Anda di halaman 1dari 37

Pertemuan 10

PERENCANAAN RISET MEREK


A. Riset Pemasaran dan Merek

Menurut Maholtra dalam American Marketing


Association (AMA) mengatakan bahwa riset pemasaran adalah
identifikasi, pengumpulan, analisis, dan penyebaran (pembagian)
informasi yang sistematis dan objektif untuk meningkatkan
pengambilan keputusan yang berhubungan dengan identifikasi
dan solusi masalah-masalah dan kesempatan-kesempatan dalam
pemasaran
Riset pemasaran adalah proses identifikasi, pengumpulan,
analisis, dan penyebaran informasi tentang masalah-masalah dan
kesempatan-kesempatan pasar secara sistematis, dimana hasil
yang diperoleh dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk
membuat keputusan-keputusan untuk mengevaluasi, memonitor,
dan mengoptimalkan performa pemasaran.
Dalam kegiatan pemasaran, merek merupakan asset
prestisius yang dimiliki perusahaan, dalam kondisi pasar yang
kompetitif preferensi dan loyalitas pelanggan terhadap merek
adalah kunci kesuksesan. Persaingan merebut pangsa pasar tidak
terlepas dari kemampuan membentuk persepsi konsumen dan
bagaimana memenangkan pertempuran persepsi konsumen
tersebut.
Salah satu upaya membangun persepsi dapat dilakukan
melalui jalur merek. Merek yang prestesius adalah merek yang
memiliki brand equity (ekuitas merek) yang kuat, dengan kata lain
ekuitas merek yang kuat akan mampu mengembangkan
keberadaan suatu merek dalam persaingan apapun dalam jangka
waktu yang lama.
Upaya memahami elemen-elemen ekuitas merek dan
pengukurannya menjadi penting untuk dapat menyusun langkah
strategis bagi perusahaan melalui riset yang berkelanjutan
B. Proses Riset
Tahap-tahap proses kegiatan riset dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Identifikasi dan Penetapan Masalah

Masalah merupakan suatu kesulitan yang dirasakan, konkrit dan


memerlukan solusi. Suatu kesenjangan antara apa yang seharusnya
dengan apa yang ada dalam kenyataan atau antara apa yang
diperlukan dengan apa yang tersedia atau antara harapan dengan
kenyataan dan sebagainya
Menurut Notohadiprawiro (2006) permasalahan dalam penelitian
yang baik yaitu:
1. Bermanfaat, artinya mempunyai nilai dan kelayakan penelitian dari
segi manfaat/kontribusi dan berguna untuk mengembangkan suatu
teori
2. Fisibel/dapat dipecahkan (konkret) di mana ada data dan metode
pemecahannya
3. Dapat dilaksanakan, yang meliputi kemampuan teori dari peneliti,
waktu yang tersedia, tenaga yang tersedia, danan yang tersedia, adanya
faktor pendukung, tersedianya data, tersedianya izin dari pihak yang
berwenang.
4. Adanya faktor pendukung yang meliputi tersedianya data dan
tersedianya izin dari pihak yang berwenang.
5. Spesifik mengenai bidang tertentu (jelas ruang lingkup
pembahasannya).
Peneliti harus melakukan identifikasi dengan komprehensif untuk
menentukan permasalahan dari suatu merek dengan membaca berbagai
sumber dan merekam fenomena yang ada. Masalah bisa muncul karena
beberapa sebab antara lain sebagai berikut :
1. Karena adanya pengaduan muncul karena konsumen tidak menerima
kepuasan dari barang/jasa yang diberikan perusahaan.
2. Karena adanya persaingan, lingkungan industri sekarang yang sangat
keras dan kejam dalam persaingan bisnis.
2. Batasan Ruang Lingkup Masalah
Selanjutnya karena adanya keterbatasan waktu, dana, tenaga, teori dan
supaya penelitian dapat dilakukan dengan baik dan mendalam maka tidak
semua masalah terkait merek akan diteliti
Untuk itu peneliti umumnya memberikan batasan variabel apa saja yang
akan diteliti, berdasarkan batasan masalah ini maka selanjutnya peneliti
merumuskan masalah penelitian.

3. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan pernyataan penelitian yang menjabarkan dari
apa yang ada dalam identifikasi dan pembatasan masalah penelitian.
Masalah yang di rumuskan dengan baik, sebenarnya telah mampu menjawab
sebagian dari masalah itu sendiri.
Secara umum rumusan masalah yang baik adalah yang menyatakan
hubungan antara dua variabel atau lebih yang dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan.
Menurut Sugiyono bentuk-bentuk permasalahan penelitian di
kelompokan kedalam bentuk masalah deskriptif, komperatif dan
asosiatif.
a). Permasalahan deskriptif adalah permasalahan yang berkenaan
dengan pertanyaan terhadap variable mandiri baik pada satu variable
atau lebih. Dalam penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan
atau mencari hubungan dengan variabel lainya.
Contoh :
1. Apakah Iphone sebagai merek top of mind dikategori smartphone di
kalangan mahasiswa ?
2. Seberapa baik interaksi kerja karyawan di Perusahaan X?
b). Permasalahan komparatif; suatu permasalahan membandingkan
keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang
berbeda.
Contoh :
1. Adakah perbedaan tingkat loyalitas merek produk Indomie,
Sarimi, dan Mie Sedap di kalangan mahasiswa?
2. Adakah perbedaan kualitas pelayanan antara Bank Pemerintah
dan Bank Swasta?
c). Permasalahan asosiatif adalah pernyataan penelitian yang bersifat
hubungan antara dua variabel atau lebih, bisa bersifat hubungan
simetris, kausal dan interaktif.
Contoh permasalahan hubungan simetris:
1. Adakah hubungan antara brand awareness dengan tingkat
pendidikan?
2. Apakah terdapat hubungan “antara” tingkat pelayanan “dengan”
kepuasan pelanggan?
Contoh permasalahan hubungan kausal :
1. Adakah pengaruh brand awareness dan brand loyalty terhadap
keputusan pelanggan membeli produk X?
2. Adakah pengaruh kepemimpinan terhadap prestasi kerja?

Contoh permasalahan hubungan Interaktif/resiprocal:


1. Adakan hubungan antara motivasi dan prestasi (di sini dapat
dinyatakan motivasi mempengaruhi prestasi dan juga prestasi
mempengaruhi motivasi)?
2. Ada hubungan antara penentuan harga dengan tingkat penjualan?
4. Tujuan Penelitian
Perumusan tujuan riset atau penelitan mencakup pernyataan tentang
mengapa riset dilakukan, sasaran riset, dan dampak hasil riset.
Rumusan tujuan harus selalu konsisten dengan rumusan masalah.
Berapa banyak masalah dirumuskan, sebanyak itu pula tujuan yang
akan dicapai. Tujuan yang jelas memberikan landasan untuk
perancangan proyek riset, untuk pemilihan metode yang paling tepat
dan untuk pengolahan riset setelah dimulai serta memberikan bentuk
dan makna bagi laporan akhir.
Contoh tujuan riset :
Masalahnya: Apakah Iphone sebagai merek top of mind dikategori
smartphone di kalangan mahasiswa ?
Tujuan: untuk mengetahui merek Iphone menjadi top of mind
kategori smartphone di kalangan mahasiswa.
5. Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian merupakan dampak dari tercapainya tujuan.
Kalau tujuan penelitian dapat di capai dan rumusan masalah dapat
terjawab secara akurat maka sekarang kegunaannya apa. Pada umumnya
manfaat penelitian ini dapat ditujukan untuk kepentingan akademis dan
praktis atau manfaat untuk peneliti, perusahaan, dan masyarakat.

