Anda di halaman 1dari 11

49

D. Pembahasan

1. Gambaran tahapan penyembuhan luka perineum derajat II pada Ny. A

yang diberikan implementasi pemberian ikan gabus

Berdasarkan pengkajian data subjektif pada Ny. A umur 38 tahun

P3A0 post partum 6 jam dengan luka perineum derajat II didapatkan

keluhan ibu mengatakan perutnya terasa mules dan nyeri pada luka

jahitan. Hal ini sejalan dengan teori Sulistyawati (2010) setelah

melahirkan rahim akan berkontraksi untuk merapatkan dinding rahim

sehingga tidak terjadi perdarahan, kontraksi inilah yang menimbulkan

rasa mules pada ibu. Pada kasus luka jahitan perineum ibu masih

merasa nyeri pada luka jahitan merupakan proses inflamasi sesuai

dengan teori Rukiyah dan Yulianti (2019). Setelah itu dilakukan

penilaian luka dengan skala REEDA untuk menilai penyembuhan luka

perineum dengan system skor, setelah dilakukan penilaian REEDA

didapatkan hasil dengan total 12 skor yang berarti bahwa penyembuhan

luka buruk (poor wound healing).

Gambaran penyembuhan luka pada hari ke-2 luka masih terlihat

kemerahan, terdapat edema (pembengkakan), luka belum menyatu dan

luka diinsfeksi masih basah dan dilakukan pengukuran skala REEDA

dengan hasil Redness (3), Edema (2), Ecchymosist (2), Discharge (2),

Aproximation (2) dengan total skor yaitu 11 yang berarti penyembuhan

luka buruk. Hasil pengkajian data objektif yang didapatkan yaitu

keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tekanan darah:100/80


50

mmHg, suhu: 36,6˚C, pernafasan: 23x/m, denyut nadi: 78x/m, TFU 2

jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, dilakukan pemeriksaan fisik

dari kepala sampai ujung kaki (Head to toe) semuanya dalam batas

normal dan tidak ada keluhan.

Gambaran penyembuhan luka pada hari ke-3 luka masih terlihat

kemerahan, terdapat edema (pembengkakan), luka belum menyatu dan

luka diinsfeksi masih basah dan dilakukan pengukuran skala REEDA

dengan hasil Redness (2), Edema (2), Ecchymosist (2), Discharge (2),

Aproximation (2) dengan total skor yaitu 10 yang berarti penyembuhan

luka buruk. Hasil pengkajian data objektif yang didapatkan yaitu

keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tekanan darah:110/70

mmHg, suhu: 36,6˚C, pernafasan: 23x/m, denyut nadi: 80x/m, TFU 3

jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, dilakukan pemeriksaan fisik

dari kepala sampai ujung kaki (Head to toe) semuanya dalam batas

normal dan tidak ada keluhan.

Gambaran penyembuhan luka pada hari ke-4 luka masih terlihat

sedikit kemerahan, masih terdapat edema (pembengkakan), namun

sudah berkurang, luka belum menyatu sempurna dan luka diinsfeksi

mulai mengering dan dilakukan pengukuran skala REEDA dengan

hasil Redness (1), Edema (1), Ecchymosist (1), Discharge (1),

Aproximation (1) dengan total skor yaitu 5 yang berarti penyembuhan

luka kurang baik. Hasil pengkajian data objektif yang didapatkan yaitu

keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tekanan darah:110/70


51

mmHg, suhu: 36,6˚C, pernafasan: 23x/m, denyut nadi: 80x/m, TFU 3

jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, dilakukan pemeriksaan fisik

dari kepala sampai ujung kaki (Head to toe) semuanya dalam batas

normal dan tidak ada keluhan.

Gambaran penyembuhan luka pada hari ke-5 luka tidak terlihat

kemerahan, terdapat sedikit edema (pembengkakan), luka belum

menyatu sempurna dan luka diinsfeksi sudah mengering dan dilakukan

pengukuran skala REEDA dengan hasil Redness (0), Edema (1),

Ecchymosist (0), Discharge (0), Aproximation (1) dengan total skor

yaitu 2 yang berarti penyembuhan luka sedang. Hasil pengkajian data

objektif yang didapatkan yaitu keadaan umum baik, kesadaran

composmentis, tekanan darah:120/80 mmHg, suhu: 36,6˚C, pernafasan:

20x/m, denyut nadi: 80x/m, TFU 4 jari dibawah pusat, kontraksi uterus

baik, dilakukan pemeriksaan fisik dari kepala sampai ujung kaki (Head

to toe) semuanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan.

