Anda di halaman 1dari 11

PERCOBAAN 1  Terkmokimia : ilmu yang mencakup kalor yang diserap

PANAS PELARUTAN atau kalor yang dilepaskan dalamsuatu reaksi kimia


dalamperubahanfase atau dalam pengenceran suatu
Tujuan: Menentukan panas pelarutan garam-garam larutan.
dalam pelarut air  Lingkungan : segala sesuatu yang terjadi diluar system.
 Reaksi eksoterm : membebaskan energy, sehingga
Alat: entalpi akan berkurang yang artinya entalpi produk lebih
1. Kalorimeter bom: alat untuk mengukur jumlah kalor
kecil dari pada entalpi pereaksi.
yang terlibat dalam suatu reaksi kimia
 Reaksi endoterm : menyerap energy, sehingga entalpi
2. Pengaduk mekanik: untuk mengaduk larutan di dalam
kalorimeter akan bertambah yang artinya entalpi produk lebih besar
3. Termometer dari pada entalpi pereaksi.
4. Stopwatch  Sistem terbuka : suatu sistem yang memungkinkan
5. Neraca analitik terjadi perpindahan kalor/energi maupun zat (materi)
6. Gelas arloji antara lingkungan dengan sistem.
7. Spatula  Sistem tertutup : suatu sistem yang memungkinkan
8. Gelas beaker terjadi perpindahan kalor/energi tetapi tidak dapat
9. Gelas ukur. terjadi perpindahan zat (materi) antara lingkungan
dengan sistem
Bahan:  Sistem terisolasi: suatu sistem yang tidak memungkinkan
1. KNO3/Kalium nitrat = putih (endotermsuhu turun)
terjadi perpindahan kalor maupun zat (materi) antara
2. CuSO4/Tembaga II sulfat anhidrat = putih
lingkungan dengan sistem.
(eksotermsuhu naik)
3. CuSO4.H2O/Tembaga II sulfat hidrat = biru  Kalorimeter termasuk sistem terisolasi tidak sempurna
(eksotermsuhu naik) karena masih terdapat celah atau lubang tempat
4. Aquades = pelarut memasukkan termometer.
 150 rpm merupakan kecepatan yang ideal
Cara Kerja: - Jika > 150 rpm, maka akan terbentuk pusaran /
1. Siapkan akuades sebanyak 600 ml menggunakan pancaran yang mengakibatkan larutan keluar dari
beaker glass. kalorimter
2. Masukan ke dalam kalorimeter. - Jika < 150 rpm, maka proses homegennya akan
3. Hidupkan pengaduk mekanik dengan kecepatan 150 lambat sehingga waktu yang dibutuhkan juga akan
rpm semakin lama.
4. Ukur suhu awal aquades menggunakan termometer.
 Usahakan bahan yang digunakan dalam bentuk serbuk
5. Timbang bahan CuSO4.5H2O sebanyak 10gram
bukan gumpalan karena akan mempenaruhi lamanya
menggunakan neraca analitik
 Atur posisi gelembung pada pada bagian tengah proses homogen
 Timbang berat kaca arloji dan tutup  CuSO4 anhidrat jangan dibirakan terlalu lama di udara
 Lalu kalibrasi neraca analitik tunggu hingga karen akan mengikat gas H2O dan O2 sehingga akan
angkanya menjadi nol kembali ke bentuk hidrat.
 Masukkan CuSO4.5H2O ke dalam neraca analitik  Cara penentuan harga calorimeter:
sebanyak 10 gram - Dengan mencampurkan air panas dengan air dingin
6. Masukkan bahan yang sudah ditimbang ke dalam yang massa dan temperaturnya diketahui
kalorimeter (khusus CuSO4 jangan dibiarkan diudara - Dengan menggunakan zat standar yang telah
terlalu lama karena dapat berubah warna menjadi diketahui panas kelarutannya
biru).  Bagaimana jika kalorimeter diganti dengan ember yg
7. Saat bahan dimasukkan langsung masukkan pula ditutup
termometer dan hidupkan stopwatch.
