Makalah Hos Cokroaminoto
Makalah Hos Cokroaminoto
MAKALAH
Oleh:
1. Fahriana Alfiokti Tabacholly (09)
2. Fajar Latif Mursala (10)
3. Prabingesti Anggarsika (17)
4. Tyupnora Agustina (20)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya
dengan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tanpa
adanya kendala yang berarti dan semoga sholawat serta salam tetap tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Penyusunan makalah ini bertujuan
untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang Filofosi Pendidikan dalam
Pemikiran H.O.S Tjokroaminoto (Kajian Ontologis, Epistimologis, dan
Aksiologis) dan juga untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Landasan
Filsafat Pedagogi Jurusan Magister Pedagogi Program Pascasarjana Universitas
Pancasakti Tegal. Atas segala kerendahan hati dan keterbatasan ilmu pengetahuan
dan informasi yang kami terima, kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat
jauh dari sempurna. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
untuk kesempurnaan makalah ini dan semoga makalah ini dapat memberikan
informasi serta bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejak masa prakemerdekaan Indonesia hingga saat ini, posisi dan
peranan ulama cukup penting terhadap proses perubahan sosial
kemasyarakatan, karena ulama merupakan tokoh panutan bagi umat Islam yang
merupakan agama terbesar di Indonesia. Agama pada dasarnya bersifat
independen, yang secara teoritis dan dogmatis saat mungkin terlibat dalam
kaitan saling mempengaruhi dengan kenyataan sosial, ekonomi, dan politik
sebagai unit yang independen, Bagi para penganutnya, agama mempunyai
kemungkinan yang tinggi untuk menentukan pola perilaku manusia dan bentuk
struktur sosial. Dengan demikian ajaran agama (aspek kultural dari agama)
mempunyai potensi untuk mendorong atau bahkan menahan proses perubahan
sosial di mana dalam agama Islam yang strategis, untuk melakukan hal itu
adalah ulama dan pendidikan (pesantren).
Begitu pula dalam dunia pendidikan, peran ulama juga ikut hadir
dalam menuangkan pemikiran-pemikiran yang strategis. Dalam sejarah
pendidikan di Indonesia, tercatat beberapa tokoh penting dari berbagai
golongan dan kelompok masyarakat, diantaranya adalah HOS Tjokroaminoto.
H.O.S Tjokroaminoto dipandang sebagai rule model seorang guru yang sukses
dalam mendidik murid-muridnya. H.O.S Tjokroaminoto bukan sekedar dikenal
sebagai tokoh Pahlawan Nasional, dia juga dikenal sebagai tokoh pendidikan
yang banyak letakkan dasar-dasar pendidikan di era sebelum kemerdekaan.
Pemikiran beliau dalam dunia pendidikan banyak dituangkan dalam sebuah
artiketl yang ia tulis yang berjudul “Moeslim Nationaal Onderwij” atau
pendidikan kebangsaan bagi seorang Pribumi. Beliau menghendaki pendidikan
yang mampu menanamkan kepandaian dan keutamaan budi pekerti.
Nampaknya H.O.S Tjokroaminoto di zamannya juga mengalami
2008), Hlm. 14.
kecemasan pada bidang pendidikan. Demikian pula anggapan bahwa saat ini
kemungkinan bangsa Indonesia telah keluar dari akar pendidikan bangsa itu
5
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana peran HOS Tjokroaminoto dalam pendidikan Indonesia?
2. Bagaimana kajian ontologis dalam pemikiran pendidikan HOS
Tjokroaminoto?
3. Bagaimana kajian epistimologis dalam pemikiran pendidikan HOS
Tjokroaminoto?
4. Bagaimana kajian aksiologis dalam pemikiran pendidikan HOS
Tjokroaminoto?
C. TUJUAN
1. Mengetahui peran HOS Tjokroaminoto dalam pendidikan Indonesia.
2. Mengetahui pemikiran pendidikan HOS Tjokroaminoto dalam kajian
ontologis.