6. Landasan Teori
Landasan teori adalah teori-teori yang relevan yang dapat digunakan
untuk menjelaskan tentang variabel yang akan diteliti serta sebagai
dasar untuk memberikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
yang diajukan (hipotesis) dan penyusunan instrumen penelitian.
Riset brand equity (ekuitas merek) meliputi penelitian tentang elemen-
elemen ekuitas merek dapat mengacu kepada berbagai teori, salah satu
yang utama adalah pendapat dari David A. Aaker yaitu elemen brand
awareness, brand association, perceived quality, dan brand loyalty.

a). Brand Awareness (Kesadaran Merek)


adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali,
mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu produk
tertentu.
Pada suatu ketika Anda berkumpul dengan teman-teman kemudian
Anda meminta mereka satu demi satu menyebutkan merek minuman
ringan apa yang diingat mereka. Dari jawaban yang disampaikan tentu
ada merek yang tidak disebutkan, dari sini bisa akan diprediksikan
kemungkinan penjualan terhadap merek tersebut.
Peran brand awareness tergantung pada tingkatan akan pencapaian
kesadaran di benak konsumen. Piramida brand awareness terdiri
dari: brand unaware, brand recognition, brand recall, dan top of
mind.
Tingkatan brand awareness dalam ekuitas merek yang paling rendah
adalah brand recognition (pengenalan merek) atau di sebut juga
sebagai tingkatan pengingatan kembali dengan bantuan (aided
recall);
tingkatan kedua brand recall (pengingatan kembali merek) atau
tingkatan pengingatan kembali tanpa bantuan;
tingkat berikutnya adalah top of mind ( kesadaran puncak pikiran).
Top of mind adalah brand awareness tertinggi dari berbagai merek
yang ada dalam pikiran konsumen.
b) Brand Association (Asosiasi Merek)
adalah segala kesan yang muncul di benak seorang yang terkait dengan
ingatannya mengenai suatu merek. Berbagai asosiasi merek saling
berhubungan akan menimbulkan suatu rangkaian yang disebut brand
image. Semakin banyak asosiasi yang saling berhubungan, semakin
kuat brand image yang dimiliki oleh merek tersebut.

