku yang didasari atau berkaitan dengan dimensi moral yang positif atau baik,
bukan yang negatif atau buruk. Hal ini di dukung oleh yang mengaitakn secara
langsung ‘character strength’ dengan kebajikan. Character strength di pandang
sebagai unsur-unsur psikologis yang membangun kebajikan.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana peranan guru pendidikan agama Islam dalam pembentukan karakter
peserta didik
C. TUJUAN DAN MAMFAAT
1. Tujuan
Untuk mengetahui sejauhmana peranan guru pendidikan agama Islam dalam
pembentukan karakter peserta didik di SMPN 2 Tembilahan Hulu
2. Manfaat
a. Bagi guru
1) Makalah ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan wawasan
tentang peranan guru pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter
peserta didik.
2) Sebagai bahan naik pangkat ke tahap berikutnya.
b. Bagi Peserta Didik
Yaitu dapat memeperbaiki dan membiasakan perilaku-perilaku terpuji sebagai
karakter yang harus diterapkan dalam keseharaian mereka.
c. Bagi Sekolah
Sebagai bahan pengembangan dan literasi bagi sekolah, khususnya bagi guru
pendidikan agama Islam dan guru bidang study lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Teladan adalah sesuatu yang patut untuk ditiru atau baik untuk dicontoh
yang terhimpun dalam perbuatan, kelakuan ataupun sifat Peranan guru agama
islam sebagai teladan yaitu selalu menampakkan sikap dan tutur kata yang patut di
contoh oleh peserta didik. Guru menjadi ukuran - tingkah laku. Sehubungan
dengan hal itu guru hendaknya juga mampu mempengaruhi siswanya, bukan saja
dalam penambahan ilmu pengetahuannya akan tetapi juga tingkah lakunya. Hal ini
tidak cukup hanya dengan uraian yang jelas, namun memerlukan pula teladan guru
(guru di gugu dan ditiru).
Guru merupakan model atau teladan bagi peserta didik. Pendidikan dengan
keteladanan berarti pendidikan dengan memberikan contoh, baik berupa tingkah
laku, sifat dan cara berfikir. Guru harus memiliki sikap teladan yang baik bagi
orang lain, baik dalam tutur kata, perbuatan, prilakunya dan merasa senang apabila
peserta didiknya memperoleh kebaikan. dengan keteladan yang baik adalah
penopang dalam upaya meluruskan kebengkokan anak, bahkan merupakan dasar
dalam meningkatkan pada keutamaan, kemuliaan dan etika sosial yang terpuji.
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. ( Q.S.
AlAhzab : 21 ).
Ada beberapa hal yang yang harus dilakukan seorang guru dalam
memberikan keteladan kepada peserta didik diantaranya keteladanan dalam sikap,
gaya bicara, kebiasaan, bekerja, berpakaian, hubungan kemanusiaan, proses
berfikir, prilaku neorotis, pengambilan keputusan, keseharian dan gaya hidup
secara umum.
Menurut Ahmad Tafsir, keteladan itu bukan hanya diberikan oleh guru
agama Islam saja melainkan juga diberikan oleh semua orang yang kontak dengan
peserta didik yaitu kepala sekolah, pegawai sekolah dan segenap aparat sekolah
termasuk lingkungan
e. Guru Sebagai Fasilitator
Sebagai fasilitator, guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk
memudahkan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dalam melaksanakan
peranannya sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, ada beberapa hal yang
harus dipahami terkait dengan pemanfaatan berbagai media dan sumber
pembelajaran seperti:
1) Guru perlu memahami berbagai jenis media dan sumber belajar beserta
fungsinya masing-masing media tersebut, karena setiap media memiliki
karakteristik yang berbeda.
2) Guru perlu mempunyai keterampilan dalam merancang suatu media karena
perancangan media yang dianggap cocok akan memudahkan proses
pembelajaran
3) Guru dituntut untuk mampu mengorganisasikan berbagai jenis media serta
dapat memanfaatkan berbagai sumber belajar.