jika menggunakan ember tertutup makatidak efektif yg
8. Ukur suhu pada kalorimeter pada 30 detik pertama
mana belum tentu dapat menjaga suhu larutan agar
hingga 120 detik
9. Lakukan hal yang sama untuk KNO3 dan CuSO4. tetap konstan, jadi digunakanlah kalorimeter yg sudah
dirancang untuk praktikum penentuan panas pelarutan
Pembahasan: diamana pada kalorimeter juga sudah terdapat celah
 Panas Pelarutan : banyaknya panas atau kalor yang untuk memasukkan termometer serta untuk pengaduk
diserap atau dilepaskan pada proses pelarutan suatu mekaniknya.
zat.
 Kalor : energi yang berpindah dari benda yang
suhunya lebih tinggi ke suhu yang lebih rendah .
 Termodinamika : ilmu yang mempelajari hubungan
antara usaha dan kalor.
 Biso dk pake garam dapur (NaCl)
bisa karena
 Kenapa pake CuSO4.5H2O kenapa nggak CuSO4
 Reaksi dr bahan”, mn lingkungan dan sistem, knp
bisa terserap dan menyerap
PERCOBAAN 2 Pembahasan:
KENAIKAN TITIK DIDIH  Titik didih cairan: temperature pada saat tekanan uap
sama dengan tekanan luar permukaan cairan
Tujuan: Menentukan berat molekul zat yang tidak  Tekanan osmotic: tekanan yang diberikan pada larutan
mudah menguap atau non volatil dengan metode yang dapat menghentikan perpindahan molekul molekul
kenaikan titik didih. pelarut ke dalam larutan melalui membrane permeable.
- Larutan hipotonis: larutan yang mempunyai tekanan
Alat: osmotic lebih rendah dari yang lain
1. Kotrel: wadah menampung larutan yang akan dicari - Larutan hipertonis: larutan yang mempunyai
titik didihnya tekanan osmotic lebih tinggi dari yang lain
2. Piknometer: menentukan massa jenis larutan - Larutan isotonis: larutan” yang mempunyai tekanan
3. Kondensor osmotic sama
4. Termometer: utk mengukur suhu uap
 Zat terlarut yang sukar menguap (non volatile):
5. waterpam dan selang
1. Penurunan tekanan uap pelarut
6. Waterbath
7. Gelas beaker: utk mempermudah pemindahan 2. Penurunan titik beku larutan
kloroform ke pikno. 3. Kenaikan titik didih larutan
8. Erlenmeyer: sebagai wadah kloroform (solven) 4. Tekanan osmosis larutan
sebelum atau sesudah ditambahkan naftalen (solut).  Alasan termometer diletakkan ditengah?
9. Gelas ukur 100mL & 50mL: utk mengukur solven Agar dapat mendeteksi suhu uap secara langsung
10.corong sehingga menjadi tempat yang efektif
11.neraca analitik  Alasan sesekali menbka tutup kottrel bagian samping
12.spatula Agar tidak terjadi ledakan akibat panas yg berlebih
13.kaca arloji  Alasan pakai kondensor
14.klem dan statif
Agar campuran kloroform dan naftalen tdk habis
menguap begitu sj. Jadi menggunakan kondensor agar
Bahan:
menagalami perputaran aliran juga agar menjaga alat
1. Pelarut (solvent) : kloroform, aquades, aseton, etanol
2. Zat terlarut (solut) : naftalen, zat x, benzena dari panas yg berlebih kemudian mengembun uap
menjadi larutan kembali ke dasar kottrel sehingga
Cara Kerja: campuran yg dipanaskan dpt lbh lama menguap dmn
1. Tentukan berat jenis solven dengan piknometer sembari menunggu pengukuran suhu pd termometer
dengan mengukur berat piknometer kosong menjadi konstan.
menggunakan neraca analitik terlebih dahulu  Kenapa tdk menggunakan kondensor seperti perc6
2. Masukkan kloroform ke dalam piknometer hingga 1. Karena kedua kondensor ini berbeda jenis.
penuh Kondensor pd perc 6 itu arahnya counter-current,
3. Timbang piknometer yang berisi solven (kloroform) sedangkan pd perc ini arahnya co current. Sehingga
dan catat masukkan ke erlenmeyer menggunakan kondensor co-current karena hanya
4. Kurangi berat dari piknometer isi dengan piknometer
untuk membantu proses untuk mendeteksi kenaikan
kosong dibagi dengan volume piknometernya (25 ml)
titik didih bkn utk mengambil destilat.