Asosiasi-asosiasi yang terkait dengan suatu merek umumnya di


hubungkan dengan berbagai hal (Durianto, dkk.)
1. Atribut merek 7. Orang terkenal/khalayak
2. Intangible atribut 8. Gaya hidup/Kepribadian
3. Manfaat bagi pelanggan 9. Kelas produk
4. Harga relatif 10. Kompetitor/pesaing
5. Penggunaan 11. Negara/wilayah geografis
6. Pengguna/pelanggan 12. dan sebagainya
c. Brand Perceived Quality (Persepsi Kualitas Merek)
adalah persepsi pelanggan terhadap terhadap kualitas suatu merek
produk. Persepsi terhadap kualitas keseluruhan dari suatu produk atau
jasa dapat menentukan nilai dari produk atau jasa tersebut dan
berpengaruh secara langsung kepada keputusan pembelian konsumen,
loyalitas mereka terhadap merek. Jika persepsi kulitas terhadap suatu
merek produk negatif dibenak konsumen maka dapat diprediksikan nasib
dari kelanjutan produk tersebut.
Mengacu pendapat David A Gavin dalam (Durianto), dimensi persepsi
kualitas merek dibagi menjadi tujuh yaitu
1. Kinerja: melibatkan berbagai karakteristik operasional utama, missal
karakteristik operasional utama mobil adalah kecepatan, akselerasi,
system kemudi dan kenyamanan.
2. Pelayanan: mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan pada
produk tersebut, misal melayani 24 jam
3. Ketahanan: mencerminkan umur ekonomis dari produk tersebut.
Misal produk baterai yang mengatakan mampu hidup selama 3
tahun.
4. Keandalan: konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk
dari satu pembelian ke pembelian berikutnya.
5. Karakteristik produk: bagian-bagian tambahan dari produk (feature).
Penambahan ini biasanya di gunakan sebagai pembeda yang utama
dari kategori produk sejenis.
6. Kesesuaian dengan spesifikasi: merupakan pandangan mengenai
kualitas proses manufaktur (tidak ada cacat produk) sesuai dengan
spesifikasi yang ditentukan dan teruji.
7. Hasil: mengarah pada kualitas yang dirasakan yang melibatkan enam
dimensi sebelumnya, jika perusahaan tidak dapat menghasilkan
“hasil akhir” produk yang baik maka kemungkinan produk tidak
memiliki atribut lain yang penting
Dimensi perceived quality untuk konteks jasa, yang sering
digunakan adalah pendapat dari Parasuraman, Zeithaml dan Berry,
di antaranya meliputi:
1. Bentuk fisik: apakah fasilitas fisik, perlengkapan kantor dan
penampilan pegawai mengesankan kualitasnya?
2. Kompetensi: apakah karyawan memiliki pengetahuan yang
memadai dalam melaksanakan tugasnya? Apakah karyawan
mengesankan dan memiliki percaya diri yang tinggi
3. Keandalan: dapatkah tugas (jasa) tersebut dikerjakan karyawan
dengan akurat dan meyakinkan.
4. Tanggung jawab: apakah petugas pemberi jasa berkemauan untuk
membantu para pelanggan dengan pelayanan yang sebaik-
baiknya.
5. Empati: apakah petugas menunjukan kepedulian dan perhatian
kepada permasalahan /kebutuhan setiap pelanggan ?
d). Brand Loyalty (Loyalitas Merek)
merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek.
Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya
seorang pelanggan beralih ke merek produk yang lain, terutama jika pada
merek tersebut didapati adanya perubahan, baik menyangkut harga ataupun
atribut lainnya.
Dalam kaitannya dengan brand loyalty suatu produk terdapat beberapa
tingkatan, masing-masing tingkatan menunjukan tantangan pemasaran yang
harus dihadapi sekaligus asset yang dapat dimanfaatkan.
Adapun tingkatan loyalitas merek tersebut adalah
1. Switcher (berpindah-pindah): loyalitas paling dasar, semakin sering
pelanggan memindahkan pembeliannya maka semakin tidak loyal
pelanggan tersebut.
2. Habitual buyer (pembeli yang bersifat kebiasaan), pembeli yang yang
puas dengan merek produk, sehingga tidak ada alasan pelanggan untuk
membeli merek produk lain atau berpindah terutama jika peralihan
tersebut memerlukan usaha, biaya maupun pengorbanan lainnya.
3. Satisfied buyer (pembeli yang puas dengan biaya peralihan): pada
tingkat ini pembeli termasuk dalam kategori pelanggan puas bila
mengkonsumsi merek tersebut, meskipun demikian mungkin saja
mereka memindahkan pembeliannya ke merek lain dengan
menanggung switching cost (biaya peralihan) yang terkait dengan
waktu, uang, atau resiko kinerja yang melekat dengan tindakan mereka
beralih merek.
4. Likes the brand (menyukai merek): pembeli yang sungguh-sunguh
menyukai merek produk. Ada keterikatan emosial pembeli dengan
produk, bisa muncul kerena keyakinan, simbol, pengalaman pribadi
atau kerabat, dan persepsi kualitas.
5. Comitted buyer (pembeli yang komit): pembeli yang setia, mereka
memiliki kebanggaan sebagi pengguna suatu merek dan bahkan merek
tersebut menjadi sangat penting bagi mereka dipandang dari segi fungsi
maupun sebagi suatu ekspresi mengenai siapa sebenarnya mereka. Pada
tingkatan ini pelanggan aktif merekomendasikan dan mempromosikan
merek produk kepada pihak lain, bahkan melakukan pembelaan dan
turut membantu merek jika terdapat ada permasalahan.
7. Hipotesis
Berdasarkan teori yang di bangun sesuai variabel-variabel penelitian
selanjutnya didapat digunakan menyusun suatu hipotesis. Hipotesis
merupakan jawaban sementara yang diajukan terhadap rumusan masalah
yang diajukan. Karena sifatnya sementara maka diperlukan adanya
pembuktian kebenarannya melalui pengumpulan data empirik dan
analisis data dengan menggunakan metode tertentu yang sesuai dengan
data yang dikumpulkan. Hipotesis dapat saja tidak diperlukan, umumnya
pada penelitian kualitatif/deskriptif, tetapi untuk penelitian kuantitatif
hipotesis umumnya selalu digunakan.
8. Metode Penelitian
Metode riset yang dipilih hendaknya dibuat dengan mempertimbangkan
kondisi di atas dengan tujuan khusus untuk mendukung tujuan riset.
Bermacam metode riset bisnis yang umum dipakai adalah metode studi
kasus, metode survei, metode pengembangan, metode tindak lanjut
(follow up study), metode analisis isi, metode kecenderungan, metode
korelasional, dan metode eksperimen.
9. Metode Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Jadi populasi bukan hanya orang tetapi juga obyek dan benda-benda.
Populasi juga bukan sekedar jumlah jumlah yang ada pada obyek/subyek
yang dipelajari tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki
oleh subyek atau obyek itu.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi sangat besar dan peneliti memiliki
keterbatas biaya, waktu dan tenaga peneliti dapat menggunakan sampel
yang diambil dari populasi.
Teknik Sampling adalah teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan
sampel yang digunakan dalam penelitian terdapat berbagai teknik
sampling yang bisa digunakan, yang pada dasarnya di kelompokan
menjadi dua yaitu probability sampling dan nonprobability sampling
• Probability sampling: Teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota)
populasi yang dipilih menjadi anggota sampel.
• Nonprobability sampling: Teknik pengambilan sampel yang tidak
memberikan peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau
anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.
Menentukan Ukuran Sampel