4) Guru dituntut agar mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi dan
berinteraksi dengan siswa sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar
mereka. Dengan demikian peranan guru sebagai fasilitator adalah memberikan
fasilitas dan kemudahan bagi siswa.
Guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta
dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik berupa
narasumber, buku teks, majalah ataupun surat kabar.Guru harus pula bertindak
sebagai penyaji bahan serta fasilitas belajar yang mengundang dan memudahkan
para siswa untuk memilih dan mengembangkan pelajaran yang dalam hal ini
berkaitan dengan fasilitas dan sumber belajar yang berkaitan dengan pembentukan
karakter siswa.
f. Guru Sebagai Evaluator
Evaluator adalah suatu proses penafsiran terhadap kemajuan, pertumbuhan,
dan perkembangan peserta didik untuk tujuan pendidikan. Evaluasi merupakan
kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu objek dengan
menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk
memperoleh kesimpulan. Pendapat lain, Evaluasi adalah suatu tindakan atau proses
untuk menentukan nilai dari suatu proses dan untuk menentukan nilai dari sesuatu.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah suatu
proses kegiatan yang terencana untuk mengetahui atau menentukan suatu objek
dengan menggunakan instrumen untuk mengetahui nilai dan kesimpulan dari objek
tersebut. Sedangkan evaluasi pendidikan Islam adalah suatu kegiatan untuk
menentukan taraf kemajuan suatu aktivitas di dalam pendidikan Islam.
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. ( Q.S. Al-Hasyr : 18 ).
1. Pengertian Karakter
Istilah karakter secara harfiah berasal dari bahasa Latin “Charakter”, yang
antara lain berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian
atau akhlak. Sedangkan secara istilah, karakter diartikan sebagai sifat manusia
pada umumnya di mana manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari
faktor kehidupannya sendiri. Karakter juga dapat diartikan sama dengan akhlak
dan budi pekerti, sehingga karakter bangsa identik dengan akhlak bangsa atau
budi pekerti bangsa.
Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang
terbentuk dari hasil internaisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan
digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, dan bertindak.. Dengan
demikian, pendidikan karakter adalah usaha yang sungguh-sungguh untuk
memahami, membentuk, memupuk nilai-nilai etika, baik untuk diri sendiri
maupun untuk semua warga masyarakat atau warga negara secara keseluruhan.
Oleh karena itu, pengembangan karakter individu seseorang. Menurut bahasa,
karakter adalah tabiat atau kebiasaan
Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur,
berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi
seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter
bangsaBangsa yang berkarakter adalah bangsa yang berakhlak dan berbudi
pekerti, sebaliknya bangsa yang tidak berkarakter adalah bangsa yang tidak atau
kurang berakhlak atau tidak memiliki standar norma dan perilaku yang baik..
Sedangkan menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem
keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Karena
itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka
dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk
kondisikondisi tertentu.
Dilihat dari sudut pengertian, ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki
perbedaan yang signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang
terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran, dan
dengan kata lain, keduanya dapat disebut dengan kebiasaan. Akan tetapi, karena
manusia hidup dalam lingkungan sosial dan budaya tertentu, maka
pengembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam
lingkungan sosial dan budaya yang bersangkutan. Artinya, pengembangan budaya
dan karakter bangsa hanya dapat dilakukan dalam suatu proses pendidikan yang
tidak melepaskan peserta didik dari lingkungan sosial, budaya masyarakat, dan
budaya bangsa.
Lingkungan sosial dan budaya bangsa adalah pancasila; jadi pendidikan
budaya dan karakter bangsa haruslah berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Dengan
kata lain, mendidik budaya dan karakter bangsa adalah mengembangkan nilainilai
Pancasila pada diri peserta didik melalui pendidikan hati, otak, dan fisik.
Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan
potensi peserta didik. Pendidikan adalah juga suatu usaha masyarakat dan bangsa
dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan
masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Keberlangsungan itu
ditandai oleh pewarisan budaya dan karakter yang telah dimiliki masyarakat dan
bangsa. Oleh karena itu, pendidikan adalah proses pewarisan budaya dan karakter
bangsa bagi generasi muda dan juga proses pengembangan budaya dan karakter
bangsa untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa di masa
mendatang.
