Anda di halaman 1dari 6

Resume Materi XII Profesi Keguruan

Nama : Rike Wilhelmina


Nim 2014080001
Kelas : Tadris Fisika (A)
Mata Kuliah : Profesi Keguruan

“Isu Dan Trend Dalam Dunia Pendidikan Kekinian”


A. Isu Guru Honorer akan ditiadakan
Isu panas penghapusan tenaga honorer bukan pertama kali terjadi. Setidaknya
pascapemberlakuan UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,
keberadaan honorer semakin menjadi tanda tanya. Sebab UU ASN hanya merumuskan
dua jenis hubungan kerja pegawai pemerintah, yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Sedangkan kedudukan tenaga
honorer tak kunjung diatur dasar hukumnya hingga menyebabkan ketidakjelasan status
dalam sistem kepegawaian negara. Selama ini, keberadaan tenaga honorer kerap kali
membawa dilema kebijakan. Bila berkaca dari sisi regulasi, jelas tenaga honorer tidak
lagi dimasukkan dalam skema kepegawaian pemerintah. Namun dalam proses
implementasi di lapangan, aturan tersebut masih jauh dari panggang api. Mayoritas
instansi, khususnya di daerah tetap saja membuka keran penerimaan tenaga honorer
lantaran jerat kebutuhan organisasi untuk menutupi beban kerja yang tidak bisa
dilaksanakan seluruhnya oleh ASN.
a) Penataan SDM Aparatur
Cita-cita reformasi birokrasi salah satunya bermuara pada upaya mewujudkan
aparatur sipil negara yang berkualitas dan berdaya saing. Langkah pencapaiannya
dilakukan dengan menerapkan proses manajemen ASN dengan baik dan konsisten,
termasuk penguatan pada aspek perencanaan dan pengadaan ASN di lingkup
pemerintahan. Pada tahap perencanaan, rencana kebutuhan organisasi akan disusun
oleh masing-masing instansi pemerintah yang menghasilkan rincian kebutuhan, baik
dari segi jumlah maupun jenis jabatan. Kebutuhan organisasi ini sepenuhnya
mengacu pada prioritas kebutuhan berdasarkan rencana strategis instansi pemerintah
dan dinamika lingkungan yang berkembang.
b) Solusi Kebijakan
Ibarat pisau bermata dua, kebijakan penghapusan tenaga honorer mesti ditanggapi
dengan hati-hati dan mengedepankan penyelesaian jalan tengah. Kebijakan ini, untuk
jangka panjang memang akan memberikan nilai positif, sebab pemerintah akan
mempunyai data rill kepegawaian yang memudahkan mereka melakukan analisis
kebutuhan instansi pemerintah. Begitu halnya dengan kesejahteraan para pegawai di
instansi pemerintah, tentu akan lebih terjamin. Sebab tidak ada lagi status bernama
tenaga honorer yang selama ini mekanisme penggajiannya tidak jelas dan mayoritas
upahnya jauh dari standar kelayakan.
B. Isu Ketimpangan Akses Internet di Daerah Terpenci
Di indonesia sekarang sudah ada ribuan kasus positif corona dan kasus orang
meninggal dunia. Pemerintah Indonesia sendiri sepakat untuk melakukan
PSBB(Pembatasan Skala Besar-Besaran) untuk mengurangi penyebaran virus. Dengan
adanya PSBB, diharapkan dapat memutus penyebaran virus corona di Indonesia. Akibat
dari dampak Virus Corona ini,dunia pendidikan pun ikut terpengaruh. Sehingga
pemerintah dalam hal ini Menteri Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia telah
menganjurkan penyelenggaraan pendidikan jarak jauh(secara online),dengan tujuan
mencegah meluasnya covid-19 ini. Namun pembelajaran secara daring(online)ini tidak
bisa dilaksanakan secara baik karena banyaknya kendala yang dialami oleh masing-
masing daerah, terutama daerah terpencil. kendalanya seperti sebagai berikut:
1. Signal/jaringan internet yang tidak bagus
2. Gaptek (Gagap Teknologi)
3. Siswa yang tidak mempunyai handphone
4. Kurangnya fasilitas yang memadai dalam proses pembelajaran online