5. Kemudian ambil 50 ml solven menggunakan gelas
ukur dan masukkan ke dalam kotrel 2. Jika menggunakan kondensor yang pjg/besar maka
6. Panaskan ke dalam waterbath hingga titik didih kottrel menjadi tidak seimbang dan tidak bisa tegak.
konstan (suhu 80 derajat celsius) masukkan  Jenis alirannya yaitu co-current (searah)
termometer di bagian atas Diama air pendingin akan masuk kedalam kondensor
7. Kotrel dan solven didinginkan dengan cara mengenai dinding penguapan shngg akan terbentuk
mengangkat alat dari waterbath dan memasukkan pengembunan yg akan mengalir lagi ke kottrel
kotrel ke dalam aquades sampai temperatur sama  Cara pakai piknometer:
dengan temperatur ruangan (25 derajat celcius) 1. Lihat volume pikno yg diapakai
8. Masukkan 0,25gram solut ke dalam erlenmeyer yang 2. Timbang pikno ksng
berisi solven tadi dan diaduk sampai larut 3. Masukkan fluida yg akan diukur massa jenisnya
9. Masukkan ke dalam kotrel dan dipanaskan catat titik
4. Jika pkno sudah terisi penuh, tutup
didihnya
5. Timbang pikno yang berisi
10.Percobaan ini diulang sebanyak 5 kali dengan
penambahan solut yang sama banyak 6. Hitung massa fluida dg massa pikno berisi dikurang
11.Larutan dalam kotrel dibuang dan diganti dengan massa pikno kosong.
solven yang sama dengan zat x sebagai solut untuk 7. Cari massa jenis dg rumus P=m/v
dicari berat molekul (massa atom relatif) sebanyak 1  Semakin besar massa atau konsentrasi zat terlarutnya
gram. maka keikan titik didih akan semakin besar begitupun
sebaliknya.
PERCOBAAN 3 Pembahasan:
MENENTUKAN JARI-JARI MOLEKUL  Viskositas: sebuah ukuran penolakan sebuah fluida
DENGAN METODE VISKOSITAS terhadap perubahan dibawah tekanan shear
(kekentalan/penolakan terhadap penuangan).
Tujuan:  Metode pengukuran viskositas:
Menggunakan pengukuran viskositas untuk menentukan 1. Viscometer kapiler
sifat-sifat molekul (polimer). Menegukur waktu yang dibuthkan bagi fluida
untuk melewati dua tanda ketika fluida
Alat: mengalir karena adanya gravitasi melalui suatu
1. Viskometer kapiler (ostwald): mengukur kekentalan tabung kapiler vertical.
suatu fluida 2. Viscometer bola jatuh
2. Labu ukur/takar: wadah untuk membuat larutan atau 3. Viscometer cup and bob
pengenceran  Kohesi: adalah gaya tarik-menarik antara partikel-
3. Gelas ukur partikel yang sejenis. 
4. Gelas kimia  Adhesi: adalah gaya tarik menarik antara partikel
5. Stopwatch partikel yang tidak sejenis. Gaya adhesi akan
6. Bola hisap: mengakibatkan dua zat akan saling melekat bila
7. Pipet tetes dicampurkan. 
8. Piknometer Contohnya: Bercampurnya air dengan teh/kopi,
9. Neraca digital melekatnya pelarut (air/gliserol) pada dinding
viskometer kapiler.