Dalam proses pendidikan budaya dan karakter bangsa, secara aktif peserta
didik mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi, dan
penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat,
mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta
mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat.
Berdasarkan pengertian budaya, karakter bangsa, dan pendidikan yang
telah dikemukakan di atas maka pembentukan karakter bangsa dimaknai sebagai
pembentukan karakter yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memilki nilai dan karakter
sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan
dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warganegara yang religious, nasional,
produktif dan kreatif.
2. Dasar-Dasar Pembentukan Karakter
Didalam al-Quran akan ditemukan banyak sekali pokok-pokok
membicaraan tentang akhlak atau karakter ini. Seperti perintah untuk berbuat baik
(ihsan), dan kebajikan (al-birr), menepati janji (alwafa),sabar, jujur, takut kepada
Allah SWT, bersedekah di jalan Allah, berbuat adil, pemaaf dalam banyak ayat
didalam al-Quran. Kesemuanya itu merupakan prinsip-prinsip dan nilai karakter
mulia yang harus dimiliki oleh setiap pribadi muslim. Implementasi pembentukan
karakter dalam Islam, tersimpul dalam karakter pribadi Rasulullah SAW. Dalam
pribadi Rasul, tersemai nilainilai akhlak yang mulia dan agung. Firman Allah
SWT berbunyi:
Artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
( Q.S. al-Qolam:4 )
Sementara itu, dalam surat al-Ahzab ayat 21 dijelaskan:
Artinya: “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. ( Q.S.
alAhzab:21 )
Sesungguhnya Rasulullah adalah contoh serta teladan bagi umat manusia
yang mengajarkan serta menanamkan nilai-nilai karakter yang mulia kepada
umatnya. Sebaik-baik manusia adalah yang baik karakter atau akhlaknya dan
manusia yang sempurna adalah yang memiliki akhlak al-karimah, karena ia
merupakan cerminan iman yang sempurna.
Dalam Islam, karakter mempunyai kedudukan penting dan dianggap
mempunyai fungsi yang vital dalam memandu kehidupan masyarakat.
Sebagaimana firman Allah SWT berbunyi:
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”. ( Q.S.
an-Nahl/16:90 )
Ayat diatas menjelaskan tentang perintah Allah yang menyuruh manusia
agar berbuat adil, yaitu menunaikan kadar kewajiban berbuat baik dan terbaik,
berbuat kasih sayang pada ciptaan-Nya dengan bersilaturrahmi pada mereka serta
menjauhkan diri dari berbagai bentuk perbuatan buruk yang menyakiti sesama
dan merugikan orang lain.
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa ajaran Islam serta pembentukan
karakter mulia yang harus diteladani agar manusia yang hidup sesuai denga
tuntunan syari’at, yang bertujuan untuk kemaslahatan serta kebahagiaan umat
manusiaIslam merupakan agama yang sempurna, sehingga tiap ajaran yang ada
dalam Islam memiliki dasar pemikiran, begitu pula dengan pendidikan karakter.
Adapun yang menjadi dasar pendidikan karakter atau akhlak adalah al-Qur’an
dan al-Hadits, dengan kata lain dasar-dasar yang lain senantiasa di kembalikan
kepada al-Qur’an dan al-Hadits. Di antara ayat Al-qur’an yang menjadi dasar
pendidikan karakter adalah Firman Allah SWT yang berbunyi:
b. Metode keteladanan
Metode keteladanan, adalah memberikan teladan atau contoh yang
baik kepada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Metode ini
merupakan pedoman untuk bertindak dalam merealisasikan tujuan pendidik.