3. Mengetahui pemikiran pendidikan HOS Tjokroaminoto dalam kajian
epistimologis.
4.2008),
Mengetahui
Hlm. 14.
pemikiran pendidikan HOS Tjokroaminoto dalam kajian
aksiologis.
6
BAB II
PEMBAHASAN
anak dari golongan rakyat biasa selalu mendapatkan hambatan untuk masuk ke
sekolah.
Dengan membiarkan rakyat jajahan tetap bodoh, maka Belanda akan
mudah menindas mereka, rakyat yang bodoh tidak tau hak-hak mereka.
Akibatnya hak-hak mereka dengan mudah dapat dirampas oleh kaum penjajah
secara leluasa. Rakyat yang bodoh tidak akan memahami bahwa bumi
Nusantara ini adalah milik mereka sendiri, bukan milik Belanda. Tjokro sangat
menyadari bahwa kebodohan merupakan belenggu yang membutakan mata
rakyat jelata akan hak-hak mereka. Oleh karena itu Tjokro berjuang untuk
membukakan mata kesadaran seluruh bangsa Indonesia dengan jalan
memberikan pendidikan dan pengajaran kepada mereka. Untuk mewujudkan
visinya terseut, Tjokro di kala itu mencetuskan gagasan wajib belajar 15 tahun,
sebagai upaya memberantas kebodohan bangsanya.
Selain itu, pemikiran Tjokro tentang pendidikan banyak ditulisnya
dalam sebuah buku yang berjudul Moeslem Nationaal Onderwijs, berisi
wawasan dan tujuan pendidikan yang dicita-citakannya, yaitu membentuk
manusia berkepribadian muslim, melalui pelatihan otak, menanamkan
semangat kemerdekaan, dan keberanian yang patriotik, membiasakan berbuat
baik, dan hidup sederhana (Sutirja, 2007:21)
Dalam karyanya tersebut memuat pokok-pokok pikiran
Tjokroaminoto tentang Pendidikan, yaitu sebagai berikut:
1. Pendidikan dan pengajaran di sekolah-sekolah harus
bermuatan dan bertujuan untuk menjadikan seorang anak didik
sebagai seorang muslim yang sejati, dan sekaligus menjadi
seorang yang Nasionalis yang berjiwa besar dan penuh
kepercayaan kepada diri sendiri.
2. Dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran tersebut,
haruslah ditanamkan cita-cita demokrasi sebagai benih dan
dalam Islam, semisal kebebasan berfifkir, nilai moralitas, dan nilai toleransi
digunakan tjokroaminoto dalam mendidik anak kandunganya dan dan anak-
anak kost. 5
Tjokro juga mengajarkan kepada anak-anaknya untuk mampu
mengendalikan hawa nafsunya dan mengembangkan kecerdasan. Pengendalian
hawa nafsu diajarkan Tjokro agara seorang anak tidak memiliki sikap serakah
dan tamak. Tjokro berharap dengan membiasakan sikap tersebut, seoarang
anak mampu menjadi pribadi-pribadi yang sabar dalam menghadapi berbagai
masalah. Melatih kecerdasan dan mengembangkannya menurut Tjokro dapat
dilatih dengan berfikir kritis. Tjokro berpesan kepada anak-anaknya agar
meluangkan waktu stiap malam selama 5 menit untuk merenungi apa yang
telah diperbuat dihari itu. Pemikiran tersebut juga bermakna suatu evaluasi diri
bagi seorang anak, agar mampu mengembangkan kecerdasannya dan tidak
mengulagi kesalahan yang sudah diperbuat. 6
Menurut Tjokroaminoto perpaduan antara ajaran agama dan
kepandaian ilmu dipastian mampu memberikan keselamatan dan
menghindarkan seseorang dari kerendahan derajat. Tjokro juga menambahkan
bahwa, pendirian sekolah- sekolah , kajian mengenai akhlak maupun ajaran
agama harus diajarkan. Tujuannya sangat jelas, yaitu member pengajaran
terhadap akhlak dan budi pekerti. Harus ada keseimbangan antara kepandaian
dunia dan kepandaian akhirat. Strategi pendidikan berbasis agama, pada
dasarnya tidak jauh berbeda dengan strategi pendidikan lainnya.