Bahan:  Viskometer ini terdapat bulatan diantara pipa
Gliserol 1 M, aquades, alkohol/aseton kapiler yang berfungsi untuk menurunkan tekanan
hidrostatis atau tekanan yg berhubungan dg
Cara Kerja: ketinggian. Dimana jika tidak terdapat bulatan ini,
1. Lakukan pengenceran gliserol 1 M (pengenceran maka waktu larutan mengalir kebwah menjadi lebih
bertingkat) 0,75 M, 0,5 M, 0,25 M, 0.1 M lambat.
Rumus : M1.V1 = M2.V2  Faktor” yg mempengaruhi viskositas:
2. Masukan gliserol yang diukur ke dalam labu ukur. 1. Tekanan, konsentrasi, dan BM (berbanding
3. Masukan aquades hingga tanda batas lalu lurus)
homogenkan dengan diaduk searah. 2. Temperatur/suhu (berbanding terbalik)
4. Tuangkan ke dalam gelas kimia. 3. Semakin kental suatu larutan, maka laju alirnya
5. Ukur massa jenis air akan semakin lambat.
- Timbang piknometer kosong dengan neraca  Dilakukan pengenceran bertingkat
analitik dan catat Yakni pengenceran yang menggunakan larutan baku
- Masukan 2 ml gliserol ke dalam piknometer berbeda di setiap konsentrasi yang akan dibuat.
kosong tersebut dan ditutup Kelemhannya yakni jika terjadi kesalahan di
- Kemudian ditimbang kembali dan catat konsentrasi tertentu maka akan berpengaruh
- Berat piknometer isi dikurang piknometer kosong yerhadap konsentrasi lainnya.
dibagi volume piknometer (10ml)  Cara kerja viskometer
6. Masukkan akuades sebanyak 2 ml ke dalam 1. Masukkan larutan kedalam viskometer
viskometer 2. kempeskan bola karet penghisap dengan
7. Hisap akuades dengan bola hisap hingga melebihi menekan katup A (Aspirate) pada ujung atas
tanda batas kedua pada viskometer sambil menekan udaranya hingga kempes.
8. Tunggu hingga larutan mencapai tanda batas yang 3. Pasangkan atau hubungkan ke viskometer
kedua 4. Tekan katup S (Suction) yang ada pada bagian
9. Hitung waktu alir hingga mencapai tanda batas tengah untuk menyedot larutan hingga
pertama menggunakan stopwatch melewati tanda atau batas kedua viskometer
5. Lalu lepaskan bola hisap dari viskometer
10.Lakukan hal yang sama untuk larutan gliserol dengan
6. Tunggu hingga larutan melewati tanda batas
konsentrasi yang sudah ditentukan.
kedua
7. Hitung waktu alir hingga mencapai tanda batas
pertama menggunakan stopwatch
PERCOBAAN 4
Pembahasan:
ADSORBSI PADA LARUTAN
 Adsorbsi : peristiwa penyerapan pada lapisan
permukaan atau antar fasa, dimana molekuldari suatu
Tujuan: Mempelajari secara kuantitatif sifat-sifat adsorbsi
materi terkumpul pada bahan pengadsorbsi atau
dari suatu adsorben
adsorben.
 2 macam adsorbs:
Alat:
- Adsorbs fisika Terjadi proses cepat dan setimbang
1. Erlenmeyer
(reversible) contoh = karbon aktif
2. Gelas ukur
- Adsorbs kimia Berlangsung lambat dan ireversibel
3. Labu ukur
 Karakteristik adsorben : berbentuk butiran, batangan,
4. Pipet tetes
batu dengan diameter 0,5-10 mm
5. Buret: mengukur volume saat proses titrasi Beaker glass
 Adsorben : zat penyerap (karbon aktif)
6. Statif dan Klem
 Adsorbat : zat yang diserap (asam asetat)
7. Neraca analitik
 Factor-factor yang mempengaruhi proses adsorbs :
8. Spatula
1. Luas permukaan
9. Corong
2. Jenis adsorbat
10. Kertas saring
3. Konsentrasi adsorbat
4. Temperature
Bahan:
5. Kecepatan pengadukan
Adsorbat : Asam asetat 1 M
6. Waktu kontak dan waktu ksetimbanga
Titran : NaOH 0,5 M
Semakin besar luas permukaan maka makin banyak
Pelarut : aquadest
zat yang teradsorbsi
Adsorben : karbon aktif
Indikator PP : untuk mempercepat proses titrasi &
Semakin besar konsentrasi dalam larutan maka
sebagai indikator pembanding dlm proses tittrasi asam kuat
semakin banyak jumlah substansi yang terkumpul
dan basa kuat.