C. Isu Kurangngnya Kualitas Pendidikan di Indonesia


Pada UU RI No 20/2003 (Bab II pasal 3) dijelaskan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak 2 Daulay, Sholihatul Hamidah. 2022.
Strategi Pembelajaran Mahasiswa di Daerah Terpencil : Dampak Pandemi Covid-19.
Jurnal Pendidikan Berkarakter 5 (1), hal 33-39 8 mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Selain
itu faktor lain yang menjadikan pendidikan di Indonesia semakin terpuruk khususnya
bagi penduduk di daerah terbelakang adalah permasalahan yang menyangkut sarana
pembelajaran.
D. Isu Kurikulum Baru MBKM
Program-program MBKM yang dirancang dan dilaksanakan dengan seksama
diharapkan mampu meningkatkan hard skill dan soft skill mahasiswa dengan baik. Oleh
karena itu, Kemendikbud ristek telah menentukan 8 IKU (Indikator Kinerja Utama)
perguruan tinggi sebagai acuan arah pengembangan kurikulum MBKM. Delapan IKU
tersebut meliputi :
a. Lulusan mendapatkan pekerjaan yang layak
b. Mahasiswa mendapatkan pengalaman di luar kampus
c. Dosen melakukan kegiatan di luar kampus
d. Prakstisi mengajar di dalam kampus
e. Hasil kerja dosen digunakan oleh masyarakat atau mendapat rekognisi
internasional
f. Program studi bekerja sama dengan mitra dunia
g. Kelas kolaboratif dan partisipatif 12
h. Program Penelitian Berstandar Internasional. Untuk mencapai delapan KPI
melalui penerapan MBKM, perguruan tinggi perlu berani mengubah pola pikir

dari pendekatan kurikulum berbasis konten menjadi kurikulum berbasis hasil


belajar yang adaptif dan fleksibel.