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel selain


metode pengambilan sampel di atas adalah tingkat ketepatan
(precision) dan tingkat kepercayaan (confidence) sampel. Ketepatan
(precision) mengacu pada seberapa dekat estimasi peneliti berdasarkan
sampel yang terpilih terhadap karakteristik yang sebenarnya dari
populasi.
Confidence level: derajat kepercayaan atau ketelitian pengambilan
sebuah sampel. Confidence level 95%-99%.
Semakin tinggi Condidence level semakin dapat dipercaya data
tersebut. (100-CL = 1%-5%) adalah persen kelonggaran ketidaktelitian
karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir.
Berapa banyak jumlah atau ukuran sample yang harus diambil dalam
penelitian, ada banyak cara yang digunakan salah satunya adalah
menggunakan rumus slovin sebagai berikut:

n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan
pengambilan sampel yang masih dapat ditolelir atau diinginkan,
misalnya 5%.
Misal: jumlah populasi 8000 orang, dengan tingkat kesalahan 5% atau
tingkat kepercayaan 95% maka jumlah sampel yang diambil adalah
sebanyak 381 orang.
Dalam menentukan ukuran sampel juga bisa memperhatikan pedoman
kasar yang dikemukakan oleh Roscoe (Sekaran, 2000), yaitu:
1. Jumlah sampel yang paling sesuai untuk hampir semua penelitian
adalah 30 < n < 500
2. Apabila sampel dibagi ke dalam beberapa sub sampel (laki-laki dan
perempuan, senior dan yunior) jumlah sampel minimum untuk tiap
kategori adalah 30
3. Dalam penelitian multivariate (multiple regression analysis) jumlah
sampel harus beberapa kali (sekitar 10 kali atau lebih) lipat dari
jumlah variabel dalam penelitian.
4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana dengan pengendalian
ekperimental yang ketat, penelitian yang baik dapat dilakukan dengan
menggunakan sampel sekitar 10 sampai 20.
10. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan menujukan cara-cara yang dapat di tempuh untuk
memperoleh data yang di butuhkan, dalam hal ini kita mengenal:
metode pengumpulan data primer dan metode pengumpulan data
sekunder.

