Anda di halaman 1dari 4

PRIM DAN LYNN

Satu ...

Dua ...

Ti–

"Prim!"

Belum ada tiga langkah dari pintu saat kedua orang tuanya berteriak memanggilnya. Ah ...
Orang tuanya pasti tau nilai ulangan hariannya.

"Apa-apaan ini, mengapa nilai matematika mu hanya 80?!! Dulu nilai matematika ayahmu ini
bahkan tidak pernah kurang dari 95!"

"Ini juga, kenapa nilai IPA mu sangat jelek?!! 75?! Yang benar saja."

"Kamu seharusnya bisa seperti temanmu itu, si Lynn. Dia tidak pernah gagal dalam ulangan
akademik!"

Nama itu lagi. Kenapa selalu dia? Tidakkah aku juga pintar? Hanya saja bidang kita yang
berbeda. Lalu mengapa mereka tidak menghargai nilai yang sudah aku dapat dengan susah
payah?

"Ayah ... Nilai pelajaranku selain matematika dan ipa juga bagus, bahkan baru-baru ini juga tim
basket ku juara 1 dalam turnamen tingkat kota." Jawabku setelah hening beberapa saat.

"Lalu? Seharusnya kau bisa seperti Lyyn. Dia pintar di semua bidang akademik. Memangnya
kenapa kalau tim mu juara 1 tingkat kota?! Untuk apa?! Kalau pelajaran kan bisa untuk masa
depan. Seharusnya kamu bejara yang giat agar nilai kedua pelajaran itu bagus."

Entahlah yang dilakukan ayah selanjutnya, karena aku langsung masuk ke kamarku untuk
menangkan diri dan menangis ...
Disini aku sekarang. Didepan sekolah yang sudah satu tahun lebih menjadi tempat penimba
ilmuku. Keadaan di sekolah masih sepi walaupun jam sudah menunjukkan jam 06.45, yang
artinya 15 menit lagi bel akan berbunyi. Sampai kelas, aku langsung duduk di tempat dudukku,
lalu menelusukkan kepalaku ditangan yang bertumpu pada meja.

'Masih ada 15 menit, akan kugunakan untuk tidur sebentar.'

Itu adalah niat awalku sebelum terganggu oleh bising di kelas. Karena aku sangat malas untuk
mendongakkan kepalaku, maka aku hanya mendengarkan pembicaraan mereka.

"Lynn sangat hebat, dia kemarin mendapat juara 1 olimpiade mipa."

"Lynn juga kemarin mendapat nilai yang hampir sempurna di pelajaran akademik kan?"

"Iya, kau benar. Dia sangat pintar"

'Dia lagi. Tidak di rumah, tidak di sekolah, selalu dia yang menjadi pembicaraan.'

Sejuk.

Satu kata sudah menjelaskan bagaimana suasana disini. Ditemani oleh semilir angin, disini lah
tempat yang pas untuk menenangkan diri. Danau belakang sekolah. Inilah tempat yang sering
aku kunjungi ketika sedang ingin menenangkan diri, karena jarang sekali ada siswa yang berlalu
lalang disini.

Ku goyangkan kakiku sambil menutup mata, merasakan ketenangan disini. Setidaknya


sebelum ku mendengar seseorang memanggil namaku.

"Prim, ngapain disini?"

Ah, dia lagi.


"Hanya menenangkan diri, kenapa?"

"Boleh aku bergabung?"

Sepertinya itu bukan pertanyaan, tetapi seperti pernyataan. Karena di detik setelahnya ia
langsung duduk di sebelahku dan memejamkan mata untuk merasakan angin yang sejuk.

"Aku kadang iri kepadamu." Itulah yang ia katakan setelah hening beberapa saat.

"Bukannya aku yang harus bilang begitu? Kamu pintar, hampir di semua pelajaran." Kataku
sambil tertawa sinis.

Dia tertawa, ntah apa yang lucu dari kata-kataku.

"Tidakkah kamu pikir kamu juga pintar? Nilai olahraga, seni, dan prakaryamu selalu dapat 100.
Bahkan aku saja hanya dapat 85."

"Kau tau? Dirumah, orang tuaku selalu membicarakan mu, apalagi saat kau menang juara
turnamen olahraga basket kemarin." Lanjutnya dengan sedikit tertawa sedih, mungkin (?)

"Kalau begitu kita sama." Kataku sambil sedikit tersenyum.

"Sama? Apanya?"

"Ayahku juga selalu membicarakan mu setiap hari, nilaiku selalu dibandingkan denganmu, aku
sampai lelah mendengarnya."

"Oh ya? Ini artinya selama ini kita saling iri? Hahaha." Dia tertawa, kali ini lebih bebas.

"Ya, tepat sekali." Aku menjawab dengan tertawa juga.

"Bagaimana kalau kita berteman saja? Daripada saling iri kan? Nanti akan aku ajarkan pelajaran
yang kamu tidak bisa, tapi kamu juga ajarkan aku bermain basket ya?"

Ya, itulah awal dari persahabatan kita, satu tahun lalu.

"Prim! Bagaimana nilaimu?"


"Kenapa kau kepo? Aku tidak mau beritahu, wlek!"

"Kenapa kau sangat pelit, aku yang mengajarimu matematika untuk ulangan kali ini, sini
berikaaaannn!"

Ya, begitulah. Lynn akan mengajariku pelajaran-pelajaran yang sulit aku pahami. Dan aku
akan mengajarinya olahraga dan pelajaran lain yang membutuhkan praktek.

Semua orang punya kelemahan dan kelebihan nya masing-masing, jangan disamaratakan.
Bukankah lebih baik seperti aku dan Lynn? Kita saling membantu satu sama lain.

Daripada bersifat iri, lebih baik berteman bukan?

NAMA: NABILA LARISSA PUTRIADNI

KELAS: 9D

ABSEN: 21

Anda mungkin juga menyukai