pada permukaan adsorben
Cara Kerja:
Bila pengadukan lambat maka proses adsorbs
1. Pengenceran biasa M1.V1 = M2.V2 dengan konsentrasi 1
berlangsung lambat pula, tetapi bila pengadukan
M, 0,8 M (80 ml), 0,6 M (60 ml), 0,4 M (40 ml), 0,2 M (20
terlalu cepat kemungkinan struktur adsorben cepat
ml), 0,1 M (10 ml)
rusak sehingga proses adsorpsi kurang optimal
2. Ukur asam asetat 10 ml (0,1 M) menggunakan gelas ukur
3. Masukkan ke dalam labu ukur dan tambahkan aquades
Pemanasan yang terlalu tinggi menyebabkan
hingga tanda batas (100 ml) lalu homogenkan selama 1
rusaknya adsorben sehingga kemampuan
menit
penyerapannya menurun
4. Larutan yang sudah diencerkan dimasukkan ke dalam
beaker glass
Jenis adsrobat, semakin polar suatu adsorbat maka
5. Ukur larutan tersebut sebanyak 10 ml dan masukkan ke
zat yang akan diadsorbsi akan semakin banyak dan
dalam erlenmeyer
gy tarik-menariknya akan semakin kuat dgn
6. Ambil larutan tadi sebanyak 25 ml dan masukkan ke
adsorben.
dalam erlenmeyer berbeda untuk ditambahkan karbon
aktif
Penentuan waktu kontak yang menghasilkan
7. Timbang karbon aktif sebanyak 1 gram
kapasitas adsorpsi maksimum terjadi pada waktu
8. Masukkan ke dalam erlenmeyer yang berisi asam asetat
kesetimbangan.
25 ml tadi dan homogenkan dan tutup erlenmeyer
dengan kertas timbang (gabus) selama 24 jam
 Volume NaOH yang digunakan setelah proses adsorbsi
9. Tambahkan indikator pp sebanyak 3 tetes dan titrasi
lebih sedikit dibandingkan sebelum adsorpsi.
asam asetat 10 ml tadi hingga mencapai titik akhir
Karena saat dicampurkan dengan arang aktif yang
berwarna merah mudah pudar, catat volum titran yang
berperan sebagai adsorben itu akan menyerap
digunakan
konsentrasi dari adsorbatnya sehingga saat proses
10. Saring larutan asam asetat yang bercampur karbon aktif
titrasi volume NaOH yang dibutuhkan untuk mencapai
11.Ambil asam asetat yang sudah disaring sebanyak 10 ml
titik akhir titrasi itu lebih sedikit. Dimana konsentrasi
dan tetesi dengan indikator pp sebanyak 3 tetes lalu
sebanding dengan volume titran. Semakin tinggi
titrasi
suatu konsentrasi maka volume tittrasi yang
dibutuhkan semakin banyak begitupun sebaliknya.
 Karbon aktif adalah suatu jenis karbon yang memiliki luas
permukaan yang sangat besar
 Titik ekuivalen merupakan titik keseimbangan dimana
larutan yang menetes pada erlenmeyer menghasilkan
perubahan warna tetapi akan hilang saat diaduk.
 Titik akhir titrasi adalah titik dimana proses titrasi telah
dicapai yang ditandai dengan adanya perubahan warna
pada titrat.
 Saat dicampurkan dengan adsorben (karbon aktif) harus
didiamkan selama 24 jam agar penyerapannya lebih
optimal.