Gambaran penyembuhan luka pada hari ke-6 luka tidak terlihat

kemerahan, tidak terdapat edema (pembengkakan), luka sudah menyatu

dan luka sudah kering dan dilakukan pengukuran skala REEDA

dengan hasil Redness (0), Edema (0), Ecchymosist (0), Discharge (0),

Aproximation (0) dengan total skor yaitu 0 yang berarti penyembuhan

luka baik. Hasil pengkajian data objektif yang didapatkan yaitu keadaan

umum baik, kesadaran composmentis, tekanan darah:110/70 mmHg,

suhu: 36,6˚C, pernafasan: 21x/m, denyut nadi: 79x/m, TFU pertengahan


52

simfisis pusat, kontraksi uterus baik, dilakukan pemeriksaan fisik dari

kepala sampai ujung kaki (Head to toe) semuanya dalam batas normal

dan tidak ada keluhan.

Hari ketujuh dilakukan evaluasi dengan menggunakan skala

REEDA dengan hasil Redness (0), Edema (0), Ecchymosist (0),

Discharge (0), Aproximation (0) dengan total skor yaitu 0 yang berarti

penyembuhan luka baik. Hasil pengkajian data objektif yang didapatkan

yaitu keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tekanan

darah:120/80 mmHg, suhu: 36,6˚C, pernafasan: 22x/m, denyut nadi:

80x/m, TFU pertengahan simfisis pusat, kontraksi uterus baik,

dilakukan pemeriksaan fisik dari kepala sampai ujung kaki (Head to

toe) semuanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka perineum pada

Ny. A

Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka pada Ny. A adalah

faktor usia dimana ibu nifas dengan luka perineum berada dalam usia

reproduksi (20-35 tahun) memiliki mekanisme sel yang bekerja lebih

cepat dan efektif terhadap penyembuhan luka. Sedangkan pada usia >

35 tahun mekanisme sel memiliki respon yang lambat sehingga waktu

yang dibutuhkan untuk penyembuhan luka menjadi lebih lama dan

kurang efektif (Purnami, 2019). Selain usia, faktor yang mempengaruhi

penyembuhan luka pada Ny. A adalah gizi. Setelah dilakukan observasi

food recall 24 jam bahwa kebutuhan gizi setiap hari Ny. A adalah
53

energi 2250 kkal, protein 94 (g), lemak 56,97 (g), KH 510,85 (g),

kalsium 45 (mg) dari hasil recall tanggal 13 Mei 2020 pemenuhan

kebutuhan gizi untuk Ny. A energi difisit, protein surplus, lemak cukup,

KH difisit, kalsium surplus. Tanggal 14 Mei 2020 pemenuhan

kebutuhan gizi untuk Ny. A energi difisit, protein surplus, lemak difisit,

KH difisit, kalsium surplus. Tanggal 15 Mei 2020 semua kebutuhan

gizi Ny. A dalam kategori surplus.

Tanggal 16 Mei 2020 pemenuhan kebutuhan gizi untuk Ny. A

energi surplus, protein surplus, lemak cukup, KH surplus, kalsium

surplus. Tanggal 17 Mei 2020 pemenuhan kebutuhan gizi untuk Ny. A

energi surplus, protein surplus, lemak cukup, KH surplus, kalsium

surplus dan tanggal 18 Mei 2020 semua kebutuhan gizi Ny. A dalam

kategori surplus. Dari perhitungan food recall 24 jam selama 6 hari

dapat disimpulkan bahwa kebutuhan protein dan kalsium setiap hari

dalam keadaan surplus. Hal ini sejalan dengan teori menurut Rukiyah

dan Yulianti (2019) bahwa faktor gizi terutama protein sangat

mempengaruhi penyembuhan luka pada perineum karena penggantian

jaringan sangat membutuhkan protein.

Selain faktor gizi, faktor obat-obatan merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi proses penyembuhan luka. Pada kasus Ny. A

setelah melahirkan Ny. A diberikan obat analgetik berupa parecetamol

dan antibiotik yaitu amoxicilin diminum 3×1 selama 3 hari, dalam

pemeberian obat bidan berkolaborasi dengan dokter karena bahwasanya


54

dalam PERMENKES No 28 tahun 2017 pasal 19 ayat (3) bidan tidak

memiliki wewenang dalam pemberian obat antibiotik dan analgetik

seperti (amoxicilin dan paracetamol). Bidan hanya berwenang

memberikan obat-obatan berupa tablet penambah darah, vitamin A

dosis tinggi pada ibu nifas, uterotonika pada manajemen aktif kala III

dan post partum.

Ny. A mengatakan bahwa ia minum obat secara teratur setiap 8 jam

sekali selama 3 hari, dalam kasus Ny. A terdapat hubungan terhadap

mengkonsumsi obat dengan penyembuhan luka dikarenakan pada

proses penyembuhan luka tidak ada tanda-tanda infeksi hal ini juga

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Apri dan Yosi, 2019)

bahwa ada hubungan yang signifikan antara minum obat dengan proses

penyembuhan luka.

3. Implementasi pemberian ikan gabus dalam penyembuhan luka

perineum derajat II pada Ny. A

Peneliti melakukan implementasi pemberian ikan gabus dengan

tujuan untuk mempercepat penyembuhan luka perineum yang dialami

Ny. A. Ikan gabus diberikan setelah 6 jam post partum dan diberikan 1x

sehari sebanyak 100 gram diolah menjadi berbagai macam menu sayur

untuk dikonsumsi Ny. A di pagi hari. Hari pertama pemberian ikan

gabus, ibu mengeluh perutnya terasa mules dan nyeri pada luka

perineum. Menjelaskan kepada ibu bahwa hal tersebut merupakan hal

fisiologis yang terjadi setelah melahirkan. Setelah itu peneliti


55

melakukan pemeriksaan didapatkan hasil TD : 90/60 N: 82x/m P:

22x/m S:36,6˚C, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik. Peneliti

memberikan ibu pendidikan kesehatan tentang bagaimana perawatan

luka perineum setelah melahirkan, menjelaskan tanda-tanda bahaya

nifas 6 jam, memberitahukan ibu untuk memberikan ASI ekslusif,

mengajarkan ibu cara melakukan perawatan payudara yang benar.

Sebelum diberikan ikan gabus dilakukan pengukuran REEDA

didapatkan hasil dengan total 12 skor yang berarti penyembuhan luka

buruk.

Hari kedua dilakukan kunjungan rumah peneliti memberikan ikan

gabus untuk dikonsumsi, Sebelum diberikan ikan gabus dilakukan

pemeriksaan didapatkan hasil keadaan umum baik, kesadaran

composmentis, tekanan darah: 100/80 mmHg, suhu: 36,6˚C,

pernafasan: 23x/m, denyut nadi: 78x/m, TFU 2 jari dibawah pusat,

kontraksi uterus baik. Serta memberikan ibu pendidikan kesehatan

tentang perubahan fisiologis masa nifas, cara memeriksa kontraksi

uterus, tanda dan gejala infeksi luka perineum, pemenuhan kebutuhan

istirahat dan tidur dan kebutuhan nutrisi dan cairan pada masa nifas.

Selanjutnya dilakukan pengukuran REEDA didapatkan hasil dengan

skor 11 yang berarti penyembuhan luka buruk. Kemudian ibu diberikan

ikan gabus untuk dikonsumsi.

Hari ketiga peneliti melakukan kunjungan rumah peneliti

memberikan ikan gabus untuk dikonsumsi. Sebelum diberikan ikan


56

gabus dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil tekanan darah: 110/80

mmHg, suhu: 36,6˚C, pernafasan: 22x/m, denyut nadi: 80x/m, TFU 3

jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik. Selain itu peneliti juga

memberikan asuhan untuk aspek psikologis ibu yaitu menjelaskan

mengenai post partum blues, mengajurkan ibu untuk tetap dekat dengan

bayinya dan meminta keluarga untuk membantu ibu untuk merawat

bayi. Selanjutnya dilakukan pengukuran REEDA didapatkan hasil

dengan 10 skor yang berarti penyembuhan luka buruk. Kemudian ibu

diberikan ikan gabus untuk dikonsumsi.

Hari keempat peneliti melakukan kunjungan rumah peneliti

memberikan ikan gabus untuk dikonsumsi. Sebelum diberikan ikan

gabus dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil tekanan darah: 110/70

mmHg, suhu: 36,6˚C, pernafasan: 23x/m, denyut nadi: 80x/m, TFU 3

jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik. Selain itu peneliti juga

mengingatkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan diri dan menjaga

daerah perineum untuk tetap kering. Selanjutnya dilakukan pengukuran

REEDA didapatkan hasil dengan 5 skor yang berarti penyembuhan luka

buruk. Kemudian ibu diberikan ikan gabus untuk dikonsumsi.