a. Metode pengumpulan data primer


merupakan data yang didapat dari sumber pertama, misalnya dari
individu/perseorangan. Untuk mendapatkan data primer peneliti
langsung melakukan observasi baik dilapangan atau di laboratorium.
Mendapatkan data primer dapat dilakukan dengan survei atau
percobaan.
Survei dapat dilakukan jika data yang dicari sebenarnya sudah ada
dilapangan atau di sasaran penelitian lainnya. Teknik pengumpulan
data dengan survei dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Wawancara dengan responden adalah mengumpulkan data dengan
menanyakan langsung kepada informan atau pihak kompeten
dalam suatu permasalahan. Pertanyaan di persiapkan terlebih
dahulu diarahkan pada informasi yang akan digali sesuai masalah
yang akan di cari jawabannya. Pertanyaan dapat berkembang untuk
menggali data lebih dalam selama proses wawancara berlangsung.
2. Angket, adalah jawaban tertulis dari informan/responden atas daftar
pertanyaan/kuesioner yang diberikan oleh peneliti.
3. Menggunakan telepon (polling) ataupun melakukan observasi
langsung.
4. Percobaan: dilakukan jika data yang ingin diperoleh belum
tersedia dan dengan demikian variabel yang akan diukur harus
dimunculkan datanya melalui suatu percobaan.
b. Metode pengumpulan data sekunder
sering di sebut metode penggunaan bahan dokumen, karena dalam hal
ini peneliti tidak secara langsung melakukan penelitian sendiri tetapi
meneliti dan memanfaatkan data dari dokumen yang dihasilkan pihak
lain. Tentunya sumber data sekunder ini harus dapat
dipertangungjawabkan dan mendapatkannya secara legal.
Data penelitian di dapat dari sumber dari :
➢ Media massa
➢ BPS (laporan statistik)
➢ Lembaga pemerintah atau swasta
➢ Lembaga penelitian
➢ Hasil penelitian dan publikasi ilmiah
➢ Penelitian kepustakaan.
Etika Pengumpulan Data