 Saat proses pendiaman asam asetat dan karbon aktif,
erlenmeyer yang menampung campuran tersebut harus
ditutup agar asam asetat tidak menguap.
 Titrasi asidimetri : titrannya berupa asam
Titrasi alakalimetri : titrannya berupa basa
 Semakin besar konsentrasi, maka semakin banyak
larutan titran yang dibutuhkan untuk titrasi.
 Pengenceran yg digunakan adalah pengenceran biasa
 Kenapa menggunakan karbon aktif?
karena karbon aktif karena memiliki luas permukaan
yang besar sehingga daya adsorpsinya lebih besar dari
pada adsorben lainnya.
 Pengenceran biasa adalah pengenceran yang
menggunakan larutan baku yang sama disetiap
konsentrasi yang ingin dibuat.
 larutan baku adalah suatu larutan yang sudah diketahui
konsentrasi secara tepat.
PERCOBAAN 5 Pembahasan:
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA  Larutan: campuran homogen yang terdiri dari dua zat
DUA SOLVEN YANG TIDAK SALING BERCAMPUR atau lebih.
 Pelarutan/solvasi: proses pencampuran zat terlarut
Tujuan: Menentukan konstanta kesetimbangan antara solut
dan pelarut pembentukan larutan.
terhadap dua buah solven yang tidak saling bercampur dan
 Pelarut: benda cair atau gas yang melarutkan benda
menentukan disosiasi solut solven tersebut.
padat, cair atau gas yang menghasilkan sebuah larutan.
 Kelarutan: kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat
Alat:
terlarut untuk larut dalam suatu pelarut.
1. Erlenmeyer
 Ekstraksi: suatu proses pemisahan dari bahan padat
2. Gelas ukur
ataupun cair dengan bantuan pelarut.
3. Labu ukur
 Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam ekstraksi:
4. Pipet tetes
1. Selektivitas
5. Buret
Hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan
6. Beaker glass
bukan komponen komponen lain dari bahan
7. Statif Klem
ekstraksi.
8. Corong pemisah : memisahkan larutan yang tidak
2. Kelarutan
bercampur karena perbedaan massa jenis
Memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang
besar.
Bahan:
3. Kemampuan tidak saling bercampur
Solven : Aquades
Pelarut tidak boleh atau terbatas larut dalam
Titran : NaOH
bahan terbatas.
Solut : Asam asetat
4. Kerapatan
Solven : Kerosen/CCl4/eter
Harus memiliki perbedaan kerapatan yang besar
antara pelarut dan bahan ekstraksi.
Cara kerja:
5. Reaktivitas
1. Pengenceran biasa dengan konsentrasi asam asetat 1M;
Tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia
0,8M; 0,6M; 0,4M; 0,2M; 0,1M.
pd komponen” bahan ekstraksi.
2. Ambil larutan asam asetat yang sudah diencerkan misal
6. Titik didih
20 ml (0,2 M).
Titik didih kedua bahan tidak boleh terlalu dekat
3. Masukkan ke dalam labu takar 100 ml dan tambahkan
dan keduanya tidak membentuk ascotrop.
aquades sampai tanda batas lalu homogenkan selama 1
 Setelah diekstraksi akan terbentuk lapisan karena
menit.
adanya perbedaan kepolaran atau massa jenis antara
4. Ambil larutan yang diencerkan sebanyak 10 ml dan
kedua zat sehingga terbentuk dua lapisan yang tidak
masukkan dalam erlenmeyer.
bercampur.
5. Ambil lagi larutan tersebut sebanyak 25 ml untuk di
 Jumlah NaOH yang digunakan setelah proses ekstraksi
ekstraksi masukkan ke dalam beaker glass.
lebih sedikit dibandingkan sebelum ekstraksi. Hal ini
6. Bawa larutan dan corong pemisah ke lemari asam untuk
karena asam asetat telah terdistribusi atau sebagian
diekstraksi dengan kerosen
asam asetat telah terikat oleh pelarut CCl4 yang
Kalau di praktikum memakai karbon tetra klorida (CCl4)
ditambahkan saat proses ekstraksi. Oleh karena itu
tidak di lemari asam
konsentrasi asam asetat didalam pelarut murni akan
7. Ukur kerosen/CCl4 sebanyak 25 ml masukkan ke dalam
menurun. Enurunan konsentrasi ini berpengaruh thd
corong pemisah.
volume NaOH (titran) saat titrasi.