Perbedaannya pada nilai spiritual dan mental yang menyertai pada saat
dilangsungkan proses pembelajaran. Esensi dalam pendidikan berbasis
keagamaan lebih menekankan pada nilai normative yang bersumber dari
ajaran-aaran agama.7 Penerapan pendidikan berbasis agama jga menjadi
alternative penyelenggaraan pendidikan.
Kurang lebih terdapat lima pemikian utama Tjokroaminoto dalam
mendidik yang semuannya berlandaskan pada Napas Islam. Gagasan
2008), Hlm. 14.
pertamanya adalahmenanamkan benih kemerdekaan dan serta benih demokrasi
yang telah menjadi tanda kebesaran dan tanda perbedaan umat Islam adazaman
19
Oleh karena itu pengaruh-pengaruh yang negatif yang datang dari luar
atau dari masyarakat kita sendiri harus dicegah sehingga anak-anak didik kita
haruslah sungguh-sungguh mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang
memungkinkan mereka menjadi seorang muslim yang sejati.
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran Sarekat Islam, ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan keduniaan dan ilmu tentang agama
Islam tidak boleh dipisah-pisahkan, dengan kata lain segala keperluan
kehidupan dan penghidupan serta tujuan hidup atau penyerahan diri kepada
Allah SWT untuk hidup diahirat harus berjalan paralel dan seimbang. Hal ini
dimaksutkan agar tidak terjadi satu pihak menguasai penuh berbagai macam
ilmu pengetahuan keduniaan tetapi mereka buta terhadap agama Islam.
Sebaliknya adakelompok yang mahir dalam ilmu agama Islam, tetapi otaknya
kosong dari ilmu pengetahuan tentang keduniaan.
Pendidikan dan pengajaran haruslah menghasilkan pemuda dan
pemudi yang dapat memahami dan terjun dalam kehidupan medern dengan
kemampuan mengusai ilmu pengeahuan keduniaan bahkan yang paling
mutahir, tetapi sekaligus memiliki jiwa roh Islam, jiwa Islam. Sehingga mereka
mampu menghadapi segala tantangan dan godaan yang menimpa dirinya,
masyarakat maupun bangsa Indonesia menuju peradaban dan kebudayaan
bangsa yang mulia dan bernilai tinggi.8
2008), Hlm. 14.
Sebelas poin diatas secara ringkas merupakan prinsip-prinsip pokok
yang berkenaa dengan isi, jiwa dan sistependidikan yang harusdilaksaakan oleh
21
kehidupan sehari- hari. Strategi yang diterapkan oleh Tjokro tertuang dalam
keteladanan hidupnya sehari-hari. Tjokro berpendapat bahwa ilmu yang
seharusnya dituntut ialah ilmu yang diperoleh dengan setinggi-tingginya akal,
namun tidak terlepas dengan nilai- nilai luhur budi pekerti. Salah satu
ungkapan Tjokro yang paling popular ialah, setinggi-tinggi ilmu, semurni-
murni tauhid, sepintar-pintar siasat. Ilmu hendaknya dituntut setinggi mungkin,
namun budi pekerti dan nilai luhur hendaknya tetap dijadikan pegangan dan
dalam menjalani kehidupan manusia harus memiliki suatu rencana atau siasat
agar hidup memiliki tujuan yang jelas.10
tinggal di negeri kita? Kali ini aku bertanya lebih keras, rakyat tani kita yang
mencucurkan keringat mati kelaparan dengan makan segobang sehari, kat
Alimin, yaitu orang yang memperkenalkanku dengan Marxisme, kita menjadi
bangsa kuli dan menjadi kuli diantara bangsa-bangsa, sela kawannya yang
bernama Musso, Sarekat Islam bekerja untuk memperbaiki keadaan dengan
mengajukan mosi-mosi kepada pemerintah, kata pak Tjokro menerangkan
dengan kelihatan begitu senang mempunyai murid-murid yang begitu
bersemangat.”11
Soekarno dan teman-temanya benar-benar memanfaatkan waktu
diskusi untuk belajar dari Tjokroaminoto maupun tamu Tjokroaminoto. Tjokro
selalu menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh Soekarno sembari
mebangun kesadaran tentang nilai-nilai kebangsaan dalam diri pemuda. Tjokro
menegaskan bahwa tidak ada kemenangan yang mampu dicapai tanpa
kekuatan, dan tiadak ada kekuatan yang dicapai tanpa adanya persatuan.