1. Memperlakukan informasi yang diberikan responden dengan


memegang prinsip kerahasiaan dan menjaga pribadi responden
merupakan salah satu tanggung jawab peneliti.
2. Peneliti tidak boleh mengemukakan hal yang tidak benar mengenai
sifat penelitian kepada subjek. Dengan demikian, peneliti harus
menyampaikan tujuan dari penelitian kepada subjek dengan jelas.
3. Informasi pribadi atau yang terlihat mencampuri sebaiknya tidak
ditanyakan, dan jika hal tersebut mutlak diperlukan untuk penelitian,
maka penyampaiannya harus diungkapkan dengan kepekaan yang
tinggi kepada responden, dan memberikan alasan spesifik mengapa
informasi tersebut dibutuhkan untuk kepentingan penelitian.
4. Apapun sifat metode pengumpulan data, harga diri dan kehormatan
subjek tidak boleh dilanggar
5. Tidak boleh ada paksaan kepada orang untuk merespon survei dan
responden yang tidak mau berpartisipasi tetap harus dihormati.
6. Dalam study lab, subjek harus diberitahukan sepenuhnya mengenai
alasan eksperimen setelah mereka berpartisipasi dalam studi
7. Subjek tidak boleh dihadapkan pada situasi yang mengancam
mereka, baik secara fisik maupun mental.
8. Tidak boleh ada penyampaian yang salah atau distorsi dalam
melaporkan data yang dikumpulkan selama studi
Jenis Data Penelitian
Data yang diperoleh dapat diklasifikasikan menurut jenisnya
berdasarkan kriteria sebagi berikut :
❑ Data kualitatif dan kuantitatif
Data kualitatif data dikumpulkan berbentuk keterangan, kata, kalimat
gambar atau catatan dengan berskala ukur nominal dan ordinal
sedangkan data kuantitatif data yang berbentuk angka, dengan skala
ukur interval dan rasio.
❑ Data internal dan eksternal
Data internal data yang didapat dari dalam perusahaan tempat riset,
sedangkan data ekternal adalah data yang mengambarkan keadaan
di luar perusahaan
❑ Data time series dan cross section
Data time series merupakan data dikumpulkan dari beberapa
tahapan waktu secara kronologis, sedangkan data cross section
dikumpulkan pada waktu dan tempat tertentu saja.
Skala Pengukuran
Dalam statistika dibedakan ada empat macam skala pengukuran untuk
menilai obyek pengamatan dalam penelitian yaitu :
1. Skala Nominal; dengan skala nominal hasil pengukurannya bisa
dibedakan tetapi tidak bisa diurutkan mana yang lebih tinggi, mana
yang lebih rendah, mana yang utama dan mana yang lebih
dikesampingkan. Fungsi angka, simbol maupun huruf yang diberikan
hanya sebagai lambang/label yang menunjukan dalam kelompok
mana suatu hasil pengamatan dimasukkan. Misal menunjuk jenis
kelamin, 1=laki-laki dan 0=perempuan, maka 1 dan 0 bukan urutan
matematis tapi hanya kategori.
2. Skala Ordinal; dengan skala ordinal obyek yang ada juga dapat
digolongkan ke dalam kategori tertentu. Angka atau huruf yang
diberikan di sini mengandung tingkatan sehingga dari kelompok
yang terbentuk dapat dibuat urutan peringkat
yang menyatakan hubungan lebih dari atau kurang dari menurut
aturan penataan tertentu. Ukuran skala ordinal tidak memberikan
nilai absolut pada obyek tetapi hanya memberikan urutan (rangking)
relatif saja.
Contoh skala ordinal: di dapat informasi kualitas kursi sangat bagus,
bagus dan kurang bagus, pemeringkatan kebagusannya tidak bisa di
ukur dengan pasti. Status sosial; rendah, sedang, tinggi, besarnya
perbedaan status sedang ke tinggi belum tentu sama antara rendah ke
sedang.
3. Skala Interval: suatu pemberian angka kepada kelompok dari obyek-
obyek yang mempunyai sifat skala nominal dan ordinal ditambahkan
dengan sifat lain yaitu jarak yang sama, pada skala interval
memperlihatkan jarak yang sama dari ciri atau sifat obyek yang
diukur. Data skala interval di berikan apabila kategori yang
digunakan bisa dibedakan, diurutkan, mempunyai jarak tertentu
tetapi tidak bisa dibandingkan.
Ciri lain skala interval datanya bisa ditambahkan, dikurangi,
digandakan dan dibagi tanpa mempengaruhi jarak relatif di antara
skor-skornya. Skala pengukuran interval tidak memiliki nilai nol
mutlak sehingga tidak dapat diinterpretasikan secara penuh besarnya
skor dari rasio tertentu.
4. Skala Rasio; skala pengukuran yang mempunyai sifat skala interval
di tambah satu sifat lain yaitu memberikan keterangan tentang nilai
absolut dari obyek yang diukur. Skala rasio merupakan skala
pengukuran yang ditujukan kepada hasil pengukuran yang bisa
dibedakan, diurutkan, mempunyai jarak tertentu dan bisa
dibandingkan. Skala rasio menggunakan titik baku mutlak (titik nol
mutlak). Angka skala rasio menunjukan nilai yang sebenarnya dari
obyek yang diukur, sedangkan besar satu satuan ukur ditetapkan
dengan satu perjanjian tertentu.
11. Teknik Analisis Data
Berdasarkan jenis data yang dikumpulkan teknik analisis data
penelitian dapat dibedakan menjadi: Teknik analisis data kualitatif,
teknik analisis kuantitatif, dan teknik analisis gabungan keduanya.
Sedangkan berdasarkan tingkat eksplanasinya atau tingkat
penjelasannya yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-
variabel yang diteliti serta hubungan antar variabel dengan variabel
lainnya penelitian dapat dikelompokkan menjadi deskriptif, komparatif,
dan asosiatif (Sugiono, 2004).
TUGAS (KELOMPOK)
SEBAGAI NILAI UAS

a. Menyusun penulisan laporan hasil riset elemen


ekuitas merek sesuai outline yang ditetapkan (pada
pertemuan 11)
b. Pengumpulan data menggunakan instrumen
kuesioner dalam format google form (contoh
kuesioner di pertemuan 11)
c. Pengolahan data dan analisis data menggunakan
panduan slide pertemuan 12
d. Laporan hasil riset dikumpulkan dan dipresentasikan
pada pertemuan 14 dan 15

Anda mungkin juga menyukai