Hari kelima peneliti melakukan kunjungan rumah peneliti

memberikan ikan gabus untuk dikonsumsi. Sebelum diberikan ikan

gabus dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil tekanan darah: 120/80

mmHg, suhu: 36,6˚C, pernafasan: 20x/m, denyut nadi: 80x/m, TFU 4

jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik. Peneliti menjelaskan kepada


57

ibu bahwa ibu sudah bisa beraktifitas seperti biasa. Selanjutnya

dilakukan pengukuran REEDA didapatkan hasil dengan 2 skor yang

berarti penyembuhan luka buruk. Kemudian ibu diberikan ikan gabus

untuk dikonsumsi.

Hari keenam peneliti melakukan kunjungan rumah peneliti

memberikan ikan gabus untuk dikonsumsi. Sebelum diberikan ikan

gabus dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil tekanan darah: 110/70

mmHg, suhu: 36,6˚C, pernafasan: 21x/m, denyut nadi: 79x/m, TFU

pertengahan simfisis pusat, kontraksi uterus baik. Memberitahukan

kepada ibu bahwa ibu saat ini dalam kondisi baik, dan membeitahukan

kepada ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya sesering mungkin.

Selanjutnya dilakukan pengukuran REEDA didapatkan hasil dengan 0

skor yang berarti penyembuhan luka baik. Kemudian ibu diberikan ikan

gabus untuk dikonsumsi.

Hari ketujuh dilakukan kunjungan rumah untuk mengevaluasi

penyembuhan luka setelah pemberian ikan gabus selama 7 hari

berturut-turut. Sebelum dievaluasi dilakukan pemeriksaan didapatkan

hasil tekanan darah: 120/80 mmHg, suhu tubuh: 36,6˚C, pernafasan:

22x/m, denyut nadi: 80x/m, TFU pertengahan simfisis pusat, kontraksi

uterus baik. Selanjutnya dilakukan evaluasi pengukuran REEDA

didapatkan hasil skor 0 berarti penyembuhan luka baik. Menjelaskan

kepada ibu bahwa luka nya sudah sembuh dan kunjungan rumah sudah

selesai dilakukan.
58

Berdasarkan hasil observasi dari hasil intervensi yang dilakukan

menunjukkan adanya pengaruh pemberian ikan gabus terhadap

penyembuhan luka perineum pada ibu nifas, hal ini sesuai dengan

penelitian Purnami (2019) bahwa dengan pemberian ikan gabus luka

perineum akan sembuh pada hari ke 6-7 dengan presentasi luka kering,

menutup, dan tidak ada tanda-tanda infeksi seperti merah, bengkak,

panas, keluar nanah, dan nyeri.

Ikan gabus mengandung 70% protein dan 21% albumin. Di

samping itu, daging ikan gabus juga mengandung asam amino yang

lengkap serta mikronutrien zinc, selenium dan iron (Purnami, 2019).

Kandungan protein pada ikan gabus sangat berpengaruh dalam

penyembuhan luka perineum, ibu post partum dengan luka perineum

yang tidak memiliki asupan protein yang cukup akan mengakibatkan

lambatnya penyembuhan luka perineum (Purnami, 2019). Hal ini juga

didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maria Natalia

(2015) yang menunjukkan bahwa ibu post partum yang tidak diberikan

ikan gabus sebagian besar tidak tercapai fase penyembuhan luka yang

baik.

4. Melakukan dokumentasi asuhan kebidanan pemberian ikan gabus

dalam penyembuhan luka perineum derajat II pada Ny. A dengan

pengakajian varney dan catatan perkembangan SOAP selama 7 hari

(format terlampir).
59

5. Membandingkan lama penyembuhan luka antara kasus dan teori

Berdasarkan kasus luka perineum pada Ny. A yang diberikan

implementasi pemberian ikan gabus luka sembuh pada hari ke-6.

Sedangkan pada teori menurut Nurdin dan Fitri (2013) penyembuhan

luka normal yang hanya diberikan Antibiotik (Amoxicilin 3×1 tablet

500 mg), Analgetik (Asam Mefenamat 3×1 tablet 500 mg),

Paracetamol dan Vitamin A, terjadi pada hari ke-7 sampai hari ke-10.

Perbandingan penyembuhan luka antara kasus dan teori didapatkan

bahwa, penyembuhan luka pada kasus lebih cepat dibandingkan

dengan teori.

Anda mungkin juga menyukai