Pelajar cenderung meneladani pendidiknya, ini hendaknya dilakukan oleh
semua ahli pendidikan, dasarnya karena secara psikologis pelajar memang
senang meniru, tidak saja yang baik, tetapi yang tidak baik juga ditiru.
c. Metode ibrah dan mau`izah
Metode Ibrah dan Mau’izah. Metode Ibrah adalah penyajian bahan
pembelajaran yang bertujuan melatih daya nalar pelajar dalam menangkap
makna terselubung dari suatu pernyataan atau suatu kondisi psikis yang
menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu yang disaksikan, yang
dihadapi dengan menggunakan nalar.
Metode Mau’izah adalah pemberian motivasi dengan menggunakan
keuntungan dan kerugian dalam melakukan perbuatan.
d. Metode Hiwar Qurani/Kitabi Hasbi Assidiqy seperti yang dikutip oleh
Wawan Susetya mendefinisikan shalat menjadi empat pengertian, pada
definisi kedua ia memaknai shalat sebagai hakikat atau shalat (dalam
perspektif batin) yaitu berhadapan hati (jiwa) kepada Allah secara yang
mendatangkan takut padaNya, serta menumbuhkan di dalam hati jiwa rasa
keagungan kebesaran-Nya dan kesempurnan kekuasaan-Nya. Makna lainya
ialah: hakikat salat yaitu menzahirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah
yang kita sembah dengan perkataan dan perbuatan.
Bila kita pahami dalam proses shalat terdapat dialog antara Allah dan
hambaNya, seperti dalam surat Fatihah terjadi dialaog yang sangat dalam
antar hamba dan Allah SWT. Di dalam surat ini manusia memohon
perlindungan kepada Allah dari godaan sayithan, menyatakan Allah itu yang
Maha Pengasih dan Penyayang, memuji Allah sebagai penguasa mutlak alam
semesta, menyatakan bahwasanya Allah penguasa mutlak hari kiamat,
manusia mengakui kelemahannya dengan penyataan kepada-Mu kami
menyembah, hanya kepadaMulah kami meminta pertolongan, manusia
memohon petunjuk kepada Allah dalam menjalani kehidupan sebagaimana
orang-orang yang Allah telah beri nikmat, dan berlindung dari kesesatan.
Metode dialog ini begitu menyadarkan kita akan kelemahan dan
kekurangan. Dalam pendidikan seorang guru perlu melakukan dialog untuk
mengetahui perkembangan siswa dan mengidentifikasi masalah-masalah
yang dapat menjadi faktor penghambat belajar.
Untuk itu seorang guru harus memiliki sikap bersahabat, kasih sayang
kepada peserta didik. Nurcholis Majid pernah menyatakan lebih jauh makna
salat dalam kehidupan sehari-hari ialah mengandung ajaran berbuat amal
saleh kepada manusia dan lingkungan, sesuai pesan-pesan salat sejak takbir
hingga salam.
Dari pemaparan di atas dapat kita pahami bahwa metode hiwar
(dialog) sangat efektif untuk menjalin komunikasi dan hubungan social
antara guru dan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik. Bila
komunikasi multi arah telah terbangun maka siswa dapat mengikuti pelajaran
dengan baik dan tujuan pendidikan dapat terwujud.
e. Metode Pembiasaan
Metode pembiasaan atau dalam istilah psikologi pendidikan dikenal
dengan istilah operan conditioning. Siswa diajarkan untuk membiasakan
berprilaku terpuji, giat belajar, bekerja keras, berrtanggung jawab atas setiap
tugas yang telah diberikan.Shalat dilakukan lima kali sehari semalam ialah
membiasakan umat manusia untuk hidup bersih dengan symbol wudhu,
disiplin waktu dengan ditandai azan disetiap waktu salat, bertanggung jawab
dengan simbol pengakuan di dalam bacaan doa iftitah "sesungguhnya
salatku, ibadahku, hidup dan matiku untuk Allah", doa ini memberikan
isyarat berupa tanggung jawab atas anugrah yang Allah telah berikan.