8. Masukkan asam asetat 25 ke dalam corong pemisah lalu
 Saat proses ekstraksi, sesekali tutup corong pemisah
aduk/kocok campurannya dengan gerakan memutar
dibuka, hal ini untuk menjaga tekanan tekanan
searah selama 5 menit.
didalam corong pemisah agar tetap stabil.
9. Buka sesekali tutup corong pemisah untuk menjaga
 Semakin besar konsentrasi titratnya, maka volume
tekanan di dalamnya.
titran yang dibutuhkan saat toitrasi semakin besar
10.Letakkan corong pemisah pada statif yang disediakan.
begitupun sebaliknya.
11.Lakukan titrasi 10 ml asam asetat sebelum ekstraksi.
 Massa jenis CH3COOH : 1,03 gr/mL
12.Tambahkan indikator pp sebanyak 3 tetes dan titrasi dan
catat volumenya.  Massa jenis CCl4 : 1,59 gr/mL
13.Ambil bagian bawah campuran kerosen dan asam asetat  Lapisan bwh  CCl4
(terjadi 2 lapisan) sebanyak 10 ml 14. Masukkan ke dalam  Lapisan atasCH3COOH
erlenmeyer dan tambahkan indikator pp 3 tetes lalu
titrasi.
Pembahasan:
PERCOBAAN 6
 System binair: suatu kesetimbangan dimana
KESETIMBANGAN UAP CAIR PADA SISTEM BINAIR
terdapat dua cairan atau komponen dalam
kesetimbangan.
Tujuan:
 Larutan ideal: larutan yang memiliki daya tarik
Menentukan sifat larut binair dengan membuat diagram
menarik molekul yang sama.
temperatur versus komposisi dengan menentukan indek
 Larutan non ideal: larutann yg tdk memiliki sifat sifat
biasnya.
dari larutan ideal, system komponen dri non ideal
akan memberikan suatu titik didih maksimum dan
Alat:
minimum
1. Beaker glass 100 ml dan 250 ml
 Azeotrop: Titik didih dan minimum larutan non ideal
2. Gelas ukur 10 ml
 Sifat sifat sebagai larutan ideal:
3. Pipet tetes
1. Homogeny pd seluruh system mulai dari mol
4. Termometer
fraksi 0-1
5. Tabung reaksi
2. Tidak entalpi pencampuran pada waktu
6. Rak tabung reaksi
komponen komponen dicampur membentuk
7. Labu destilat: tempat untuk mencampurkan zat yang
larutan
akan didestilasi atau memisahkan senyawa dengan
3. Tidak ada volume pencampuran
memfokuskan terhadap titik didihnya
4. Memenuhi hukum roult
8. Kondensor : alat untuk proses kondensasi
 Hukum Roult
(pengembunan)
Tekanan parsial uap komponen yang mudah
9. Waterbath
menguap dari larutan akan sama dengan tekanan
10.Waterpam
uap pelarut murni dikalikan dengan nilai fraksi
11.Ember
komponen komponen yang mudah menguap
12.Statif Klem
tersebut”
13.Piknometer : untuk mengukur berat jenis larutan
 2 golong larurtan ideal:
14.Refraktometer: mengukur konsentrasi suatu zat dengan
1. Larutan non ideal deviasi positif Mempunyai
bantuan indek biasnya (menentukan indek bias)
volume ekspansi dimana menghasilkan titik didih
maksimum contoh aseton-karbonil dan HCl -air
Bahan:
2. Larutan non ideal deviasi negative Mempunya
Pelarut: Kloroform (td 61,2oC), benzena, etanol (td 78,37oC)
volume kontraksi dimana akan menghasilkan
Zat terlarut: Aseton (td 56oC)
titik didih minimum contoh benzene-etanol dan
aseton-clorofom
Cara Kerja:
 Larutan yang memiliki titik didih tinggi akan sukar
1. Membuat campuran aseton dan kloroform volume 10 ml
menguap sedangkan larutan yang titik didihnya
dengan perbandingan Aseton 10 ml, 8 ml, 6 ml, 4 ml, 2
rendah akan cepat menguap.