Soekarno menganggap tjokro sebagai guru yang secara langsung maupun tidak
langsung memberikan pengajaran padanya. Soekarno melihat sosok Tjokro
sebagai seorang pejuang yang memiliki daya cipta dan cita-cita tinggi serta
seorang pejuang yang mencintai tanah airnya.
Tjokro mengatakan bahwa Nasionalisme erat kaitanya dengan usaha
untukmenempatkan seseorang pada tataran bangsa (natie). Nasionalisme
mencoba ditanamkan Tjokro dalam memberikan kesadaran kebangsaan pada
diri anak-anak kost. Nasionalisme merupakan suatu paham yang berpendapat
bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan pada Negara kebangsaan.
Ketika seseorang mulai mencintai negaranya, atau dalam kata lain telah
tertanam jiwa Nasionalisme apapun akan dilakukan demi negarannya.
Penanaman kesadaran terhadap realitas bangsa yang coba diberikan
Tjokro terhadap murid-muridnya, manjadikan Soekarno dan teman-temnnya
menjadi
12Johan
2008), Hlm. 14. Rinahani, Rumah Guru Bangsa, (Surabaya: Saga, 2016),
Hlm. 95.
26
1414.Freire,
2008), Hlm. P, Politik Pendidikan, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007).
Hlm. 94.
27
1514.Yamin,
2008), Hlm. M, Startegi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta:
Gaung Persada,
28
20
Mulawarman, Aji Dedi, Jang Oetama
Jejak Dan Perjuangan Hos Tjokraminoto,
(Yogyakarta: Galang Pustaka, 2015), Hlm. 12.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Student Centered Learning (SCL) atau pembelajaran yang berpusat
pada siswa adalah metode pembelajaran yang menuntut siswa untuk
memilih apa yang harus dipelajari, bagaimana caranya, dan kenapa hal
atau materi tersebut harus dipelajari. Dari nama sistem
pembelajarannya dapat disimpulkan bahwa siswa menjadi pusat dari
proses belajar mengajar. Karakteristik dari sistem pembelajaran
dengan metode SCL pada umumnya yaitu keaktifan siswa dalam
menggali informasi secara mandiri serta kemampuan siswa dalam
mengaitkan suatu informasi yang didampingi oleh seorang guru
sebagai fasilitator.
2. Penerapan Student Centered Learning (SCL) di kelas yakni dnengan
menerapkan berbagai metode pembelajaran yang mendukung
keaktifan siswa di kelas. Beberapa model pembelajaran yang
mendukung dalam penerapan SCL antara lain: Small Group
Discussion, Play and Simulation, Discovery Learning, Self-Directed
Learning, Cooperative Learning, Collaborative Learning, Contextual
Learning, Project Based Learning, Problem Based Learning &
Inquiry.
3. Kelebihan dari sistem pembelajaran ini yaitu lebih aktifnya siswa
dalam proses pembelajaran dan membuat proses belajar mengajar
tidak kaku dan terlalu konseptual. Namun SCL juga memiliki
kekurangan seperti siswa yang biasanya kurang paham dengan materi
yang diberikan oleh guru atau fasilitator.
B. REKOMENDASI
2008), Hlm. 14.
Berdasarkan tulisan ini penulis memberikan rekomendasi
pembelajaran berpusat siswa antara lain sebagai berikut.
38
DAFTAR PUSTAKA