Pada saat ruku dan sujud umat muslim diajarkan untuk bersikap rendah
hati. Sikap rendah hati inilah merupakan awal kemulian seseorang. Di dalam
hadits Qudsi Allah berfirman:
Artinya; "Tidaklah aku menerima salat setiap orang, Aku menerima shalat
dari orang yang merendah demi ketinggianku, berkhusyuk demi
keagunganku, mencegah nafsunya demi larangku, melewatkan
siang dan malam dalam mengingatku, tidak terus menerus dalam
pembangkanagan terhadapku, tidak bersikap angkuh terhadap
mahlukku, dan selalu mengasihani yang lemah dan menghibur
orang miskin demi keridhoanku. Bila ia memanggilku, aku akan
memberinya. Bila ia bersumpah dengan namaku aku akan
membuatnya mampu memenuhinya. Akan aku jaga ia dengan
kekuatanku dan kubanggakan dia diantara malaikatku.
Seandainya aku bagi-bagikan nurnya untuk seluruh penghuni
bumi, niscaya akan cukp bagi mereka. Perumpamaannya seperti
surga firdaus, bebuahannya tidak akan rusak dan kenikmatannya
tidak akan sirna" (H.R. Muslim).
Dari matan hadis ini dapat dipahami bahwa, pelaksanaan salat tidak
hanya sekedar melaksanakan kewajiban pada waktu-waktu salat, melainkan
tetap memaknai salat sepanjang aktivitas sehari-hari.
Imam fachrurrazi menjelaskan kata shalatihim daaimuun ialah orang-
orang yang menjaga shalat dengan menunaikan pada waktunya masing-
masing dan memperhatikan hal-hal yang terkait dengan kesempurnaan salat.
Hal-hal tersebut baik yang dilakukan sebelum salat dan setelah salat.
Metode pembiasaan ini perlu diterapkan oleh guru dalam proses
pembentukan karakter, bila seorang anak telah terbiasa dengan sifat-sifat
terpuji, impuls-impuls positif menuju neokortek lalu tersimpan dalam system
limbic otak sehingga aktivitas yang dilakukan oleh siswa tercover secara
positif, misalnya dengan melaksanakan shalat berjama’ah.
Untuk itu pihak penyelenggara sekolah sepantasnya menyediakan
ruangan dan waktu untuk siswa melaksanakan salat secara berjamaah.
Dengan melaksanakan salat berjama`ah minimal zuhur dan Ashar karena
kedua waktu sholat ini masih dalam waktu pembelajaran, atau shalat Dhuha,
siswa siswi dididik beradaptasi dengan lingkungan sosialnya, pada saat salat
berjama`ah mereka dapat belajar bagaimana berkata yang baik, bersikap
sopan dan santun, menghargai saudaranya sesama muslim, dan terjalinnya
tali persaudaraaan. Bila suasana seperti ini telah dibiasakan mereka lakukan
kemungkinan tidak akan terlalu sulit menghadapi persoalan kehidupan di
masyarakat. Bahkan mereka dapat menjadi tauladan bagi masyarakatnya.
f. Metode Targib dan Tarhib
Metode ini dalam teori metode belajar modern dikenal dengan reward
dan funisment, yaitu suatu metode dimana hadiah dan hukuman menjadi
konsekuensi dari aktivitas belajar siswa, bila siswa dapat mencerminkan
sikap yang baik maka ia berhak mendapatkan hadiah dan sebaliknya
mendapatkan hukuman ketika ia tidak dapat dengan baik menjalankan
tugasnya sebagai siswa. Begitu pula halnya shalat, saat seorang melakukan
salat dengan baik dan mampu ia implementasikan dalam kehidupan sehari-
hari maka ia mendapatkan kebaikan baik dari Allah dan masyarakat
sebagaimana yang telah dijelaskan dimuka hadis riwayat Muslim "surga
firdaus untuk orangorang yang dapat mengamalkan shalat dengan baik dan
benar". Sebaliknya bagi mereka yang melalaikan dan tidak melakasanakan
salat neraka wail dan Saqqor baginya.
Metode reward dan punishment ini menjadi motivasi eksternal bagi
siswa dalam proses belajar. Sebab, khususnya anak-anak dan remaja awal
ketika disuguhkan hadiah untuk yang dapat belajar dengan baik dan ancaman
bagi mereka yang tidak disiplin, mayoritas siswa termotivasi belajar dan
bersikap disiplin. Hal ini bisa terjadi karena secara psikologi manusia
memiliki kecenderungan untuk berbuat baik dan mendapatkan balasan dari
perbuatan baiknya.
5. Fungsi, Tujuan dan Nilai-Nilai Pembentukan Karakter
Menurut Kementerian Pendidikan Nasional, fungsi, Tujuan dan nilai-nilai
pembentukan karakter adalah:
a. Fungsi Pembentukan Karakter
1) pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi
berperilaku baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan
perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa.
2) perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung
jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat
dan
3) penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain
yang tidak sesuai dengan nilai-nilaibudaya dan karakter bangsa yang
bermartabat.
b. Tujuan Pembentukan Karakter
1) mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai
manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa
2) mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan
sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang
religius
3) menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik
sebagai generasi penerus bangsa
4) mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri,
kreatif, berwawasan kebangsaan
5) mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar
yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa
kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity)
c. Nilai-Nilai Pembentukan Karakter
1) Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena
itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada
ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan
pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar
pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa
harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.
2) Pancasila: negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-
prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila.
Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut
dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur
kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni.
Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta
didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang
memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupannya sebagai warga negara.
3) Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup
bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang 66 diakui
masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian
makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota
masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan
masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan
budaya dan karakter bangsa.
4) Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki
setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan
pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional
memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara
Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah sumber
yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan
karakter bangsa.
C. Imcplementasi Peran Guru PAI Dalam Pembentukan Karakter Siswa
Peningkatan mutu guru pendidikan agama Islam diarahkan agar guru mampu
mendidik muridnya untuk menguasai tiga tujuan yaitu menyiapkan peserta didik
yang mampu memahami ( knowing ), trampil melaksanakan ( doing ) dan mampu
mengamalkan ( being ). Untuk itu perlu ditingkatkan kemampuan guru dalam
menguasai materi pembelajaran agama, menguasai metodologi pembelajaran, dan
peningkatan keberagaman sehingga guru pantas menjadi teladan muridnya.
Penciptaan suasana keagamaan di sekolah tidak dapat berjalan dengan baik tanpa
dukungan semua pihak, perlu adanya kerjasama dari seluruh komponen sekolah
yaitu kepala sekolah, semua guru karyawan dan orangtua murispun harus ikut
mendukung semua program keagamaan yang diselenggarakan oleh sekolah.
Kerjasama antara guru pendidikan agama Islam dengan guru-guru lain dapat
dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah adanya integrasi pelajaran
agama ke dalam mata pelajaran umum. Pengintegrasian itu antara lain dalam hal:
a. Pengintegrasian mata pelajaran
b. Pengintegrasian proses
c. Pengintegrasian dalam memilih bahan ajar
d. Pengintegrasian dalam memilih media pengajaran.
2. Integrasi Ajaran Islam Kedalam kegiatan Ekstrakurikuler
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraiann diatas dapat ditarik kesimpulan :
1. Guru pendidikan agama islam mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis
dalam membangun karakter peserta didik.Guru PAI telah harus berperan sebagai
pembimbing,penasehat,model atau teladan dan evaluator dalam membangun
karakter peserta didik.
2. Adapun upaya yang dilakukan guru PAI dalam membangun karakter peserta didik
adalah melalui kegiatan berikut :
a. Mendidik dengan memberikan keteladanan
b. Mendidik dengan menrapkan kebijakan pengawasan dan pendampingan
bersama
c. Mendidik dengan melakukan pembiasaan
d. Mendidik dengan memberikan reward dan punishment
e. Mendidik dengan pembinaan kedisiplinan peserta didik
f. Mendidik dengan bekerja sama bersama orang tua peserta didik
B. Saran-Saran
DAFTAR PUSTAKA
Mukhtar. (2003). Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Misaka Galiza,
2003, Cet.3