ml, 0 ml Klorogform 0 ml, 2 ml, 4 ml, 6 ml, 8 ml, 10 ml.
 Larutan yang menguap adlh aseton dan yg mnjd
2. Misal digunakan 8 ml kloroform dan 2 ml aseton Ukur 8
destilat jg aseton.
ml kloroform masukan ke dalam tabung reaksi Ukur 2 ml
 Mendidih adalah proses yang terjadi pada semua
aseton masukan ke dalam tabung reaksi.
bagian permukaan suatu larutan
3. Campurkan larutan tersebut ke dalam satu tabung
reaksi.  Menguap adalah suatu proses pada larutan yang
4. Lalu masukan ke dalam labu destilat dan panaskan hanya terjadi pada bagian tertentu.
dengan waterbath 80 derajat celcius.  Proses menguap lebih lama dari mendidih karena
5. Pastikan termometer berada pada leher labu destilat pada menguap partikel cenderung lambat dan pada
untuk mengukur suhu uap (aseton) yang dihasilkan mendidih gerakan partikel cenderung cepat.
campuran.  Alasan menggunakan kloroform dan aseton adalah
Suhu diukur saat tetesan pertama = dew point. perbedaan antara titik didih kloroform dan aseton
6. Hubungkan labu destilat dengan kondensor agar terjadi yang tidak terlalu jauh dan mudah menguap.
proses kondensasi letakkan gelas kimia di ujungnya.  Distilasi merupakan proses pemurnian dengan
7. Hidupkan waterpam dan amati tetesan serta suhunya. pemisahan suatu campuran berdasarkan perbedaan
8. Ambil larutan yang didestilasi dengan pipet tetes dan titik didihnya.
dilihat indek biasnya dengan reftraktometer begitu juga
dengan residunya.
9. Ulangi untuk setiap campuran.
Mekanisme reaksi
 Proses yang terjadi selama destilasi
- Heating: pemanasan campuran aseton dan
kloroform.
- Evaporating: peristiwa penguapan aseton karena
telah mencapai boiling point.
- Cooling: uap aseton mengalir disepanjang
kondensor dan akan didinginkan oleh air
pendingin.
- Condensation: uap aseton yang telah didinginkan
akan berubah fase menjadi fase liquid kembali.
 Jenis Aliran air yang terjadi selama pendinginan
antara air pendingin dan uap.
Aliran Counter Current: aliran antara uap etanol
dengan air pendingin masuk berlawanan.
 Perpindahan panas pada destilasi
- Radiasi: perpindahan panas secara pancaran
(tanpa medium perantara)
- Konduksi: perpindahan panas secara molekuler
(medium perantara tidak ikut berpindah) dimana
terjadi pada bagian bawah labu didih yang
menyebar ke semua bagian labu didih. Konduksi
yang lain juga antara tube di kondensor, uap
panas yg mengalir disepanjang tube akan
terpanasi.
- Konveksi: perpindahan panas secara aliran
(fluida) panas dari labu didih akan memanasi
larutan yg didalamnya. Bagian bawah akan terasa
panas terlebih dahulu (densitas berbanding
terbaliks dengan suhu, semakin tinggi suhu
maka densitas semakin menurun) maka bagian
bawah yg telah terpanasi akan naik keatas
karena densitasnya turun. Sedangkan bagian yg
atas akan turun karena densitasnya lebih besar.
Begitu terjadi seterusnya hingga panasnya
tersebar merata.

Anda mungkin juga menyukai