E. Kebijakan Tentang Kualitas Dan Kwintitas Guru


Berdasarkan pada realitas dan pembahasan isu mengenai kuantitas dan kualitas guru
di Indonesia, dapat direkomendasikan sebagai berikut:
a. Sudah waktunya pemerintah mengkaji ulang dan mencermati tentang pemerataan
guru agar terjadi pemerataan dalam dunia pendidikan, baik di pusat maupun
daerah.
b. Pemerintah harus mencari terobosan agar para guru tidak lagi enggan jika
ditempatkan di daerah terpencil.
c. Pemerintah tidak menghitung cost benefit di masa kini melainkan cost benefit di
masa yang jauh ke depan.
d. Pemerintah harus memperhatikan kesejahteraan guru, tidak hanya sebagai
kebijakan yang tanpa pelaksanaan (planning without implementation), tetapi benar-
benar dilaksanakan, dimonitoring, dan dievaluasi pelaksanaannya.
e. Seluruh stakeholder harus mendukung kebijakan pemerintah mengenai kenaikan
anggaran pendidikan yang akan berimbas pada peningkatan mutu pendidikan
dengan sebelumnya meningkatkan mutu guru sebagai ujung tombak pelaksanaan
pendidikan.
f. Guru merupakan ujung tombak dalam pendidikan (proses pembelajaran), karena
guru orang yang berhadapan langsung dengan peserta didik. Untuk itu guru harus
mampu bekerja dengan baik sehingga peserta didik yang dihasilkan akan memilki
kompetensi yang sesuai dengan harapan. Undang-Undang No. 14 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen Pasal 4 menegaskan bahwa guru sebagai agen
pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Untuk
dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, guru
F. Trend Pendidikan Masa Kini
1. Kecakapan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah
Memiliki kemampuan berpikir kritis berarti siswa memiliki pemikiran atau
penalaran yang baik dan logis. Mereka dapat mengidentifikasi masalah dan
sudut pandang. Kemudian, mengevaluasi setiap bukti yang telah ditemukan
untuk mendapatkan solusi yang tepat dari permasalahan yang ada. Berikut
adalah beberapa penjelasan mengenai konsep kemampuan berpikir kritis.
a. Mampu menggunakan berbagai tipe pemikiran atau penalaran, baik secara
induktif maupun deduktif dengan tepat dan sesuai dengan situasi.
b. Mampu melakukan penilaian dan menentukan keputusan secara efektif
dalam menggunakan argumen dan mengolah data.
c. Mampu mengolah dan menginterpreatasi beberapa informasi yang
diperoleh melalui simpulan awal dan mengujinya dengan menggunakan
analisis.
d. Mampu menggunakan kemampuannya untuk menyelesaikan permasalahan.
2. Kecakapan Berkomunikasi
Kecakapan dalam berkomunikasi dalam proses kegiatan pembelajaran antara
lain adalah sebagai berikut.
a. Memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam
berbagai macam bentuk dan isi secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk
multimedia.
b. Menggunakan kemampuannya untuk mengutarakan ide-idenya, baik ketika
sedang berdiskusi di dalam maupun di luar kelas, maupun dilakukan dengan
menggunakan tulisan.
c. Menggunakan bahasa lisan yang sudah sesuai dengan konten dan konteks
pembicaraan dengan lawan bicaranya ketika sedang berkomunikasi.
d. Memiliki sikap mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain ketika
sedang berkomunikasi.
e. Memiliki alur pemikiran yang logis dan terstruktur serta sesuai dengan
kaidah yang berlaku.
f. Pada abad ke-21, kecakapan komunikasi tidak terbatas dan terpaku pada
satu bahasa saja. Oleh karena itu, penting bagi siswa maupun masyarakat
Indonesia untuk memahami multi-bahasa, terutama bahasa Inggris yang
merupakan bahasa Internasional.
3. Kreativitas dan Inovasi
Selain menuntun siswa untuk bisa berpikir kritis dan mampu berkomunikasi,
pendidikan yang terjadi di abad ke-21 juga akan menuntut siswa untuk kreatif
dan inovatif. Berikut ini adalah beberapa kecakapan terkait kreativitas yang dapat
dikembangkan dalam proses kegiatan pembelajaran siswa.
a. Memiliki kemampuan untuk mengembangkan, menyampaikan dan
melaksanakan gagasan-gagasan baru secara lisan maupun melalui tulisan.
b. Bersikap terbuka dan responsif terhadap adanya perspektif baru maupun
perspektif yang berbeda.
c. Mampu mengemukakan ide-ide yang kreatif secara konseptual dan praktikal.
d. Mampu menggunakan konsep-konsep atau pengetahuannya dalam situasi
yang baru dan berbeda.
e. Tidak mudah menyerah ketika mengalami kegagalan. Mampu menggunakan
kegagalan tersebut sebagai wahana pembelajaran.
f. Mampu beradaptasi dengan situasi baru dan bisa memberikan kontribusi yang
positif terhadap lingkungan.
4. Kolaborasi
Dalam proses kegiatan belajar di abad ke-21, siswa harus mampu bekerja
sama dengan satu sama lain dalam mengerjakan proyek yang diberikan guru.
Selain dapat membantu siswa dalam kesulitan, kolaborasi dengan teman tersebut
dapat membantu kecerdasan sosial siswa, misalnya dalam berinteraksi dan
berkomunikasi. Berikut adalah beberapa kecakapan yang berkaitan dengan
kolaborasi dalam proses kegiatan pembelajaran. a. Memiliki kemampuan yang
baik dan aktif ketika sedang berkerja sama dalam kelompok. b. Mampu
beradaptasi dalam kegiatan kelompok. Siswa dapat berbagi peran, bertanggung
jawab dengan tugas, dan mampu bersikap produktif. c. Memiliki empati dan
mampu menghormati serta menghargai perspektif yang berbeda. d. Mampu
berkompromi dengan anggota yang lain di dalam kelompok demi tercapainya
tujuan yang sudah ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai